Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah kanker.
Kankermerupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat
kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015. Pada tahun 2000 terdapat 10 juta orang
(5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta wanita) menderita kanker di seluruh dunia dan 6,2 juta
diantaranya meninggal dunia (WHO,2003).
Departemen Kesehatan (2003) menyebutkan bahwa kanker merupakan
penyebab utama kematian keenam di Indonesia dan diperkirakan terdapat insiden
kanker 100 per 100.000 penduduk setiap tahunnya. Dibandingkan dengan penyakit
kanker lain, leukemia (kanker darah) termasuk jenis yang jarang terjadi. Leukemia
merupakan bentuk kanker yang paling sering ditemukan pada anak di bawah umur 15
tahun (Wong, 2009). Leukemia lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan
anak perempuan yang berusia di atas satu tahun dan awitan puncaknya terjadi antara
usia 2 dan 6 tahun.
Leukemia adalah kanker pada jaringan pembentuk sel darah dimana tidak
terkendalinya proliferasi sel darah putih yang immatur dalam pembentukan sel darah
putih oleh tubuh (Hockenberry & Wilson, 2009). Leukemia limfositik akut (LLA)
terjadi ketika sel limfoid berubah menjadi ganas dan terjadi proliferasi sel yang tidak
terkontrol. Sel-sel ini terakumulasi dan mendesak sel-sel normal dalam sumsum
tulang, mengalir ke dalam perifer, dan menginvansi organ dan jaringan tubuh.
Penggantian elemen hematopoietik normal oleh sel-sel leukemia mengakibatkan
supresi sumsum tulang. Hal ini mengakibatkan terjadinya anemia karena penurunan
produksi sel darah merah dan kecenderungan terjadi perdarahan akibat
trombositopenia.
Peran pengasuh utama ini biasanya didominasi oleh seorang ibu karena
tanggung jawabnya sebagai penyedia perawatan anak (Gamayanti et al., 2012).
Selama mendampingi anak dalam pengobatan ibu dituntut agar dapat menjalankan
perannya sebagai perawat utama bagi anaknya (Elcigil & Conk, 2010). Rendahnya
kualitas hidup anak akibat penyakit dan kemoterapi dapat menimbulkan stres bagi
keluarga (Tamayo, 2010). Stressor primer yang mempengaruhi kualitas hidup ibu

1
yang memiliki anak penderita kanker diantaranya penyakit, proses pengobatan,
tuntutan pengasuhan, kelemahan pasien, durasi dan kekambuhan penyakit (Sloper,
2000; Frank, Brown, Blount & Bunke, 2001 dikutip dari Bayat, Erdem & Kuzucu,
2008).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas,maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien leukemia
dan dampaknya terhadap kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga).

C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari Leukemia?
2. Agar dapat mengetahui etiologi, faktor risiko dan penata laksanaan pada pasien
leukemia ?
3. Agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan leukemia?

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang asuhan keperawatan pada
anak dengan leukemia (dalam konteks keluarga), sehingga penulis mampu
memahami asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia dan mampu
mengaplikasikan di pelayanan keperawatan.
2. Bagi Instansi Terkait (Sekolah)
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai asuhan
keperawatan anak dengan leukemia, sehingga pihak institusi dapat membuatnya
sebagai bahan ajar.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca terutama
berkaitan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Leukemia, atau biasa dikenal sebagai kanker darah, merupakan salah satu jenis
keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang dan dapat terjadi pada anak
maupun dewasa. Leukemia pada anak merupakan suatu jenis penyakit keganasan
tersering? Angka kejadian leukemia di Indonesia adalah ¾ kasus dari seluruh kasus
keganasan pada anak.
Leukemia adalah kanker sel darah putih atau leukosit. Kanker ini menyerang
sumsum tulang karena disanalah leukosit diproduksi. Akibat kanker ini, maka
sumsum tulang didominasi oleh sel-sel kanker tersebut, akibatnya fungsi sumsum
tulang terganggu. Sumsum tulang terletak di rongga tulang yang berfungsi sebagai
tempat produksi komponen-komponen darah, seperti sel darah merah, trombosit dan
sel darah putih. Penyakit leukemia menyebabkan fungsi sumsum tulang terganggu,
sehingga seluruh kegiatan produksi darah (hematopoesis), yaitu : pembetukan sel
darah merah (eritropoesis), pembentukan sel limfosit (limfopoesis), pembentukan
trombosit (trombopoesis) dan granulopoesis mengalami gangguan. Anak yang
menderita sakit ini akan mengalami anemia, mudah mengalami perdarahan dan
mudah terkena infeksi.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Berbeda dengan dewasa yang lebih banyak dipengaruhi oleh gaya hidup, pada
anak faktor genetik menjadi faktor menderita leukemia. Berikut ini beberapa faktor
yang meningkatkan risiko seorang anak menderita penyakit leukemia:

1. Faktor genetik.

Adanya kelainan genetik yang diketahui merupakan salah satu keadaan yang
ditemukan pada leukemia. Hal tersebut diturunkan oleh orangtua, baik secara
langsung maupun tidak. Pada anak dengan riwayat penyakit kanker pada keluarga
memiliki risiko keganasan apapun jenisnya, termasuk leukemia.

3
 Kembar identik- apabila anak kembar yang pertama didiagnosa leukemia pada
5 tahun pertama, maka risiko untuk anak kembar kedua meningkat menjadi
20% didiagnosa leukemia.
 Kejadian leukemia pada saudara yang didiagnosa leukemia akan meningkat
sebanyak 4 kali lipat dibandingkan pada populasi umum.
 Gangguan pada kromosom:
21 (Down Syndrome) memiliki risiko 95% untuk mengalami leukemia.
Bloom syndrome memiliki risiko 8% untuk mengalami leukemia. Anemia
fanconi memiliki risiko 12% untuk mengalami leukemia.

2. Faktor lingkungan.

Faktor lingkungan diduga berperan dalam terjadinya kanker, seperti radiasi,


paparan zat kimia, dan polusi udara, dsb. Paparan radiasi yang berlebihan
(misalnya tindakan radioterapi dan korban bom atom) Paparan terhadap bahan
kimia beracun (misalnya benzena dan pengobatan kemoterapi sebelumnya).

 Paparan dari pekerjaan orang tua


Setelah sekitar lebih kurang 3 dekade penelitian yang dilakukan, maka
hubungan paparan dari pekerjaan orang tua masih belum jelas. Awalnya
hal ini diduga dari paparan hidrokarbon yang ada dalam pekerjaan orang
tua, contohnya adalah pegawai pom bensin yang sering terpapar langsung
dengan asap kendaraan tanpa menggunakan masker.
 Polusi udara
Polusi udara yang dapat menjadi pemicu terjadinya leukemia ada beberapa
seperti anak perokok pasif dari orang tua yang merokok. Hal ini masih
menjadi perdebatan apakah memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas
atau tidak. Kemudian bahan dari turunan benzena. Benzena telah terbukti
menjadi suatu faktor risiko yang besar untuk terjadi leukemia. Benzena
dapat kita temukan pada makanan, pabrik perindustrian, dan kosmetik
yang digunakan.
 Pestisida
Pestisida merupakan suatu bahan yang digunakan untuk membunuh hama,
serangga, jamur, dan lain-lain. Pada penelitian ditemukan terdapat

4
hubungan terhirupnya pestisida melalui udara pada saluran nafas anak
dapat menyebabkan leukemia pada anak.
 Radiasi
Radiasi merupakan suatu bahan yang di gunakan sebagai proses imaging
dari seorang ibu yang hamil. Pada penelitian ini ditemukan hubungan
sebab akibat paparan radiasi dari alat prosedur diagnostik menyebabkan
leukemia.

C. JENIS LEUKEMIA

Ada berbagai jenis leukemia dan pengobatan yang dilakukan berbeda-beda


tergantung pada jenis leukemia yang dihadapi. Menurut presentasi klinis, leukemia
bisa diklasifikasikan secara luas menjadi leukemia akut dan kronis. Keduanya bisa
diklasifikasikan lagi menurut jenis sel yang terpengaruh:

 Leukemia Mieloblastik akut (AML): kanker sel darah myeloid yang belum
dewasa. Merupakan jenis leukemia yang paling umum terjadi pada orang
dewasa. Tingkat pertumbuhan sel kanker ini biasanya cepat dan
memengaruhi produksi sel darah normal pada awalnya. Pasien biasanya akan
mengalami gejala rendahnya jumlah sel darah (misalnya anemia, infeksi
karena jumlah sel darah putih yang rendah, pendarahan abnormal karena
jumlah trombosit yang rendah).
 Leukemia Limfoblastik Akut (ALL): kanker sel limfoid yang belum dewasa.
Lebih sering terjadi pada anak-anak dan merupakan leukemia yang paling
umumdiderita oleh anak-anak. Presentasinya mirip dengan AML.
 Leukemia mieloblastik kronis (CML): kanker sel myeloid dewasa yang terkait
dengan kehadiran kromosom Philadelphia Jenis leukemia ini kebanyakan
terdeteksi pada orang dewasa. Sel kanker berkembang pada tingkatan yang
relatif lambat, penyakit di stadium awal mungkin tidak menunjukkan gejala
apa pun. Pada stadium selanjutnya, pembesaran limpa bisa menyebabkan sakit
perut. Produksi sel darah normal juga bisa terpengaruh, dan memunculkan
gejala-gejala yang tercantum di atas.
 Leukemia Limfositik Kronis (CLL): kanker sel limfoid dewasa. Sebagian
besar diderita oleh individu yang berusia lanjut (>60 tahun). Jenis ini jarang

5
terjadi pada anak-anak. Sel kanker ini juga ditandai dengan laju pertumbuhan
yang lambat. Penyakit di stadium awal biasanya bersifat asimtomatik.

D. TANDA DAN GEJALA


Akibat adanya gangguan sistem pembentukan darah, maka dapat muncul bermacam –
macam gejala, seperti :
 Pucat (anemia)
Pucat pada anak disebabkan oleh kurangnya sel darah merah. Gejala ini dapat
diwaspadai oleh orangtua dengan melihat apakah bibir anak pucat atau tidak.
 Perdarahan
Perdarahan pada anak dapat berupa lebam di kulit, mimisan ataupun berupa
bercak merah sebagai tanda adanya perdarahan. Perdarahan ini disebabkan
oleh trombositopenia atau trombosit kurang dari jumlah normal
(<150.000/µL). Semakin rendah trombosit msemakin tinggi risiko
perdarahan.
 Mudah terinfeksi
Sel leukosit yang diproduksi sumsum tulang bukanlah leukosit yang normal,
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan anak
mudah terinfeksi kuman maupun virus.
 Demam
Sel kanker dapat menyebabkan demam karena ada pelepasan zat-zat
peradangan (sitokin inflamasi) sehingga menyebabkan demam. Selain itu,
demam juga sering disebabkan karena adanya infeksi akibat kekebalan yang
menurun.
 Nyeri tulang/sendi
Nyeri yang dirasakan pada anak merupakan manifestasi dari adanya infiltrasi
(penyebaran) sel-sel kanker yang masuk kedalam permukaan tulang maupun
sendi. Selain nyeri, leukemia pada anak juga menyebabkan bengkak di daerah
persendian.
 Pembesaran organ (organomegali)
Pembesaran organ atau organomegali disebabkan oleh sel kanker yang
menyebar ke hati, limfa, kelenjar getah bening ataupun organ lain.

6
Pembesaran ini sering ditemukan secara tidak sengaja ketika dokter sedang
melakukan pemeriksaan fisik.
 Kloroma
Kloroma adalah salah satu tanda khas dari leukemia yang berupa bercak
kehitaman pada kulit. Gejala ini merupakan salah satu tanda adanya infiltasi
sel kanker ke dermis, subdermis atau epidermis pada kulit.
 Hiperleukositosis
Pada keadaan tertentu anak dapat mengalami kenaikan jumlah sel leukosit
yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 100.000/µL. Hiperleukositosis ini dapat
menyebabkan komplikasi atau penyakit penyerta berupa kejang, sesak,
perdarahan pada paru, otak maupun ginjal. Anak – anak yang memiliki gejala
di atas, perlu segera diperiksa oleh dokter spesialis anak untuk pemeriksaan
dan konfirmasi diagnosis lebih lanjut.
 Pada anak, adanya leukemia sering kali terdeteksi secara tidak sengaja, yaitu
baru diketahui ketika anaknya berobat untuk keluhan lain seperti demam, atau
batuk dan pilek. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter ternyata
ditemukan gejala lain, seperti anak tampak pucat, atau adanya pembesaran
organ yang tidak diketahui oleh orangtua sebelumnya. Hal ini membuat
kebanyakan pasien leukemia datang terlambat untuk berobat.

Leukemia akut memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Adapun gejala yang
tampak pada penderita leukemia akut diantaranya :
a) Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia.
b) Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih.
c) Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi.
d) Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang menyebabkan
peningkatan tekanan dan kematian sel. Nyeri tulang yang berhubungan
dengan leukemia biasanya bersifat progresif.
e) Penurunan berat badan karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan
konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik.
f) Limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik
ke organ-organ limfoid dapat terjadi.
g) Gejala sistem saraf pusat dapat terjadi seperti sakit kepala hebat, muntah,
iritabilitas, letargi (Corwin,2009).

7
Apa yang harus dilakukan oleh orangtua di rumah?

1. Selalu memperhatikan kondisi anak, apakar terdapat gejala-gejala seperti


diatas atau tidak.
2. Apabila ada keluhan tersebut maka segera bawa anak ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter umum atau dokter anak yang
memeriksa akan melakukan pemeriksaan sesuai dengan kompetensi mereka.
Salah satu yang akan dilakukan adalah pemeriksaan darah (darah tepi
lengkap). Pemeriksaan tersebut merupakan salah satu skrining awal adanya
kelainan pada darah. Tentunya dokter yang memeriksa yang akan
menyampaikan hasilnya kepada orangtua.

E. PATOFISIOLOGI
Leukemia terjadi dari proses mutasi tunggal dari sel progenitor pada sistem
hematopoiesis yang meneyebabkan sel mampu untuk berproliferasi secara tidak
terkontrol yang dapat menjadi suatu keganasan dan sel prekursor yang tidak mampu
berdiferensiasi pada sistem hematopoiesis(American Cancer Society,2012).
Pada leukemia, terjadi keganasan sel darah pada fase limphoid, mieloid,
ataupun pluripoten. Penyebab dari hal ini belum sepenuhnya diketahui. Namun diduga
berhubungan dengan perubahan susunan dari rantai DNA. Faktor eksternal juga
dinilai mempengaruhi seperti bahan-bahan obat bergugus alkil, radiasi, dan bahan-
bahan kimia. Sedangkan faktor internal, yaitu kromosom yang abnormal dan
perubahan dari susunan DNA(Wu,2010).
Perubahan susunan dari kromosom mungkin dapat mempengaruhi struktur
atau pengaturan dari sel-sel onkogen. Leukemia pada sel limfosit B terjadi translokasi
dari kromosom pada gen yang normal berproliferasi menjadi gen yang aktif untuk
berproliferasi. Hal ini menyebabkan limfoblas memenuhi tubuh dan menyebabkan
sumsum tulang gagal untuk berproduksi dan akhirnya menjadi pansitopenia
(Wu,2010).
Seiring sumsum tulang gagal, sel-sel yang abnormal bersirkulasi dalam tubuh
dan masuk ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, dan mata. Gangguan pada sistemik

8
ini menyebabkan perubahan pada kadar hematologi tubuh, terjadi infeksi oportunistik,
iatrogenik karena komplikasi dari kemoterapi (Wu,2010).

F. PENEGAKAN DIAGNOSA
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pada anamnesis, dokter mencari dari tanda dan gejala leukemia. Dokter juga
menanyakan apakah ada paparan dari faktor risiko yang dialami pada pasien. Dokter
juga menanyakan apakah di keluarga ada yang memiliki penyakit keganasan juga.
Pada pemeriksaan fisik, dokter fokus dengan adanya pembesaran kelenjar limph,
melihat apakah ada tanda-tanda infeksi. Pemeriksaan abdomen juga merupakan
pemeriksaan yang penting untuk melihat apakah ada tanda-tanda infeksi. Pemeriksaan
abdomen juga merupakan pemeriksaan yang penting untuk melihat apakah adanya
pembesaran hati atau limpa(American Cancer Society, 2012).
2. Tes darah
Tes darah yang dilakukan diambil dari vena pada lengan atau dari jari tangan perifer.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar hematologi pasien. Pemeriksaan
apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat morfologi dari sel darah. Pada pasien
dengan leukemia, akan ditemukan sel darah putih yang sangat banyak dibandingnkan
sel darah merah dan platelet yang sedikit (American Cancer Society, 2012).
3. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi
Aspirasi sumsum tulang dan biopsi dilakukan secara bersamaan. Aspirasi sumsum
tulang dan biopsi ini dilakukan untuk mendiagnosa leukemia dan diulangi kembali
untuk melihat respon dari pengobatan(American Cancer Society, 2012). Aspirasi
sumsum tulang merupakan “gold standard” dari diagnosa leukemia. Tidak hanya
indikasi diagnosa, namun indikasi menentukan jenis sel dan monitoring pengobatan
seperti gangguan limfoblastik.(Wise-Draper T, 2012)
4. Lumbal pungsi
Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada CSF. Pada
anak dengan leukemia, lumbal pungsi dilakukan sebagai terapi metastasis ke CNS
untuk kemoterapi. Melalui lumbal pungsi diberikan bahan kemoterapi menuju cairan
serebrospinal sehingga mencegah sel-sel leukemia ada di sistem saraf pusat
(American Cancer Society, 2012).

9
5. Biopsi kelenjar limph
Biopsi kelenjar limph penting untuk mendiagnosa limphoma. Pada anak dengan
leukemia hal ini jarang dilakukan. Biopsi kelenjar limpa dilakukan bersamaan dengan
proses pembedahan untuk pengobatan atas indikasi tertentu.

G. PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang diberikan ke
cairan serebrospinal, atau melelui aliran darah untuk dapat mencapai ke seluruh tubuh
agar terapi yang diberikan efektif. Pengobatan dengan kemoterapi pada leukemia
mieloblastik akut diberikan dengan dosis yang tinggi dan di konsumsi dalam waktu
yang singkat. Sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut di berikan dengan
dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang lama biasanya 2-3 tahun (American
Cancer Society, 2012).
2. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang sangat terbatas penggunaannya pada pasien
leukemia. Hal ini dikarenakan sel-sel leukemia telah menyebar keseluruh tubuh
melalui sumsum tulang menuju organ-organ yang ada di tubuh. Terapi pembedahan
hanya dilakukan atas indikasi tertentu dan memiliki risiko tinggi(American Cancer
Society, 2012).
3. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk menghancurkan
sel-sel kanker. Terapi ini sendiri biasanya dilakukan untuk mencegah penyebaran dari
sel-sel leukemia ke otak maupun ke testis (American Cancer Society, 2012).

H. PENGKAJIAN
Pengkajian pada leukemia meliputi :
1) Riwayat kesehatan
 Gambaran tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien, seperti adanya massa atau
pembengkakan yang abnormal, pucat, kecenderungan mengalami memar,
nyeri lokal yang persisten, demam yang berlangsung lama, sakit kepala sering,
kadang-kadang disertai muntah, perubahan penglihatan yang mendadak, dan
penurunan berat badan yang cepat dan berlebihan.

10
 Riwayat pranatal seperti adanya pajanan terhadap radiasi ionisasi, infeksi
maternal, obat-obatan, dan penggunaan zat. Selain itu riwayat abnormalitas
kromosom, gangguan kekebalan, keganasan sebelumnya, dan riwayat keluarga
terhadap kanker.
 Pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital, pantau adanya peningkatan suhu akibat
demam, pantau peningkatan dan penurunan berat badan, dan pantau tekanan
darah, dapat rendah (sepsis) atau tinggi (tumor ginjal/neuroblastoma)
2) Aktivitas :
Gejala: Kelelahan, malaise, kelemahan, serta ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas seperti biasanya. Tanda: Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur,
somnolen.
3) Sirkulasi
Gejala: Palpitasi
Tanda: Takikardia, murmur jantung, kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf
kranial dan atau tanda perdarahan serebral.
4) Eliminasi
Gejala: Diare; nyeri tekan perianal dan nyeri, darah merah terang pada tisu, feses
hitam, darah pada urine, penurunan keluaran urin.
5) Integritas Ego
Gejala: Perasaaan tak berdaya atau tak ada harapan
Tanda: Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
alam perasaan, kacau.
6) Makanan/Cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, perubahan rasa/penyimpangan
rasa, penurunan berat badan, faringitis, disfagia.
Tanda: Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali, hepatomegali,
ikterik, stomatitis, ulkus mulut, hipertrofi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan
leukemia monositik akut).
7) Neurosensori
Gejala: Kurang atau penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau,
disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kebas, kesemutan, parastesia.
Tanda: Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.

11
8) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi; nyeri tekan sternal, kram
otot.
Tanda: Perilaku berhati-hati, distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri.
9) Pernapasan
Gejala: Napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: Dispnea, takipnea, batuk, gemericik, ronkhi, penurunan bunyi napas.
10) Keamanan
Gejala: Riwayat infeksi saat ini atau dahulu, riwayat jatuh, gangguan penglihatan atau
kerusakan, perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi,
atau epistaksis, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati (sehubungan dengan invasi
jaringan), papiledema dan eksoftalmus, infiltrat leukemik pada dermis.
11) Seksualitas
Gejala: Perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, menoragia, impoten.
12) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat terpajan pada kimiawi, misalnya benzene, fenilbutazon, dan
kloramfenikol; kadar ionisasi radiasi berlebihan; pengobatan kemoterapi sebelumnya,
khususnya agen pengkelat, gangguan kromosom, contoh sindrom Down atau anemia
Franconi aplastik.
Prioritas keperawatan: Mencegah terjadinya infeksi selama fase akut
penyakit/pengobatan. Mempertahankan volume dari sirkulasi darah, menghilangkan
rasa nyeri. Meningkatkan fungsi fisik secara optimal. Memberikan dukungan
psikologis. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan. Tujuan Pemulangan: Komplikasi penyakit dapat dicegah atau minimal,
nyeri hilang atau terkontrol, aktivitas sehari-hari terpenuhi oleh diri sendiri atau
dengan bantuan, klien dapat menerima kenyataan penyakit yang dideritanya, klien
memahami proses penyakit/prognosis dan program terapeutik.

I. DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN


Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
 Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

12
 Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
 Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
 Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
 .Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
 Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
.
Contoh kasus :
Klien yang dikelola adalah An. S, berusia 11 tahun, pendidikan sekolah dasar (SD),
masuk ke rumah sakit tanggal 24 April 2013 dengan diagnosa Akut Limphositik
Leukemia B. Lineage HR (Relapse). Keluhan utama klien masuk rumah sakit adalah
teraba benjolan di leher klien. Keluhan ini dirasakan oleh klien 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, klien merasakan nyeri
tulang di sekitar punggung dan 1 hari sebelum masuk rumah sakit timbul sariawan
dan ada perdarahan gusi. Riwayat penyakit sebelumnya, klien pernah dirawat di
rumah sakit pada tahun 2005, yaitu saat klien berumur 3,5 tahun. Klien dirawat karena
kondisinya yang lemah, nafsu makan menurun, sering demam, dan tampak memar
tanpa sebab di tubuhnya. Kemudian klien mendapatkan perawatan kemoterapi di
rumah sakit selama 2 bulan. Pada tahun 2009 klien kembali dirawat di rumah sakit
dengan keluhan yang sama dan klien mendapatkan perawatan selama 2 bulan. Dalam
riwayat penyakit keluarga, menurut orang tua klien, di dalam keluarga tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit leukemia ataupun jenis kanker yang lain. Pemeriksaan fisik
yang dilakukan pada klien didapatkan data kesadaran compos mentis, berat badan saat
dikaji 29 Kg (sebelumnya BB 27 Kg), tinggi badan 139 cm, LLA 20 cm, status gizi

13
klien baik, suhu badan 37,2o C, frekuensi pernapasan 22 x/menit, nadi 84 x/menit dan
tekanan darah 100/70 mmHg. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik head to toe
diperoleh hasil bahwa kulit kepala bersih, distribusi rambut merata, rambut rontok,
konjungtiva pucat, warna pink muda, sklera tak ikterik, membran mukosa pucat,
bentuk dada simetris, retraksi tidak ada, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung S1 dan
S2 normal, CRT < 2 detik, abdomen datar, supel, bising usus ada, ± 5 – 10 x/menit,
klien mengeluh mual dan muntah setelah pemberian kemoterapi, nafsu makan
menurun, klien juga mengeluh nyeri setelah pemberian kemoterapi melalui intratekal.
Klien tampak lemah dan lebih banyak di tempat tidur, kaki kanan dan kiri klien
tampak mengecil tidak sesuai dengan proporsi tubuh klien, kekuatan otot ekstremitas
atas 5555|5555 dan ekstremitas bawah 4444|4444. Pada pemeriksaan darah lengkap
didapatkan hasil hemoglobin 9,0 gr/dl, hematokrit 26 %, leukosit 2,2 ribu/ul,
trombosit 139 ribu/ul, eritrosit 3,24 juta/uL. Hitung jenis : basofil 0%, eosinofil 1%,
neutrofil 77%, limfosit 16%, monosit 3%, luc 4%, retikulosit 3,8%. Fungsi hati :
SGOT 57 U/l, SGPT 199 U/l. Pemeriksaan gambaran darah tepi didapatkan gambaran
eritrosit : anisositosis, normositik normokrom, dan makrositik, polikromasi (+),
leukosit kesan jumlah menurun, morfologi normal, tidak didapatkan blas, trombosit
kesan jumlah menurun, morfologi normal, kesan : anemia dimorfik, leukopenia,
trombositopenia, pansitopenia. Hasil urinalisa menunjukkan urobilinogen 0,2 E.U./dl,
protein urine negative, BJ urine 1,010, bilirubin negative, keton negative, nitrit
negative, pH 6,0, lekosit negative, darah/HB negative, glukosa urine negative, reduksi
negative, warna yellow, kejernihan clear, sedimen urine : epitel positif (+), lekosit 2 –
1 /LPB, eritrosit 0 – 1 /LPB, silinder negative/LPK, kristal negative, bakteri negative.
Pemeriksaan BMP didapatkan gambaran sumsum tulang sesuai dengan ALL Relapse.
Hasilrontgen paru didapatkan gambaran cardiomegali, aortae baik, paru : corakan
bronkhovaskuler kasar.
Kemungkinan diagnosa keperawatan berdasarkan kasus diatas :
Diagnosis 1 : Risiko cedera
Tujuan : Klien tidak mengalami komplikasi akibat kemoterapi, klien mengalami
remisi parsial atau total dari penyakit.
Intervensi Keperawatan :
 Jelaskan pada klien dan keluarga tujuan dari pemberian kemoterapi.
 Jelaskan prosedur pelaksanaan kemoterapi.

14
 Lakukan anamnesis yang cermat untuk mendeteksi adanya riwayat reaksi
alergi.
 Ikuti pedoman pemberian agens kemoterapi.
 Berikan agens kemoterapi sesuai program.
 Bantu prosedur pemberian agens kemoterapi (misal : pungsi lumbal untuk
pemberian intratekal).
 Amati tanda-tanda infiltrasi pada lokasi infus/penyuntikan iv (rasa nyeri,
tersengat, pembengkakan, kemerahan).
 Segera hentikan infus jika terjadi tanda-tanda infiltrasi.
 Amati keadaan klien selama 20 menit sesudah pemberian infus.
 Hentikan pemberian infus obat dan bilas selang infus dengan larutan salin
normal jikadicurigai adanya reaksi.
 Cegah terjadinya infeksi dengan menjaga kebersihan diri dan mulut.
 Kolaborasi untuk menghindari pemakaian obat yang mengandung aspirin.

Diagnosis 2 : Risiko infeksi


Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Intervensi Keperawatan :
 Pantau tanda dan gejala infeksi (misal : suhu tubuh, denyut jantung,
pernapasan, nadi, dan lain-lain).
 Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
 Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolut
hitung jenis, protein serum, dan albumin).
 Anjurkan semua pengunjung dan tenaga kesehatan untuk melakukan teknik
mencuci tangan dengan prinsip 6 benar.
 Gunakan teknik aseptik setiap melakukan tindakan invasif.
 Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga personal higiene untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi.
 Ajarkan klien dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar.
 Batasi jumlah pengunjung, jika diperlukan.
 Terapkan kewaspadaan universal.
 Pertahankan teknik isolasi jika diperlukan.
 Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan.

15
Diagnosis 3 : Mual
Tujuan : Rasa mual berkurang, selera makan meningkat, status nutrisi adekuat.
Intervensi Keperawatan :
 Pantau gejala subjektif mual pada klien.
 Kaji penyebab mual (misal efek samping kemoterapi).
 Pantau adanya peningkatan atau penurunan berat badan.
 Pantau turgor kulit.
 Pantau tingkat energi, keletihan , dan kelemahan.
 Pantau asupan kalori dan makanan.
 Pantau tanda-tanda vital.
 Pantau status hidrasi klien.
 Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab mual.
 Anjurkan klien untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering.
 Ajarkan klien untuk mengalihkan perhatian (distraksi) klien dari rasa mualnya
dengan membacakan buku cerita ataupun menonton film.
 Ajarkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam jika dirasakan mual.
 Kolaborasi dalam pemberian antiemetik sebelum pemberian kemoterapi.

Diagnosis 4 : Keletihan
Tujuan : Rasa letih berkurang.
Intervensi Keperawatan :
 Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama
sebelum dan setelah beraktivitas.
 Tingkatkan jam tidur total pada malam hari.
 Atur jadwal aktivitas setiap hari untuk menghemat energi.
 Berikan masukan protein dan kalori yang adekuat.
 Berikan dorongan untuk teknik relaksasi.

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan


yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
D.L. 2004: hal. 331).

16
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610)
hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah:

 Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi


 Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya
laporan peningkatan toleransi aktifitas.
 Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
 Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak
nyaman
 Masukan nutrisi adekuat
 Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan
bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
 Kulit tetap bersih dan utuh
 Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut,
anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan
rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan
berpakaian menarik. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang
prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan
tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan
meluangkan waktu bersama anak. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan
kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut,
kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien
dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel yang lain (Corwin, 2009). Leukemia adalah proliferasi tak
teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen
sumsum tulang normal (Smeltzer and Bare, 2002).
Adanya penyakit yang serius dan kronik pada salah satu anggota keluarga
biasanya mempunyai dampak besar pada sistem keluarga, terutama pada struktur
peran dan pelaksanaan fungsi keluarga (Campbell, 200 dalam Friedman, Bowden &
Jones, 2013). Keluarga mungkin harus beradaptasi terhadap stressor. Adaptasi
keluarga dalah proses dimana keluarga mempertahankan keseimbangan sehingga
keluarga dapat memenuhi tujuan dan tugasnya, mengatasi stres, dan meningkatkan
pertumbuhan dari anggota individual (Potter & Perry, 2005).
Keberadaan keluarga sangat lah penting bagi anak. Dukungan keluarga dapat
mempengaruhi kehidupan dan kesehatan anak. Hal ini dapat terlihat bila dukungan
keluarga sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi
bila dukungan pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada
dirinya dan dapat mengganggu psikologis anak (Hidayat, 2008).

B. Saran
Pada pengerjaan makalah ini kurangnya pengetahuan kelompok terhadap
materi ini, sehingga masih banyak terdapat kekurangan, semoga apa yang kelompok
sampaikan diatas bisa bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya, dan juga
bermanfaat untuk pembaca atau untuk referensi bagi mahasiswa yang lain.
Dan saran kelompok pada agar mahasiswa dapat meningkatkan kesadaran
betapa pentingnya memahami asuhan keperawatan anak dengan leukemia (dalam
konteks keluarga) sehingga bisa di aplikasikan dalam menjalani peran sebagai seorang
perawat profesional di lingkungan kerja.

18
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L., & Sowden, L.A. (2009). Buku saku keperawatan pediatrik. Edisi 5.
Alih bahasa : Ns. Eny Meiliya, S.Kep. Jakarta : EGC
Corwin, E.J., (2009). Buku saku patofisiologi, Edisi 3, Alih bahasa ; Nike Budi
Subekti. Jakarta : EGC
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3. Alih bahasa; I Made Kariasa & Ni Made
Sumarwati. Jakarta ; EGC
Doloksaribu, T.M. (2011). Respon dan Koping anak Penderita Leukemia
Limfoblastik Akut dalam menjalani terapi di Jakarta dan Sekitarnya : Studi
Grounded Theory. (diunduh tanggal 7 Juni 2013)
Handayani, W. & Haribowo, A.S. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Hayati, H. (2009). Pengaruh Distraksi oleh Keluarga Terhadap Mual-Muntah
akibat Kemoterapi pada Anak usia Prasekolah di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta. (diunduh tanggal 30 Mei 2013)
Herdman, T.H. (2012). Nanda International; Diagnosis keperawatan; definisi dan
klasifikasi 2012 – 2014). Alih bahasa; Made Sumarwati & Nike Budhi
Subekti. Jakarta : EGC
James, S.R., & Ashwill, J.W. (2007). Nursing care of children : Principles &
Practice. Third Edition. St. Louis, Missouri : Saunders Elseiver
Kumar, V., Contran, R.S., & Robbins, S.L. (2007). Buku ajar patologi robbins.(Ed.
7). 2. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. Jakarta : EGC
Muhsinin, (2010). Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Mual Dan Muntah
Pada Anak Yang Menderita Kanker Saat Menjalani Kemoterapi Di Ruang
Rawat Inap Anak Rumah Sakit Di Banjarmasin (diunduh tanggal 30 Mei
2013)
Muscari, M.E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. (Ed. 3). Alih
bahasa: Alfrina Hany, S.Kp. Jakarta : EGC
Otto, S.E. (2005). Buku saku keperawatan onkologi. Alih bahasa Jane Freyana
Budi, S. Kp, MappSc. Jakarta :EGC

19

Anda mungkin juga menyukai