Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN KANKER


KOLOREKTAL

Dosen pengampuh : Mukhlish Hidayat,S.Kep., Ns., M.,Kep

Di susun oleh kelompok 1 :

Abdurrohman walid : A832012101


Aprilia nur malasari : A832012102
rohmah : A832012116
sulaiha : A832012121
Susi susyanti : A832012122
Nur diana : A832012123

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAZHATUT THULLAB AL-MUAFA SAMPANG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik
ataupun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Konsep dasar penyakit.................................................................................2


B. Pathways......................................................................................................7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................8

A. Pengkajian....................................................................................................8
B. Analisis data.................................................................................................10
C. Diagnosa keperawatan.................................................................................11
D. Intervensi.....................................................................................................11
E. Implementasi................................................................................................11
F. Evaluasi........................................................................................................11

BAB IV PENUTUP................................................................................................13

A. Kesimpulan..................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kanker kolorektal atau biasa disebut kanker usus besar adalah sebuah kanker yang terjadi
pada rektum dan lapisan usus besar bagian dalam seperti mukosa, dan dapat menjalar
keseluruh lapisan lain pada bagian tubuh manusia melalui pembuluh darah maupun melalui
pembuluh getah bening. Kanker kolorektal sendiri merupakan karsinoma berupa
adenokarsinoma yang terjadi pada sel dalam usus besar dan rektum yang menghasilkan
pelumas berupa lendir. Hal ini terjadi karena terdapat jaringan abnormal berupa polip dimana
sering disebut dengan polip adenomatosa yang tumbuh dan berubah menjadi kanker
kolorektal (Prabowo, 2019)

Pada kasus kanker kolorektal tahun 2018 di Indonesi mencapai 8,6% atau 30.017 kasus
dari berbagai jenis kanker yang terjadi (Majid & Ariyanti, 2020). Secara keseluruhan insiden
kematian yang disebabkan oleh kanker kolorektal di Indonesia adalah sebesar 9,01% dan
keseluruhan penduduk Indonesia dengan mengidap kanker kolorektal sebesar 13,25%. Hal ini
menjadikan kanker kolorektal menempati posisi keempat dengan insiden kanker tertinggi di
Indonesia (Rompis & Dewi, 2019).

Faktor yang dapat memicu kanker kolorektal dibagi menjadi dua yaitu, berupa faktor
yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah yaitu berupa kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol, kelebihan berat badan (obesitas), dan kurangnya aktivitas
fisik. Sedangkan untuk faktor yang tidak dapat diubah yaitu usia, riwayat kanker kolorektal
pada keluarga, pernah mengalami kanker kolorektal sebelumnya, memiliki sindrome tertentu
berupa poliposis adenomatosa familial dan sindrom lynch (Prabowo, 2019) .

B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah konsep teori karsinoma kolorektal, burs abdomen dan bulimia
nervosa?
2. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien karsinomakolorektal,burs
abdomen dan bulemia nervosa?
C. Tujuan

Dapat melakukan asuhan keperawatan secara tepat pada penyakit kanker korolektal

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian

Kanker kolorektal ialah suatu pembelahan sel yang tidak terkendali dimana terjadi pada
kolon dan rektum, hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan polip pada lapisan dalam usus besar.
Polip yang sering mengakibatkan munculnya masalah kanker kolorektal disebut juga dengan
polip adenoma yang menghasilkan sel kelenjar dan lendir untuk melumasi usus besar (kolon
dan rektum). Kanker kolorektal dapat meningkat apabila polip adenoma tidak segera
ditangani dan akan menimbulkan adenokarsinoma atau kanker yang muncul dari dinding
dalam kolorektum, hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan kanker menuju pembuluh darah
dan jaringan lain (Latifah, 2020).

