Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

KARSINOMA SALURAN CERNA

disusun guna memenuhi tugas Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Bedah

Oleh:
Syinthia Purnama Asyura, S.Kep
NIM 202311101127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Karsinoma saluran cerna atau yang biasa disebut dengan kanker yang tumbuh
disepanjang saluran cerna mulai dari mulut sampai saluran cerna yaitu dubur.
Kanker saluran cerna dibagi menjadi beberapa bagian yaitu esopagus, lambung,
pankreas, usus besar. Kanker saluran cerna banyak tumbuh disaluran paling akhir
yaitu dua organ termasuk hati dan pankreas. Kanker saluran cerna menimbulkan
penyumbatan saluran makanan. Pembahasan berikut meruapakan pembahasan
terkait dengan kanker kolorektal atau kanker kolon.
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rektum (bagian
kecil akhir dari usus besar sebelum anus) (Kemenkes RI, 2016). Kanker
kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan epitel dari kolon
atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di
kolon dan rektum (Sayuti dan Nouva, 2019).

1.2 Anatomi Fisiologis

Gambar 1. Anatomi Usus Besar


Saluran cerna terdiri atas kolon, sekum, apendiks, dan rektum yang
keseluruhannya memiliki Panjang kurang lebih 5 kaki. Usus besar memiliki
fungsi menyerap air, vitamin dan elektrolit, ekskresi mucus, serta menyimpan
feses dan kemudian mendorongnya keluar. Sebagian besar pencernaan dan
penyerapan telah dilakukan di usus halus maka isi yang dialirkan ke kolon hanya
residu pencernaan yang tidak dicerna. Kolon menerima 700 sampai 1000 ml
cairan usus halus namun hanya 120 sampai 200 ml yang dikeluarkan sebagai
feses pada setiap harinya. Kolon yang membentuk sebagian usus besar tidak
bergulung seperti usus halus dan terdiri dari tiga bagian besar yaitu kolon
asendens, kolon transversum dan kolon desenden.

1.3 Epidemiologi
Kanker kolorektal yang merupakan salah satu kanker paling umum diseluruh
dunia dengan antara 1 hingga 2 juta kasus baru terdiagnosis pada setiap tahunnya
sehingga menjadikan kanker kolorektal sebagai kanker nomer tiga dan nomer 4
penyebab kematian dengan jumalah 700.00 lematian per tahun. Berdasarkan jenis
kelamin, kanker kolorektal meruapak kanker nomer 2 pada wanita (9,2%) dan
ketiga pada pria (10%). Insiden kanker kolorektal telah mengalami peningkatan
lebih dari 200.000 kasus per tahun dari 1990 hingga 2012. Sebagian kasus kanker
kolorektal terdeteksi di negara-negara barat (55%), tetapi kecenderungan ini
berubah beberapa tahun terakhir. Meski begitu hanya 33% dari kematian yang
disebabkan oleh kanker kolorektal di negara-negara barat pada tahun 2010 berkat
perbaikan dari sistem kesehatannya dan program skriningnya. Prediksi untuk
tahun 2016 yang lalu yaitu terdapat 134.490 kasus baru kanker kolorektal dan
49.190 mengalami kamatian karena kanker kolorektal (Mármol dkk., 2017).
Menurut American Cancer Society, karsinoma kolon merupakan kanker ketiga
terbanyak dan penyebab kematian ketiga terbanyak pada laki-laki dan perempuan
di Amerika Serikat. Berdasarkan survei GLOBOCAN 2018, insiden kanker kolon
diseluruh dunia menempati urutan ketiga dengan jumlah kasus 1.849.518 (10,2%)
dari semua diagnosis kanker dan menduduki peringkat kedua sebagai penyebab
kematian yaitu sebanyak 881.000 ditahun 2018. Di Indonesia pada tahun 2018,
kanker kolorektal menduduki posisi keempat dengan jumlah kasus 30.017 (8,6%)
dari total seluruh kasus kanker di Indonesia (Padang dan Rotty, 2020).

