Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN LEUKIMIA PADA ANAK

DISUSN OLEH

NAMA:AYUB MAMU

NIM:C017182001

PROGRAM STUDY D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 5 NOVEMBER 2021/2022

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

(………………………………………) (………………………………………..)
BAB I

PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang

Penyakit kanker (leukimia) adalah penyakit yang paling menakutkan bagi manusia.Karena , begitu vonis
itu dijatuhkan pada seseorang maka berbagai permasalahan berat dan rumit akan dihadapi di antaranya
resiko ancaman jiwa tinggi dan pengobatannya sangat mahal dan efek samping pengobatan yang sangat
menyiksa. Leukimia menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak.Namun, penanganan kanker pada
anak di Indonesia masih lambat.Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani
secara medis sudah memasuki stadium lanjut. Deteksi dini dan pencegahan adalah langkah awal yang
paling agar hal yang lebih berat dapat terjadi Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker pada darah
atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari
sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel
darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal.Sel
abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel
leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh
penderita. Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih
sebelum diberi terapi.Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya
promielosit.Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Kejadian leukemia berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini berkaitan dengan cara
diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak
dibawah 15 tahun. Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan terdiri
dari 2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82 % dan Leukemia 1

Mieloblastik (LMA) 18 %. Hal ini berbeda dengan leukemia pada orang dewasa, yaitu LLA 15 % dan LMA
85%.Leukemia kronik mencapai 3% dari seluruh leukemia pada anak. Puncak kejadian LLA pada usia 2-5
tahun dan meningkat lagi setelah usia 65 tahun, sedang LMA mengenai semua kelompok usia, tetapi
kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. Perbandingan penderita laki-laki dan perempuan
adalah 1,3 : 15. 2. Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian hemofilia

2. Untuk mengetahui penyebab hemofilia

3. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada anak dengan hemofilia

4. Untuk mengetahui asuhan keperawataan pada anak hemophilia.

BAB II

2 KONSEP DASAR
1. Defenisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa.Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.Proliferasi juga terjadi di hati, limpa,
dan nodus limfatikus.Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus
gastrointestinal, ginjal, dan kulit. Klasifikasi Leukimia:

a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA) LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.

b. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK) LMK juga dimasukkan dalam mieloid keganasan sel system
mieloid.Namu lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.LMK
jarang menyerang individu dibawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan
tanda dan gejala yang lebih ringan.Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala.Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan
fisik atau penanganan penyakit.

d. Leukemia Limfositik Akut (LLA) LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast.Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
tahun. LLA jarang terjadi.Limfosit immatur

3.berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel
normal.LLA sering menyerang pada masa anakk-anak dengan presentase 75%-80%.LLA menginfiltrasi
sumsum tulang oleh sel limfoblast yang menyebabkan anemia,memar(trombositopenia), dan infeksi
(neutropenia). Limfoblast bisanya di temukan dalam darah tepi dan selalu ada disumsum tulang, hal ini
mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegaly, dan hepatomegaly, tetapi 70% anak dengan
leukemia limfatik akut kini bisa disembuhkan.

2. Insidensi

a. Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjadi; ALL terjadi pada 80% kasus leukemia
anak.

b. Insidens paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun.

c. Anak peretnpuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Sedikitnya 60%
sampai 70% akan mencapai penyembuhan atau kelangsungan hidup jangka panjang.

d. Anak Afrika Amerika mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kesintasan median
yang juga lebih rendah. e. Insiden leukemia di Negara Barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun.
Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka pasti mengenai insiden leukemia
di Indonesia. Leukemia limfositik akut (LLA) memiliki insidensi sekitar 2-3/100.000 penduduk. f. Lebih
sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada usia dewasa (18%) dan lebih sering ditemukan pada
laki-laki dibandingkan wanita. 3. Etiologi Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun
kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang berperan antara lain:

4.a. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat),
infeksi (virus dan bakteri).

b. Faktor endogen seperti ras

c. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadangkadang dijumpai kasus leukemia pada
kakak-adik atau kembar satu telur).

Faktor predisposisi:

a. Faktor genetik:
b. virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-lymphoma
virus/HTLV)

b. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya

c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.

d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

e. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur

f. Kelainan kromosom Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk
ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen manusia.
Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan
selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan
ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut
hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat
diabaikan.

4. Patofisiologi Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal.Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya
kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang.Penyakit ini sering disebut kankerdarah.

5.sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel
darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat dua mis-
konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
1) Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia akut
bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang
immatur.

2) Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler.
Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk
mendapatkan elemen makanan metabolik

5. Manifestasi Klinis

a. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang
memproduksi sel darah merah.Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya
hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah
lelah, kadang-kadang sesak nafas.

b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis
akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan
tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.

c. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti
gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia.Perdarahan ini dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat
terjadi secara spontan.

d. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.

e. Penurunan nafsu makan (anoreksi) f. Kelemahan dan kelelahan fisik


g. nyeri tulang dan sendi, Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.

h. hipermetabolisme.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Hitung darah lengkap—anak dengan sel darah putih kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis
memiliki prognosis paling balk; hitting sel darah putih lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang balk pada anak semua umur. Kadar hemoglobin dan hematokrit rendah mengindikasikan
anemia. Hitung trombosit rendah mengindikasikan potensial perdarahan

b. Pungsi lumbal—untuk mengkaji keterlibatan SSP

c. Foto toraks—mendeteksi keterlibatan mediastinum

d. Aspirasi sumsum tulang—ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis

e. Pemindaian tulang atau survei rangka—mengkaji keterlibatan tulang


f. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa—mengkaji infiltrat leukemik

g. flitting trombosit—menunjukkan kapasitas pembekuan

7. Penatalaksanaan

a. Program terapi Pengobatan terutama ditunjukkan untuk

2 hal (Netty Tejawinata.

1) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:


 Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
 Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi. 2) Pengobatan spesifik Terutama
ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada
kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
 Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel
blastosit sampai 75% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat
 mengurangi gejala-gajala yang tampak. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel
yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi. Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf
pusat Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi)

fase Pelaksanaan Kemoterapi:

 Fase Induksi Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.

Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan Lasparaginase.Fase induksi
dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum
tulang
 ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%. Fase profilaksis sistem saraf pusat Pada fase ini
diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah
invasi sel leukemia ke otak.

 Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia


 yang mengalami gangguan sistem saraf pusat. Konsolidasi Pada fase ini, kombinasi
pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh.Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap
untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.Jika terjadi supresi sumsum
tulang, maka pengobatan

dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

b. Pengobatan imunologik Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi
terus menerus

c. Transplantasi Sumsum tulang

8.Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan
sumsum tulang yang sehat.Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi.Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.

Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi
dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen(HLA) yang
sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan
respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan
respon terhadap pengobatan.

9. Prognosis Prognosis LLA pada anak-anak pada umumnya baik, lebih dari 95% terjadi remisi
sempurna.Kira-kira 70-80% dari klien bebas gejala selama 5 tahun. Apabila terjadi relaps, remisi
sempurna kedua dapat terjadi pada sebagian besar kasus. para klien merupakan kandidat untuk
implamantasi sumsum tulang dengan 35%-65% kemungkinan hidup lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2015). Cancer in children.


Diperolehdarihttp://www.cancer.

org/cancer/cancerinchildren/detailedguide/cancer-in-children-cancer.

David, G., 2015. Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics journal,

hlm.77–89

Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan Leukemia

Limfostik Akut Dalam Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas Kedokteran

Universits Udayana).

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Friehling, E., Ritchey, K., David. G., & Bleyer, A., 2015. Acute

lymphoblastic leukemia 20th ed. B. E. Kliegman MR, Stanton B, ed., Nelson

Textbook of Pediatrics, hlm. 2437-2442.

Kozier, (2011), fundamental keperawatan (konsep, proses, danpraktik), Jakarta :

EGC.

KemenkesRepublik Indonesia.ProfilKesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakerta

Anda mungkin juga menyukai