Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH CA BULI (CA VESIKA URINARIA)


Di RS Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

DISUSUN OLEH :
LOVELLA MEYGA RINOSA
NIM. 1930024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah “Ca Buli” di Ruang 20 di RS


Dr. Saiful Anwar yang dilakukan oleh :
Nama : Lovella Meyga Rinosa
NIM : 15. 20. 020
Prodi : Pendidikan Profesi Ners Program Profesi STIKes Kepanjen
Malang
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Medikal Bedah yang dilaksanakan pada tanggal 16
September 2019 - 21 September 2019, yang telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :
Tanggal :

Malang, September 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Kepala Ruang

(................................) (................................)
(..............................)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang
mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas
50 tahun (Nursalam 2009). Insidennya lebih banyak terjadi pada pekerja zat
warna aniline. Produk-produk seperti benzidine dan 3-naphtylamine bersifat
karsinogenik (Shenoy 2014). Menurut Pusponegoro, dkk. dalam buku

2
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, kanker kandung kemih lebih sering mengenai
penderita laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Sebagian besar
(±90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri
atas sel transisional, seperti di pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan jenis
yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma
(±2%) (Nursalam 2009).
Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri (Shenoy 2014). Kanker kandung kemih adalah
neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih, dilaporkan mendekati
angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker
kandung kemih juga muncul 2-3 kali lebih sering pada pria daripada wanita
meskipun angka kejadian pada wanita juga meningkat. Kanker ini sekarang
menjadi urutan nomor 5 dari kanker yang paling sering terjadi pada pria dan
menjadi urutan 10 dari kanker yang paling sering terjadi pada wanita.
Kanker ini juga lebih sering terjadi padaorang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan lebih sering muncul di daerah perkotaan dan di daerah industri
bagian utara. Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan
dinding kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat
menyerang otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan
karsinoma sel transisional, berasal dari epitel transisional dari membran
mukosa (Joan dan Lyndon 2014).
Oleh karena itu, sebagai Mahasiswa Keperawatan seharusnya memiliki
pengetahuan mengenai Definisi kanker kandung kemih, Patogenesis,
Timbulnya tanda dan gejala, serta mampu menerapkan asuhan keperawatan
yang tepat bagi penderita kanker kandung kemih.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Karya Tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui tentang
gangguan rasa nyaman nyeri dan asuhan keperawatan untuk menangani klien
yang mengalami Ca Buli (karsinoma Vesika Urinaria) Khusunya pada klien
Ny.K di Ruang 20 RS Dr. Saiful Anwar Malang.

1.3 Manfaat

3
a. Manfaat Teoritis dapat memperkaya konsep atau teori dalam
perkembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan asuhan
keperawatan.
b. Manfaat bagi praktik Keperawatan.
1. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat
asuhan keperawatan yang sistematis dan sesuai dengan konsep
keperawatan.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai sarana
untuk melatih berpikir secara logis dan sistematis dalam memberi
asuhan keperawatan kepada klien.
3. Sebagai sarana menerapkan ilmu yang didapat dibangku
perkuliahan dalam memberi asuhan keperawatan.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding
kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang
otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan karsinoma
sel transisional, berasal dari epitel transisional dari membran mukosa. Tumor
kandung kemih paling sering terjadi pada orang lanjut usia yang berusia lebih
dari 50 tahun, dan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, serta di area
industri dengan penduduk padat (Joan dan Lyndon 2014).
Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada
lapisan sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam
kasus yang lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginvasi
lapisan lebih dalam dari jaringan kandung kemih. Dalam kasus ini, kanker

4
cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat, tekstil), riwayat
penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan resiko kanker
kandung kemih (Di Giulio,et al., 2007). Kanker kandung kemih (karsinoma
buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan kebanyakan
menyerang laki-laki (Nursalam 2009).

2.2 ETIOLOGI
1. Pekerjaan, pekerja di pabrik kimia, laboratorium (senyawa amin
aromatik
2. Perokok, rokok mengandung amin aromatik dan nitromasin
3. Infeksi saluran kemih, escherichia coli, dan proteus yang
menghasilkan karsinogen
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka
panjang dapat meningkatkan resiko kassinoma buli-buli
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karsioma buli-buli
diantaranya :
1) Umur
Karsinoma buli-buli meningkat pada dekade 60an
2) Zat karsinogen, baik yang berasal dari eksogen dari rokok maupun
bahan kimia maupun endogen dari hasil metabolisme
3) Penyebab lain diduga akibat pemakaian analgetik, sitostatik dan
iritasi kronik oleh batu, sistoiasis atau radiasi.

