Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

LEUKEMIA

disusun guna memenuhi tugas Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal

Oleh:
Syinthia Purnama Asyura, S.Kep
NIM 202311101127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoletik yang
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah
abnormal atau sel leukemik. Hasil ini disebabkan oleh roliferasi tidak terkontrol
dari klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel
leukemik tersebut juga ditemukan dalam darah perifer dan sering mengnvasi
jaringan retikuloendotelial seperti limpa, hati, dan kelenjar limfe (Dia Rofinda,
2012)
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini
yang berlebihan dari sel darah putih. Leukemia juga bisa didefinisikan sebagai
keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai dengan gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik (Handayani dan
Haribowo, 2008).

1.2 Anatomi Fisiologis


Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium
transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan
berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu berbedabeda
bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
Strukturnya sistem hematologi atau darah terbagi menjadi:
a. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,6
mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau
kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah
terjadi difusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai
inti sel. Produksi eritrosit (eritropoisis) dimulai dari munculnya eritroblas dari
sel sistem primitif dalam sumsum tulang. Eritroblas adalah sel berinti dalam
proses pematangan disumsum tulang menimbun hemoglobin dan secara
bertahap kehilangan intinya yang disebut retikulosit, kemudian selanjutnya
mengalami penyusutan ukuran dan menghilangnya material berwarna gelap.

Gambar 1. Sel Darah Merah

b. Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Pada
orang dewasa setiap 1 mm3 datah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih, tidak
seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian
besar sel darah putih bisa bergerak seperti amoeba dan dapat menembus
dinding kepiler. Sel darah putih diproduksi di dalam sumsum merah, kelenjar
limfa, dan limpa (kura). Sel darah putih memiliki ciri-ciri antara lain tidak
berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti dan ukurannya lebih
besar dari pada sel darah merah (eritrosit).

Gambar 2. Sel Darah Putih


c. Plasma Darah
Plasma darah merupakan komponen darah yang berbentuk cairan. Darah di
dalam tubuh Anda, sekitar 55-60 persennya adalah plasma darah. Plasma
darah sendiri tersusun dari air kurang lebih 92%, dan 8% sisanya merupakan
karbon dioksida, glukosa, asam amino (protein), vitamin, lemak, serta garam
mineral. Tugas utama plasma darah adalah mengangkut sel-sel darah, untuk
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh bersama nutrisi, hasil limbah tubuh,
antibodi, protein pembeku (faktor koagulasi), serta bahan kimia seperti
hormon dan protein yang bantu menjaga keseimbangan cairan tubuh. Protein
pembeku yang dibawa oleh plasma ini nantinya akan bekerja bersama
trombosit sebagai faktor pembekuan (koagulasi) dalam proses pembekuan
darah. Selain mengedarkan berbagai bahan penting, plasma darah juga
berfungsi untuk menyeimbangkan volume darah serta kadar elektrolit
(garam), termasuk natrium, kalsium, kalium, magnesium, klorida, dan
bikarbonat.

Gambar 3. Susunan Plasma Darah

1.3 Epidemiologi
Angka kejadian leukemia merupakan salah satu jenis kanker yang apabila
tidak dideteksi secara dini bisa berakibat sangat fatal yaitu berupa kematian.
Angka kejadian leukemia di Eropa adalah13/100.000 penduduk per tahunnya.
Insiden leukemia sendiri 2,8% dari seluruh jenis kanker yang ada. Di Asia
khususnya China, menurut data tahun 1986-1989, insiden leukemia terjadi sekitar
2,67/100.000, mendekati Negara Asia lainnya. Di Indonesia angka kejadian
leukemia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data statistik rumah sakit
dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, kasus leukemia (5,93%)
berada pada peringkat kelima setelah kanker payudara, kanker leher rahim,
kanker hati dan saluran empedu intrahepatik, limfoma nonHodgkin dari seluruh
pasien kanker rawat inap rumah sakit di Indonesia (Rahmadin dkk., 2018).

