Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASKEP PADA PASIEN DENGAN KANKER KANDUNG KEMIH

Nama – nama kelompok 4 :

1. Nikomang Julia Ayu Pita Devi


2. Lusiyani
3. Miriam Selviana Mariang
4. Naomi Febiola Kambuaya
5. Meskelina Susana Homer
6. Rosita Awanda Kalapain
7. Nikolaus Boli Lolondrian
8. Hanna Ronsumbre
9. Marthavina Bleskadit
10. Onna Yenjau

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES ) PAPUA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SORONG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
karunia-nya sehingga makalah tentang “ASKEP PADA PASIEN DENGAN KANKER KANDUNG KEMIH’’
ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KMB 1. Saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II Pembahasan
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Tanda Dan Gejala
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Penatalaksanaan
G. Fokus Asuhan Keperawatan
BAB III Penutup
A. KesimpulanDaftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan sekresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa
hasil metabolism dalam tubuh. Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada
organ sistem perkemihan, misalnya kanker kandung kemih.
Yang paling sering di jangkit kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandgn kemih
terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita, dan tumor-tumor multiple
juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih dari satu lesi padasatu kali dibuat diagnose.
Tumor atau karsinoma ini lebih sering mengenai laku-laki dengan perbandingan 2,7 : 1 . biasanya di
jumpai sebagai tumor superficial dan pada umumnya belum metastasis, namun rekurensinya tinggi.
Merupakan tumor maligna pada sistem genitourinary.
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20% sedangkan
kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih
adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi haematobium dan merokok.
Tumor dan kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang
invasive. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium
transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena iti setiap papiloma dari kandung kemih di anggap
pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbuldan prognosanya
lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenacarcinoma.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang konsep penyakit dan asuhan keperawatan kanker kandung kemih secara
teoritis.
b. Tujuan khusus
 Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, tanda dan gejala patofisiologi dan
pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan.
 Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien kanker kandung kemih.

C. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Dari makalahi ini akan menyediakan informasi yang sangat berguna untuk meningkatkan
pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit kenker kandung kemih.
b. Bagi pendidikan
Untuk pendidikan keperawatan, informasi yang di dapat dari makalah ini akan bermanfaat sebagai
bahan masukkan bagi pengembangan pembelajaran asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
kandung kemih.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia di atas 50 tahun dan
lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita (3:1). (Brunner & SUddarth, 2001).
Ca kandung kemih merupakan 2% dari seluruh keganasan dan merupakan keganasan kedua terbanyak
pada sistem eurogenital setelah karsinoma prostat. Tumor ini duakali lebih sering menyerang pria dari
pada wanita, dan angka kejadiannya meningkat pada daerah industry.
Tumor ganas kandung kemih adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah Ca skuamosa dan jarang
sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker
skuamosa. Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan
oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel
transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat distensi kandung
kemih. Apapun yang berperan dalam masalah ini adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial,
inilah yang akan menutupi sel intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan
distensi atau tidak.

B. Etiologi
Keganasan kandung kemih terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat disekitar kita.
Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma kandung kemih adalah :
1. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api, tekstil,
kulitdan pekerja dan salon/pencukur rambut sering terpapar oleh karsinogen berupa senyawa amin
aromatic (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma kandung kemih pada perokok adalah 2-6 kali lebihbesar
dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic
dan nitrosamine.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan nitrosamine yang
merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta
pemakaian obat-obatan siklofosfasmid yang diberikan intravesika, fenasetin, opium,dan obat
antituberkolosa INH dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko timbulntya karsinoma
kandung kemih.
5. Usia
Resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
6. Ras
Orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besarrq, resiko terkecil dapat pada orang Asia. Pria
memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
7. Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya adayang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih
tinggi untuk menderita kanker ini.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kandung kemih adalah zat karsinogen, baik eksoghen
dari rokok atau bahan kimia atau endogen dari hasil metabolisme. Penyebab lain diduga akibat dari
pemakaian analgetik, sitostatik, dan iritasi kronik oleh batu, sistosomiasis (infeksi parasif karena iritasi
kandung kemih) atau radiasi.