1.4 Etiologi
Etiologi kanker kolon bersifat multifaktoral yaitu berupa faktor genetik
(mutasi gen) dimana mutasi yang sering ditemukan adalah mutasi pada
adenomatous polyposis coli (APC) dan faktor lingkungan yang terdiri dari diet
dan kondisi inflamasi pada kolon. Tidak ada penyebab tunggal dari kanker
kolorektal. Kanker kolon diawali sebagai polip (pertumbuhan abnormal) yang
berkembang menjadi pertumbuhan bersifat kanker.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma colon yaitu :
a. Usia (berusia ditas 50 tahun)
Menurut ACA (2017), risiko karsinoma kalon berbanding lurus dengan
bertambahnya usia sesorang. Proporsi usia dibawah 50 tahun meningkat dari
6% pada tahun 1990 menjadi 11% pada tahun 2013, usia diatas 40 tahun
sebanyak 72%. Kanker kolorektal lebih mungkin terjadi pada orang yang
berusia diatas 50 tahun.
b. Riwayat keluarga
Hampir 30% penderita karsinoma kolon memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit ini. 5% disebabkan karena kelainan genetik. Individu dengan riwayat
keluarga karsinoma kolon memiliki risiko 2 sampai 4 kali dibandingkan
dengan mereka yang tidak memiliki keluarga dengan penyakit ini. riwayat
kanker kolorektal dalam keluarga dapat berisiko lebih tinggi terkena penyakit
ini, terutama jika anggota keluarag atau kerabat menderita kanker pada usia
muda.
c. Riwayat penyakit kanker pribadi
Penyintas kanker kolorektal dapat mengalami kanker kolorektal untuk kedua
kalinya. Wanita dengan riwayat kanker ovarium, rahim, atau payudara juga
berisiko lebih tinggi terkan kanker kolorektal.
d. Mengkonsumsi alkohol
Konsumsi alkohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari) dikaitkan dengan
peningkatan risiko karsinoma kolon.
e. Gaya hidup
Pria obesitas memiliki 10% risiko karsinoma kolon dan wanita 20% berisiko
karsinoma colon. Selain obesitas, orang yang merokok atau memeilki diet
tinggi lemak dan rendah buh-buahan serta sayuran memilki peluang lebih
tinggi untuk terkena kanker kolorektal.
1.5 Klasifikasi
Tingkat stadium kanker kolorektal dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Stadium 0 (Carsinoma in Situ): kanker hanya terdapat pada lapisan terdalam
dari kolon atau rektum, belum menembus keluar dinding. Stadium ini juga
dikenal sebagai prakanker karen sel-sel kanker belum berkembang dan
menyebar.
2. Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada dinding bagian dalam kolon atau
rektum tetapi belum menembus keluar dinding
3. Stadium II : sel kanker telah menyebar kedalam lapisan otot dari kolon atau
rektum tetapi sel kanker disekitarnya belum menyebar ke kelenjar getah
bening
4. Stadium III : kanker telah menyebar ke satu atau lebih getah bening
didekatnya, tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain
5. Stadium IV : kanker telah menyebar dibagian tubuh seperti hati, paru-paru.

1.6 Patofisiologis
Penyebab karsinoma adalah adenomatous polip atau adenoma merupakan
proses yang mengwali terjadinya karsinoma, lebih dari 95% karsinoma kolon
disebabkan oleh adenomas. Adenomas terdiri dari tiga jenis yaitu; tubular,
tubulovillous dan villous. Jenis villous yang mempunyai resiko tinggi terjadinya
kanker. Polip tumbuh secara pelan-pelan sekitar 5-10 tahun atau lebih untuk
berubah menjadi maligna atau keganasan. Polip yang mengalami keganasan akan
terjadi peningkatan ukuran dalam lumen dan selanjutnya akan menyerang dan
merusak dinding kolon. Tumor dalam kolon yang cenderung terus membesar
dapat menyebabkan ulserasi, infeksi sekunder dan nekrosis. Umumnya ini terjadi
pada belahan kanan kolon.
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang dalam, biasanya
mencapai atau melebihi tunika muskularis termasuk dalam tipe ulseratif. Tipe ini
merupakan jenis kanker kolon yang paling sering dijumpai. Karakteristik tipe
ulseratif adalah massa terdapat tukak yang dalam dan bentuk luar mirip kawah
gunung merapi, tepi kokoh dan keras menonjol, dasar tidak rata, nekrosis, derajat
keganasan tinggi, metastase limfogen lebih awal, dibawah mikroskop sebagai
adenokarsinoma diferensiasi buruk. Klasifikasi histologik tumor ganas kolon
terdiri dari; adenokarsinoma papiler, adenokarsinoma tubular, adenokarsinoma
musinosa, karsinoma signet ring, karsinoma tak berdeferensiasi, adenokarsinoma
skuamosa, karsinoma sel skuamosa, karsinoid. Tumor ganas kanalis analis terdiri
dari; karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basaloid, karsinoma epidermaoid
musinosa, adenokarsinoma, karsinoma tak berdeferensiasi, dan maligna
malignum. Meskipun klasifikasinya banyak, karsinoma kolon lebih dari 90%
adalah adenokarsinoma.
Adapun patofisiologi dijelaskan bahwa massa dari sel – sel hiperplasia akan
menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya, lalu terjadi obstruksi pada usus
besar (kolon) lalu terdapat sensasi mual muntah dan perut dan terdapat cairan
menumpuk pada perut dampak dari hal ini akan menyebabkan penurunan
aktivitas peristaltik (disfungsi motilitas gastrointestinal) dan konstipasi pada feses
pasien.
1.7 Manifestasi Klinis
Karsinoma kolon dapat dideteksi dengan metode skrining, menurut (Smeltzer,
2015) tanda dan gejala carcinoma kolon adalah:
a. Keluarnya darah di dalam atau pada feses
b. Penurunan berat badan
c. Diare atau sembelit
d. Lesi di sisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang tumpul
dan melena
e. Lesi sisi kiri dengan obstruksi (nyeri dan kram abdomen, penyempitan
ukuran feses, konstipasi, dan distensi) dan darah berwarna merah terang di
feses.
f. Tanda komplikasi: obstruksi usus parsial atau komplet, esktensi tumor dan
ulserasi ke pembuluh darah sekitar.
g. Perut terasa penuh
h. Kelelahan

1.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemerikasaan Laboratorium klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa untuk
menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan atau
kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain pemeriksaan
darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang merupakan pemeriksaan
rutin. Selain pemeriksaan rutin di atas, dalam menegakkan diagnosa
karsinoma kolorektal dilakukan juga skrining CEA (Carcinoma Embrionic
Antigen). Carcinoma Embrionic Antigen merupakan pertanda serum terhadap
adanya karsinoma kolon dan rektum. Carcinoma Embrionic Antigen adalah
sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam
peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor
status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke
hepar.
b. Pemeriksaan laboratorium patologi anatomi
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker kolorektal adalah
terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun
reseksi usus. Hasil pemeriksaan ini adalah hasil histopatologi yang merupakan
diagnosa definitif. Dari pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh
karakteristik berbagai jenis kanker maupun karsinoma di kolorektal ini.
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen atau
menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai
double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam
mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-
sama sigmoidoskopi. Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan
dapat dilkaukan dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid)
atau dengan kolonoskopi total, enema barium dengan kontras ganda, CT
colonography (Pneumocolon CT) (Modalitas CT yang dapat melakukan CT
kolonografi dengan baik adalah modalitas CT scan yang memiliki
kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume rendering, Kolonoskopi
virtual juga memerlukan software khusus).
Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI),
Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik pencitraan yang
digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker
kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan skrining tes.
d. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa
kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan
dengan menggunakan alat kolonoskop, yaitu selang lentur berdiameter kurang
lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara
yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari
1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi.

1.9 Penatalaksanaan Medis


Terapi primer untuk pengobatan karsinoma kolon adalah dengan pembedahan.
Kemoterapi digunakan sebagai terapi tambahan untuk menjaga tumor tidak
tumbuh lagi. Kemoterapi digunakan untuk menghilangkan atau menekan
pertumbuhan tumor yang ada di hepar. Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan
sendiri-sendiri atau bersamaan. Terapi kombinasi dapat meningkatkan survival
pasien kanker kolon.
a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai
penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Tiga dari empat pasien menjalani
operasi karsinoma kolon dan 60% menjalani pengobatan. Intervensi operasi
tergantung dari jenis kanker, lokas, stadium dan keadaan umum pasien.
Kontraindikasi operasi apabila kondisi fisik umum tidak baik. Jenis operasi
yang sering dilakukan adalah operasi radikal, paliatif, dan operasi untuk
mengurangi gejala. Tindakan operasi radikal dilakukan dengan prinsip jarak
dari tumor minimal 5-10cm bersama-sama lesi , masenterium dan kelenjar
limfe regional dilakukan reseksi untuk mencegah penyebaran sel kanker.
Tindakan operasi untuk mengurangi gejala dalam bentuk operasi pemintasan
dan operasi fistulasi (penghubungan) kolon dilakukan untuk mengatasi ileus,
ligasi (pengikatan) arteri iliaka interna yang dapat mengurangi perdarahan
kanker rektum. Operasi karsinoma kolon kadang diperlukan tindakan
pembentukan kolostomi. Prosedur kolostomi dilakukan dengan membuat
lubang dinding perut atau abdomen yang berfungi sebagai tempat untuk
mengeluarkan feses.
b. Kemoterapi
Kanker kolorektal telah banyak resisten pada hampir sebagian kemoterapi.
Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor secara
teoritis seharusnya dapat menambah efektifitas kemoterapi. Kemoterapi digunakan
untuk menurunkan metastase dan mengontrol manifestasi karsinoma kolon.
Pada umumnya digunanakan sebagian terapi adjuvan intra dan paska operasi
serta dapat digunakan pada pasien dengan stadium lanjut. Obat-obtan yang
sering dipakai adalah fluorourasil (5FU, FT-207, UFT, dll), nitrosourea
(CCNU, MeCCNU), dan sekarang xeloda, oksaliplatin, irinoteka, avastin dll.
Obat ini secara klinis terbukti berefek terapeutik tertentu terhadap kanker
kolorektal stadium lanjut. Formula kombinasi dan tambahan mempunyai
efektifitas 46-57% dapat menghambat aktifasi tiroksinkinase yang berefek
pada anti tumor
c. Radioterapi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray
berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara pemberian
terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal. Pemilihan
cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari kanker. Radiasi
eksternal (external beam therapy) merupakan penanganan dimana radiasi
tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Radiasi internal
(brachytherapy, implant radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke
dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker. Terapi ini digunakan sebelum
tindakan operasi yang berguna untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga
tumor dapat direseksi. Tujuan dari radioterapi pre, paska, atau intra operasi
radikal karsinoma kolorektal bertujuan untuk memperkuat kontrol lokal,
mengurangi angka rekuensi lokal dan meningkatkan survival.
BAB 2. CLINICAL PATHWAY

Karsinoma Kolon

Ukuran massa dalam lumen

Menembus dinding kolon dan jaringan


sekitarnya

Obstruksi usus halus

Distensi abdomen Mual atau muntah

Konstipasi Disfungsi Motilitas


Bunyi usus
Gastrointestinal

Nyeri abdomen
Feses berbentuk pipih

Nyeri Akut

Nafsu Makan

Defisit Nutrisi Keletihan


BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian Keperawatan


1.1.1 Identitas klien
Berisi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, golongan
darah, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama, suku, alamat, tanggal
MRS.
1.1.2 Riwayat kesehatan
1. Diagnosa Medik
2. Keluhan utama
Keluhan yang saat pengkajian diinformasikan oleh klien.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan awal timbulnya masalah, penyebab, serta tanda gejala
penyakit muncul dna tindakan apa saja yang telah diambil
untuk penanganan
4. Riwayat penyakit dahulu
Kapan awal timbulnya masalah, penyebab, serta tanda gejala
penyakit muncul dan tindakan apa saja yang telah diambil
untuk penanganan
5. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga yang memiliki penyakit yang berpotensi
menurunkan ke generasi selanjutnya yang berhubungan dengan
otak.

1.1.3 Pemeriksaan Fisik


Berisi keadaan klien dan tingkat kesadaran klien, keadaan kondisi
kepala dan anggota tubuh lainnya.
1.1.4 Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Berisikan antropometeri, biomedical sign, clinical sign dan diet
pattern pada klien.
2. Pola eliminasi
Diisi dengan data pola BAK dan BAB selama satu hari berapa
intake dan outputnya.
3. Pola aktivitas dan latian
Aktifitas kemandirian dan tingkat kebutuhan klien daily living
selama masa sebelum MRS dan pada waktu MRS, yang kemudian
diikuti dengan status pernafasan, fungsi kardiovaskuler dan terapi
oksigen yang diberikan.
4. Pola istirahat dan tidur
Gangguan pola tidur dikarenakan nyeri dan pusing pada kepala.
5. Pola persepsi diri
Yang berisikan gambaran diri, identitas diri, dan harga diri klien
yang menggangu dan tidak stabil akibat penyakit dan keluhan-
keluhan klien.
6. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien dengan leukimia akan mengalami gangguan hasrat seksual
karena tingkat pengalaman pengobatan.
7. Pola manajemen koping-stress
Umumnya akan mengalami depresi akibat keterbatasan dan
keluhan yang dideritanya.
1.2 Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan karsinoma


kolorektal adalah sebagai berikut :

1. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal


2. Nyeri Akut
3. Defisit Nutrisi
4. Konstipasi
5. Keletihan
1.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1 Disfungsi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


Motilitas tindakan keperawatan (1.03119)
Gastrointest selama 1x24 jam motilitas Observasi :
inal gastrointestinal membaik 1. Identifikasi status
nutrisi
(D.0021) dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi alergi
1. Nyeri menurun dan intoleransi
2. Mual menurun makanan
3. Identifikasi
3. Muntah menurun
makanan yang
disukai
Terapeutik :
1. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu

2. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


(I.08238)
(D.0019) keperawatan selama 1x24
Observasi :
jam kontrol nyeri meningkat
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi
1. Mengenali nyeri yang
lokasi,
terjadi
karakteristik,
2. Menggambarkan
faktor penyebab
durasi, frekuensi,

3. Melaporkan nyeri kualitas,


yang terkontrol intensitas nyeri

2. Identifikasi skala
nyeri

Terapeutik :

1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(kompres hangat,
guided imaginary)

2. Fasilitasi istirahat
dan tidur

Edukasi :

1. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi :

1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
1.4 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah pasien


diberi intervensi berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan dan implementasi. Evaluasi keperawatan ditulis dengan format
SOAP yaitu :

a. S (Subjektif) : bagaimana respon pasien setelah dilakukan tindakan


keperawatan
b. O (Objektif) : data pasien yang diperoleh dari perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan
c. A (Analisis) : masalah keperawatan pada pasien, apakah sudah teratasi,
belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru
d. P (Planning) : rencana intervensi dihentikan , dilanjutkan, ditambah, atau
dimodifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Panduan penatalaksanaan kanker kolorektal. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. 76.

Mármol, I., C. Sánchez-de-Diego, A. P. Dieste, E. Cerrada, dan M. J. R. Yoldi. 2017.


Colorectal carcinoma: a general overview and future perspectives in colorectal
cancer. International Journal of Molecular Sciences. 18(1)

Padang, M. S. dan L. Rotty. 2020. Adenokarsinoma kolon: laporan kasus. E-CliniC.


8(2):229–236.

Sayuti, M. dan N. Nouva. 2019. Kanker kolorektal. AVERROUS: Jurnal Kedokteran


Dan Kesehatan Malikussaleh. 5(2):76.

Smeltzer, S. C. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai