Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN CA RECTI

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DIRUANG RAJAWALI 5B RSUP Dr. KARIADI

SEMARANG

DISUSUN OLEH :

NAMA : RONI JAYANTO

NIM : G3A016094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2016/2017
A. PENGERTIAN
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan
tidak terkendali.Kanker terjadi karena adanya perubahan genetik atau mutasi
Deoxyribonucleic Acid(DNA) yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan
pemulihan sel (LeMone, 2008).
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel
yang tidak terkendali (Kurniadi, 2012).
Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.Rektum terletak di anterior
sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. rectosigmoid junction terletak pada
bagian akhir mesocolon sigmoid.Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus
oleh peritoneum.Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneral (Samsuhidayat, 2004).

Gambar 1. Anatomi usus besar termasuk rectum

Rektum dengan proliferasi abnormal dan tahapan perkembangan stadium kanker


rektum

B. ETIOLOGI
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut
Brunner & Suddarth (2002) telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971) dalam
Prince & Wilson (1995) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana
sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil.
Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
2. Lemak

Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
3. Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering
terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
4. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya
colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar.
5. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker
colorectal untuk kedua kalinya.Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung
telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
6. Riwayat kanker colorectal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka kemungkinan
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker pada usia muda
7. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit
buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker
colorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang sering.
8. Usia di atas 50
Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90
persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

C. PATOFISIOLOGI
Karsinogenesis dan onkogenesis merupakan nama lain dari perkembangan kanker.
Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut transformasi maligna
(Ignatavicius et al, 2006). Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan
pada struktur dan fungsi sel menjadi sel yang bersifat otonom dan maligna.Trasformasi
maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses selular yaitu inisiasi, promosi,
dan progresi (Basavanthappa, 2007; Smeltzer & Bare, 2002), yaitu :
1. Inisiasi (Carcinogen)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas.Perubahan ini disebabkan oleh status karsinogen berupa bahan kimia,
virus, radiasi atau sinar matahari yang berperan sebagai inisiator dan bereaksi dengan
DNA yang menyebabkan DNA pecah dan mengalami hambatan perbaikan
DNA.Perubahan ini mungkin dipulihkan melalui mekanisme perbaikan DNA atau
dapat mengakibatkan mutasi selular permanen.Mutasi ini biasanya tidak signifikan
bagi sel-sel sampai terjadi karsinogenesis tahap kedua.
2. Promosi (Co-carcinogen)
Pemajanan berulang terhadap agen menyebabkan ekspresi informasi abnormal.
Pada tahap ini suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Tahap promosi merupakan hasil interaksi antara faktor kedua dengan sel yang
terinisiasi pada tahap sebelumnya. Faktor kedua sebagai agen penyebabnya disebut
complete carcinogen karena melengkapi tahap inisiasi dengan tahap promosi. Agen
promosi bekerja dengan mengubah informasi genetik dalam sel, meningkatkan
sintesis DNA, meningkatkan salinan pasangan gen dan merubah pola komunikasi
antarsel. Pada masa antara inisiasi dan promosi merupakan kunci konsep dalam
pencegahan kanker, karena bila pada tahap ini dilakukan pencegahan pemaparan
karsinogen ulang seperti makanan berlemak, obesitas, rokok, dan alkohol akan dapat
menurunkan risiko terbentuknya formasi neoplastik.
3. Progresi (Complete Carcinogen )
Pada tahapan ini merupakan tahap akhir dari terbentuknya sel kanker atau
karsinogenesis.Sel-sel yang mengalami perubahan bentuk selama inisiasi dan promosi
kini melakukan perilaku maligna.Sel-sel ini sekarang menampakkan suatu
kecenderungan untuk menginvasi jaringan yang berdekatan (bermetastasis).
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti.Polip
dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai
penyebab langsung.Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin
berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan
lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal. Diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana
sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil.
Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen. Menurut Physicians Committee for
Responsible Medicine, bakteri juga memiliki peranan dalam timbulnya kanker usus.
Bakteri dapat mengubah asam empedu, yang dikeluarkan oleh tubuh untuk membantu
pencernaan lemak, menjadi suatu senyawa-senyawa yang dapat memicu
kanker.Senyawa-senyawa tersebut disebut sebagai asam empedu sekunder.Asam
empedu secara normal dikeluarkan oleh tubuh untuk mencerna lemak. Semakin
banyak lemak yang dikonsumsi, maka asam empedu yang dikeluarkan oleh tubuh
akan semakin banyak pula. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa bahan
makanan yang banyak mengandung lemak seperti daging merah, serta daging dan
makanan olahan lain yang berkadar lemak tinggi seperti keju, dapat meningkatkan
risiko kanker usus. Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker usus seperti halnya makanan yang kaya akan gula, menurut World Cancer
Research Fund.
Patologi Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang
tumbuh sangat cepat).Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi,
seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga
tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke
hati). Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu: secara infiltratif
langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih; melalui
pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon; melalui aliran darah,
biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke sistem portal; penyebaran
secara transperitoneal; penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus
dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker
dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain
(Gale, 2000).
Pada keluarga tertentu yang memiliki kecenderungan terhadap kanker, diduga
bahwa satu atau lebih gen kanker sudah bermutasidalam genom yang diwarisi.
Pertumbuhan kanker akan meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Banyak kanker
terjadi diusia tua seperti kanker prostat, kanker kolon, dan leukemia. Peningkatan
masa hidup memungkinkan memanjangnya paparan terhadap karsinogen dan
terakumulasinya berbagai perubahan genetik serta penurunan berbagai fungsi tubuh
(Basavanthappa, 2007).Menurut P. Deyle (2005), perkembangan karsinoma
kolorektal dibagi atas 3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat
rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan tahun.Fase kedua adalah fase
pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimptomatis) yang
berlangsung bertahun-tahun juga.Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan
dan gejala yang nyata.

