Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN
“KANKER KOLOREKTAL”

Disusun oleh kelompok 7


1. Novalin Isir
2. Delvia kalami (202114201016)
3. Fransina lagu (202114201030)
4. Fhince N.Yaas (202114201128)

DOSEN PENGAMPUH

Triani Banna,S.Kep.,Ns,M.Kep.

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA (STIKES)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Tahun 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Masa Esa yang telah Memberikan
Rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan gangguan pada system pencernaan, serta syukur kami
curahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita
semua selaku umatnya Adapun Tujuan penyusunan makalah ini salah satunya untuk
memenuhi Tugas Mata kuliah Medikal Bedah.

Kami Sadar akan keterbatasan dan kemampuan yang kamu miliki, maka kami mohon
maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini Saran dan kritik
kami harapkan untuk meningkatkan bobot makalah ini Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat.

Sorong,5 mei 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. …………………….

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... …………………….

A. Latar Belakang ............................................................................. ……………………..


B. Rumusan Masalah........................................................................ ……………………..
C. Tujuan .......................................................................................... …………………......

BAB II TINJAUN TEORI...................................................................... ……………………..


A. Kanker kolorektal......................................................................... ……………………..
B. Etiologi ......................................................................................... ……………………..
C. Tanda dan Gejala ......................................................................... ……………………..
D. Patofisiologis ................................................................................ …………………….
E. Pathways ...................................................................................... …………………….
F. Penatalaksanaan ........................................................................... …………………….
G. Asuhan Keperawatan................................................................... ……………………..

BAB III.................................................................................................... ……………………..


Daftar pustaka.................................................................................... ……………………..

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang diikuti proses
invasi ke jaringan sekitar dan penyebarannya (metastatis) ke bagian tubuh yang lain.
Sifat utama sel kanker ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan
perkembangan sel kanker tersebut (King, 2000).
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian terbesar
pada abad ini. Pada tahun-tahun terakhir ini tampak adanya peningkatan kasus kanker
karena disebabkan oleh pola hidup yang salah seperti kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, makanan mengandung lemak jenuh, kehidupan seks bebas, dan lain-lain.
(Anonim, 2006a). Di Indonesia sendiri jumlah penderita kanker belum diketahui
secara pasti, tetapi peningkatannya dari tahun ke tahun dapat dibuktikan sebagai salah
satu penyebab utama kematian (Mangan, 2003). Berdasarkan daftar Badan Kesehatan
Dunia WHO penyakit kanker masih dalam urutan teratas dari kelompok penyakit
yang paling mematikan di dunia. Di dunia penyakit ini menempati urutan kedua
sebagai penyebab kematian, sedangkan di Indonesia menempati urutan keenam
(Mulyadi, 1997).
Kanker dapat menyebabkan gejala yang berbeda, tergantung pada lokasinya
dan karakteristik dari keganasan dan apakah ada metastasis. Sebuah diagnosis yang
menentukan biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang
diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi,
kemoterapi, dan/atau radiasi (Anonim, 2006b). Pada umumnya pengobatan penyakit
ini dilakukan dengan campuran cara-cara tersebut di atas (Mulyadi, 1997).
Sampai saat ini para ahli kedokteran belum menemukan obat antikanker
dengan efek terapi yang memuaskan. Banyak pasien yang telah menjalani kemoterapi
tetapi kanker yang diderita masih tumbuh lagi. Selain itu juga efek samping yang
ditimbulkan sangat merugikan bagi pasien. Oleh karena itu, banyak penderita kanker
yang beralih pada pengobatan tradisional yang dianggap lebih efektif dan relatif
aman.
Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk mencari obat kanker adalah
dengan menggali sumber obat alam. Keaneka ragaman hayati Indonesia sangat
berpotensi dalam penemuan senyawa baru yang mempunyai efek sitotoksik. Salah
satunya adalah familia Piperaceae. Spesies Piper banyak digunakan pada pengobatan
tradisional seperti Piper nigrum L., Piper cubeba L., Piper retrofractum Vahl., dan
Piper betle L.
Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa piperin yang terdapat
dalam ekstrak alkohol Piper longum mempunyai efek toksik terhadap sel DLA
(Dalton’s Lymphoma Ascites) dan sel EAC (Ehrlich Ascites Carcinoma) (Sunil dan
Kutan, 2003). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian potensi sitotoksik Piper
cubeba terhadap sel kanker seperti Myeloma. Digunakan sel Myeloma karena sel

4
Myeloma meupakan salah satu sel kanker yang sering ditemukan, yang berasal dari
sumsum tulang yang menghasilkan sel darah, yang ditandai dengan gejala seperti
anemia, cepat lelah, yeri pada tulang dan mudah sekali tejadi patah tulang (Anonim,
2006d).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
“bagaimana konsep asuhan keperawatan”asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan system pencernaan:kanker kolorektal

C. Tujuan
Mahasiswa mampu melaksanakan dan menegagkan proses asuhan keperawatan
terhadap klien dengan masalah kanker kolorektal.