C. Tanda dan gejala


Gejala yang paling sering muncul pada penderita kanker kandung kemih adalah adanya darah dalam
urine (hematuria). Keluhan ini akan menyebabkan warna urine menjadi kemerahan atau kecoklatan.
Gejala lain yang dapat dialami penderita kanker kandung kemih adalah :
 Sering buang air kecil
 Frekuensi buang air kecil meningkat
 Sulit menahan buang air kecil (inkontinensia urine)
 Sering ingin buang air kecil secara tiba-tiba
 Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil

Jika kanker kandung kemih terus berkembang dan menyebar ke bagian tubuh lain, gejala yang muncul
dapat semakin beragam, di antaranya :

 Nyeri panggul
 Hilang nafsu makan
 Berat badan menurun
 Pembengkakan di tungkai
 Nyeri tulang
D. Patofisiologi
Menurut Amiruddin, kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor yaitu, usia kanker kandung
kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar dari pada
perempuan. Usia dapat menyebabkan imunitas seseorang turun sehingga rentan terpapar oleh radikal
bebas, selain itu lifestyle seperti kebiasaan merokok dan bahan-bahan karsinogenik seperti pabrik jaket
kulit bagian pewarnaan. Kedua faktor ini akan masuk ke dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih.
Selanjutnya terjadi stagnasi radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel
transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi kerusakan DNA maka tubuh akan
melakukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela akan kembali normal, jika tidak maka akan terjadi
mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari genom sel somatik ada 3 hal yang terjadi pertama adalah
pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan, kedua perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan
dan yang terakhir adalah pengnonaktifkan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut mengakibatkan
roduksi gen regulatorik hilang. Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi kanker
pada kandung kemih.
E. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba/dirasakan benjolan di perut. Jika dicurigai kanker ginjal,
maka dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
 Urografi intravena
 USG
 CT scan
 MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor.

Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa. Aortografi dan
angiofrafi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan keterangan
tambahan mengenai tumor dan arteri renalis. (sumber : Renccana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan Edisi 2).

Prosedur diagnostic yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan laboratorium urin


Biasanya tidak ditemukan kelainan selain hematuria. Anemia dapat dijumpai sebagai tanda adanya
pendarahan kronis atau pendesakan sel metastasis ke sumsum, sedangkan uremia dapat dijumpai
apabila tumor penyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya sendiri maupun
limfadenopati.
2. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto torax. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menilai keadaan traktus urinarius yaitu berupa adanya gangguan fungsi eksresi ginjal, hidronefrosis,
hidroureter, dan filling defect pada buli-buli, menilai infiltrasi tumor ke dinding buli-buli, dan
melihat adanya metastasis regional atau jauh.
3. Sitoskopi dan biopsy
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sitoskopi adalah mutlak dilakukan, bila
perlu dapat dilakukan CT-scan. Pada pemeriksaan sitoskopi, dapat dilihat adanya tumor dan
sekaligus dapat dilakukan biopsi atau reseksi tumor yang juga merupakan tindakan pengobatan pada
tumor-tumor superficial. (Sumber : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan).

F. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
1. Intravesical Imunnotherapy (Bacillus Calmette-Guerin {BCG} immunotheraphy)
2. Intravesical kemoterapi
3. Kemoterapi ajuvan
4. Terapi radiasi
b. Intervensi Bedah
1. Terapi endoskopik
2. Radikal kistektomi
a. Panggul limfadenoktomi. Setelah melakukan kistektomi, sebuah pengalihan kemih harus
dibuat dari segmen usus.
b. Conduit (pengalihan) : conduits dapat dibangun baik dari ileum atau usus besar.
c. Kantong Indiana
d. Neobladder
c. Perawatan untuk kanker kandung kemih
Perawatan makanan :
1. Pasien kanker kandung kemih dianjurkan untuk memakan buah dan sayuran segar.
2. Harus diberikan diet tinggi protein seperti telur, susu dan ikan.
3. Berikan makanan kesukaan pasien kanker kandung kemih yang telah dimodifikasi, tetapi hindari
makanan pedas, keras dan yang sulit di cerna oleh tubuh.
d. Perawatan setelah operasi
1. Kondisi ruangan harus tetap bersih, dengan udara yang bersih juga.
2. Pasien kanker kandung kemih harus hindari infeksi, meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Keluarga harus tetap memberikan semangat dan membantu pasien menghilangkan sikap dan
pikiran negatif.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Usia
Menurut Brunner & Suddarth, 2004 kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada orang
dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan
pada periode tersebut sekitar 75% dari kanker kandung kemih terlokalisasi pada kandung
kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh.
b. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko 3 kali lebih besarrq disbanding dengan wanita (Brunner & Suddarth
2004).
c. Pekerjaan
Pekerja di pabrik bahan kimia penyamak kulit, pegawai salon, pewarna, karet, minyak bumi,
industri kulit, dan percetakan memiliki resiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik
meliputi benzidin, betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat
berlangsung lama (Emil Tanagho dan Jack W.McAninch 2007).
d. Tempat tinggal
Terdapat insiden kanker kandung kemihyang tinggi di banyak Negara di Afrika, terutama
Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma haematobium, yang dapat ditemukan dalam
kandungan air di Negara-negara ini (Connie Yarbro, dkk, 2010).
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama :
klien akan mengeluhkan hematuria.
b. Riwayat penyakit sekarang :
obstruksi : kencing sedikit, hematuria, pancaran melemah.
Iriatif : frekuensi, urgency, nocturia (jarang), urge inkontinencia, dysuria.
c. Riwayat penyakit dahulu
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi kronis saluraran kencing,
dan infeksi dari parasit memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama
(National Cancer Institute 2010).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti kanker kolon
dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung kemih (National Cancer
Institute 2010).
e. Riwayat psikososial dan spiritual
f. Kondisi lingkungan rumah
Pada area industri dengan penduduk padat yang kemungkinan lingkungan terpapar oleh
karsinogen tertentu, seperti: tembakau, 2-naftilamin, dan nitrat diketahui sebagai faktor
predisposisi tumor sel transisional (Joan dan Lyndon 2014).
g. Kebiasaan sehari-hari
Konsumsi 4 p (pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa), merokok,kopi.
3. Pemeriksaan fisik
Nyeri atau ketidaknyamanan : nyeri, tekan abdomen, nyeri tekan pada area ginjal pada saat
palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan posisi atau tindakan
lain.
a. Keadaan umum : klien tampak pucat, merasa mual.
b. Tanda-tanda vital :
1. Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang menyebabkan
vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada hipertensi.
2. Peningkatan RR (hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb yang berakibat pada
penurunan O2
c. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : merasa lemah dan letih
Tanda : perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : tekanan darah meningkat, takikardi, bradikardi, disritmia
3. Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi :
Gejala : perubahan BAK
Tanda : nyeri saat BAK, urine berwarna merah
5. Makanan & cairan
Gejala : mual muntah
Tanda : muntah
6. Neurosensori
Gejala : kehilangan kesadaran sementara (vertigo)
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit pada daerah abdomen
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
8. Interaksi sosial
Gejala : perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : rasa tak berdaya, menolak jika di ajak berkomunikasi
9. Keamanan
Gajala : trauma baru
Tanda : terjadi kekambuhan lagi
10. Seksualisasi
Gejala : tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut
Tanda : atrofi payudarah, amanorea
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
Tanda : prestasi akademik tinggi
d. Pemeriksaan per sistem
1. B1 (Breathing)
Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, retraksi dada
yang disebabkan karena hiperventilasi.
2. B2 (Blood)
Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi alsosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yangberakibat pada hipertensi
(peningkatan TD). Saat terjadi hematuria, maka banyak darah yang di kelarkan dan
tubuh kekurangan Hb berdampak pada anemia.
3. B3 (Brain)
Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat,mata : sclera icterus, conjunctiva pucat,
pupil isokor, leher tekanan vena jugularis normal. Presepsi sensori tidak ada kelainan.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi :
Obstruksi : kencing sedikit, hematuria, pancaran melemah
Iriatif : frekuensi, urgency, nocturia (jarang), urge inkontinencia, dysuria
Palpasi :
Teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm, keras, fixed.
5. B5 (Bowel)
Mulut dan tenggorokan kering, agak merah (iritasi) disebabkan adanya mual dan
muntah pada klien kanker kandung kemih.
6. B6 (Bone)
Gangguan pada Rennin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan pompa Na dan K,
sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang menyebabkan edema pada ekstermitas.

b. Diagnosa Keperawatan
Pra operasi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Mual berhubungan dengan tumor lokal di kandung kemih
4. Nyeri akutberhubungan dengan agen injury

Post operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury


2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

c. Intervensi Keperawatan
Pra Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan NOC: NIC :
eliminasi urin Urinary Elimination Irigasi Kandung Kemih
berhubungan Tujuan: 1. Jelaskan prosedur
dengan Setelah dilakukan kepada klien
obstruksi tindakan keperawatan 2. Atur suplai irigasi
anatomik selama 3x24 jam nyeri yang steril, pelihara
teratasi, dengan kriteria teknik kesterilan dari
hasil: agen protokol
1. Pola eliminasi 3. Bersihkan jalur mask
2. Jumlah urin atau ujung terkahir Y-
3. Warna urin connector dengan
4. Kejernihan urin alkohol swap
5. Intake cairan 4. Tetap irigasi cairan
6. Pengosongan setiap agen protokol
kandung kemih 5. Observasi
secara maksimal perlindungan diri
7. Tampak darah 6. Monitor dan pelihara
dalam urin rate flow sesuai
8. Frekuensi urine kebutuhan
9. Urgency with 7. Tulis cairan yang
urination dibutuhkan,
10. Urge inkontinence karakteristik cairan,
jumlah pengeluaran,
dan respon pasien,
dan agen protokol
2. Ketidakefektifan NOC: NIC :
pola napas Respiratory Status: Oxygen Therapy
berhubungan Ventilation 1. Pertahankan
dengan Setelah dilakukan kepatenan jalan nafas
hiperventilasi tindakan keperawatan 2. Sediakan oksigen
selama 3x24 jam ketika pasien
ketidakefektifan pola membutuhkan
napas pasien teratasi 3. Ajarkan klien dan
dengan kriteria hasil: keluarga cara
1. Respiratory rate menggunakan
2. Irama pernafasan peralatan oksigen di
3. Retraksi otot dada rumah
4. Penggunaan otot 4. Monitor peralatan
bantu nafas oksigenasi sudah
5. Pursed lips sesuai atau tidak
breathing
Ventilation Assistance
1. Bantu klien merubah
posisi secara berkala,
sesuai kebutuhan
2. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
3. Posisikan klien untuk
meringankan dyspnea
4. Posisikan klien
semifowler untuk
meminimalkan usaha
dalam bernafas
5. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi
3. Mual NOC: NIC:
berhubungan Nausea and Vomitting
dengan tumor Control Nausea Management
lokal di kandung Tujuan:
kemih Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk
tindakan keperawatan memantau mual
selama 2x24 jam mual secara sendiri
teratasi dengan kriteria 2. Dorong pasien untuk
hasil: mempelajari strategi
1. Mengenali awitan untuk mengelola
mual mual sendiri
2. Menjelaskan faktor 3. Lakukan penilaian
penyebab lengkap mual,
3. Penggunaan anti termasuk frekuensi,
emetik durasi, tingkat
keparahan, dengan
menggunakan alat-
alat seperti jurnal
perawatan, skala
analog visual, skala
deskriptif duke dan
indeks rhodes mual
dan muntah (INV)
bentuk 2.
4. Identifikasi
pengobatan awal
yang pernah
dilakukan
5. Evaluasi dampak
mual pada kualitas
hidup.
6. Pastikan bahwa obat
antiemetik yang
efektif diberikan
untuk mencegah
mual bila
memungkinkan.
7. Identifikasi strategi
yang telah berhasil
menghilangkan mual
8. Dorong pasien untuk
tidak mentolerir mual
tapi bersikap tegas
dengan penyedia
layanan kesehatan
dalam memperoleh
bantuan farmakologis
dan nonfarmakologi
9. Promosikan istirahat
yang cukup dan tidur
untuk memfasilitasi
bantuan mual
10. Dorong makan
sejumlah kecil
makanan yang
menarik bagi orang
mual
11. Bantu untuk mencari
dan memberikan
suport emosional

Vomitting Management
1. Pastikan obat
antiemetik yang
efektif diberikan
untuk mencegah
muntah, bila
memungkinkan.
2. Posisikan klien untuk
mencegah aspirasi
3. Pertahankan jalan
napas melalui mulut
4. Berikan dukungan
fisik selama muntah
5. Berikan kenyamanan
selama episode
muntah
6. Tunjukkan
penerimaan muntah
dan berkolaborasi
dengan orang ketika
memilih strategi
pengendalian muntah
7. Bersihkan area yang
tekena muntah
setelah episode
muntah sebelum
menawarkan lebih
banyak cairan untuk
pasien
8. Mulailah cairan yang
jelas dan bebas dari
karbonasi
9. Secara bertahap
tingkatkan cairan jika
tidak ada muntah
terjadi selama 30
menit
10. Ajarkan penggunaan
teknik non
pharmakological
untuk mengelola
muntah
11. Kaji emesis untuk
warna, konsistensi,
darah, waktu, dan
sejauh mana itu kuat.
12. Ukur atau estimasi
volume emesis.
13. Sarankan membawa
kantong plastik untuk
muntah penahanan.
14. Catat riwayat
pengobatan awal
lengkap.
15. Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
menyebabkan atau
memberikan
kontribusi untuk
muntah
4. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
injury asuhan selama 3 x 24, 1. Tentukan dampak
nyeri teratasi dengan nyeri terhadap
kriteria hasil: kualitas hidup klien
1. Kenali awitan nyeri (misalnya tidur, nafsu
2. Jelaskan faktor makan, aktivitas,
penyebab nyeri kognitif, suasana hati,
3. Gunakan obat hubungan, kinerja
analgesik dan non kerja, dan tanggung
analgesik jawab peran).
4. Laporkan nyeri yang 2. Kontrol faktor
terkontrol lingkungan yang
mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.

Pasca Operasi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi
Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
injury asuhan selama 3 x 24, 1. Tentukan dampak
nyeri teratasi dengan nyeri terhadap
kriteria hasil: kualitas hidup klien
1. Kenali awitan (misalnya tidur, nafsu
nyeri makan, aktivitas,
2. Jelaskan faktor kognitif, suasana hati,
penyebab nyeri hubungan, kinerja
3. Gunakan obat kerja, dan tanggung
analgesik dan non jawab peran).
analgesik 2. Kontrol faktor
4. Laporkan nyeri lingkungan yang
yang terkontrol mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
1. Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan Infection Severity Infection protection
dengan prosedur Tujuan : 1. Lakukan tindakan
invasif Setelah dilakukan pencegahan
tindakan keperawatan neutropenia
selama 3x 24 jam 2. Isolasi semua
pasien tidak pengunjung untuk
mengalami infeksi penyakit menular
Kriteria Hasil : 3. Pertahankan asepsis
1. Klien tidak untuk pasien berisiko
demam 4. Periksa kondisi setiap
2. Klien tidak sayatan bedah atau
mengalami luka
peningkatan 5. Pantau tanda-tanda
jumlah sel darah dan gejala infeksi
putih sistemik dan lokal
Bayi 9000 – 6. Monitor kerentanan
baru 30.000 / terhadap infeksi
Lahir mm3 7. Pantau perubahan
Bayi/ 9000 – tingkat energi atau
anak 12.000/ malaise
mm3
Dewasa 4000- Infection control
10.000/ 1. Bersihkan lingkungan
mm3 setiap kali setelah
digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang
yang terkena
penyakit menular
3. Batasi jumlah
pengunjung yang
sesuai
4. Tingkatkan cara
mengajar mencuci
tangan untuk tenaga
kesehatan
5. Anjurkan pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
6. Instruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
7. Gunakan sabun
antimikroba untuk
mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap
kegiatan perawatan
pasien

d. Evaluasi

Substan Moder Mil


Indikator Severe None
tial ate d
1. Gangguan Eliminasi
Urin:
Urinary Elimination
a. Pola eliminasi
b. Jumlah urin
c. Warna urin
d. Kejernihan urin
e. Intake cairan
f. Pengosongan
kandung kemih
secara maksimal
g. Tampak darah
dalam urin
h. Frekuensi urine
i. Urgency with
urination
j. Urge inkontinence
2. Nyeri Akut:
Pain Control
a. Kenali awitan
nyeri
b. Jelaskan faktor
penyebab nyeri
c. Gunakan obat
analgesik dan non
analgesik
d. Laporkan nyeri
yang terkontrol
3. Nyeri Akut:
Pain Control
a. Kenali awitan
nyeri
b. Jelaskan faktor
penyebab nyeri
c. Gunakan obat
analgesik dan non
analgesik
d. Laporkan nyeri
yang terkontrol
4. Resiko Infeksi:
Infection Severity
a. Demam
b. Peningkatan
jumlah sel darah
putih/leukosit
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan
kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam, 2009). Insidennya lebih banyak
terjadi pada pekerja zat warna aniline. Produk-produk seperti benzidine dan 3-naphtylamine bersifat
karsinogenik (Shenoy, 2014). Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri (Shenoy, 2014). Penatalaksanaannya bisa disesuaikan dengan stadium dari
kanker kandung kemih, jika stadium Tis, Ta, T1 dapat dilakukan dengan reseksi transuretra (TUR) dan
untuk stadium T2-T4 bisa dilakukan sistektomi radikal (Shenoy, 2014).
B. Daftar Pustaka
Brunner &Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Coleman, EA., Lord, JE, Huskey, SW, Black JM, dan Jacobs EM. 1997. Medical-Surgical Nursing:
Clinical Management For Continuity of Care 5th Edition.USA: Saunders Company
Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2007. Medical-Surgical Nursing, Demystified: A Self-Teaching
Guide. USA: The Mc Graw-Hill Companies
Ferri, FF. 2014. Ferri's Clinical Advisor 2014. USA: MosbyInc.
Jiang, Q dan Lizhong C. 2008. Karsinoma Ginjal dalam Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-dasar Urology Ed 1. Jakarta: Sagung Seto
Pusponegoro, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
Saputra, Lyndon. 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher
Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu. Tangerang: Karisma
Publishing Group
Snell, RS. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Umami, Vidhia. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Wein, AJ, Kavaoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters, CA. 2012.Campbell- Walsh Urology Tenth
Edition. USA: Saunders
Yosef, Herman. 2007. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika

Anda mungkin juga menyukai