Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“CA COLORECTAL”

Oleh

FAJRA DECIA LESTARI : 21311001

NADIA WAHDANI : 21311006

STIKES PAYUNG NEGERI


PEKANBARU
2022

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah “Ca Colorectal” ini dengan baik.
Dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan makalah ini,
dan juga kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan.
Kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat serta memberikan
informasi yang berguna bagi kita semua yang membutuhkannya.

Pekanbaru, 13 Maret 2022

Penyususn

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 3
2.1 Pengertian ............................................................................................... 3
2.2 Etiologi.................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi............................................................................................ 4
2.4 Manifestasi Klinis................................................................................... 5
2.5 Komplikasi.............................................................................................. 6
2.6 Perawatan Kolaboratif............................................................................. 6
2.7 Tes Diagnostik dan Laboratorium........................................................... 7
2.8 Asuhan Keperawatan .............................................................................. 10
2.9 Pathway Ca Colorectal............................................................................ 12
2.10 Diagnosa ................................................................................................. 13
BAB III : PENUTUP...................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 14
3.2 Saran........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana
materi yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus
besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa panjang yang
berotot yang disebut usus besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah
pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari ususbesar.
Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps). Tumor-
tumor ganas dari usus besar disebut kanker-kanker. Polip-polip ramah tidak
menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau menyebar ke bagian-bagian
lain tubuh. Polip-polip ramah dapat diangkat dengan mudah sewaktu colonoscopy
dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-polip ramah tidak diangkat dari usus
besar, mereka dapat menjadi ganas (bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan
dari kanker-kanker usus besar dipercayai telah berkembang dari polip-polip.
Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal ( colorectal
cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang
berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada
bagian-bagian lain tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru
terbentuk. Penyebaran kanker usus besar ke organ-organ yang terletak jauh
darinya disebut metastasis dari kanker usus besar. Sekali metastasis telah terjadi
pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu penyembuhan yang penuh dari
kanker adalah tidak mungkin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Ca Colorectal?
2. Apa etiologi dari Ca Colorectal?
3. Bagaimana patofisiologi dari Ca Colorectal?
4. Apa manifestasi klinis dari Ca Colorectal?
5. Apa sajakah komplikasi dari Ca Colorectal?
6. Apa sajakah perawatan kolaboratif dari Ca Colorectal?
1
7. Bagaimanakah asuhan kepewatan pada pasien Ca Colorectal?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar kita dapat mengetahui pengertian dari Ca Colorectal?
2. Agar kita dapat mengetahui etiologi dari Ca Colorectal?
3. Agar kita dapat mengetahui patofisiologi dari Ca Colorectal?
4. Agar kita dapat mengetahui manifestasi klinis dari Ca Colorectal?
5. Agar kita dapat mengetahui komplikasi dari Ca Colorectal?
6. Agar kita dapat mengetahui perawatan kolaboratif dari Ca Colorectal?
7. Agar kita dapat mengetahui asuhan kepewatan pada pasien Ca Colorectal?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon), atau
bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rectum).
Kebanyakan kanker kolorektal bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh
di dinding dalam kolon atau rectum. Namun, tidak semua polip akan berkembang
menjadi kanker kolorektal. Kemungkinan polip berubah menjadi kanker juga
tergantung kepada jenis polip itu sendiri.
Terdapat 2 jenis polip diusus besar, yaitu polip adenoma dan polip
hiperplastik. Selain tergantung pada jenis polip, ada beberapa factor yang bias
memengaruhi perubahan polip menjadi kanker kolorektal, seperti ukuran polip
yang lebih besar dari 1cm, terdapat lebih dari 2 polip di kolon atau rectum, atau
bila ditemukan dysplasia (sel abnormal) setelah polip diangkat.

2.2 Etiologi
Penyebab kanker kolorektal belum diketahui secara pasti, namum factor
resiko dan factor predisposisi telah terindentifikasi, diantaranya :
1. Usia
Risiko kanker kolorektal akan meningkat seiring bertambahnya usia. Lebih
dari 90% kasus kanker kolorektal dialami oleh seseorang berusia 50 tahun
atau lebih.
2. Riwayat Penyakit
Seseorang dengan riwayat penyakit kanker atau polip kolorektal lebih
berisiko terserang kanker kolorektal. Begitu juga seseorang dari keluarga
yang pernah mengalami penyakit kanker atau polip kolorektal.
3. Penyakit Genetik
Seseorang dengan penyakit yang diturunkan dari keluarga, seperti sindrom
Lynch, berisiko tinggi mengalami kolorektal.
4. Radang Usus

3
Kanker kolorektal berisiko tinggi menyerang penderita colitis ulseratif atau
penyakit Crohn.
5. Gaya Hidup
Kurang olahraga, kurang asupan serat dan buah-buahan, konsumsi minuman
beralkohol, obesitas atau berat badan berlebihan, dan merokok
meningkatkan risiko kanker kolorektal.
6. Radioterapi
Paparan radiasi pada area perut meningkatkan risiko kanker kolorektal.