1.4 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitihan, orang dengan faktor resiko tertentu lebih meningkatkan resiko
timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia bervariasi menurut umur, biasanya leukemia ini banyak
ditemui pada anak anak usia 3-7 tahun dengan leukemia limfositik akut.
Sedangkan pada umur 15-39 tahun dengan leukemia mielositik akut,
sedangkan pada 30-50 tahun dengan leukemia mielositik kronik.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9
dari 100.000 orang di AS setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi
paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjad pada anak-anak, hal
itu terjad paling sering sebelum merka berusia 4 tahun.
b. Faktor Genetik
Leukemia pada anak-anak penderita down syndrome adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus
sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase
ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim di
dalam virus onkogenk seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus
jenis cRNA, telah ditunjukan oleh miksoskop electron dan kultur jairngan
pada sel pasien dengan jenis pasien khusus leukemia.
b. Sinar Radioaktif
Factor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka
kejadian leukemia jelas sekali meningkat setelah terkena paparan sinar
radioaktif. Sebelum proteksi tehadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli
radiologi mempunyai resiko penderita leukemia 10 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak bekerja dibagian tersebut.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia diduga dapat menimbulkan dan meningkatkan resiko
terkena leukemia. 18 dari sebagian besar obat-obatan dapat menjadi
penyebab leukemia, pada orang dewasa menjadi leukemia non
limfoblastik akut.
d. Merokok
e. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di
Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok
petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa orang yang
bekerja d pertanian atau peternakan mempunyai resiko tinggi leukemia.
Itu artinya oaring yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja
dipertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia (Mustika, 2016).
Etiologi spesifik belum diketahui, tetapi terdapat hubungan dengan proses
multifaktorial yang berkaitan dengan genetik, imunologi, lingkungan, bahan
toksik, dan paparan virus. Faktor lingkungan meliputi antara lain paparan ionizing
radiation, bahan toksik kimia, herbisida dan pestisida. Pemakaian obat-obatan
seperti kontrasepsi, diethylstilbestrol, dan amfetamin, rokok, konsumsi alkohol,
kontaminasi zat kimia sebelum atau selama kehamilan mempunyai hubungan
tidak konsisten dengan leukimia. Ionizing radiation dan paparan benzene
merupakan faktor risiko yang berhubungan erat baik dengan leukimia maupun
leukemia mieloid akut. Beberapa penelitian melaporkan adanya kemungkinan
hubungan antara medan elektromagnetik dari daya voltase tinggi dan
perkembangan leukemia, tetapi penelitian yang lebih besar tidak mengonfirmasi
hubungan tersebut. Sampai saat ini, penyebab leukemia umumnya tidak dapat
diidentifikasi (Yenni, 2014)

1.5 Klasifikasi
Klasifikasi leukemia ada 4 (Handayani dan Haribowo, 2008) yaitu :
a. Leukemia Myeoloid Akut (LMA/AML)
AML merupakan kanker sel darah myeloid yang belum dewasa dan sering
terjadi pada orang dewasa.tingkat pertumbuhan sel ini cepat dan awalnya
mempengaruhi produksi sel darah normal. Pasien akan mengalami gejala
rendahnya jumlah sel darah (misalnya anemia, infeksi karena jumlah sel darah
putih yang rendah, pendarahan abnormal karena jumlah trombosit yang
rendah).
b. Leukemia Limfoblastik Akut (ALL)
ALL merupakan sel kanker limfoid yang belum dewasa, lebih sering pada
anak-anak dan merupakan leukimia yang paling umum diderita oleh anak
anak. Presentasinya mirip dengan AML.
c. Leukemia Myeoloid Kronis (CML)
CML yaitu sel kanker myeoloid dewasa yang terikat dengan kehadiran
kromosom philadelphia. Jenis leukimia ini sering terdeteksi pada orang
dewasa. Sel kanker ini berkembang pada tingkatan yang relatif lambat,
penyakit di stadium awal mungkin tidak menunjukkan gejala apapun. Pada
stadium selanjutnya, pembesaran limfa bisa menyebabkan sakit perut.
Produksi sel darah normal juga bisa terpengaruh , dan memunculkan gejala-
gejala yang tercantum diatas.
d. Leukemia Limfositik Kronis (CLL)
CLL merupakan sel kanker limfoid dewasa. Sebagian besar diderita oleh yang
berusia lanjut (>60 tahun). Jenis ini jarang terjadi pada anak-anak. Sel kanker
ini ditandai dengan laju pertumbuhan yang lambat. Penyakit stadium awal
biasanya bersifat asimtomatik.

1.6 Patofisiologis
Patofisiologi leukemia berupa abnormalitas genetik disertai paparan zat
karsinogenik yang menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel hematopoetik,
sehingga terjadi proliferasi tidak terkontrol dan penurunan apoptosis sel.
Pertumbuhan sel-sel abnormal melebihi jumlah seharusnya namun tidak bisa
berfungsi sebagaimana mestinya.
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertamatama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di
dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ
yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta
mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal
terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit.
Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat
sel imatur. Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia
atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun. Trombositopeni
mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau
perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam
membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang
mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang,

1.7 Manifestasi Klinis


Salah satu manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan. Manifestasi
perdarahan yang paling sering ditemukan berupa ptekie, purpura atau ekimosis,
yang terjadi pada 40 – 70% penderita leukemia akut pada saat didiagnosis. Lokasi
perdarahan yang paling sering adalah pada kulit, mata, membran mukosa hidung,
ginggiva dan saluran cerna. Perdarahan yang mengancam jiwa biasanya terjadi
pada saluran cerna dan sistem saraf pusat, selain itu juga pada paru, uterus dan
ovarium. Manifestasi perdarahan ini muncul sebagai akibat dari berbagai kelainan
hemostasis (Dia Rofinda, 2012).

1.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang
berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi menoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas
dalam darah tepi merupakan gajala patognomik untuk leukemia.kolesterol
mungkin rendah, asam urat dapat meningkat , hipogamaglobinea. Dari
pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang menoton, yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran yang menoton, terlihat pula
adanya hiatus leukemia ialah keadaan yang memperlihatkan  banyak sel blas
(mieloblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan
sel yang berada di antaranya (promielosit, mielosit, metamielosit dan sel
batang).
b. Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang berasal
dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit,
dan pulp cell.
c. Pungsi Sumsum Tulang
Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang,
yang bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi, mendapatkan
spesimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi), untuk
diagnosa sitomorfologi/ evaluasi produk pematangan sel asal darah. Tempat
yang biasanya digunakan aspirasi untuk pungsi sumsum tulang adalah spina
iliaka posterior superior (SIPS), krista iliaka, spina iliaka anterior superior
(SIAS), sternum di antara iga ke-2 dan ke-3 midsternal atau sedikit di
kanannya (jangan lebih dari 1 cm), spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra
lumbalis.
d. Cairan Serebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu
leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk
mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara intratekal secara rutin pada
setiap pasien baru atau pasien yang menunjukkan gejala tekanan intrakranial
meninggi.
e. Sitogenik
Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom
21 (kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA dan LMA
mempunyai kelainan berupa: Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n),
hiploid (2n-a), hiperploid (2n+a). Kariotip yang pseudodiploid pada kasus
dengan jumlah kromosom yang diploid. Bertambah atau hilangnya bagian
kromosom (partial depletion). Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen
yang secara morfologis bukan merupakan kromosom normal; dari bentuk
yang sengat besar sampai yang sangat kecil.
Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang
ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa
limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blas. Juga diperlukan
pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop elektron
akan terlihat adanya sel patologis.
1.9 Penatalaksanaan Medis
Secara garis besar modalitas dari terapi leukemia meliputi kemoterapi,
penanganan suportif, dan trasnplantasi stem sel hematopoetik.
a. Kemoterapi
Regimen kemoterapi disesuaikan dengan keadaan pasien dan subtipe
leukemia yang diderita.
b. Penanganan suportif
1. Pemberian transfusi komponen darah yang diperlukan
2. Pemberian komponen untuk meningkatkan kadar leukosit
3. Pemberian antibiotik, antifungi, dan antivirus bila diperlukan
4. Kebersihan oro-anal (mulut dan anus)
c. Transplantasi stem sel hematopoetik
BAB 2. CLNICAL PATHWAY

Host : umur, jenis kelamin, faktor genetik Agent : virus,


sinar radioaktif, zat kimia, lingkungan

Sel-sel abnormal

Proliferasi sel-sel abnormal

LEUKEMIA

Jumlah sel abnormal meningkat

sel-sel normal dan abnormal


Sumsum tulang berebut untuk mendapatkan
Gangguan pada hati
terganggu nutrisi
dan limpa
Produksi eritrosist Produksi leukosit Penurunan produksi
terganggu menurun Pembengkakan
trombosit

Anemia Kekebalan tubuh


menurun Terjadi gangguan Nafsu makan
Nyeri
pembekuan darah menurun

Pucat lemah letih Resiko Infeksi


lesu lelah Nyeri Akut
Resiko Perdarahan

Intoleransi Defisit Nutrisi


Aktivitas
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian Keperawatan


1.1.1 Identitas klien
Berisi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, golongan
darah, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama, suku, alamat, tanggal
MRS.
1.1.2 Riwayat kesehatan
1. Diagnosa Medik
Leukemia
2. Keluhan utama
Keluhan yang saat pengkajian diinformasikan oleh klien.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan awal timbulnya masalah, penyebab, serta tanda gejala
penyakit muncul dna tindakan apa saja yang telah diambil
untuk penanganan
4. Riwayat penyakit dahulu
Kapan awal timbulnya masalah, penyebab, serta tanda gejala
penyakit muncul dan tindakan apa saja yang telah diambil
untuk penanganan
5. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga yang memiliki penyakit yang berpotensi
menurunkan ke generasi selanjutnya yang berhubungan dengan
otak.

1.1.3 Pemeriksaan Fisik


Berisi keadaan klien dan tingkat kesadaran klien, keadaan kondisi
kepala dan anggota tubuh lainnya.
1.1.4 Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Berisikan antropometeri, biomedical sign, clinical sign dan diet
pattern pada klien.
2. Pola eliminasi
Diisi dengan data pola BAK dan BAB selama satu hari berapa
intake dan outputnya.
3. Pola aktivitas dan latian
Aktifitas kemandirian dan tingkat kebutuhan klien daily living
selama masa sebelum MRS dan pada waktu MRS, yang kemudian
diikuti dengan status pernafasan, fungsi kardiovaskuler dan terapi
oksigen yang diberikan.
4. Pola istirahat dan tidur
Gangguan pola tidur dikarenakan nyeri dan pusing pada kepala.
5. Pola persepsi diri
Yang berisikan gambaran diri, identitas diri, dan harga diri klien
yang menggangu dan tidak stabil akibat penyakit dan keluhan-
keluhan klien.
6. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien dengan leukimia akan mengalami gangguan hasrat seksual
karena tingkat pengalaman pengobatan.
7. Pola manajemen koping-stress
Umumnya akan mengalami depresi akibat keterbatasan dan
keluhan yang dideritanya.
1.2 Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan Leukemia


adalah sebagai berikut :

1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Intoleransi aktivitas
4. Risiko perdarahan
5. Defisit nutrisi
1.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


(D.0077) tindakan keperawatan (1.08238)
selama 3x24 jam tingkat Observasi :
nyeri dapat teratasi 1. Identifikasi
karakteristik,dur
dengan kriteria hasil :
asi,frekuensi,kua
tindakan
litas,instensitas
keperawatan selama 3x
nyeri
24 jam nyeri akut dapat
2. Identifikasi skala
diatasi dengan kriteria
nyeri
hasil: Tingkat nyeri (
L08066) Terapeutik :
1. Keluhan nyeri 1. Berikan teknik
menurun skala 5.
2. Meringis menurun non farmakologi
skala 5. untuk
3. Gelisah menurun
skala 5. mengurangi ras
4. Kesulitan tidur anyeri
menurun skala 5.
5. Frekuensi nadi 2. Fasilitasi istirahat
membaik skala 5. dan tidur

Edukasi :

1. Jelaskan
penyebab,
periode, pemicu
nyeri

2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Kolaborasi :

1. Kolaborasi
pemberian
analgetik

2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


(I.03119)
(D.0019) keperawatan selama 3x24
a. Identifikasi
jam status nutrisi klien
makanan yang
dapat teratasi dengan
disukai
kriteria hasil :
1. Porsi makanan b. Monitor asupan
dihabiskan makanan
meningkat
c. Sajikan makanan
2. BB membaik
secara menarik
3. Nafsu makan
d. Anjurkan posisi
membaik
duduk jika mampu

e. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori jenis nutrien
yang dibutuhkan,
jika perlu

1.4 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah pasien


diberi intervensi berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan dan implementasi. Evaluasi keperawatan ditulis dengan format
SOAP yaitu :
a. S (Subjektif) : bagaimana respon pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
b. O (Objektif) : data pasien yang diperoleh dari perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan
c. A (Analisis) : masalah keperawatan pada pasien, apakah sudah teratasi,
belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru
d. P (Planning) : rencana intervensi dihentikan , dilanjutkan, ditambah, atau
dimodifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Dia Rofinda, Z. 2012. Kelainan hemostasis pada leukemia. Jurnal Kesehatan


Andalas. 1(2):68–74.

Handayani, W. dan A. S. Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Mustika. 2016. Patologi leukemia. Poltekes Kemenkes : Malang

Rahmadin, B., I. Wahid, dan R. Yaswir. 2018. Profil penderita leukemia mieloblastik
akut di bagian penyakit dalam rsup dr. m. djamil padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 6(3):495.

Yenni, . 2014. Rehabilitasi medik pada anak dengan leukemia limfoblastik akut.
Jurnal Biomedik (Jbm). 6(1):1–7.

Anda mungkin juga menyukai