gigi terkatup
muntah
pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil
pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat
bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.
Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buahbuahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian,
cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.
Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan
meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang
sebaiknya ditanggalkan saja.
YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA
Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C.
Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan
kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan korsleting/benturan kuat di otak antara
suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi.
Agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. . Tak
perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu di
antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya
sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya.
Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang
membuat anak tersedak.
Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini
biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak
balita. Bahkan juga bayi baru lahir.
Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan
timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir
lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala
besar atau kecil.
Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada
saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan).
Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi
(ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa kejang.
Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap kejang.
Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang. Uniknya, bayi prematur justru jarang sekali
menderita kejang. Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah
sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.
JANGAN SAMPAI TERULANG
Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak
boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat
membahayakan anak.
Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. Setiap
menit, kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke
otak.
Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya
aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan.
Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya,
pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan
terjadi kejang berulang.
DIMONITOR TIGA TAHUN
Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya
kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang
neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus.
Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.
Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut.
Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga
tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut
mempunyai prognosis baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan mental.
Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? Hitungannya harus
dimulai lagi dari tahun pertama.Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah
selama tiga tahun setelah kejang.
Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas
kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak
yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala
besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.
RAGAM PENYEBAB
Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan,
penjabarannya satu per satu di bawah ini.
* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan
bangkitan kejang.
Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan
oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).
* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah
akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan
metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.
* Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki
riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada
karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.
WASPADAI DI BAWAH 6 BULAN
Orang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama di bawah usia 6 bulan, Karena
kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar.
Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama pada masa neonatal itu bersifat khas. Bukan
hanya seperti toniklonik yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain. Misal,
matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan atau tangannya seperti tremor.
Dokter biasanya waspada, tapi kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang ibu yang ngeh. Itulah
sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.
MENOLONG ANAK KEJANG
1.
Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat
saluran pernapasannya. Jadi kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di
mulutnya saat kejang, segera keluarkan.
2.
Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari
mulutnya. Ini sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air
liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang, kan, saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur, air
mata pun bisa keluar. Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar,
tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan memperparah keadaan.
3.
Jangan mudah percaya bahwa meminumkan kopi pada anak yang sedang kejang bisa langsung
menghentikan kejang tersebut. Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi
justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan saat anak mengalami kejang,
yang malah bisa menyebabkan kematian.
4.
Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan tak mendapat oksigen.
Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter
bila anak memang pernah kejang atau punya riwayat kejang.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan kejang meliputi :
1. Penanganan saat kejang* Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 0,5 mg/kgBB/dosis IV
(Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang
belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.
* Turunkan demam :
Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.
Kompres ; suhu >39 C dengan air hangat, suhu > 38 C dengan air biasa.
* Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.
* Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen, memberikan
keseimbangan air dan elektrolit, pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.
2. Pencegahan Kejang* Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam
0,3 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang
disertai demam.
* Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40 mg/KgBB/dosis PO (per
oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.
http://doktersehat.com/mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-balita/