2.3 Patofisiologi
Umumnya kanker kolorektal adalah adenokarsinoma yang
berkembang dari polip adenoma. Insiden tumor dari kolon kanan meningkat,
meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid.
Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa
gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke dalam
lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan.
Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling
permukaan usus, submukosa dan dinding luar usus. Struktur yang
berdekatan seperti hepar, kurvatura mayor, lambung, duodenum, usus halus,
pankreas, limpa, saluran genitourinari dan dinding abdomen juga dapat
dikenai oleh perluasan. Metastase ke kelenjar getah bening regional sering
berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja
kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal.
Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem
limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru,
otak, tulang dan ginjal.
Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga tahap
lanjut karena pola pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum muncul
gejala. Manifestasi tergantung pada lokasi, tipe dan perluasan serta
komplikasi. Perdarahan sering sebagai manifestasi yang membawa pasien
datang berobat. Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan
buang air besar, diare atau konstipasi. Karekteristik lanjut adalah nyeri,

4
anoreksia dan kehilangan berat badan. Mungkin dapat teraba massa di
abdomen atau rektum. Biasanya pasien tampak anemis akibat dari
perdarahan.
Prognosis kanker kolorektal tergantung pada stadium penyakit saat
terdeteksi dan penanganannya. Sebanyak 75 % pasien kanker kolorektal
mampu bertahan hidup selama 5 tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih
rendah pada usia dewasa tua.
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal : (1)
obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi; (2) perforasi
dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal
oleh isi usus; (3) perluasan langsung tumor ke organ-organ yang berdekatan.

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala klinis kanker pada kolon kiri berbeda dengan kolon kanan. Kanker
kolon kiri sering bersifat skirotik sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis
dan obstruksi, terlebih karena feses sudah menjadi padat. Pada kanker kolon
kanan jarang terjadi stenosis dan feses masih cair sehingga tidak ada faktor
obstruksi.
Gejala dan tanda dini kanker kolorektal tidak ada. Umumnya gejala pertama
timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat
penyebaran.
Kanker kolon kiri dan rektum menyebabkan perubahan pola defekasi seperti
konstipasi. Makin ke distal letak tumor feses makin menipis atau seperti kotoran
kambing, atau lebih cair disertai darah atau lendir. Perdarahan akut jarang dialami,
demikian juga nyeri di daerah panggul berupa tanda penyakit lanjut. Pada
obstruksi penderita merasa lega saat flatus.
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker kolorektal antara lain
ialah:
1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu
darah segar maupun yang berwarna hitam.
2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong
saat BAB.

5
3. Feses yang lebih kecil dari biasanya.
4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa
penuh pada perut atau nyeri.
5. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya.
6. Mual dan muntah.
7. Rasa letih dan lesu.
8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri
pada daerah gluteus.

2.5 Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
Beberapa komplikasi yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap
2. Metastase ke organ sekitar melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar
kolon menyebabkan hemorragi
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok

2.6 Perawatan Kolaboratif


Fokus perawatan kolaboratif bagi klien kanker kolorektal untuk membangun
diagnosis yang akurat dan stadium penyakit dan menentukan penanganan.
Tergantung pada adanya perluasan penyakit saat didiagnosis, penanganan pada 5
tahun pertama rata-rata dapat berhasil 80 – 100 %. Kanker kolorektal selalu
ditangani dengan pembedahan, dengan kemoterapi dan terapi radiasi.

6
2.7 Test Diagnostik Dan Laboratorium
Karena kanker kolorektal sering berkembang lamban dan penanganan
stadium awal sangat dibutuhkan, maka organisasi kanker Amerika
merekaomendasikan prosedur skreening rutin bagi deteksi awal penyakit.
Rekomendasinya sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rektal tuse untuk semua orang usia lebih dari 40 tahun
2. Test Guaiac untuk pemeriksaan darah feces bagi usia lebih dari 50 tahun
3. Sigmoideskopi tiap 3 – 5 tahun untuk tiap orang usia lebih dari 50 tahun
Klien dengan praduga kanker kolorektal dapat dilakukan prosedur
diagnostik lanjut untuk pemeriksaan fisik. Test laboratorium, radiography, dan
biopsy untuk memastikan.
Test laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut :
1. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai
dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah
indikasi umum untuk test diagnostik selanjutnya untuk menemukan
kepastian kanker kolorektal.
2. Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces,
karena semua kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
3. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di
membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini
dapat dideteksi oleh radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya
dan sekresi. Karena test ini tidak spesifik bagi kanker kolorektal dan positif
pada lebih dari separuh klien dengan lokalisasi penyakit, ini tidak termasuk
dalam skreening atau test diagnostik dalam pengobatan penyakit. Ini
terutama digunakan sebagai prediktor pada prognsis postoperative dan
untuk deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan pembedahan.
4. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat
meninggi, indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi
serum protein, kalsium, dan kreatinin.
5. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya
dan lokasi tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam
usus bagian bawah, kanker tampak sebagai massa mengisi lumen usus,