2.3 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain:
1. Lokal
a. Obstruktif
1. Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang
menutup aliran menuju uretra.
2. Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat urin
adalah asam yang akan mengikis tumor tersebut sehingga akan
terjadi bleeding dan dikeluarkan melalui urin.
3. Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing
menjadi sedikit dan mengakibatkan pancaran melemah.
b. Iritatif
1. Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi
urine dan pengisian kandung kemih secara kontinyu.
2. Urgensi
3. Nocturia ( jarang )
4. Urge incontinensia
5. Disuria

5
2. Sistemik
a. Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh
kekurangan Hb.
b. Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O 2 sehingga
mengakibatkan sesak napas.
c. Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga
mengakibatkan aldosteron terganggu, pembuluh darah menjadi
vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.
d. Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang
berdampak pada pompa Na dan K, kemudian Na tidak dapat keluar
sehingga mengikat banyak air yang mengakibatkan oedema.
Manifestasi klinis dari kandung kemih, antara lain:
1. Hematuria
Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan
dapat dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria,
sebagian dari pasien kanker kandung kemih akan ada pembuangan
gumpalan-gumpalan darah dan bangkai-bangkai busuk.
2. Iritasi kandung kemih
Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas
atau saat terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih
sehingga menyebabkan fenomena sering buang air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih
Tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan
penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan
sampai retensi urin. Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri
pinggang, hidronefrosis dan fungsi ginjal terganggu.
4. Gejala metastase
Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya,
organ lain atau metastasis kelenjar getah panggulsimpul, akan
menyebabkan nyeri di daerah kandung kemih, uretra fistula vagina, dan
edema ekstremitas bawah, metastasis sampai organ yang lebih jauh, nyeri
tulang dan cachexia.
Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy 2014)
1. Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri.
2. Gejala klinis menyerupai sisititis yang hebat terjadi pada ulkus
karsinoma

6
3. Selanjutnya dapat kencing bercampur darah yang disertai nyeri
4. Stranguria adalah rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan dan
pengososngan buli yang tidak lampias
5. Nyeri pinggang disebabkan oleh obstruksi ureter dengan hidronefrosis
6. Nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal disebabkan oleh
infiltrasi nervus. Keadaan ini menandakan bentuk tumor yang sudah
lanjut

2.4 FAKTOR RESIKO


Ada 3 hal penyebab terjadinya karsinoma,, yaitu:
1. Host
a. Genetik
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun
kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan
menimbulkan resiko kanker kandung kemih.
b. Life style
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis, pewarna,
pengawet, penyedap rasa)
2. Merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi
daripada orang yang tidak merokok atau orang yang merokok
dalam jangka waktu yang pendek. Rokok mengandung bahan
karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine.
3. Sering mengkonsumsi kopi dalam jangka waktu lama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Infeski saluran kemih, ca colon, ca rnal, ca prostat, ca rectum.
d. Obat atau tindakan (cytoksan dan cyclofosfamid). Orang yang pernah
mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih.
Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau
panggul akan memiliki resiko.
2. Agent
Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).

3. Environment
Berhubungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat), pabrik
rokok, penyamak kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan
karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4
aminobifamil).
Faktor Resiko kanker kandung kemih, antara lain: (Lyndon 2014)

7
1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan
karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4
aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin
aromatic dan nitrosamine.
3. Infeksi saluran kemih seperti E-coli dan proteus sp yang menghasilkan
nitrosamine sebagai zat karsinogen.
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin
dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui
intravesika, fenasetin,opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka
waktu lama.
Kanker kandung kemih memiliki beberapa faktor resiko termasuk
interaksi antara latar belakang genetik dan faktor lingkungan dan merokok
adalah faktor resiko utama pemicu kanker kandung kemih (Cohen, et al.,
2000 dalam Rouissi, et al., 2011), dan bertanggung jawab atas 50% kasus
pada pria dan 35% pada wanita (Zeegers,et al., 2000 dalam Rouissi, et al.,
2011). Asap rokok mengandung sejumlah xenobiotics termasuk oksidan dan
radikal bebas, sehingga asap rokok dapat menurunkan serum dan folat sel
darah merah dalam darah dan antioksidan vitamin B12 (Maninno, et al.,
2003; Tungtrongchitr, et al., 2003 dalam Rouissi,et al., 2011). Sebagai
tambahan laporan mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma
homocysteine lebih tinggi pada perokok daripada non perokok (Lwin, et al.,
2002; Saw, et al., 2001 dalam Rouissi. et al., 2011). Penemuan-penemuan ini
menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat dalam
metabolisme folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan
penting dalam perkembangan karsinogenesis kanker.
Bagaimanapun juga, peneliti yakin bahwa orang-orang dengan faktor
resiko tertentu akan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terpapar
kanker kandung kemih. Penelitian menemukan bahwa faktor-faktor berikut
beresiko terhadap munculnya kanker kandung kemih (National Cancer
Institute 2010):
1. Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih.
Merokok merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker

8
kandung kemih. Orang yang merokok selama bertahun-tahun memiliki
resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok atau orang yang
merokok dalam jangka waktu yang pendek.
2. Bahan-bahan kimia di tempat kerja
Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia
penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri
pewarnaan, karet, kimia, logam, tekstil,dan bulu, akan memiliki resiko
terkena kanker kandung kemih. Resiko lain juga muncul pada penata
rambut, masinis, pekerja printer, pengecat, dan supir truk.
3. Riwayat kanker kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki
kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama.
4. Pengobatan kanker tertentu
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan
tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker
kandung kemih. Juga orang yang pernah mendapatkan terapi radiasi di
abdomen atau panggul akan memiliki resiko.
5. Arsenik
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker
kandung kemih. Dibeberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin
ditemukan tinggi pada air minum.
6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker
lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan
resiko kanker kandung kemih.
7. Infeksi
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit. Haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih,
seringnya pada karsinoma sel skuamosa. Inflamasi kronis juga
diperkirakan memainkan peran penting pada proses karsinogenesis pada
kasus ini.
Faktor resiko lain yang menyebabkan kanker kandung kemih menurut
Wein, AJ (2012):
1. Pada karsinoma urothelial kandung kemih
a. Merokok
b. Paparan industri
c. Paparan zat kimia
d. Paparan cyclophosphamide
2. Pada karsinoma sel skuamosa kandung kemih:

9
a. Schistosomiasis, merupakan sebuah infeksi dari Schistosoma
haematobium
b. Batu pada saluran kemih, jika terjadi bertahun-tahun
c. Penggunaan kateter selama bertahun-tahun
d. Divertikula kandung kemih
3. Pada adenokarsinoma kandung kemih:
a. Sisa dari tindakan urachal
b. Neurogenic bladder
c. Metastasis dari malignansi primer
d. Ekstropi kandung kemih
e. Invasi tumor/kanker dari organ lain seperti kolon dan ginjal
4. Penyebab lain yang jarang terjadi:
Penggunaan analgesik yang mengandung phenacetin.
Faktor resiko lain (Ferri 2014):
1. Kerusakan spinal cord disebabkan karena pasien neurogenic bladder
memerlukan drainase kandung kemih jangka panjang dengan kateter
Foley; iritasi kronis dari penggunaan jangka panjang secara umum
mengingkatkan resiko kanker kandung kemih, khususnya karsinoma sel
skuamosa.
2. Onkogenik berkaitan dengan kanker kandung kemih termasuk ras
keluarga dengan gene dan onkogenikras p21.
3. Tumor suppressor genes, termasuk p53 pada kromosom 17p; gen
Retinoblastoma (Rb) pada kromosom 13q; gen pada kromosom 9: 9p21
dan 9q32-3

2.5 BENTUK TUMOR


Tumor buli-buli dapat berbentuk, antara lain: (Yosef 2007)
1. Papiler
2. Tumor non invasif (in situ)
3. Noduler (infiltrat)
4. Campuran antara papiler dan infiltrat

Gambar 5. Bentuk tumor buli-buli (Yosef 2007)

2.5.1 PERJALANAN PENYAKIT


Karsinoma buli-buli masih dini merupakan tumor superfisial.
Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina
propia, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung

10
ke jaringan sekitarnya. Di samping itu tumor dapat menyebar secara
limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar
limfe perivesika, obtutator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis;
sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru,
dan tulang (Yosef 2007)

2.5.2 TIPE HISTOLOGI


Sebagian besar (±90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel
transisional. Tumor ini bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di
saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional, seperti di
pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya adalah
karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%)
(Nursalam 2009).
1. Adenokarsinoma
Ada tiga kelompok adenokarsinoma pada kandung kemih, yaitu:
a. Primer terdapat di kandung kemih, dan biasanya terdapat di
dasar serta di fundus kandung kemih. Pada beberapa kasus
sistitis, glandularis kronis, dan ekstrafia vesika pada
perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi
adenokarsinoma kandung kemih.
b. Urakhus persisten (sisa duktus urakhus) yang mengalami
degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma
c. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ
lain, diantaranya prostat, rektum, ovarium, lambung, mamae,
dan endometrium.
Prognosis adenokarsinoma buli-buli ini sangat jelek.
2. Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada
kandung kemih dan mengakibatkan sel epitel mengalami
metaplasia ganas. Rangsangan kronis ini terjadi karena:
a. Infeksi saluran kemih kronis
b. Batu kandung kemih
c. Kateter menetap yang dipasang dalam jangka waktu lama
d. Infestasi cacing Schistosomiasis pada kandung kemih
e. Pemakaian obat-obatan siklofosfamid secara intravesika

2.6 KLASIFIKASI STADIUM


Klasifikasi Duke-Masina, Jewett dengan modifikasi Strong-Marshal
untuk menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong 2008)

11
T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan klinis,
uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
Anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.