2. Etiologi

Liabalingka (2020) Menyatakan bahwa kanker kolorektal terjadi dikarenakan diet tinggi
lemak, faktor keturunan, radang usus besar karena (Chronis Ulcerative Cilitis) luka pada
membran mukosa yang kronis. Kanker kolorektal pada seseorang tidak dapat ditularkan
melalui kontak langsung dengan pasien, hal ini dibuktikan dengan penyebab kanker
kolorektal berupa :

a. Luka pada usus besar yang meradang

Chronis ulcerative cilitis atau radang usus besar merupakan luka pada
membran mukosa yang kronis sehingga mengakibatkan peradangan dan timbul
setelah 8-10 tahun di mana dapat berkembang dan memperluas pada lokasi lain
sehingga mengakibatkan terjadinya kanker kolorektal.

b. Diet makanan yang salah

Diet lemak serta rendah serat dapat memicu seseorang mengidap penyakit
kanker kolorektal, hal ini dikarenakan terganggunya fungsi pencernaan dalam usus.

c. Faktor genetik

Faktor genetik menjadi salah satu penyebab terjadinya kanker kolorektal


ditandai dengan :

1) FAP (Familial Adenomatous Polyposis) merupakan pewarisan sindrom


oleh anggota keluarga yang akan mengembangkan polip dengan jumlah
yang tidak terhitung secara bertahap.
2) HNPCC (Hereditary Nonpolyposis Colon Cancer) sindrom yang
diwariskan oleh anggota keluarga di mana terjadi pada usus besar bagian
kanan pada usia sekitar 30 atau 40 tahun.

2
3) MYH Polyposis Syndrome dapat diturunkan oleh anggota keluarga dengan
ciri khas perkembangan 10-100 polip yang akan mengaktifkan kanker
kolorektal sekitar pada usia 40 tahun.

Rahmadania et al. (2016) Mengatakan bahwa setiap orang berbeda dalam menjalani
perilaku diet dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada usia tua cenderung memiliki pola
diet yang tidak teratur dan pola makan diet nutrisi lebih banyak pada jenis kelamin pria.
Peningkatan risiko kanker usus besar terhadap seseorang dipengaruhi oleh diet tinggi lemak,
tinggi protein, dan rendah serat. Konsumsi tinggi serat dapat mencegah terjadinya kanker
kolorektal, akan tetapi apabila seseorang mengonsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan
risiko kanker kolorektal yang diakibatkan kandungan bahan toksik pada mukosa kolon.

3. Patofisiologi

Prabowo (2019) Menyatakan kanker kolorektal terjadi pada lapisan mukosa dan dapat
meluas pada lapisan lain, apabila sel kanker berada pada dinding usus maka sel tersebut akan
tumbuh pada pembuluh getah bening maupun pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kondisi
displasia area polip maupun lapisan rektum di mana sel nampak tidak normal yang akan
terbentuk pada polip dan akan mulai berkembang pada dinding usus besar.

Pada patofisiologi kanker kolorektal belum ditemukan penyebab yang signifikan, tetapi
dapat dikaitkan pada faktor lingkungan berupa kontak langsung dengan zat kimia, virus,
maupun polusi, serta mengonsumsi makanan yang terdapat kandungan karsinogen didalam
nya. Kanker didalam tubuh terjadi dikarenakan faktor inisiasi dan promosi dimana dapat
terjadi pada kurun waktu 5-20 tahun. Pada faktor inisiasi terdapat interaksi sel pada zat kimia,
virus, dan radiasi. Sedangkan pada faktor promosi sel-sel kanker dalam tubuh akan
berkembang dan menyebar kebagian lain dengan cepat (Rahmadania et al., 2016).

4. Manifestasi Klinis

Kanker kolorektal memiliki manifestasi klinis yang tidak spesifik dan sangat bervariasi,
tergantung pada lokasi penyebaran kanker usus besar tersebut. Pada penyakit kanker
kolorektal sendiri memiliki tanda berupa berat badan menurun, terdapat darah dalam feses,
konstipasi, mual dan muntah. Maka dari itu dapat timbul manifestasi klinis pada pasien
berupa gangguan pola buang air besar, sering terdapat darah pada mucus maupun feses,
ketidak nyamanan pada bagian abdomen kanan, dan sering merasa lemah akibat anemia
(Latifah, 2020).

Tanda dan gejala dari kanker kolorektal akan dirasakan setelah pasien terdiagnosa
menderita kanker kolorektal dengan pengukuran stadium Stadium kanker itu sendiri akan
menggambarkan bagaimana kanker berada pada tingkat penyebaran didalam tubuh (Prabowo,
2019). Stadium awal pasien akan merasakan sedikit sekali gejala namun pada pasien dengan
stadium lanjut terdapat tanda dan gejala yang tidak kuratif. Adapun tanda dan gejala dari
neoplasma distal dimulai dari kolon desendence sampai dengan rectum yaitu berupa
perubahan pola defekasi, munculnya darah pada feses yang disebabkan karena adanya

3
perdarahan pada saluran pencernaan bagian bawah, dan muntah serta anemia juga sering
dirasakan oleh pasien dengan diagnosa kanker kolorektal (Sampetoding, 2020).

Menurut Liabalingka, tahun 2020 Tanda gejala dari kanker kolorektal diikuti oleh
perubahan buang air besar di mana meliputi :

1. Konstipasi atau diare


2. Terdapat darah pada feses
3. Frekuensi BAB berubah
4. Merasakan nyeri atau kram pada abdomen
5. Abdomen terasa kembung atau penuh
6. Berat badan menurun tanpa signifikan
7. Mual dan muntah
8. Sering merasa lelah

Sampetoding, C.J. (2020) Mengatakan bahwa tanda dan gejala kanker kolorektal tidak
begitu spesifik. Adapun gejala klinis yang sering dirasakan oleh pasien dengan tumor pada
bagian kolon dekstra dapat berupa nyeri abdomen, anemia simptomatik yang menyebabkan
(penurunan berat badan, pusing, beserta kelemahan), dan perdarahan. Sedangkan tumor pada
bagian kolon sinistra dapat menyebabkan gejala berupa konstipasi akibat lesi ataupun
obstruksi, perubahan pola defekasi akibat responsreflek serta iritasi, perdarahan, dan
mengecilnya ukuran feses.

5. Pemeriksaan Diagnostik

Prabowo (2019) Menyatakan bahwa proses pencarian sel kanker kolorektal dalam tubuh
manusia memiliki beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan skrining, pemeriksaan polip
lanjutan, pemeriksaan tinja, pemeriksaan pencitraan untuk mencari kanker kolorektal.

1. Skrining

Skrining berupa pemeriksaan untuk mencari sel kanker pada tubuh manusia
dengan gejala maupun tanpa gejala yang spesifik. Pada kanker kolorektal tes skrining
dapat menemukan polip dan kanker kolorektal dengan melihat struktur abnormal pada
usus besar.

2. Pemeriksaan polip lanjutan


a. Sigmoidoskopi fleksibel

Pemeriksaan dengan memasukan alat teropong melalui anus dan masuk


sampai ke rektum hingga pada bagian bawah usus besar, hal ini untuk melihat
kelainan pada kolon dan rektum.

b. Kolonoskopi

Pemeriksaan ini hampir sama dengan sigmoidoskopi fleksibel, akan tetapi


kolonoskopi dapat digunakan untuk memasukan alat khusus untuk biopsi atau
memotong dan mengeluarkan bagian abnormal seperti polip apabila

4
diperlukan dalam tes laboratorium untuk mendeteksi sel-sel kanker. Efek
samping yang terjadi setelah dilakukannya kolonoskopi yaitu abdomen akan
terasa kembung, nyeri atau kram untuk beberapa saat, dan perubahan ritme
jantung akibat sedasi.

c. Kontras ganda enema barium

Tes ini dapat disebut dengan seri GI bagian bawah atau enema barium
kontras udara di mana tergolong dalam jenis tes sinar-x. Tes tersebut berguna
untuk menunjukkan bagian abnormal dan bertujuan untuk menentukan apakah
prosedur kolonoskopi perlu dilakukan lebih lanjut pada pasien.

d. CT kolonografi (kolonoskopi virtual)

Tes tersebut merupakan tes lanjutan dari CT scan pada usus besar dan
rektum dengan pandangan x-ray 2 dan 3 dimensi sehingga memungkinkan
dokter dalam melihat polip dan kanker.

3. Pemeriksaan tinja
a. Tes darah samar feses berbasis guaiac
Tes darah samar berbasis guaiac bertujuan untuk mendeteksi darah pada feses
dengan reaksi kimia. Apabila hasil positif maka dibutuhkan pemeriksaan
kolonoskopi pada pasien.
b. Uji imunokimia tinja (FIT)
Hal ini bertujuan untuk menguji darah tersembunyi pada feses untuk
menemukan reaksi terhadap protein hemoglobin.
4. Pemeriksaan pencitraan untuk mencari kanker kolorektal

Pemeriksaan tersebut berguna untuk mengetahui seberapa jauh kanker


menyebar dalam tubuh, melihat area yang dicurigai terdapat kanker, dan menentukan
apakah pengobatan pada kanker dapat bekerja. Adapun pemeriksaan tersebut yaitu
berupa :

a. CT scan

Untuk mengetahui apakah kanker kolorektal telah meluas pada organ lain pada
tubuh. Hal ini berguna pada pasien yang tidak dapat melakukan tes invasif seperti
kolonoskopi.

b. Ultrasound

Pemeriksaan ultrasound berupa USG endorektal bertujuan untuk melihat


pertumbuhan kanker pada organ atau jaringan terdekat melalui dalam
rektum melalui dubur.

c. Scan tomografi emisi positron (PET Scan)

5
Pemeriksaan tersebut menggunakan bentuk radioaktif gula yang dimasukan
kedalam darah, sel-sel kanker yang berkembang dengan cepat cenderung mengambil
lebih banyak gula dibandingkan dengan sel normal tubuh. Apabila pasien telah
terdiagnosis kanker kolorektal dokter akan menggunkan tes tersebut untuk
mengetahui penyebaran kanker pada kelenjar getah bening atau bagian organ tubuh
lain.

6. Komplikasi

Fahrizin,D (2018) Menyatakan bahwa komplikasi yang terjadi akibat kanker


kolorektal dapat bersifat khusus maupun umum, serta komplikasi tersebut dapat
terjadi pada 30 hari pertama maupun 30 hari terakhir setelah operasi kanker
kolorektal. Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi kanker kolorektar yaitu
berupa infeksi nonspesifik maupun infeksi yang diakibatkan oleh dehiscence
anastomotic, pendarahan, dan komplikasi pada abdomen berupa fascia dehiscene serta
postoperative ileuse.

7. Penatalaksanaan Medis

Latifah (2020) Kanker kolorektal memiliki beberapa penatalaksanaan medis berupa :

a. Terapi paliatif

Terapi ini bertujuan untuk menjamin kualitas hidup pasien lebih baik dengan
mengatasi dan mencegah obstruksi serta menghentikan pendarahan, serta
memperhatikan aspek spiritual dan psikologis.

b. Terapi kuratif

Terapi tersebut berupa tindakan pembedahan yang bertujuan untuk


mempermudah saluran pencernaan di mana bersifat kuratif maupun non kuratif. Pada
tindakan pembedahan terdapat beberapa penanganan berupa abdominoperineal
resection, hemocolectomy, sigmoid colectomy, transverse colectomy, dan left
hemocolectomy.

Yuda Handaya, (2017) Mengatakan Penanganan kanker kolorektal dimana


tergolong penanganan kuratif yaitu dilakukannya pembedahan, dengan mengeksisi
batas regional lymphadenoktomi yang disebut pembedahan kuratif dimana masih
mempertahankan fungsi dari usus besar. Tindakan pembedahan pada pasien kanker
kolorektal yaitu berupa laparaskopi yang dilakukan tindakan insisi tunggal atau irisan
0,5-1cm dengan alat khusus. Tindakan laparaskopi memiliki keuntungan berupa
kecilnya rasa nyeri postoperasi, mengurangi terjadinya risiko herniasi postoperasi,
cepatnya masa penyembuhan, dan pasien dapat melakukan aktivitas normal dengan
cepat.

c. Terapi lain

6
Pada kanker kolorektal terdapat beberapa tindakan terapi lain berupa
radioterapi ajuvan, kemoterapi poliatif, dan kemoradioterapi.Kemoterapi bertujuan
untuk mengecilkan ukuran tumor pada pasien dimana tergolong dalam tindakan
preoperasi yang diberikan melalui injeksi maupun oral, dan dapat menghambat
pertumbuhan sel tumor postoperasi ataupun pada pasien stadium lanjut yang tidak
dapat dilakukan tindakan operasi (Yuda Handaya, 2017)

B. Pathways

Pola makan yang salah


rendah serat,tinggi lemak
Faktor
inisiasi/lingkung
an
Perubahan feses
Kontak langsung dengan zat
kimia yang mengandung
Kontak zat berpotensi karsinogen (pupuk tani)
karsinogenik dengan berhubungan dengan profesi
mukosa usus bertambah pasien.
lama

Dinding usus yang


Menyerang dinding usus
terinvasi

Adeno karsinoma Kanker kolorektal

Inflamasi jaringan Terdapat invasi pada Perubahan status kesehatan


jaringan

Kehilangan fungsi ansietas


Merangsang jaringan
pada kolon
syaraf nyeri pada
hipothalamus Stres psikologis

Gangguan absorbsi
Persepsi nyeri dalam jangka Terganggunya pola istirahat
lama tidur

Diare
Nyeri Akut Gangguan pola tidur

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Andarmoyo, S. (2017).

1. Biasanya identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis, kelamin, status, agama,
pekerjaan pendidikan alamat. Penanggung jawaban juga terdiri dari nama, umur
penanggung jawab, hubungan dengan keluraga, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama pada post operasi colostomy yaitu nyeri. Nyeri timbul dari proses
pembedahan.
3. Riwayat kesehatan sekarang (PQRST)Biasanya pasien mengeluh nyeri dibagian
abdomen karena sudah melakukan tindakan colostomy, jadi pasien merasakan tidak
nyaman dengan kondisinya yang sekarang. pasien juga tidak bisa bergerak banyak,
tubuh pasien biasanya terasa lemas dan letih, dan nafsu makan menurun. Pengkajian
dengan pendekatan yaitu menggunakan PQRST (Andarmoyo, S. (2017).
P (Provoking Incident): Pasien post operasi colostomy biasanya akan mengeluh nyeri
dan nyeri dirasakan bertambah ketika bergerak.
Q (Quality of Pain): Nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi colostomy seperti
tersayat-sayat benda tajam.
R (Region): Nyeri dirasakan di daerah abdomen kanan dan kiri tidak menyebar ke
bagian tubuh yang lain.
S (Severity/Scale of Pain): Skala nyeri yang dirasakan pasien post operasi colostomy
biasanya mencapai skala 4-6 (nyeri sedang) hingga 7-9 (nyeri berat).
T (Time): Nyeri dirasakan terus menerus setelah efek anastesi hilang
4. Riwayat kesehatan dahuluBiasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik
kolorektal, dan kolotis ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstuksi pada
usus besar,dan diet konsumsi diet tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, tinggi sert.
5. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit
kronis lainnya.
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja yang
sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi makanannya
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar darah atau
tidak, keras, lembek, cair.
c. Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau tidak,
menyikat gigi.
d. Pola istirahat dan tidur

8
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam, Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa
saja yang dilakukan.
e. Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar kegiatan
olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan sekitarnya.
f. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras, ketergantungan
dengan obat-obatan ( narkoba ).
g. Hubungan peran

Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, temanteman sekitar


lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat ?

h. Pola persepsi dan konsep diri

Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan


dengan keluarga.

i. Pola nilai kepercayaan

Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama yang


dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap perintah dan
larangan-Nya.

j. Pola reproduksi dan seksual

Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga


besarnya dan lingkungan sekitar.

7. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
 Inspeksi: bentuk hidung simetris, bentuk dada simetris, jalan nafas bersih,
irama dan kedalaman teratur premitus normal krepitasi tidak.
 Palpasi: tidak terdapat nyeri, dan tidak ada lesi
 Perkusi : suara perkusi normal.
 Auskultasi : suara nafas vesikuler.
b. Sistem kardiovaskuler dan limfe
 Inspeksi : mukosa bibir merah muda, tidak terdapat cubbing finger, tidak
terdapat pembesaran kelenjar geteh bening.
 Palpasi : nadi normal, tidak terdapat capillary refill time.
 Perkusi : batas-batas jaantung, perkusi jantung normal.
 Auskultasi : tidak terdapat kelainan
c. Sistem pencernaan
 Inpeksi : Perut terlihat datar, terlihat stermar, Terdapat luka post operasi
colostomy di bagian kuadran kana, bekas luka terlihat bersih dan bagus ada
colostomy terletak sebelah kiri abdomen.

9
 Palpasi : Nyeri tekan pada bagian area colostomy dan abdomen bekas operasi.
 Perkusi : Tidak ada terdengar suara timpani ketika di perkusi.
 Auskultasi : Pada di dengar kan dengan stetoskop bising usus pasien 6x/mnt
d. Sistem integument
 Inspeksi :
1. Warna stoma ( normal warna kemerahan)
2. Tanda-tanda perdarahan ( rubor,color,dolor)
3. Keadaan kulit ( lengket, kotor, bau)
4. Haluan stoma
5. Letak pada posisi abdomen kanan dan kiri
 Palpasi : turgor kulit menurun, terdapat edema
e. Sistem penglihatan
 Inspeksi: bentuk mata, peradangan pada konjungtiva atau tidak. warna seklera,
kelainan pada mata atau tidak, edema periobital
 Palpasi : tekanan intraokuler
 3) Test snallen
f. Sistem pendengaran
 Inspeksi : kesimetrisan pinna kanan dan kiri
 Palpasi : nyeri pada post auricle atau tidak
 Test kemampuan pendengaran : garputala, detak jantung, test berbisik
g. Sistem perkemihan
 Inspeksi: terdapat edema pada ekstremitas interior atau tidak, keadaan meatus
uretra, terpasang kateter urine
 Palpasi: keadaan kandung kemih tidak penuh, nyeri tekan
 Perkusi: nyeri ketuk pada ginjal
h. Sistem musculoskeletal

Lokasi : bentu tubuh tegap, keadaan umum lemah, bentuk ekstremitas atas
bawah simetris, tidak edema, kemampuan dalam bergerak terbatas.

i. Sistem endokrin
 Inspeksi : tidak terdapat pembesaran tyroid, lemah
 Palpasi : tidak ada kelenjar tyroid
B. Analisis data

Diagnosa keperawatan etiologi Masalah keperawatan


Data mayor : 1. Colostomy Nyeri akut b/d adanya
Pasien mengeluh nyeri 2. Pasca bedah luka post operasi
berhubungan dengan 3. Luka pasca bedah Colostomy
adanya luka post operasi 4. Kerusakan jaringan lunak
colostomy pasca bedah
5. Respon serabut lokal
Data minor : 6. Nyeri akut
Pasien tampak meringis
skala nyeri 5

10
C. Diagnosa keperawatan

Penilaian klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan (Dinarti & Yuli
Muryanti, 2017).

Diagnosa yang mungkin muncul menurut (PPNI, 2017):

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post operasi Colostomy.


2. Risiko Gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif.
3. Resiko Infeksi ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan integritas kulit.
4. Resiko Defisit Nutrisi ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi.
5. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan efek tindskan/pengobatan (pembedahan
post operasi colostoy).
D. Intervensi

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan (SIKI)


Nyeri akut b/d adanya Kontrol nyeri dengan Manajemen nyeri :
luka post operasi kriteria hasil: 1. observasi
Colostomy 1. Pasien mampu a) identifikasi lokasi
mengenali karakteristik dan nyekala
oenyebab nyeri nyeri
2. Pasien mampu b) identifikasi respon nyeri
menggunakan non verbal
teknik 2. terapentik
pengurangan a) berikan teknik non
nyeritanpa farmakologis untuk
analgesik mengurangi rasa nyeri
3. Pasien tidak (teknik tarik nafas dalam)
meringis b) fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pasien mampu 3. kolaborasi
melaporkan nyeri kolaborasi pemberian
yang terkontrol analgetik, jika perlu.

E. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana


keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kalaborasi. (Ningsih, N., &
Lukman. (2018).

F.Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan Ningsih, N., &
Lukman. (2018).

11
Menurut Ningsih, N., & Lukman. (2018). Teknik Pelaksanaan SOAP sebagai berikut :

1. S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah
tindakan diberikan.
2. O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
3. A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
4. P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu organ sistem pencernaan adalah kolon (usus besar) dan rektum yang
merupakan bagian akhir dari sistem pencernaan dan berfungsi untuk menyelesaikan proses
absorpsi, memproduksi beberapa vitamin, pembentukan feses, dan mengeluarkan feses dari
tubuh. Kolon dapat berubah fungsinya jika mengalami gangguan, contohnya terdapat sel
kanker.

Pada kasus kanker kolon, masalah keperawatan yang dapat diangkat adalah
konstipasi, diare, nyeri akut, tidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan
ansietas.

B. Saran

Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada umumnya dan
mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui lebih dalam tentang kanker kolon.
Sedangkan bagi perawat, diharapkan hendaknya lebih memahami konsep kanker kolon, burts
abdomen, dan bulimia nervosa sehingga dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
pasien kanker kolon secara komprehensif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2017). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. (R. KR, Ed.). Jogjakarta: AR-
Ruzz Media.

Fahrizin, D. (2018). Klasifikasi Penyakit Kanker Usus Besar (Kanker Kolorektal)


Menggunakan Probabilistic Neural Network.

Liabalingka. (2020). KANKER PENTINGNYA MENGENAL KANKER LEBIH DEKAT


(1st ed.). penerbit GAVA MEDIA Anggota IKAPI DIY.

Latifah, R. N. (2020). KARAKTERISTIK KLINIS PENDERITA KANKER


KOLOREKTAL DI INDONESIA – SUATU STUDI LITERATUR. SKRIPSI, 21(1),
1–9. http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/

Ningsih, N., & Lukman. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Kanker Kolorektal. Jakarta: Salemba Medika.

Prabowo, S. dr. (2019). Kenali KANKER USUS BESAR (KOLOREKTAL) Sejak Dini,


Jurnal Ipteks Terapan, 1(1), 34–46. https://doi.org/10.1037/e544052009-009

Rahmadania, E., Wibowo, A. A., & Rosida, L. (2016). Distribusi Pola Diet Pasien Kanker
Kolorektal Di Rsud Ulin Banjarmasin Periode Agustus Oktober 2015. Berkala
Kedokteran, 12(2), 215. https://doi.org/10.20527/jbk.v12i2.1872

Rompis, A. yosua, & Dewi, N. N. A. (2019). Aspek Genetik Kanker Kolorektal. Jurnal Sains
Dan Kesehatan, 2(2), 122
128.https://jsk.farmasi.unmul.ac.id/index.php/jsk/article/view/145/139

Sampetoding, C. J. (2020). KARAKTERISTIK DAN STATUS GIZI PASIEN KANKER


KOLOREKTAL DI RUMAH SAKIT DR WAHIDIN

Yuda Handaya, SpB-KBD, D. dr. A. (2017). DETEKSI DINI & ATASI 31 PENYAKIT
BEDAH SALURAN CERNA (DIGESTIF) (Mayasari (ed.); 1st ed.).
Rapha Publishing.

14

Anda mungkin juga menyukai