SEMARANG
DISUSUN OLEH :
NIM : G3A016094
TAHUN 2016/2017
A. PENGERTIAN
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan
tidak terkendali.Kanker terjadi karena adanya perubahan genetik atau mutasi
Deoxyribonucleic Acid(DNA) yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan
pemulihan sel (LeMone, 2008).
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel
yang tidak terkendali (Kurniadi, 2012).
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.Rektum terletak di anterior
sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. rectosigmoid junction terletak pada
bagian akhir mesocolon sigmoid.Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus
oleh peritoneum.Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneral (Samsuhidayat, 2004).
B. ETIOLOGI
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut
Brunner & Suddarth (2002) telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971) dalam
Prince & Wilson (1995) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana
sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil.
Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
2. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
3. Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering
terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
4. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya
colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar.
5. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker
colorectal untuk kedua kalinya.Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung
telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
6. Riwayat kanker colorectal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker pada usia muda
7. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit
buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker
colorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang sering.
8. Usia di atas 50
Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90
persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
C. PATOFISIOLOGI
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari perkembangan kanker.
Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut transformasi maligna
(Ignatavicius et al, 2006). Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan
pada struktur dan fungsi sel menjadi sel yang bersifat otonom dan maligna.Trasformasi
maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi,
dan progresi (Basavanthappa, 2007; Smeltzer & Bare, 2002), yaitu :
1. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas.Perubahan ini disebabkan oleh status karsinogen berupa bahan kimia,
virus, radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan
DNA yang menyebabkan DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan
DNA.Perubahan ini mungkin dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA atau
dapat mengakibatkan mutasi selular permanen.Mutasi ini biasanya tidak signifikan
bagi sel-sel sampai terjadi karsinogenesis tahap kedua.
2. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi informasi abnormal.
Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Tahap promosi merupakan hasil interaksi antara faktor kedua dengan sel yang
terinisiasi pada tahap sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut
complete carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap promosi. Agen
promosi bekerja dengan mengubah informasi genetik dalam sel, meningkatkan
sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan gen dan merubah pola komunikasi
antarsel. Pada masa antara inisiasi dan promosi merupakan kunci konsep dalam
pencegahan kanker, karena bila pada tahap ini dilakukan pencegahan pemaparan
karsinogen ulang seperti makanan berlemak, obesitas, rokok, dan alkohol akan dapat
menurunkan risiko terbentuknya formasi neoplastik.
3. Progresi (Complete Carcinogen )
Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari terbentuknya sel kanker atau
karsinogenesis.Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi
kini melakukan perilaku maligna.Sel-sel ini sekarang menampakkan suatu
kecenderungan untuk menginvasi jaringan yang berdekatan (bermetastasis).
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti.Polip
dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai
penyebab langsung.Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin
berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan
lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal. Diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana
sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil.
Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Menurut Physicians Committee for
Responsible Medicine, bakteri juga memiliki peranan dalam timbulnya kanker usus.
Bakteri dapat mengubah asam empedu, yang dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu
pencernaan lemak, menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu
kanker.Senyawa-senyawa tersebut disebut sebagai asam empedu sekunder.Asam
empedu secara normal dikeluarkan oleh tubuh untuk mencerna lemak. Semakin
banyak lemak yang dikonsumsi, maka asam empedu yang dikeluarkan oleh tubuh
akan semakin banyak pula. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa bahan
makanan yang banyak mengandung lemak seperti daging merah, serta daging dan
makanan olahan lain yang berkadar lemak tinggi seperti keju, dapat meningkatkan
risiko kanker usus. Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker usus seperti halnya makanan yang kaya akan gula, menurut World Cancer
Research Fund.
Patologi Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang
tumbuh sangat cepat).Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi,
seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga
tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke
hati). Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu: secara infiltratif
langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih; melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon; melalui aliran darah,
biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke sistem portal; penyebaran
secara transperitoneal; penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus
dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker
dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain
(Gale, 2000).
Pada keluarga tertentu yang memiliki kecenderungan terhadap kanker, diduga
bahwa satu atau lebih gen kanker sudah bermutasidalam genom yang diwarisi.
Pertumbuhan kanker akan meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Banyak kanker
terjadi diusia tua seperti kanker prostat, kanker kolon, dan leukemia. Peningkatan
masa hidup memungkinkan memanjangnya paparan terhadap karsinogen dan
terakumulasinya berbagai perubahan genetik serta penurunan berbagai fungsi tubuh
(Basavanthappa, 2007).Menurut P. Deyle (2005), perkembangan karsinoma
kolorektal dibagi atas 3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat
rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan tahun.Fase kedua adalah fase
pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimptomatis) yang
berlangsung bertahun-tahun juga.Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan
dan gejala yang nyata.
D. KLASIFIKASI
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:
(Brunner & Suddarth, 2002)
Keteranagan:
T N M Dukes
Kelas A : Tumor
Stage 0 Tis N0 M0 dibatasi pada mukosa
dan submukosa
Stage I T1 N0 M0 A
Kelas B : Penetrasi
T2 N0 M0 melalui dinding usus
E. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rectal (Brunner & Suddarth, 2002).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah(Brunner & Suddarth,
2002):
1. Perubahan kebiasaan defekasi
2. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
3. Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
4. Anoreksia
5. Penurunan berat badan tanpa alasan
6. Keletihan
7. Mual dan muntah-muntah
8. Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
9. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
10. Perut sering terasa kembung atau keram perut
11. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya konstipasi), serta
feses berdarah.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh
limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri
pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih dapat timbul sebagai
akibat tekanan pada alat-alat tersebut.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi
bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar
regional.Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam
peritoneum.Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon
desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar.Perdarahan biasanya sedikit
atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi
usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus
dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan
obstruksi sehingga terjadi obstipasi.
Pertimbangan gerontologi, insiden karsinoma kolon dan rectum meningkat sesuai
usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia, gejala sering tersembunyi yaitu: keletihan
hampir selalu ada akibat anemia defisiensi besi primer, nyeri abdomen, obstruksi,
tenesmus, dan perdarahan rectal.
F. PENATALAKSANAAN
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal.Beberapa adalah terapi
standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi standar untuk
kanker rektal yang sering digunakan antara lain:
1. Pembedahan
G. KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat menyerang pembuluh darah sekitar rectum
yang menyebabkan hemoragi.Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses.Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Brunner & Suddarth, 2002).
a) Deskripsi pasien tentang status kesehatan secara umum dan perubahan status
kesehatan dalam kurun waktu tertentu: riwayat kesehatan diambil untuk
mendapatkan informasi tentang perasaan lelah, adanya nyeri abdomen atau rectal
dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi berhubungan dengan makan atau
defekasi).
b) Riwayat sakit pasien sebelumnya: apakah pasien pernah mengalami penyakit usus
inflamasi kronis atau polip kororektal, operasi dan riwayat dirawat di rumah sakit
sebelumnya.
c) Aktivitas yang dilakukan pasien dalam pencegahan penyakit.
d) Obat-obatan dan vitamin yang diminum sekarang dan persepsi pasien terhadap
pengobatan dan perawatan yang dijalani.
e) Alergi makanan atau obat-obatan.
f) Persepsi pasien terhadap penyebab sakit saat ini dan upaya yang dilakukan serta
apakah upaya tersebut telah dapat membantu mengatasi permasalahan pasien.
g) Penggunaan alkohol, tembakau dan obat-obatan.
h) Riwayat penyakit keluarga: apakah salah satu keluarga ada yang menderita
penyakit kolorektal.
i) Dikaji pula pengetahuan pasien tentang penyakit termasuk penatalaksanaannya.
2. Nutrisi-Metabolik
Makan
a) Kaji tipe intake makanan sehari-hari (pada waktu pasien belum masuk rumah
sakit), meliputi jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi, porsi makanan yang
habis dikonsumsi, waktu makan dan snack.
b) Nafsu makan saat ini apakah mengalami penurunan atau tidak. Pada beberapa
kasus dapat ditemukan pasien mengalami penurunan nafsu makan.
c) Adakah perubahan pada sensasi kecap.
d) Intake makanan terakhir yang dikonsumsi sebelum masuk rumah sakit.
e) Pembatasan diet atau tipe makanan yang diresepkan di rumah sakit.
f) Porsi makanan yang habis dikonsumsi di rumah sakit.
g) Kesulitan dalam mengunyah atau menelan makanan.
h) Kehilangan BB yang terjadi saat ini.
i) Ada atau tidaknya penggunaan alat bantu nutrisi seperti NGT
j) Mual atau muntah (berapa kali muntah).
Note: pengkajian riwayat makanan yang sering dimakan oleh pasien sangat penting
untuk dikaji terkait dengan kanker rectum yang dialami oleh pasien, pengkajian
ditekankan pada kebiasaan pasien dalam mengonsumsi lemak dan makanan kurang
serat dan riwayat adanya penurunan berat badan yang tanpa alas an.
Minum
a) Kaji intake minum sehari-hari.
b) Adakah rasa haus yang berlebih.
c) Minuman yang telah dikonsumsi, jumlahnya berapa ml atau gelas.
d) Kaji jumlah cairan melalui IV yang telah masuk sehingga diketahui cairan masuk
pada pasien.
3. Eliminasi
BAB
a) Frekuensi BAB perhari, konsistensi feses, warna feses, ada tidaknya darah atau
lendir.
b) BAB pasien yang terakhir.
c) Adanya konstipasi atau tidak.
d) Adanya penggunaan alat bantu ekskratory seperti kolostomi.
e) Adanya penggunaan laksatif atau tidak.
f) Adanya perubahan pada defekasi.
BAK
a) Frekuensi BAK, warna, jernih/tidak, ada darah/tidak, jumlah urine (ml)
b) Nyeri saat berkemih
c) Penggunaan kateter
d) Penggunaan obat diuretic
4. Aktivitas-latihan
Makan/Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi
Berpindah
Ambulasi Rom
6. Kognitif-Perseptual
a) Status pendengaran seperti gangguan pendengaran, ataupun penggunaan alat
bantu dengar.
b) Status penglihatan seperti gangguan penglihatan dan penggunaan kaca mata.
c) Pengecap dan pembau.
d) Sensasi perabaan seperti masalah dengan sensasi perabaan seperti baal atau
kesemutan.
e) Nyeri yang meliputi PQRST (pencetus, kualitas nyeri, lokasi, skala dan waktu
munculnya nyeri). Pasien biasanya akan mengeluhkan mengalami nyeri pada
abdomen dan tenesmus.
7. Persepsi diri dan Konsep diri
a) Jenis kelamin.
b) Jumlah anak.
c) Masalah dengan menstruasi.
d) Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit.
e) Riwayat reproduksi, hamil terakhir, riwayat melahirkan.
f) Kontrasepsi yang digunakan.
10. Koping-Stres
Pemeriksaan fisik yang perlu dikaji pada pasien dengan kanker rectum antara lain:
1. Kulit, Rambut dan Kuku
Inspeksi: warna kulit, kondisi kuku, warna kuku, kebersihan kulit kepala, kaji warna
rambut, kebersihan kulit, turgor, oedem.
2. Kepala dan Leher
Inspeksi: bentuk kepala.
Palpasi: nyeri tekan, distensi vena jugularis, ada/tidak benjolan pada kepala.
o Toileting tidak adekuat: posisi pasien teratasi dengan - Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada rektum
- Nyeri kepala
- Peningkatan tekanan
abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:
American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta: American Cancer Society Inc.
Anderson. 2006. A Patients Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center. University of Texas.
Basavanthappa, B.T. 2003. Medical Surgical Nursing. New Delhi : Jaypee. 111-134.
Dochtermen, J. et al. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth Edition. USA:Mosby
Elsevier.
Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC.
Ignatavicius, D.D. et al. 2006, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, 2nd edition, W.B.
Saunders Company, Philadelphia.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Media Aesculapius.
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta:EGC.
Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, Jakarta: BP FKUI.
Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.
University IOWA. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. Mosby Elsevier.