7
konstriksi, atau gangguan pengisian. Dinding usus terfiksir oleh tumor, dan
pola mukosa normal hilang. Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk tumor
kolon, sinar-X tidak nyata dalam mendeteksi rectum.
6. X-ray dada untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru
7. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau
pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah
mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari metastase tumor.
8. Endoskopi (sigmoidoscopy atau colonoscopy) adalah test diagnostik utama
digunakan untuk mendeteksi dan melihat tumor. Sekalian dilakukan biopsy
jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat mendeteksi 50 % sampai 65 % dari
kanker kolorektal. Pemeriksaan enndoskopi dari kolonoskopi
direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada klien
dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan visualisasi
sekum, barium enema mungkin tidak dibutuhkan. Tumor dapat tampak
membesar, merah, ulseratif sentral, seperti penyakit divertikula, ulseratif
kolitis, dan penyakit Crohn’s.

PROSEDUR OPERASI
Operasi merupakan penanganan utama untuk kanker kolorektal. Dokter
akan melakukan reseksi, yaitu memotong bagian kolon atau rektum yang
ditumbuhi kanker. Jaringan dan kelenjar getah bening di sekitar bagian yang
terkena kanker juga akan diangkat. Setelah itu, reseksi akan disertai dengan
anastomosis, yaitu penyatuan masing-masing ujung saluran cerna yang sudah
dipotong dengan cara dijahit.
Pada kasus kanker di mana bagian yang sehat hanya tersisa sedikit,
anastomosis akan sangat sulit dilakukan. Kondisi ini biasanya ditangani dengan
kolostomi, yaitu pembuatan lubang (stoma) di dinding perut. Stoma dibuat
tersambung ke ujung usus yang telah dipotong, untuk mengeluarkan feses melalui
dinding perut. Feses yang keluar akan ditampung dalam sebuah kantong yang
ditempelkan pada bagian luar dinding perut.
Kolostomi bisa bersifat sementara atau permanen. Kolostomi sementara
dilakukan hingga bagian bawah kolon pulih. Sedangkan kolostomi permanen

8
dilakukan pada pasien yang telah menjalani pengangkatan rektum secara
keseluruhan.
ABLASI RADIOFREKUENSI
Terapi ini menggunakan gelombang radio untuk memanaskan dan
menghancurkan sel kanker. Ablasi radiofrekuensi bisa dilakukan dengan
memasukkan elektroda ke dalam kulit dengan didahului pemberian bius lokal.
Bisa juga dengan memasukkan elektroda melalui sayatan di perut, didahului
pemberian bius umum di rumah sakit.
CRYOSURGERY
Cryosurgery adalah prosedur untuk membekukan dan menghancurkan sel
kanker menggunakan nitrogen cair.
KEMOTERAPI dan RADIOTERAPI
Kemoterapi dan radioterapi adalah terapi yang betujuan membunuh sel
kanker dan menghentikan perkembangbiakannya. Kemoterapi bisa diberikan
dalam bentuk obat tablet (misalnya capecitabine) atau bentuk suntik (5-
fluorouracil, irinotecan, oxaliplatin). Sedangkan radioterapi adalah terapi yang
menggunakan radiasi berkekuatan tinggi. Radioterapi bisa diberikan secara
eksternal dengan menggunakan sinar radiasi, atau secara internal dengan
memasukkan kateter atau kawat yang mengandung radiasi ke dalam area tubuh
yang terserang kanker.
Keduanya juga digunakan sebagai terapi sebelum atau setelah operasi. Bila
dilakukan sebelum operasi, maka tujuannya adalah untuk menyusutkan tumor
agar lebih mudah diangkat. Sedangkan kemoterapi atau radioterapi setelah operasi
bertujuan untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang telah menyebar dari lokasi
utama kanker.