D. KLASIFIKASI
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:
(Brunner & Suddarth, 2002)
Keteranagan:
T N M Dukes
Kelas A : Tumor
Stage 0 Tis N0 M0 dibatasi pada mukosa
dan submukosa
Stage I T1 N0 M0 A
Kelas B : Penetrasi
T2 N0 M0 melalui dinding usus

Stage II T3 N0 M0 B Kelas C : invasi


kedalam sistem limfe
T4 N0 M0 yang mengalir regional

Stage III Any T N1 M0 C Kelas D : metastase


regional tahap lanjut
Any T N2, N3 M0 dan penyebaran yang
luas
Stage IV Any T Any N M1 D

TNMstaging digunakan berdasarkan perjalanan penyakit kanker melalui tiga


parameter yaitu tumor size(T) atau ukuran tumor, lymph node (N) atau kelenjar getah
bening regional dan absence of metastasis(M) atau penyebaran jauh (Otto, 2003).
1. T (Tumor Primer: ukuran, luas dan kedalaman)

TX : tumor primer tidak dapat dikaji


T0 : tidak ada bukti tumor primer
Tis : karsinoma in-situ
T1, T2, T3, T4 : dari T1 sampai T4 tumor primer semakin besar dan semakin jauh
infiltrasi di jaringan dan alat yang berdekatan.
2. N (Metastasis Nodus : luas, dan lokasi kelenjar getah bening regional yang terkena)
NX : kelenjar getah bening regional tidak dapat dikaji
N0 : tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
N1,N2,N3 : menunjukkan banyaknya kelenjar getah bening yang terlibat, dan ada
atau tidaknya infiltrasi di alat dan struktur yang berdekatan.
3. M (Metastasis : tidak ada atau ada penyebaran jauh penyakit)
MX : penyakit jauh tidak dapat dikaji
M0 : tidak ada penyebaran jauh dari penyakit
M1 : penyebaran penyakit jauh
Pada perkembangan selanjutnya, The American Joint Committee on Cancer
(AJCC)memperkenalkan TNM staging system, yang menempatkan kanker menjadi satu
dalam 4 stadium (Stadium I-IV) (Anderson, 2006).
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum, yaitu
pada mukosa saja.Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar
dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun
tidak menyebar ke limfonodi.Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar
kebagian tubuh lainnya.Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer

E. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rectal (Brunner & Suddarth, 2002).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah(Brunner & Suddarth,
2002):
1. Perubahan kebiasaan defekasi
2. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
3. Gejala anemi tanpa diketahui penyebabnya
4. Anoreksia
5. Penurunan berat badan tanpa alasan
6. Keletihan
7. Mual dan muntah-muntah
8. Usus besar terasa tidak kososng seluruhnya setelah BAB
9. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
10. Perut sering terasa kembung atau keram perut
11. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah: evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya konstipasi), serta
feses berdarah.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh
limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri
pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih dapat timbul sebagai
akibat tekanan pada alat-alat tersebut.
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi
bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar
regional.Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam
peritoneum.Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum
menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon
desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar.Perdarahan biasanya sedikit
atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi
usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus
dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan
obstruksi sehingga terjadi obstipasi.
Pertimbangan gerontologi, insiden karsinoma kolon dan rectum meningkat sesuai
usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia, gejala sering tersembunyi yaitu: keletihan
hampir selalu ada akibat anemia defisiensi besi primer, nyeri abdomen, obstruksi,
tenesmus, dan perdarahan rectal.

F. PENATALAKSANAAN
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal.Beberapa adalah terapi
standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi standar untuk
kanker rektal yang sering digunakan antara lain:
1. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk


stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga
dilakukan pembedahan.Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode
penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical
treatment dengan radiasi dan kemoterapi.Penggunaan kemoterapi sebelum
pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal,
neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III.Pada pasien
lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker
sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau
radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal (Anderson,
2006).
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993 dalam
Brunner & Suddarth, 2002):
a) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada
sisi pertumbuhan pembuluh darah, dan nodus limfatik)
b) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan prosi sigmoid dan semua rectum serta sfingkter anal)
c) Kolostomi sementara diikuti reanastomosis reseksi segmental dan anastomisis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal
dan persiapan usus sebelum reseksi)
d) Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi)
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan
pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal.Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma) pada kolon secara bedah.Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara
atau permanen.Ini memungkinkan drainase atau evakuasi ini kolon keluar
tubuh.Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan
oleh lokasi tumor dan luasnya invasi jaringan sekitar (Brunner & Suddarth, 2002).
1) Prosedur pelaksanaan reseksi dan kolostomi (Brunner & Suddarth, 2002):

1. sebelum pembedahan 2. Selama pembedahan, sigmoid diangkat dan dibuatkan


kolostomi. Usus distal telah didiseksi bebas pada titik
dibawah peritoneum pelvis bawah, yang djahit diatas
ujung tertututp dari sigmoid distal dan rektum

3. Reseksi perineal mencakup


pengangkatan rectum dan porsi 4. Hasil akhir setelah penyembuhan
bebas dari sigmoid bawah, drein dengan kolostomi permanen.
perineal diinsersi.
2) Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III lanjut,
radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain
radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus
tumor lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus
metastasis jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan
kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah
menurunkan risiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian
sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi
efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada otak.Radioterapi umumnya
digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang
unresectable(Mansjoer, 2000).
3) Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy (menangani pasien yang tidak terbukti memiliki
penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan
pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang
bergerombol (Stadium II lanjut dan Stadium III).Terapi standarnya ialah dengan
fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan leucovorin dalam jangka waktu enam
sampai dua belas bulan.5-FU merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki
respon.Agen lainnya, levamisole (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi
substitusi bagi leucovorin).Protokol ini menurunkan angka kekambuhan kira-kira
15% dan menurunkan angka kematian kira-kira sebesar 10% (Mansjoer, 2000).

G. KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.Pertumbuhan dan ulserasi juga dapat menyerang pembuluh darah sekitar rectum
yang menyebabkan hemoragi.Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses.Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Brunner & Suddarth, 2002).

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN FOKUS
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat
rencana asuhan keperawatan klien.
Data Fokus
Data subjektif:
Klien mengatakan mengalami berak darah
Klien mengeluh nyeri pada perut
Klien mengaku sering mengonsumsi daging, makanan berlemak dan tidak
suka mengonsumsi makanan berserat dan sayuran
Klien mengeluh ada perubahan pola defekasi (konstipasi)
Klien mengeluh mual muntah
Klien mengeluh nafsu makannya menurun
Klien mengeluh berat badannya turun tanpa sebab
Klien mengeluh keletihan
Klien mengeluh merasa sensasi seperti belum selesai BAB (masih ingin tapi
sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses
menjadi lebih sempit).
Data objektif:
Klien tampak pucat
Klien tampak meringis
Klien tampak lemas
Bising usus dapat menurun (<3x/menit)
Teraba masa di rektum
Klien tampak kurus
Pengkajian menggunakan 11 Pola Fungsional Gordondan pemeriksaan fisik.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kanker rektum mulai dari
sebelum masuk rumah sakit sampai dengan saat sudah dirawat di rumah sakit adalah
sebagai berikut:
1. Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan

a) Deskripsi pasien tentang status kesehatan secara umum dan perubahan status
kesehatan dalam kurun waktu tertentu: riwayat kesehatan diambil untuk
mendapatkan informasi tentang perasaan lelah, adanya nyeri abdomen atau rectal
dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi berhubungan dengan makan atau
defekasi).
b) Riwayat sakit pasien sebelumnya: apakah pasien pernah mengalami penyakit usus
inflamasi kronis atau polip kororektal, operasi dan riwayat dirawat di rumah sakit
sebelumnya.
c) Aktivitas yang dilakukan pasien dalam pencegahan penyakit.
d) Obat-obatan dan vitamin yang diminum sekarang dan persepsi pasien terhadap
pengobatan dan perawatan yang dijalani.
e) Alergi makanan atau obat-obatan.
f) Persepsi pasien terhadap penyebab sakit saat ini dan upaya yang dilakukan serta
apakah upaya tersebut telah dapat membantu mengatasi permasalahan pasien.
g) Penggunaan alkohol, tembakau dan obat-obatan.
h) Riwayat penyakit keluarga: apakah salah satu keluarga ada yang menderita
penyakit kolorektal.
i) Dikaji pula pengetahuan pasien tentang penyakit termasuk penatalaksanaannya.
2. Nutrisi-Metabolik

Makan
a) Kaji tipe intake makanan sehari-hari (pada waktu pasien belum masuk rumah
sakit), meliputi jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi, porsi makanan yang
habis dikonsumsi, waktu makan dan snack.
b) Nafsu makan saat ini apakah mengalami penurunan atau tidak. Pada beberapa
kasus dapat ditemukan pasien mengalami penurunan nafsu makan.
c) Adakah perubahan pada sensasi kecap.
d) Intake makanan terakhir yang dikonsumsi sebelum masuk rumah sakit.
e) Pembatasan diet atau tipe makanan yang diresepkan di rumah sakit.
f) Porsi makanan yang habis dikonsumsi di rumah sakit.
g) Kesulitan dalam mengunyah atau menelan makanan.
h) Kehilangan BB yang terjadi saat ini.
i) Ada atau tidaknya penggunaan alat bantu nutrisi seperti NGT
j) Mual atau muntah (berapa kali muntah).
Note: pengkajian riwayat makanan yang sering dimakan oleh pasien sangat penting
untuk dikaji terkait dengan kanker rectum yang dialami oleh pasien, pengkajian
ditekankan pada kebiasaan pasien dalam mengonsumsi lemak dan makanan kurang
serat dan riwayat adanya penurunan berat badan yang tanpa alas an.
Minum
a) Kaji intake minum sehari-hari.
b) Adakah rasa haus yang berlebih.
c) Minuman yang telah dikonsumsi, jumlahnya berapa ml atau gelas.
d) Kaji jumlah cairan melalui IV yang telah masuk sehingga diketahui cairan masuk
pada pasien.
3. Eliminasi
BAB
a) Frekuensi BAB perhari, konsistensi feses, warna feses, ada tidaknya darah atau
lendir.
b) BAB pasien yang terakhir.
c) Adanya konstipasi atau tidak.
d) Adanya penggunaan alat bantu ekskratory seperti kolostomi.
e) Adanya penggunaan laksatif atau tidak.
f) Adanya perubahan pada defekasi.
BAK
a) Frekuensi BAK, warna, jernih/tidak, ada darah/tidak, jumlah urine (ml)
b) Nyeri saat berkemih
c) Penggunaan kateter
d) Penggunaan obat diuretic
4. Aktivitas-latihan