D. Manfaat
Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai asuhan keperawatan klien dengan
masalah gastritis dan menanbah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan penulis
terutama mengenai asuhan keperawatan klien dengan masalah kanker kolorektal

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan
epitel dari kolon atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang
ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar
pada sistem pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya
kolon berada dibagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7
cm di atas anus. Kolon dan rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi
tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna.

B. Etiologi
Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui. Penelitian
saat ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi terbesar untuk kanker
kolorektal. Mutasi dari gen Adenomatous Polyposis Coli (APC) adalah penyebab
Familial Adenomatous polyposis (FAP), yang mempengaruhi individu membawa
resiko hampir 100% mengembangkan kanker usus besar pada usia 40 tahun.
Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal,
diantaranya adalah :
a. Diet tinggi lemak,rendah serat
Salah satu faktor risiko meningkatnya angka kejadian karsinoma kolorektal
adalah perubahan diet pada masyarakat. Diet rendah serat dan tinggi lemak
diduga meningkatkan risiko karsinoma kolorektal. Sejumlah penelitian
epidemiologi menunjukkan diet tinggi serat berkolerasi negatif dengan
risiko kanker kolorektal. Seseorang dengan asupan rendah serat mempunyai
risiko 11 kali lebih besar terkena karsinoma kolorektal dibandingkan
dengan tinggi serat. Sedangkan asupan serat harian rata-rata orang
Indonesia masih rendah sebesar 10,5 g/hari. Serat memberikan efek
protektif dari sel kanker dengan mempercepat waktu kontak antara
karsinogen dan usus besar saat penggumpalan feses, sehingga menipiskan
dan menonaktifkan karsinogen. Efek protektif juga diperoleh dari
antioksidan pada sayur dan buah. Selain itu, asam lemak rantai pendek hasil
fermentasi serat meningkatkan diferensiasi sel atau menginduksi apoptosis
b. Usia lebih dari 50 tahun.
c. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker kolorektal
mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
d. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome. Pada
semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi
kanker rektum.
e. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome, Peutz-
Jeghers syndrome dan Muir syndrome.
f. Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.
g. Inflammatory bowel disease.
h. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).
i. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat

6
A. Klasifikasi kanker kolorektal

Stadium kanker kolorektal dimulai dari stadium 0 sampai dengan stadium IV.
Stadium 0 disebut juga dengan stadium awal atau dini sedangkan stadium IV
merupakan stadium akut (Yulianti Soleha, 2015). Ciri dan gejala setiap stadium
kanker kolorektal berbeda-beda. Sumber (Gontar Alamsyah, 2007:14).
a. Tumor primer (T)
TX: Tumor primer tidak dapat di nilai
T0: Tidak ada bukti tumor primer
Tis: Karsinoma in situ :intraepitel atau invasi ke lamina propria
T1: Tumor menyerang sub mukosa
T2: Tumor menyerang muskolaris propria
T3: Tumor menyerang melalui muskolaris propria ke subserosa,atau ke
dalam jaringan perikolik atau perirectal nonperitoneal
T4: Tumor secara langsung menyerang organ atau struktur lain dan/atau
perforasi,peritotenium visceral

b. Kelenjar getah bening (N)


NX: Note regional tidak dapat dinilai
N0: Tidak ada metastasis kelenjar geta bening regional
N1: Metatastis pada 1 sampai 3 kelenjar getah bening regional
N2: Metastasis di 4 atau lebih kelenjar getah bening regional

c. Metastasis jauh (M)


MX: Adanya metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0: Tidak ada metastasis jauh
M1: Metastasis jauh