9
2.8 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Anamnesa :
1) Identitas lengkap pasien
2) Keluhan Utama
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.
4) Riwayat penyakit dahulu
Orang yang sudah pernah terkena kanker usus besar dapat terkena kanker
usus besar untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat
resiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker usus besar.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi kanker kolon tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya mempunyai riwayat ca colorectal , maka kemungkinan terkena
penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara anda terkena kanker
pada usia muda.
Pengkajian Pola Gordon :
1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Cara klien menjaga kesehatan, pengetahuan klien tentang penyakitnya,
tanda dan gejala apa yang sering muncul, perilaku mengatasi kesehatanm
pengetahuan penyebab penyakitnya.
2) Nutrisi Metabolik’
Makan atau minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi, obat-obatan
yang dikonsumsi.
3) Eliminasi
Pola buang air besar atau kecil; teratur, frekuensi, warna, konsistensi,
keluhan nyeri.

10
4) Aktivitas dan Latihan
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan,
bantuan dalam melakukan aktivitas, keluhan klien saat beraktivitas.
5) Tidur dan Istirahat
Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan sebelum tidur.
6) Kognitif dan Persepsi Sensori
Pengkajian nyeri PQRST, penurunan fungsi pancaindra, alat bantu yang
digunakan misalnya kacamata.
7) Persepsi dan Konsep diri
Cara klien menggambarkan dirinya sendiri, pandangan klien terhadap
perawat dan dokter.
8) Peran dan Hubungan
Hubungan klien dengan sesame, keluarga, perawat dan dokter.
9) Reproduksi dan Seksualitas
Gangguan pada hubungan seksualitas klien, mekanisme koping dan
tolenransi terhadap stress.
10) Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Cara klien menghadapi masalah, cara klien mengatasi stress.
11) Nilai dan Kepercayaan
Kebiasaan dalam menjalankan agama, tindakan mendis yang
bertentangan dengan kepercayaan klien, menjalankan ajaran agama yang
dianut klien, persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari
sudut pandang nilai dan kepercayaan klien.
Pemeriksaan Fisik :
- TTV
- IPPA
- Head to Toe

11
2.9 Pathway Ca Colorectal

Faktor predisposisi :
usia, genetic, radang
usus, gaya hidup
(merokok, alkohol)

Perubahan
metaplasia pada
epitel dinding kolon
Terjadi hyperplasia
pada sel kanker
Gangguan citra
CA COLORECTAL tubuh
Efek kompresi
Kolostomi
tumor pada
permanen
dinding kolon
Kerusakan
Kompresi ujung Intervensi
jaringan Anoreksia
pembuluh saraf dinding bedah
Asupan
darah pada kolon kolostomi
Respon nutrisi Resiko
dindng kolon
Pecahnya tidak
nyeri Cedera
pembuluh Ketidakseim
adekuat
darah Nyeri Akut bangan Pasca
dinding nutrisi Bedah
kolon
Perdarahan kurang dari Luka pasca
intestinal, kebutuhan
feses bedah
tubuh
bercampur Resiko
darah Infeksi
Anemia
Ansiet
Intoleransi as
Keletihan
Aktifitas

12
2.10 DIAGNOSA
1. Resiko cedera b/d pasca prosedur bedah kolektomi
2. Nyeri akut b/d kerusakan integritas jaringan , respons pembedahan
3. Gangguan citra tubuh b/d kolostomi permanen
4. Intoleransi aktivitas b/d cepat lelah , kelemahan fisik umum sekunder dari
anemia
5. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan
yang kurang adekuat
6. Resiko infeksi b/d adanya luka pascabedah
7. Ansietas b/d prognosis penyakit ,rencana pembedahan

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon), atau
bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rectum).
Kebanyakan kanker kolorektal bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh
di dinding dalam kolon atau rectum. Namun, tidak semua polip akan berkembang
menjadi kanker kolorektal. Kemungkinan polip berubah menjadi kanker juga
tergantung kepada jenis polip itu sendiri.
Penyebab kanker kolorektal belum diketahui secara pasti, namum factor
resiko dan factor predisposisi telah terindentifikasi, diantaranya :Usia, riwayat
penyakit, penyakit genetic, radang usus, gaya hidup dan radioterapi.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan klien dengan Ca Colorectal. Kami
selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kuipers, at al. (2015). Colorectal cancer. Nature Review Disease Primers.

Marley, AR. Nan, H. (2016). Epidemiology of Colorectal Cancer. International


Journal of Molecular Epidemiology and Genetics, 7(3), pp. 105-114.

American Cancer Society (2018). Colorectal Cancer.

US Department of Human and Health Services. CDC (2018). Colorectal (Colon)


Cancer.

Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman, J.M. 2013. Nursing Intervention


Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh
Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Intervention Classification
(NIC). Edisi Indonesia Keenam. Yogyakarta: CV. Mocomedia.

15

Anda mungkin juga menyukai