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4

Makan/Minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilisasi

Berpindah

Ambulasi Rom

0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat


1 : Alat bantu 4 : Tergantung total
2 : Dibantu orang lain
Hal-hal yang perlu dikaji lainnya:
a) Persepsi respon terhadap aktivitas seperti pusing, lemah.
b) Aktivitas pada waktu luang dan rekreasi
5. Istirahat dan Tidur

a) Kebiasaan tidur (berapa jam)


b) Kebiasaan tidur siang
c) Perubahan tidur yang terjadi
d) Perasaan setelah bangun tidur
e) Permasalahan tidur yang dialami seperti kesulitan tertidur kembali setelah
bangun, insomnia.
f) Penggunaan obat tidur
g) Ritual khusus sebelum tidur
h) Kondisi lingkungan seperti kebisingan, kondisi tempat tidur atau hospitalisasi
yang mempengaruhi tidur pasien.

6. Kognitif-Perseptual
a) Status pendengaran seperti gangguan pendengaran, ataupun penggunaan alat
bantu dengar.
b) Status penglihatan seperti gangguan penglihatan dan penggunaan kaca mata.
c) Pengecap dan pembau.
d) Sensasi perabaan seperti masalah dengan sensasi perabaan seperti baal atau
kesemutan.
e) Nyeri yang meliputi PQRST (pencetus, kualitas nyeri, lokasi, skala dan waktu
munculnya nyeri). Pasien biasanya akan mengeluhkan mengalami nyeri pada
abdomen dan tenesmus.
7. Persepsi diri dan Konsep diri

a) Perasaan pasien berhubungan dengan keadaan/penyakitnyaharga diri, ideal,


identitas, gambaran diri.
b) Deskripsi pasien tentang diri sendiri.
c) Adanya ketakutan, kecemasan dan depresi atau merasa kehilangan kontrol.
d) Pengalaman yang berhubungan dengan perasaan keputusasaan.
8. Peran dan Hubungan

a) Bentuk struktur keluarga


b) Cara hidup seperti sendirian, dengan keluarga
c) Peran dalam keluarga (pemberi perawatan di rumah, pencari nafkah)
d) Persepsi dari efek masalah kesehatan saat ini atau situasi saat ini terhadap peran.
e) Kepuasan/ketidakpuasan terhadap peran
f) Kecukupan keuangan untuk memenuhi kebutuhan saat ini
g) Kecukupan dukungan atau hubungan keluarga untuk memenuhi kebutuhan saat
ini
h) Pekerjaan dan status pekerjaan
9. Seksual dan Reproduksi

a) Jenis kelamin.
b) Jumlah anak.
c) Masalah dengan menstruasi.
d) Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit.
e) Riwayat reproduksi, hamil terakhir, riwayat melahirkan.
f) Kontrasepsi yang digunakan.
10. Koping-Stres

a) Perubahan, masalah saat ini, kejadian yang menyebabkan stress.


b) Krisis saat ini misalhnya hospitalisasi, sakit.
c) Level stress saat ini.
d) Penggunaan obat atau alkohol untuk koping.
e) Metode koping yang digunakan.
f) Penggunaan koping tersebut untuk mengatasi masalah.
g) Kehilangan atau perubahan besar yang dialami di masa lalu.
h) Orang terdekat dengan pasien.
11. Nilai dan Kepercayaan

a) Agama yang dianut.


b) Aktivitas sembahyang pasien.
c) Pantangan agama atau keyakinan tertentu.
d) Permintaan kunjungan rohaniwan.
e) Kepercayaan spiritual yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dan
praktek kesehatan.
f) Kepercayaan kultural yang berhubungan dengan kesehatan dan nilai.
g) Persepsi terhadap kepuasan hidup.