Tis Carcinoma in situ (pre invasive Ca)


TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang bergerak
bebas dapat diraba di buli-buli
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen

N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe, pemeriksaan


klinis, lympgraphy, urography, operative

NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan


N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang
multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh, Pemeriksaan
klinis ,thorax foto,dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase
jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple

12
Gambar 6. Klasifikasi Stadium (Nursalam 2009)

2.7 PATOFISIOLOGI
Menurut Amiruddin, kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor
yaitu, usia Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50
tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Usia dapat
menyebabkan imunitas seseorang turun sehingga rentan terpapar oleh radikal
bebas, selain itu lifestyle seperti kebiasaan merokok dan bahan-bahan
karsinogenik seperti pabrik jaket kulit bagian pewarnaan. Kedua faktor ini
akan masuk ke dalam sirkulasi darah daan masuk ke dalam ginjal yang
selanjutnya terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin
secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi
stagnasi radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel
transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi kerusakan DNA
maka tubuh akan malukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela akan
kembali normal, jika tidak maka akan terjadi mutasi pada genom sel somatik.
Mutasi dari genom sel somatik ada 3 hal yang terjadi pertama adalah
pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan, kedua perubahan gen yang
mengandalikan pertumbuhan dan yang terakhir adalah pengnonaktifan gen
supresor kanker. Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi gen regulatorik
hilang. Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi
kanker pada kandung kemih.

13
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita
dilakukan di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas,
fiksasi, dan keras tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi bimanual
dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat
sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan
melakukan colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri
melakukan palpasi buli-buli di daerah suprasimfisis untuk memperkirakan
luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat dalam pemeriksaan bimanual
adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor pada dasar buli-buli dengan
bantuan general anestesi sesuai prosedur.
2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)
a. Laboratorium rutin.
1. Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl
b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal
1. BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar
nitrogen urea darah (Joan dan Lyndon 2014)
Normal: 10-45 mg/dl
2. Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik
dibandingkan dengan kadar nitrogen serum, karena ganggguan
ginjal yang berat dan persisten akan menyebabkan peningkatan
kreatinin yang signifikan (Joan dan Lyndon 2014)
Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni,
khususnya yang kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya
epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin. Pemeriksaan sitologi urin,
memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor tingkat tinggi.
Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya infeksi
atau peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas
bersama urin (biasanya nilai negatif palsu tinggi). Sitologi urin
merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel didalam urin.

14
pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih.
Sitologi urin juga dilakukan untuk penyaringan kanker pada orang-
orang resiko tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan
penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang telah
menjalani pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan
untuk evaluasi dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk
mencari sel antigen terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah
darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel
urotelim.
3. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)
a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.
Kontribusi perawat adalah:
1. Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan
santan karena akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan
mengandung kolesterol.
2. Klien dipuasakan 6-8 jam
3. Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi
kesalahan pada gambaran kolon dan kandung kemih
b. IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan.
Konstribusi perawat adalah untuk melakukan pemeriksaan fungsi
ginjal (BUN dan Kreatinin) dan pemeriksaan alergi sebelum dilakukan
tindakan.
c. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat
mendeteksi karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi
adanya metastase hati. Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien
untuk menahan kencing untuk mengetahui perbedaan urin dan massa
tumor.
d. CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui
penyebaran penyakit. Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya
untuk mengetahui adanya infiltrasi adanya infiltrasi pada otot, jaringan
prevesika serta prostat, dan dinding pelvik. Indikasi untuk sitoskopi,

15
antara lain:
1. Hematuria dengan IVP yang normal
2. Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3. Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor.
Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk
dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa
dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan
keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
f. Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan
lokasi lesi dan mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk
penatalaksanaan kasus lebih lanjut. Peran perawat yaitu memantau
adanya komplikasi pasca prosedur sistoskopi berupa perdarahan,
perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat melakukan observasi
terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi, urin
normalnya berwarna merah muda karena trauma saat memasukkan
instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera dilaporkan.
Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah
statis urin dan obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-tanda
vital klien secara teratur untuk mendeteksi dini potensi adanya infeksi.

2.9 PENATALAKSANAAN
1. Hematuria
a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang
mengalami perdarahan akibat massa dengan PZ 1000 cc.
Konstribusi perawat:
1. Monitoring irigasi
2. Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag
dikurangi dengan cairan yang masuk {PZ}).
3. Evaluasi warna urin
4. Kondisi bladder
b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi
c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk
penatalksaan perdarahan.
2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan
dilakukan tindakan irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga

16
adanya stone cell dan tatalaksana dengan dilakukan spool.
3. Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-
Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal
merupakan pengangkatan buli dengan lemak perisistikserta prostat dan
vesikula seminalis, uretra pada priadan buli serta lemak perisistik, serviks,
uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan ovarium pada wanita. Sistektomi
radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka mortalitas 3 sampai
8%.
4. Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan
sekitarnya (pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran
urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
(Yosef, 2007)
a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke
dalam sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena
banyak menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai
penampung urin, sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang
kateteer menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan
oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi
karena dianggap tidak praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen
ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada
volume tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan
melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini
yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus
yang kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa
lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak
memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan
kemudian disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
5. Kemoterapi intra Buli
Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan
Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi dalam kandung

17
kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan interval setiap seminggu
diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.

2.10 Prognosis Faktor-faktor resiko


Menurut Pusponegoro, dkk. dalam buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
penyakit ini mempunyai prognosis yang sangat bervariasi walaupun secara
Host Agent Environment
umum bergantung dari stadium dan derajat histologi tumor. Pada umumnya
penderita dengan tumor superfisial mempunyai harapan hidup 5 tahun yang
Geneti Life Riwayat Obat/ Invasi kuman Pekerjaan (pabrik cat,
cukup baik sedangkan penderita dengan tumor yang sudah tumbuh sampai
k style penyakit tindakan penyamak kulit,
ke lapisan ototdahulu
dalam mempunyai angka harapan hidup sekitarpegawai
tembakau, 5 tahun
salon)
sekitar 40-50%. Pada stadium T4 tanpa metastasis, angka harapan hidup 5
4P, berkisar
tahun antara
ISK, Ca. 10-17%, sedangkan bilaParasit
Cytoksan, sudah terjadi metastasis maka
merokok, Colon, Ca. cyclofosfa (schistozomiasis
sangat sedikit penderita yang dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
konsumsi Renal, Ca mide )
kopi Prostat, Ca.
Rectum

Faktor-faktor resiko merangsang pertumbuhan


sel

Pertumbuhan sel-sel baru pada jaringan kandung


kemih
Proliferasi sel meningkat cepat kerusakan struktur fungsional kandung kemih

Kanker kandung kemih

Lokal Sistemik

Obstruktif Iritatif Anemi Hormo


a n

Kencin
2.11 Web ofPancaran
Cautation Hematuri FUNUD Hiperventilas Renin , Aldostero
g melemah a (frekuensi, i angiost n
sedikit urgensi, ensin
nocturia, Sesak
MK: nafas Vasokontriks
urge Gang
i pembuluh
Gangguan incontinens guan
MK: darah
18
eliminasi ia, disuria) pomp
Urin Ketidakef a Na
ektifan dan K Hipertensi
Refluks pola nafas
oedema MK:
Hidroureter Penurunan
cardiac
MK: output
Hidronefrosis MK: Peningkatan
Nyeri volume
Akut cairan
Mual muntah

MK: Mual

Penatalaksanaan

Non pembedahan Pembedahan (TURB-T,


(kemoterapi, irigasi Diversi Urin, Cystectomy)
kandung kemih,
farmakologi)
Stoma Post .op

19
MK : Resiko MK : Resiko
Kerusakan infeksi
Integritas Kulit
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA BULI
(KARSINOMA VESIKA URINARIA)

3.1 Pengkajian

20
1. Identitas klien
a. Usia:
Menurut Brunner & Suddarth, 2004 Kanker kandung kemih lebih
sering terjadi pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia rata-
rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut
sekitar 75% dari kanker kandung kemih terlokalisasi pada kandung
kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah bening regional atau
tempat yang jauh.
b. Jenis Kelamin:
Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita
(Brunner & Suddarth 2004).
c. Pekerjaan:
Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon,
pewarna, karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki
risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin,
betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat
berlangsung lama (Emil Tanagho dan Jack W. McAninch 2007).
d. Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara
di Afrika, terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma
haematobium, yang dapat ditemukan dalam kandungan air di negara-
negara ini (Connie Yarbro, dkk, 2010).
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi
kronis saluran kencing, dan infeksi dari parasit memiliki
kemungkinan untuk kembali memiliki penyakit yang sama (National
Cancer Institute 2010).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:

21
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun
kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan
menimbulkan resiko kanker kandung kemih (National Cancer Institute
2010).
e. Riwayat psikososial dan spiritual:-
f. Kondisi lingkungan rumah:
Pada area industri dengan penduduk padat yang memungkinkan
lingkungan terpapar oleh karsinogen tertentu, seperti: tembakau, 2-
naftilamin, dan nitrat diketahui sebagai faktor predisposisi tumor sel
transisional (Joan dan Lyndon 2014).
g. Kebiasaan sehari-hari
Konsumsi 4 P (Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa),
merokok, kopi.
3. Pemeriksaan fisik
Nyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada area
ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat,
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
a. Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual.
b. Tanda-tanda vital:
1. Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada
hipertensi
2. Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb
yang berakibat pada penurunan O2
c. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia,
disritmia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
5. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
6. Neurosensori

22
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri
8. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
10. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
d. Pemeriksaan per sistem
1. B1(Breathing)
Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
napas, retraksi dada yang disebabkan karena hiperventilasi.
2. B2 (Blood)
Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi
aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang
berakibat pada hipertensi (peningkatan TD).
Saat terjadi hematuria, maka banyak darah yang dikeluarkan dan
tubuh kekurangan Hb berdampak pada anemia.
3. B3 (Brain)
Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus,
conjunctiva pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis
normal. Persepsi sensori tidak ada kelainan.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
Auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidak

23
Palpasi : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm,
keras, fixed.
5. B5 (Bowel)
Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi) disebabkan
adanya mual dan muntah pada klien kanker kandung kemih.
6. B6( Bone)
Gangguan pada Renin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan
pompa Na dan K, sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang
menyebabkan edema pada ekstermitas.

3.2 Analisa Data

Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
Pre Operasi
DS: Kanker kandung kemih Ganggguan
 Disuria ↓ Eliminasi Urin
 Bladder terasa penuh Massa tumor yang mudah
DO : ruptur

 Distensi bladder ↓

 Terdapat urine residu Mudah terkikis oleh urin


yang bersifat asam
 Inkontinensia tipe luapan

 Urin output sedikit/tidak ada Hematuria
DS: Kanker kandung Ketidakefekti-
 Dyspnea ↓ fan Pola Napas
 Nafas pendek Hematuria

DO: Penurunan Hb

 Penurunan tekanan ↓

inspirasi/ekspirasi Penurunan O2

 Penurunan pertukaran udara ↓

per menit Hiperventilasi

 Menggunakan otot ↓

pernafasan tambahan Sesak Napas

24
 Orthopnea
 Pernafasan pursed-lip
 Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
 Penurunan kapasitas vital
 Respirasi: < 11 – 24 x /mnt
DS: Hidronefrosis Mual

 Hipersalivasi
Ureum kembali ke
 Penigkatan reflek menelan
pembuluh darah
 Menyatakan mual / sakit 
perut Uremia

BUN meningkat

Mual

Intake tidak adekuat

BB menurun
DS: Kanker kandung kemih Nyeri Akut
 Laporan secara verbal ↓
DO: Retensi urine pada bladder
 Posisi untuk menahan nyeri ↓

 Tingkah laku berhati-hati Refluks

 Gangguan tidur (mata sayu, ↓

tampak capek, sulit atau Hidroureter

gerakan kacau, ↓

menyeringai) Hidronefrosus

 Terfokus pada diri sendiri ↓


Nyeri pinggang
 Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
 Tingkah laku distraksi,

25
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
 Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Post operasi
DS: Kanker kandung kemih Nyeri akut
 Laporan secara verbal ↓
DO: TURB-T
 Posisi untuk menahan nyeri ↓

 Tingkah laku berhati-hati Luka insisi post

 Gangguan tidur (mata sayu, pembedahan

tampak capek, sulit atau ↓

gerakan kacau, Nyeri

menyeringai)
 Terfokus pada diri sendiri
 Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,

26
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
 Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
 Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
DS : Klien mengeluhkan Kanker Kandung kemih Resiko Infeksi
merasa gatal di daerah 
lukanya TURB-T
DO : T: 37,5°C 
Leukosit 11.000/mm3 Luka insisi

Resiko Infeksi

3.3 Dignosa Keperawatan


Pra Operasi

27
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Mual berhubungan dengan tumor lokal di kandung kemih
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
Post Operasi
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

3.4 Intervensi Keperawatan


Pra Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan NOC: NIC :
eliminasi urin Urinary Elimination Irigasi Kandung Kemih
berhubungan Tujuan: 1. Jelaskan prosedur
dengan Setelah dilakukan kepada klien
2. Atur suplai irigasi
obstruksi tindakan keperawatan
yang steril, pelihara
anatomik selama 3x24 jam nyeri
teknik kesterilan dari
teratasi, dengan kriteria
agen protokol
hasil:
3. Bersihkan jalur mask
1. Pola eliminasi
atau ujung terkahir Y-
2. Jumlah urin
connector dengan
3. Warna urin
alkohol swap
4. Kejernihan urin 4. Tetap irigasi cairan
5. Intake cairan setiap agen protokol
5. Observasi
6. Pengosongan
perlindungan diri
kandung kemih
6. Monitor dan pelihara
secara maksimal
rate flow sesuai
7. Tampak darah
kebutuhan
dalam urin 7. Tulis cairan yang
8. Frekuensi urine dibutuhkan,
9. Urgency with karakteristik cairan,

28
urination jumlah pengeluaran,
10. Urge inkontinence dan respon pasien,
dan agen protokol

2. Ketidakefektifan NOC: NIC :


pola napas Respiratory Status: Oxygen Therapy
berhubungan Ventilation 1. Pertahankan
dengan Setelah dilakukan kepatenan jalan nafas
2. Sediakan oksigen
hiperventilasi tindakan keperawatan
ketika pasien
selama 3x24 jam
membutuhkan
ketidakefektifan pola
3. Ajarkan klien dan
napas pasien teratasi
keluarga cara
dengan kriteria hasil:
menggunakan
1. Respiratory rate
peralatan oksigen di
2. Irama pernafasan
3. Retraksi otot dada rumah
4. Penggunaan otot 4. Monitor peralatan
bantu nafas oksigenasi sudah
5. Pursed lips
sesuai atau tidak
breathing
Ventilation Assistance
1. Bantu klien merubah
posisi secara berkala,
sesuai kebutuhan
2. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
3. Posisikan klien untuk
meringankan dyspnea
4. Posisikan klien
semifowler untuk
meminimalkan usaha
dalam bernafas
5. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi
3. Mual NOC: NIC:
Nausea and Vomitting
berhubungan

29
dengan tumor Control Nausea Management
lokal di kandung Tujuan:
1. Dorong pasien untuk
kemih Setelah dilakukan
memantau mual
tindakan keperawatan
secara sendiri
selama 2x24 jam mual 2. Dorong pasien untuk
teratasi dengan kriteria mempelajari strategi
hasil: untuk mengelola
1. Mengenali awitan mual sendiri
mual 3. Lakukan penilaian
2. Menjelaskan faktor lengkap mual,
penyebab termasuk frekuensi,
3. Penggunaan anti
durasi, tingkat
emetik
keparahan, dengan
menggunakan alat-
alat seperti jurnal
perawatan, skala
analog visual, skala
deskriptif duke dan
indeks rhodes mual
dan muntah (INV)
bentuk 2.
4. Identifikasi
pengobatan awal
yang pernah
dilakukan
5. Evaluasi dampak
mual pada kualitas
hidup.
6. Pastikan bahwa obat
antiemetik yang
efektif diberikan
untuk mencegah mual
bila memungkinkan.
7. Identifikasi strategi

30
yang telah berhasil
menghilangkan mual
8. Dorong pasien untuk
tidak mentolerir mual
tapi bersikap tegas
dengan penyedia
layanan kesehatan
dalam memperoleh
bantuan farmakologis
dan nonfarmakologi
9. Promosikan istirahat
yang cukup dan tidur
untuk memfasilitasi
bantuan mual
10. Dorong makan
sejumlah kecil
makanan yang
menarik bagi orang
mual
11. Bantu untuk mencari
dan memberikan
suport emosional

Vomitting Management
1. Pastikan obat
antiemetik yang
efektif diberikan
untuk mencegah
muntah, bila
memungkinkan.
2. Posisikan klien untuk
mencegah aspirasi
3. Pertahankan jalan
napas melalui mulut
4. Berikan dukungan
fisik selama muntah

31
5. Berikan kenyamanan
selama episode
muntah
6. Tunjukkan
penerimaan muntah
dan berkolaborasi
dengan orang ketika
memilih strategi
pengendalian muntah
7. Bersihkan area yang
tekena muntah
setelah episode
muntah sebelum
menawarkan lebih
banyak cairan untuk
pasien
8. Mulailah cairan yang
jelas dan bebas dari
karbonasi
9. Secara bertahap
tingkatkan cairan jika
tidak ada muntah
terjadi selama 30
menit
10. Ajarkan penggunaan
teknik non
pharmakological
untuk mengelola
muntah
11. Kaji emesis untuk
warna, konsistensi,
darah, waktu, dan
sejauh mana itu kuat.
12. Ukur atau estimasi
volume emesis.

32
13. Sarankan membawa
kantong plastik untuk
muntah penahanan.
14. Catat riwayat
pengobatan awal
lengkap.
15. Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
menyebabkan atau
memberikan
kontribusi untuk
muntah
4. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
1. Tentukan dampak
injury asuhan selama 3 x 24,
nyeri terhadap
nyeri teratasi dengan
kualitas hidup klien
kriteria hasil:
(misalnya tidur, nafsu
1. Kenali awitan nyeri
2. Jelaskan faktor makan, aktivitas,

penyebab nyeri kognitif, suasana hati,


3. Gunakan obat hubungan, kinerja
analgesik dan non kerja, dan tanggung
analgesik jawab peran).
4. Laporkan nyeri yang 2. Kontrol faktor
terkontrol lingkungan yang
mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara

33
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.

Pasca Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi
Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
1. Tentukan dampak
injury asuhan selama 3 x 24,
nyeri terhadap
nyeri teratasi dengan
kualitas hidup klien
kriteria hasil:

34
1. Kenali awitan (misalnya tidur, nafsu
nyeri makan, aktivitas,
2. Jelaskan faktor
kognitif, suasana hati,
penyebab nyeri
hubungan, kinerja
3. Gunakan obat
kerja, dan tanggung
analgesik dan non
jawab peran).
analgesik
2. Kontrol faktor
4. Laporkan nyeri
lingkungan yang
yang terkontrol
mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami

35
kesulitan
berkomunikasi.
1. Resiko infeksi NOC: NIC:
Infection protection
berhubungan Infection Severity
1. Lakukan tindakan
dengan prosedur Tujuan :
pencegahan
invasif Setelah dilakukan
neutropenia
tindakan keperawatan 2. Isolasi semua
selama 3x 24 jam pengunjung untuk
pasien tidak penyakit menular
3. Pertahankan asepsis
mengalami infeksi
untuk pasien berisiko
Kriteria Hasil :
4. Periksa kondisi setiap
1. Klien tidak
sayatan bedah atau
demam
luka
2. Klien tidak
5. Pantau tanda-tanda
mengalami
dan gejala infeksi
peningkatan
sistemik dan lokal
jumlah sel darah 6. Monitor kerentanan
putih terhadap infeksi
7. Pantau perubahan
Bayi 9000 –
tingkat energi atau
baru 30.000 /
malaise
Lahir mm3
Bayi/an 9000 – Infection control
ak 12.000/m 1. Bersihkan lingkungan
m3 setiap kali setelah
Dewasa 4000- digunakan pasien
10.000/m 2. Isolasi dengan orang
m3 yang terkena
penyakit menular
3. Batasi jumlah
pengunjung yang
sesuai
4. Tingkatkan cara
mengajar mencuci
tangan untuk tenaga

36
kesehatan
5. Anjurkan pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
6. Instruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
7. Gunakan sabun
antimikroba untuk
mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap
kegiatan perawatan
pasien

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang
mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas
50 tahun (Nursalam, 2009). Insidennya lebih banyak terjadi pada pekerja zat
warna aniline. Produk-produk seperti benzidine dan 3-naphtylamine bersifat
karsinogenik (Shenoy, 2014). Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah
hematuria intermitten yang tidak disertai nyeri (Shenoy, 2014).
Penatalaksanaannya bisa disesuaikan dengan stadium dari kanker kandung
kemih, jika stadium Tis, Ta, T1 dapat dilakukan dengan reseksi transuretra

37
(TUR) dan untuk stadium T2-T4 bisa dilakukan sistektomi radikal (Shenoy,
2014).

DAFTAR PUSTAKA
Brunner &Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Coleman, EA., Lord, JE, Huskey, SW, Black JM, dan Jacobs EM. 1997.
Medical-Surgical Nursing: Clinical Management For Continuity of
Care 5th Edition.USA: Saunders Company
Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2007. Medical-Surgical Nursing,
Demystified: A Self-Teaching Guide. USA: The Mc Graw-Hill
Companies
Ferri, FF. 2014. Ferri's Clinical Advisor 2014. USA: MosbyInc.
Jiang, Q dan Lizhong C. 2008. Karsinoma Ginjal dalam Buku Ajar Onkologi
Klinis. Edisi2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Nursalam & Batticaca, FB. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-dasar Urology Ed 1. Jakarta: Sagung Seto
Pusponegoro, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher
Saputra, Lyndon. 2011. Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher

38
Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu.
Tangerang: Karisma Publishing Group
Snell, RS. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Umami, Vidhia. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama
Wein, AJ, Kavaoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters, CA. 2012.Campbell-
Walsh Urology Tenth Edition. USA: Saunders
Yosef, Herman. 2007. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika

39

Anda mungkin juga menyukai