Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom Down, kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali lipat. Faktor lingkungan. - Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahuntahun kemudian. - Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat khusus nya agen-agen alkil. Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi maupun kemoterapi. Radiasi Orang yang terekspos radiasi yang sangat tinggi lebih memiliki kecenderungan untuk mengidap leukemia mieloblastik akut, leukemia mielositik kronik, atau leukemia limfoblastik akut. Ledakan bom atom: telah menyebabkan radiasi yang sangat tinggi (contohnya seperti ledakan di jepang pada perang dunia kedua). Terjadi peningkatan resiko mengidap leukemia pada orang-orang, terutama anak-anak, yang selamat dari ledakan bom tersebut.
Radioterapi: radioterapi untuk kanker dan kondisi lainnya adalah sumber eksposur radiasi tinggi lainnya. Radioterapi meningkatkan resiko leukemia.
X-rays: dental x-rays dan x-rays diagnostik lainnya (seperti CT-Scan) mengekspos orangorang terhadap level radiasi yang lebih rendah. Belum diketahui apakah radiasi level rendah ini dapat menghubungkan leukemia dengan anak-anak maupun orang dewasa. Peneliti sedang mempelajari apakah melakukan banyak foto x-rays dapat meningkatkan resiko leukemia. Mereka juga mempelajari apakah menjalani CT-Scan ketika anak-anak dapat meningkatkan resiko leukemia. Benzene Terekspose benzene di tempat kerja dapat menyebabkan leukemia mieloblastik akut. Selain itu benzene juga dapat menyebabkan leukemia mielositik kronik atau leukemia limfoblastik akut. Benzene banyak digunakan pada industri kimia. Benzene juga ditemukan pada asap rokok dan gasoline.
Merokok Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA Kemoterapi Pasien kanker yang diterapi dengan beberapa tipe obat pelawan kanker kadang akan mengidap leukemia mieloblastik akut atau leukemia limfoblastik akut. Contohnya, diterapi dengan obat bernama alkylating agen atau topoisomerase inhibitor dapat dihubungkan dengan kemungkinan kecil berkembangnya leukemia akut.
2.3 Epidemiologi Leukemia Beberapa data epidemiologi yang terkumpul menunjukkan hal-hal berikut: a. Insiden leukemia Insiden di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker. Belum ada angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia. b. Frekuensi relatif - Frekuensi relatif di negara barat menurut Gunz: Leukemia akut : 60% CLL CML : 25% : 15%
Di indonesia frekuensi CLL sangat rendah, CML merupakan leukemia kronik yang paling sering dijumpai. c. Leukemia menurut usia didapatkan data yaitu : Menurut penelitian Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di RSUD Dr. Soetomo LLA menduduki peringkat pertama kanker pada anak selama tahun 1991-2000. Ada 524 kasus atau 50% dari seluruh keganasan pada anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%) adalah LLA, 50 anak (10%) menderita nonlimfoblastik leukemia, dan 42 kasus merupakan leukemia mielositik kronik. Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun2004-2007 menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anak-anak usia <15 tahun khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun 7,4%, usia 20-60 tahun 20,4%, dan pada usia >60 tahun 1,8% - Acute Limphoblastic Leukemia (ALL) terbanyak pada anak-anak dan dewasa muda. - Acute Myeloid Leukemia (AML) pada semua umur, lebih sering terjadi pada orang dewasa.
- Chronic Limphocytic Leukemia (CLL) terbanyak pada orang tua. - Chronic Myeloid Leukemia (CML) pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa, Leukemia Granulositik Kronik pada semua usia tersering usia 40-60 tahun. - Leukemia Mieoloblastik Akut lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85%) dari pada anak-anak (15%).
d. jenis kelamin Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57% kasus baru leukemia pada laki-laki.10 Berdasarkan laporan dari Surveillance Epidemiology And End Result (SEER) di Amerika tahun 2009, kejadian leukemia lebih besar pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 57,22%:42,77%. Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan, proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (58%:42%). e. Berdasarkan Tempat dan Waktu Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus leukemia di Amerika Serikat, 18.059 kasus diantaranya pada laki-laki (55,37%) dan 14.557 kasus lainnya pada perempuan (44,63%). Pada tahun yang sama 21.716 orang meninggal karena leukemia (CFR 66,58%).39 Berdasarkan laporan kasus dari F. Tumiwa dan AMC. Kaparang (2008) menyebutkan bahwa IR tertinggi LMK terdapat di Swiss dan Amerika (2 per 100.000) sedangkan IR terendah berada di Swedia dan Cina (0,7 per 100.000).40 LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai di Indonesia yaitu 25-20% dari leukemia. IR LMK di negara barat adalah 1-1,4 per 100.000 per tahun.31 Berdasarkan data dari International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) penderita leukemia pada anak-anak di RSK Dharmais terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat 6 kasus leukemia pada anak dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2004 terdapat 30 penderita (18,52%), tahun 2005 terdapat 39 penderita (24,07%), tahun 2006 terdapat 35 penderita (21,61%) dan pada tahun 2007 terdapat 58 penderita (35,8%).
Daftar Pustaka 1. Bakta, I made. Hematologi Klinik ringkas. 2012. Jakarta: EGC. Hlm: 117-122. 2. Fianza PI. Leukemia Limfoblastik Akut. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi 5. FKUI: Jakarta 2007.Hlm:728-34. 3. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Leukemia. Dalam Buku Hematologi. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta 2002. Hlm: 150-66. 4. Leukemia.Availableat:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20969/4/Chapter%20II. Accessed on Mei 19th, 2013.