disusun guna memenuhi tugas Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Bedah
Oleh:
Syinthia Purnama Asyura, S.Kep
NIM 202311101127
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Karsinoma saluran cerna atau yang biasa disebut dengan kanker yang tumbuh
disepanjang saluran cerna mulai dari mulut sampai saluran cerna yaitu dubur.
Kanker saluran cerna dibagi menjadi beberapa bagian yaitu esopagus, lambung,
pankreas, usus besar. Kanker saluran cerna banyak tumbuh disaluran paling akhir
yaitu dua organ termasuk hati dan pankreas. Kanker saluran cerna menimbulkan
penyumbatan saluran makanan. Pembahasan berikut meruapakan pembahasan
terkait dengan kanker kolorektal atau kanker kolon.
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rektum (bagian
kecil akhir dari usus besar sebelum anus) (Kemenkes RI, 2016). Kanker
kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan epitel dari kolon
atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di
kolon dan rektum (Sayuti dan Nouva, 2019).
1.3 Epidemiologi
Kanker kolorektal yang merupakan salah satu kanker paling umum diseluruh
dunia dengan antara 1 hingga 2 juta kasus baru terdiagnosis pada setiap tahunnya
sehingga menjadikan kanker kolorektal sebagai kanker nomer tiga dan nomer 4
penyebab kematian dengan jumalah 700.00 lematian per tahun. Berdasarkan jenis
kelamin, kanker kolorektal meruapak kanker nomer 2 pada wanita (9,2%) dan
ketiga pada pria (10%). Insiden kanker kolorektal telah mengalami peningkatan
lebih dari 200.000 kasus per tahun dari 1990 hingga 2012. Sebagian kasus kanker
kolorektal terdeteksi di negara-negara barat (55%), tetapi kecenderungan ini
berubah beberapa tahun terakhir. Meski begitu hanya 33% dari kematian yang
disebabkan oleh kanker kolorektal di negara-negara barat pada tahun 2010 berkat
perbaikan dari sistem kesehatannya dan program skriningnya. Prediksi untuk
tahun 2016 yang lalu yaitu terdapat 134.490 kasus baru kanker kolorektal dan
49.190 mengalami kamatian karena kanker kolorektal (Mármol dkk., 2017).
Menurut American Cancer Society, karsinoma kolon merupakan kanker ketiga
terbanyak dan penyebab kematian ketiga terbanyak pada laki-laki dan perempuan
di Amerika Serikat. Berdasarkan survei GLOBOCAN 2018, insiden kanker kolon
diseluruh dunia menempati urutan ketiga dengan jumlah kasus 1.849.518 (10,2%)
dari semua diagnosis kanker dan menduduki peringkat kedua sebagai penyebab
kematian yaitu sebanyak 881.000 ditahun 2018. Di Indonesia pada tahun 2018,
kanker kolorektal menduduki posisi keempat dengan jumlah kasus 30.017 (8,6%)
dari total seluruh kasus kanker di Indonesia (Padang dan Rotty, 2020).
1.4 Etiologi
Etiologi kanker kolon bersifat multifaktoral yaitu berupa faktor genetik
(mutasi gen) dimana mutasi yang sering ditemukan adalah mutasi pada
adenomatous polyposis coli (APC) dan faktor lingkungan yang terdiri dari diet
dan kondisi inflamasi pada kolon. Tidak ada penyebab tunggal dari kanker
kolorektal. Kanker kolon diawali sebagai polip (pertumbuhan abnormal) yang
berkembang menjadi pertumbuhan bersifat kanker.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma colon yaitu :
a. Usia (berusia ditas 50 tahun)
Menurut ACA (2017), risiko karsinoma kalon berbanding lurus dengan
bertambahnya usia sesorang. Proporsi usia dibawah 50 tahun meningkat dari
6% pada tahun 1990 menjadi 11% pada tahun 2013, usia diatas 40 tahun
sebanyak 72%. Kanker kolorektal lebih mungkin terjadi pada orang yang
berusia diatas 50 tahun.
b. Riwayat keluarga
Hampir 30% penderita karsinoma kolon memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit ini. 5% disebabkan karena kelainan genetik. Individu dengan riwayat
keluarga karsinoma kolon memiliki risiko 2 sampai 4 kali dibandingkan
dengan mereka yang tidak memiliki keluarga dengan penyakit ini. riwayat
kanker kolorektal dalam keluarga dapat berisiko lebih tinggi terkena penyakit
ini, terutama jika anggota keluarag atau kerabat menderita kanker pada usia
muda.
c. Riwayat penyakit kanker pribadi
Penyintas kanker kolorektal dapat mengalami kanker kolorektal untuk kedua
kalinya. Wanita dengan riwayat kanker ovarium, rahim, atau payudara juga
berisiko lebih tinggi terkan kanker kolorektal.
d. Mengkonsumsi alkohol
Konsumsi alkohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari) dikaitkan dengan
peningkatan risiko karsinoma kolon.
e. Gaya hidup
Pria obesitas memiliki 10% risiko karsinoma kolon dan wanita 20% berisiko
karsinoma colon. Selain obesitas, orang yang merokok atau memeilki diet
tinggi lemak dan rendah buh-buahan serta sayuran memilki peluang lebih
tinggi untuk terkena kanker kolorektal.
1.5 Klasifikasi
Tingkat stadium kanker kolorektal dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Stadium 0 (Carsinoma in Situ): kanker hanya terdapat pada lapisan terdalam
dari kolon atau rektum, belum menembus keluar dinding. Stadium ini juga
dikenal sebagai prakanker karen sel-sel kanker belum berkembang dan
menyebar.
2. Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada dinding bagian dalam kolon atau
rektum tetapi belum menembus keluar dinding
3. Stadium II : sel kanker telah menyebar kedalam lapisan otot dari kolon atau
rektum tetapi sel kanker disekitarnya belum menyebar ke kelenjar getah
bening
4. Stadium III : kanker telah menyebar ke satu atau lebih getah bening
didekatnya, tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain
5. Stadium IV : kanker telah menyebar dibagian tubuh seperti hati, paru-paru.
1.6 Patofisiologis
Penyebab karsinoma adalah adenomatous polip atau adenoma merupakan
proses yang mengwali terjadinya karsinoma, lebih dari 95% karsinoma kolon
disebabkan oleh adenomas. Adenomas terdiri dari tiga jenis yaitu; tubular,
tubulovillous dan villous. Jenis villous yang mempunyai resiko tinggi terjadinya
kanker. Polip tumbuh secara pelan-pelan sekitar 5-10 tahun atau lebih untuk
berubah menjadi maligna atau keganasan. Polip yang mengalami keganasan akan
terjadi peningkatan ukuran dalam lumen dan selanjutnya akan menyerang dan
merusak dinding kolon. Tumor dalam kolon yang cenderung terus membesar
dapat menyebabkan ulserasi, infeksi sekunder dan nekrosis. Umumnya ini terjadi
pada belahan kanan kolon.
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang dalam, biasanya
mencapai atau melebihi tunika muskularis termasuk dalam tipe ulseratif. Tipe ini
merupakan jenis kanker kolon yang paling sering dijumpai. Karakteristik tipe
ulseratif adalah massa terdapat tukak yang dalam dan bentuk luar mirip kawah
gunung merapi, tepi kokoh dan keras menonjol, dasar tidak rata, nekrosis, derajat
keganasan tinggi, metastase limfogen lebih awal, dibawah mikroskop sebagai
adenokarsinoma diferensiasi buruk. Klasifikasi histologik tumor ganas kolon
terdiri dari; adenokarsinoma papiler, adenokarsinoma tubular, adenokarsinoma
musinosa, karsinoma signet ring, karsinoma tak berdeferensiasi, adenokarsinoma
skuamosa, karsinoma sel skuamosa, karsinoid. Tumor ganas kanalis analis terdiri
dari; karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basaloid, karsinoma epidermaoid
musinosa, adenokarsinoma, karsinoma tak berdeferensiasi, dan maligna
malignum. Meskipun klasifikasinya banyak, karsinoma kolon lebih dari 90%
adalah adenokarsinoma.
Adapun patofisiologi dijelaskan bahwa massa dari sel – sel hiperplasia akan
menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya, lalu terjadi obstruksi pada usus
besar (kolon) lalu terdapat sensasi mual muntah dan perut dan terdapat cairan
menumpuk pada perut dampak dari hal ini akan menyebabkan penurunan
aktivitas peristaltik (disfungsi motilitas gastrointestinal) dan konstipasi pada feses
pasien.
1.7 Manifestasi Klinis
Karsinoma kolon dapat dideteksi dengan metode skrining, menurut (Smeltzer,
2015) tanda dan gejala carcinoma kolon adalah:
a. Keluarnya darah di dalam atau pada feses
b. Penurunan berat badan
c. Diare atau sembelit
d. Lesi di sisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang tumpul
dan melena
e. Lesi sisi kiri dengan obstruksi (nyeri dan kram abdomen, penyempitan
ukuran feses, konstipasi, dan distensi) dan darah berwarna merah terang di
feses.
f. Tanda komplikasi: obstruksi usus parsial atau komplet, esktensi tumor dan
ulserasi ke pembuluh darah sekitar.
g. Perut terasa penuh
h. Kelelahan
Karsinoma Kolon
Nyeri abdomen
Feses berbentuk pipih
Nyeri Akut
Nafsu Makan
2. Identifikasi skala
nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(kompres hangat,
guided imaginary)
2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
1.4 Evaluasi Keperawatan