1. Kanker kolorektal stadium 0


Stadium kanker kolorektal dimulai dari angka 0, berbeda dengan
kanker lainnya yang dimulai dengan tahap 1 dalam tahap 0 dikenal
juga dengan karsinoma.penyakit kanker kolorektal dalam stadium 0
sel kanker hanya berada di dalam lapisan usus besar atau di rectum
saja. Gejala dan ciri kanker kolorektal di stadium 0 adalah seperti
penyakit lambung biasa, rasa mual dan muntah, diare berlebihan,
dan sembelit.
2. Kanker kolorektal stadium 1
Gejala yang dirasakan pun sama dengan stadium 0 namun yang
berbeda adalah penderita mengalami penurunan berat badan yang
sangat drastis dan diare akut.
3. Kanker kolorektal stadium 2
Dalam tahap ini penderita akan merasakan sembelit, diare,
mual, dan muntah secara berkepanjangan. Tidak hanya itu saja,
mulai dari tahap ini tinja atau feses akan bercampur dengan darah
karena jaringan tumor sudah mempengaruhi tinja.
4. Kanker kolorektal stadium 3
Gejala yang akan dialami oleh pasien adalah perasaan mual dan
muntah, berat badan berkurang drastis, sembelit dan juga tinja yang
bercampur dengan darah. Tidak hanya itu saja penderita mengalami
perut kembung dan nyeri.

7
5. Kanker kolorektal stadim 4
Jika sudah memasuki stadium IV, penyakit kanker kolorektal
sudah memasuki tahapan akut. Penyebarannya sudah sampai ke
organ-organ vital di dalam tubuh misalnya hati, paru- paru, dan juga
ovarium atau indung telur.

B. Manifestasi klinis
Gejala umum dari kanker kolorektal ditandai oleh perubahan kebiasaan
buang air besar. Gejala tersebut meliputi:
a. Diare atau sembelit
b. Perut terasa penuh
c. Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses.
d. Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya.
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau
kembung.
f. . Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
g. Merasa sangat lelah sepanjang waktu.
h. Mual atau muntah.

C. Patofisiologi
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun
umumnya masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor
secara tipikal tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala. Pada saat timbul
gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan lebih dalam dari
jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar
dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan
dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor
lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan
dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar
getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak
selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar
regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga menyebar
melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar,
paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor ke area lain dari
rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau selama
pemotongan pembedahan (Rahdi et al., 2016).
Penyebaran kanker kolon dapat melalui 3 cara, yaitu penyebaran secara
langsung ke organ terdekat, melalui sistem limpatikus dan hematogen, serta
melalui implantasi sel ke daerah peritoneal. Karsinoma kolon dan rektum mulai
berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding dan meluas
secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Penyebaran perkontinuitatum menembus
jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina
atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium
dan paraaorta. Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal
mengakibatkan peritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites (Yuniarti,
Wulandari, & Parmilah, 2020).
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan
20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending (Black dan Jacob, 1997).
Kanker kolorektal terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus)

8
sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada
pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna menyebar
dengan cara:
1. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara
langsung misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran
secara langsung juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ
reproduksi.
2. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa
mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.
3. Tertanam ke rongga abdomen

D. Pathway kanker kolorektal

GENETIK LINGKUNGAN EPITELIUM SUBMUKOSA

FAP HNPC DEMOGRAFI Neoplasma neoplasma


epitelium
Instabilitas POLA MAKAN POLIP KOLON
SINDROM
mikrosaleli Diet
POLIPOSIS
t rendah TAMPA
DIET sisa
k Mutasi PENANGANAN
Instabilitas TINNGI
kromosom noktah
LEMAK
KANKER
Konsumsi KOLON
Kerusakan Perubahan alkohol
lokus sangsangan
pengontrol BASA DNA KOLOSTOMI
proliferasi Iritasi
Kegagalan mukosa
Perubahan Deteksi&pe kolon MK:ketidaksei MK:kurang
kromosom rbaikan mbangan pengetahuan
DNA nutrisis kurang
Kegagalan
TRANSLOKA
DELESI profilerasi
SI
normal MK:resiko kurang vol
AMPLIKASI cairan
kolonosit

adenoma
tosa

9
E. Penatalaksanaa
Penata laksanaan kolorektal adalah sebagai berikut:
1. Bedah
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima
sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif
harus mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal tetapi juga harus
tetap mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya (Casciato DA, 2004).
Pada tumor yang bisa dioperasi, tindakan bedah merupakan satu-satunya
pengobatan kuratif karena adenokarsinoma kurang sensitif terhadap
radiasi ataupun sitostatika. Namun, pada tumor yang tidak dapat
dioperasi lagi, tindakan bedah bersifat paliatif. Pilihan penanganan
kanker rektum memerlukan ketepatan lokalisasi tumor, karena itu untuk
tujuan terapi rektum dibagi dalam 3 bagian, yaitu 1/3 atas, 1/3 tengah,
dan 1/3 bawah. Bagian 1/3 atas dibungkus oleh peritoneum pada bagian
anterior dan lateral, bagian 1/3 tengah dibungkus peritoneum hanya di
bagian anterior saja, dan bagian 1/3 bawah tidak dibungkus peritoneum.
Lipatan transversal rektum bagian tengah terletak +11cm dari garis
anokutan dan merupakan tanda patokan adanya peritoneum. Bagian
rektum dibawah katub media disebut ampula rekti, dimana bila bagian
ampula ini direseksi maka frekuensi defekasi secara tajam akan
meningkat. Hal ini merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam memilih tindakan pembedahan. Bagian
pascaerior rektum tidak ditutup peritoneum tetapi dibungkus oleh lapisan
tipis fasia pelvis yang disebut fasia propria. Pada setiap sisi rektum di
bawah peritoneum terdapat pengumpulan fasia yang dikenal sebagai
ligamen lateral, yang menghubungkan rektum dengan fasia pelvis
parietal. Letak ujung bawah tumor pada kanker rekti biasanya dihitung
dari berapa cm jarak tumor tersebut dari garis anokutan. Pada hasil- hasil
yang dilaporkan harus disebutkan apakah pembagian tersebut dibuat
dengan endoskopi yang kaku atau fleksibel dan apakah patokannya dari
garis anokutan, linea dentata, atau cincin anorektal. Bagian utama
saluran limfatik rektum melewati sepanjang trunkus a. hemoroidalis
superior menuju a. mesenterika inferior. Hanya beberapa saluran limfe
yang melewati sepanjang v. mesenterika inferior kelenjargetah bening
pararektal di atas pertengahan katup rektum mengalir sepanjang cincin
limfatik hemoroidalis superior. Di bawahnya (yaitu 7-8 cm diatas garis
anokutan), beberapa saluran limfe menuju ke lateral. Saluran-saluran
limfe ini berhubungan dengan kelenjar getah bening sepanjang
a.hemoroidalis media, fossa obturator, dan a.hipogastrika, serta a. iliaka
komunis. Perjalanan saluran limfatik utama pada kanker rekti adalah
mengikuti pembulih darah rektum bagian atas menuju kelenjar getah
bening mesenterika inferior. Aliran limfatik rektum bagian tengah dan
bawah juga mengikuti pembuluh darah rektum bagian tengah dan
berakhir di kelenjar getah ening iliaka interna. Kanker rekti bagian
bawah yang menjalar ke anus kadang-kadang dapat bermetastase ke
kelenjar inguinal superfisial karena adanya hubungan dengan saluran
limfatik eferen yang menuju ke anus bagian bawah.Kolektomi
laparasokopik merupakan pilihan penatalaksanaan bedah untuk kanker

10
kolorektal. Bukti - bukti yang diperoleh dari beberapa uji acak terkontrol
dan penelitian kohort memperlihatkan bahwa bedah laparoskopik untuk
kanker kolorektal dapat dilakukan secara onkologis dan memiliki
kelebihan dibandingkan dengan bedah konvensional seperti
berkurangnya nyeri pascaoperasi, penggunaan analgetika, lama rawat di
rumah sakit, dan perdarahan.
2. Radioterapi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-
ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara
pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi
internal. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan
stadium dari kanker. Radiasi eksternal (external beam therapy)
merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat
diarahkan pada sel kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh sel
kanker, maka dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan
yang sehat disekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian
radiasi hanya berlangsung beberapa menit. Radiasi internal
(brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang diberikan
ke dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang
menghasilkan radiasi disebut radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara
oral, parenteral atau implant langsung pada tumor. Radiasi internal
memberikan tingkatradiasi yang lebih tinggi dengan waktu yang relatif
singkat bila dibandingkan dengan eksternal radiasi, dan beberapa
penanganan internal radiasi secara sementara menetap didalam tubuh
3. Kemoterapi adjuvant
Kanker kolorektal telah banyak resisten pada hampir sebagian
kemoterapi. Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan
ekstirpasi dari tumor secara teoritis seharusnya dapat menambah
efektifitas kemoterapi. Kemoterapi sangat efektif digunakan bila tumor
sangat sedikit dan berada pada fase proliferasi (Schwartz, 2005).
Sitostatika berupa kombinasi FAM (5-fluorasil, adriamycin, dan
mitomycin c) banyak dipergunakan sebagai terapi adjuvant.

F. Konsep asuhan keperawatan pada kanker kolorektal


A. Pengkajian
1. Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi :
a. Meliputi nama dan alamat
b. Jenis kelamin:kanker kolorektal ini lebih banyak menyerang pada
laki-laki
c. Umur:paling sering menyerang orang yang berusia lebih 40 tahun
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan
klien hanyakata”ya”atau “tidak”atau hanya dengan anggukan kepala
atau gelengan.
b. Riwayat kesehatan sebelumnya
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya
klien perna menderita penyakit lain.orang sudah perna terkena
kanker usus besar dapat terkena usus kanker besar kedua

11
kalinya.selain itu,wanita dengan riwayat kanker di indung
telur,uterus (endometrium) atau payudara mempunya risiko tinggi
untuk terkena kanker usus besar
c. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi kanker colon tidak diturunkan,tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini perna di alami oleh anggota
keluarga lainnya mempunyai riwayat kanker ,maka kemungkinan
terkena penyakit kanker diusia muda.
d. Riwayat sosian ekonomi
Pada riwayat social ekonomi pasien terkait makanan dan nutrisi yang
di konsumsi oleh pasien setiap harinya.
e. Riwayat psikologi
Cara pasien menghadapi penyakit saat ini,dapat menerima ada
tekanan spikologis berhubungan dengan sakitnya itu.kita kaji tingkah
laku dan kepribadian.
1. Pola sehari-hari
a. Nutrisi metabolic
b. Eliminasi
c. Aktivitas dan latihan
d. Tidur dan istirahat
e. Kognitif dan persepsi sensori
f. Persepsi dan konsep diri
g. Peran dan hubungan dengan sesama
h. Reproduksi dan seksualitas
i. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
j. Nilai dan kepercayaan

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017)
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengindentifikasi respon klien
individu,keluarga dan komunitas terhadap situasi yang dapat muncul pada
klien kanker usus yaitu:
1. Nyeri kronik (D.0078)
2. Keletihan (D.0057)
3. Deficit nutrisi (D.0019)
4. Resiko infeksi (D.0142)

12
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Interensi
1 Nyeri Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
kronis tindakan keperawatan Obserarvasi
selama 1x24 jam 1.identiikasilokasi,karakterisstik
maka diharapkan durasi,frekuensi,kualitas,intensi
tingkat nyeri tas nyeri.
menurun.KH 2.identifikasi skala nyeri.
-keluhan nyeri 3.identifikasi respon non verbal
Menurun 4. Identifikasi pengaruh nyeri pd
-meringis menurun kualitas hidup
-gelisah menurun 5. Monitor efek samping
-kesulitan tidur pengunaan analgenik
menurun Terapeutik
-pupil dilatasi 6.Berikan teknik non
menurun farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
7.Pertimbangkan jenis dan
sumber
8.Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategimeredakan nyeri.
Edukasi
9.anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
10. anjurkan mengunakan
analgenik secara tepat
11. ajarkan teknik non
armakologis untuk mengurangi
rasa nyeri,
kolaborasi
12.kolaborasi pemberian
analgenik,jika perlu

13
2 kelebihan Setelah dilakukan MANAJEMEN
tindakan keperawatan ENERGI(1.05178
selama 1x24 jam Observasi
maka diharapkan 1. identivikasi gangguan fungsi
tingkat keletihan tubuh yang mengakibatkan
membaik.KH: kelelahan
-kemampuan 2. monitor kelelahan fisik dan
melakukan aktivitas emosional
meningkat 3. monitor pola dan jam tidur
-verbalilasi telah 4. monitor lokasi dan ketidak
menurun nyamanan selama melakukan
Lesu menurun aktiitas
Terapeutik
5.sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
(mis.cahaya.suara.kunjungan)
6.lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
7.berikan aktiitas distrasi yang
menyenangkan
8.fasilitas duduk di sisi tempat
tidur jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
9.anjurkan tirah baring
10.anjurkan lakukan aktifitas
secara bertahap dll

3 Difusi Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI


nutrisi tindakan keperawatan Observasi
selama 1x 24 jam 1. identifikasi status nutiris
maka diharapkan 2. identifikasi alergi dan
status nutrisi intoleransi makanan
membaik.KH: 3. identifikasi makanan yang
-porsi makanan yang disukai
di habiskan 4. identifikasi kebutuhan kalori
meningkat dan jenis nutrient
-nyeri abdomen 5. monitoring asupan makanan
menurun 6. monitoring berat badan
-berat badan 7. monitoring hasil pemeriksaan
membaik LAB
-bising usus membaik Terapeutik
-membran mukosa 8. lakukan oral hygiene sebelum
membaik makan jika perlu
9. fasilitasi menetukan pedoman
diet
10. sajikan
makanan secara menarik dan

14
suhu yang sesuai
11. berikan
makan tinggi serat untuk
mencegan konstipasi dll
Edukasi
12.anjurkan posisi duduk,jika
mampu
13.ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
14.kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis,pereda nyeri
antiemetic)di butuhkan jika
perlu
4 Resiko Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI
infeksi tindakan keperawatan Observasi
selama 1x 24 jam 1.monitor tanda dan gejala
maka diharapkan infeksi local dan sistemik
tingkat infeksi terapeutik
menurun.MK: 2.batasi jumlah pengjung
-Kultur area luka 3.berikan perawatan kulit pada
membaik area edema
4.cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
5.pertahankan teknik aseptok
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
6. jelaskan tanda dan gejala
infeksi
7. ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
8. ajarkan etika batuk
9. ajarkan cara memeriksa luka
atau luka operasi
Kolaborasi
10. kolaborasi pemberian
imuniasis jika perlu

D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkain tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu perawat
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelum disusun dalam rencana
keperawatan(Nursalam,2022)

15
E. Evaluasi
Menurut Nursalam,2011,evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Evaluasi formatif,evaluasi ini juga disebut evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan teercapai
b. Evaluasi somatif,merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini mengunakan SOAP.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker kolorektal adalah pertumbuhan abnormal pada kolon atau rectum(usus).
Kolon merupakan bagian terpanjang pada usus besar dan rectum adalah lorong
yang menghubungkan antara kolon dengan anus.sebagian besar kanker klorektal
berawal dari suatu polip(suatu pertumbuhan yang jinak atau tidak bersifat
kanker pada lapisan kolon atau rectum).skrining terhadap polip dapat
mendeteksi kanker kolorektal secara dini.penyebab kanker kolorektal tidaklah
diketahui,namun anda mungkin berisiko mengalaminya bila:berusia diatas 50
tahun,memiliki polip kolorektal,misalnya kanker kolorektal,dan pada
wanita,kanker ovarium,uterus atau payudara,memiliki colitis ulseratif atau
penyakit crohn(peradangan kolon).merokok,diet,diet tinggi lemak dan rendah
buah serta sayuran.

B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat terutama yang mempunyai perubahan pola
defekasi hendaknya disini mungkin memeriksa diri ke rumah sakit untuk
mendapatkan pemeriksaan yang lebih lanjut .

16
DAFTAR PUSTAKA

sayuti, m. (2019). kanker kolorektal. KANKER KOLOREKTAL, 76-88.

Nuratif,Amin Huda & kusuma hardi.2015.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis


medis & Nanda,Nic-Nik jilid 3.yogyakarta Medicatin public

Athiyah, U., Medis, K. I., Studi, P., Teknik, M., & Indonesia, U. I. (2018). Ekstraksi Ciri
untuk Pengenalan Polip dan Pendarahan Pada Citra Scan Endoskopi Kanker
Kolorektal.

Agung, S., Andaryani, A., & Sari, D. K. (2018). Terdapat Pengaruh Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas dalam Terhadap Tingkat Nyeri. Jurnal Ilmiah Rekam Medis
Dan Informatika Kesehatan.

. National Cancer Institute, 2006. Cancer of the Colon and Rectum. Diakses dari
http://www.cancer.gov/cancertopics/types/colon-and-rectal pada tanggal 28
Januari 2019.

. Tomislav, 2009. Colon cancer, adenocarcinoma. (online), http//emedicine.medscape.com,


diakses 29 Januari 2019

17

Anda mungkin juga menyukai