Pemeriksaan fisik yang perlu dikaji pada pasien dengan kanker rectum antara lain:
1. Kulit, Rambut dan Kuku
Inspeksi: warna kulit, kondisi kuku, warna kuku, kebersihan kulit kepala, kaji warna
rambut, kebersihan kulit, turgor, oedem.
2. Kepala dan Leher
Inspeksi: bentuk kepala.
Palpasi: nyeri tekan, distensi vena jugularis, ada/tidak benjolan pada kepala.

3. Mata dan Telinga


a) Mata
Inspeksi: bentuk bola mata, pergerakan bola mata, ptosis ada/tidak, nistagmus
ada/tidak, refleks cahaya pada kedua mata, sklera/konjungtiva.
Palpasi: nyeri tekan bola mata, benjolan pada mata.
b) Telinga
Inspeksi: bentuk daun telinga, kebersihan liang telinga, ada/tidaknya lesi pada
telinga, bengkak atau peradangan pada mastoid ada/tidak, adanya serumen atau
tidak, adanya otitis media atau tidak.
Palpasi: nyeri tekan ada/tidak.
4. Sistem Pernafasan:
Inspeksi: bentuk dada, saat inspirasi apakah ada bagian yang tertinggal, ada tidaknya
retraksi otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, RR = x/menit, apakah ada
batuk.
Palpasi:taktil fremitus pada kedua lapang paru, kondisi kulit dinding dada, nyeri
tekan, massa, pembengkakan atau benjolan, kesimetrisan ekspansi
Perkusi:pada daerah yang terdapat udara terdengar hipersonor dan pada daerah yang
terdapat cairan terdengar suara pekak.
Auskultasi:suara napas apakah vesikuler atau ronchi. (Pada umumnya, area paru yang
terdapat infiltratnya akan terdengar ronchi).
5. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada Ya Tidak
Palpitasi Ya Tidak
CRT < 3 dtk > 3 dtk
Inspeksi: kaji letak ictus cordis (letak ictus cordis normal berada pada ICS 5 pada
linea medio claviculas kiri selebar 1 cm).
Palpasi: denyut jantung teraba/tidak, HR = x/menit, irama dan kedalaman denyut
jantung.
Perkusi: pergeseran letak jantung.
Auskultasi:Bunyi jantung S1 S2, ada gallop atau tidak, adanya murmur atau tidak
ada. (pada umumnya, pasien mengalami nyeri dada dan dapat diikuti dengan
peningkatan tanda-tanda vital. Selain itu, nilai analisa gas darah juga mungkin
abnormal yang dapat ditandai dengan gejala sesak nafas, CRT > 3 detik).
6. Payudara Pria dan Wanita
Inspeksi:bentuk payudara, apakah adanya luka atau tidak, warna kulit disekitar
payudara.
Palpasi:apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah teraba massa atau tidak
7. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi: bentuk abdomen, asites ada/tidak ada, mukosa (lembab/kering/stomatitis).
Palpasi: nyeri tekan ada/tidak ada, ada/tidak teraba benjolan.
Perkusi: terdengar suara timpani pada lambung (regio kiri atas) dan pekak pada regio
yang lain.
Auskultasi:peristaltik: ... x/mnt
8. Sistem Urinarius
Penggunaan alat bantu/ kateter, adanya nyeri tekan kandung kencing, gangguan
eliminasi urin (anuria/oliguria/retensi/inkontinensia/nokturia)
Lain-lain:
Palpasi:nyeri tekan, ada tidaknya benjolan, ada tidaknya distensi.
Perkusi:terdengar suara timpani pada pelvis.
9. Sistem Reproduksi Wanita/Pria
Inspeksi: kaji kondisi alat kelamin, kebersihan, ada peradangan atau benjolan.
10. Sistem Saraf
GCS (Eye, Verbal, Motorik)
Gerakan involunter: ada/tidak ada tremor pada lidah, tangan.
11. Sistem Muskuloskeletal
Hal-hal yang perlu dikaji: kemampuan pergerakan sendi (bebas/terbatas), ada
tidaknya deformitas, kekakuan, nyeri sendi/otot, sianosis atau edema pada ektremitas,
akral.
12. Sistem Imun
Hal-hal yang perlu dikaji: perdarahan gusi, perdarahan lama, pembengkakan
keletihan/kelemahan. Pada umumnya, dapat ditemukan pasien mengalami keletihan
dan kelemahan akibat penurunan suplai oksigen ke jaringan perifer.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, artritis)
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.
3) Diare berhubungan dengan Fisiologis: proses infeksi, inflamasi, iritasi,
malabsorbsi, parasit
4) Konstipasi berhubungan dengan Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit,
hemoroid, gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca bedah, abses rektum,
tumor.
3. INTERVENSI KEPERAWTAN

Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri Kronis berhubungan NOC: NIC :


dengan ketidakmampuan fisik- Pain Manajemen
Comfort level
psikososial kronis (metastase
Pain control - Monitor kepuasan pasien terhadap
kanker, injuri neurologis,
Pain level manajemen nyeri
artritis)
Setelah dilakukan tindakan - Tingkatkan istirahat dan tidur yang

keperawatan selama . adekuat

nyeri kronis pasien - Kelola anti analgetik ...........


DS:
berkurang dengan kriteria - Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Kelelahan hasil: - Lakukan tehnik nonfarmakologis
- Takut untuk injuri ulang (relaksasi, masase punggung)
DO: Tidak ada gangguan
tidur
- Atropi otot Tidak ada gangguan
- Gangguan aktifitas
konsentrasi
- Anoreksia
Tidak ada gangguan
- Perubahan pola tidur
hubungan interpersonal
- Respon simpatis (suhu
Tidak ada ekspresi
dingin, perubahan posisi
menahan nyeri dan
tubuh , hipersensitif,
perubahan berat badan) ungkapan secara verbal
Tidak ada tegangan otot

Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: Kaji adanya alergi makanan


kurang dari kebutuhan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
aNutritional status: Adequacy
tubuh menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
of nutrient
dibutuhkan pasien
Berhubungan dengan : b Nutritional Status : food
Yakinkan diet yang dimakan mengandung
and Fluid Intake
Ketidakmampuan untuk tinggi serat untuk mencegah konstipasi
cWeight Control
memasukkan atau mencerna Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
Setelah dilakukan tindakan
nutrisi oleh karena faktor makanan harian.
keperawatan
biologis, psikologis atau Monitor adanya penurunan BB dan gula
selama.nutrisi kurang
ekonomi. darah
teratasi dengan indikator:
DS: Monitor lingkungan selama makan
Albumin serum
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
-Nyeri abdomen Pre albumin serum
selama jam makan
-Muntah Hematokrit Monitor turgor kulit
-Kejang perut Hemoglobin Monitor kekeringan, rambut kusam, total
-Rasa penuh tiba-tiba setelah Total iron binding protein, Hb dan kadar Ht
makan
capacity Monitor mual dan muntah
DO:
Jumlah limfosit Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
-Diare jaringan konjungtiva
-Rontok rambut yang berlebih Monitor intake nuntrisi
-Kurang nafsu makan Informasikan pada klien dan keluarga tentang
-Bising usus berlebih manfaat nutrisi
-Konjungtiva pucat Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
-Denyut nadi lemah suplemen makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Diare berhubungan dengan NOC: NIC :


Diare Management
- psikologis: stress dan Bowl Elimination
cemas tinggi Fluid Balance - Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas
- Situasional: efek dari Hidration feses
medikasi, kontaminasi, Electrolit and Acid Base - Evaluasi pengobatan yang berefek
penyalah gunaan samping gastrointestinal
Balance
laksatif, penyalah - Evaluasi jenis intake makanan
Setelah dilakukan tindakan
gunaan alkohol, - Monitor kulit sekitar perianal terhadap
keperawatan selama .
radiasi, toksin, adanya iritasi dan ulserasi
diare pasien teratasi dengan
makanan per NGT - Ajarkan pada keluarga penggunaan obat
kriteria hasil:
- Fisiologis: proses anti diare
infeksi, inflamasi, Tidak ada diare - Instruksikan pada pasien dan keluarga
iritasi, malabsorbsi, Feses tidak ada darah untuk mencatat warna, volume,
parasit dan mukus frekuensi dan konsistensi feses
Nyeri perut tidak ada - Ajarkan pada pasien tehnik
Pola BAB normal pengurangan stress jika perlu
DS:
Elektrolit normal - Kolaburasi jika tanda dan gejala diare
- Nyeri perut Asam basa normal menetap
- Urgensi - Monitor hasil Lab (elektrolit dan
Hidrasi baik (membran
- Kejang perut leukosit)
mukosa lembab, tidak
DO: - Monitor turgor kulit, mukosa oral
panas, vital sign normal,
sebagai indikator dehidrasi
- Lebih dari 3 x BAB perhari hematokrit dan urin
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet
- Bising usus hiperaktif output dalam batas
yang tepat
normal
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Konstipasi berhubungan dengan NOC: NIC :


Manajemen konstipasi
o Fungsi:kelemahan otot Bowl Elimination
abdominal, Aktivitas fisik tidak Hidration - Identifikasi faktor-faktor yang
mencukupi Setelah dilakukan menyebabkan konstipasi
o Perilaku defekasi tidak teratur tindakan keperawatan - Monitor tanda-tanda ruptur
o Perubahan lingkungan selama . konstipasi bowel/peritonitis

o Toileting tidak adekuat: posisi pasien teratasi dengan - Jelaskan penyebab dan rasionalisasi

defekasi, privasi kriteria hasil: tindakan pada pasien

o Psikologis: depresi, stress - Konsultasikan dengan dokter tentang


Pola BAB dalam
emosi, gangguan mental peningkatan dan penurunan bising usus
batas normal - Kolaburasi jika ada tanda dan gejala
o Farmakologi: antasid,
Feses lunak konstipasi yang menetap
antikolinergis, antikonvulsan,
Cairan dan serat - Jelaskan pada pasien manfaat diet
antidepresan, kalsium
adekuat (cairan dan serat) terhadap eliminasi
karbonat,diuretik, besi,
Aktivitas adekuat - Jelaskan pada klien konsekuensi
overdosis laksatif, NSAID,
Hidrasi adekuat menggunakan laxative dalam waktu
opiat, sedatif.
yang lama
o Mekanis: ketidakseimbangan
- Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi
elektrolit, hemoroid, gangguan
serat dan cairan
neurologis, obesitas, obstruksi
- Dorong peningkatan aktivitas yang
pasca bedah, abses rektum,
optimal
tumor
- Sediakan privacy dan keamanan selama
o Fisiologis: perubahan pola
BAB
makan dan jenis makanan,
penurunan motilitas
gastrointestnal, dehidrasi,
intake serat dan cairan kurang,
perilaku makan yang buruk
DS:

- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada rektum
- Nyeri kepala
- Peningkatan tekanan
abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:

- Feses dengan darah segar


- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus hipo/hiperaktif
- Teraba massa abdomen atau
rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2006. Cancer Facts and Figures 2006. Atlanta: American Cancer Society Inc.

Anderson. 2006. A Patients Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center. University of Texas.

Basavanthappa, B.T. 2003. Medical Surgical Nursing. New Delhi : Jaypee. 111-134.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Vol. 2. Jakarta:EGC

Dochtermen, J. et al. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth Edition. USA:Mosby
Elsevier.

Doenges at al. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC.

Ignatavicius, D.D. et al. 2006, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, 2nd edition, W.B.
Saunders Company, Philadelphia.

LeMone, P. et al. 2008.Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in Client Care. Volume 2

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Media Aesculapius.

Otto, S. E. 2003.Buku Saku Keperawatan Oncologi. Jakarta : EGC. 1-123

Price & Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta:EGC.

Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, Jakarta: BP FKUI.

Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.

University IOWA. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai