Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan
haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit
yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika
sel darah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu
pembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angka
kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer
Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak
terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh
leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di
AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin,
1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita
leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal
dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
1.2.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang Masalah diatas, Maka Rumusan Masalah Sebagai Berikut :
1) Apakah definisi Leukimia ?
2) Apakah etiologi Leukimia?
3) Apakah manifestasi Leukimia ?
4) Bagaimana patofisiologi Leukimia ?
5) Bagaimana penatalaksanaan Leukimia pada anak-anak ?
6) Bagaimanan konsep asuhan keperawatan Leukimia pada anak-anak ?

1.3.   Tujuan

Dari Rumusan Masalah diatas, Maka Tujuan Sebagai Berikut :

1) Mengetahui definisi dari leukimia.


2) Mengetahui etiologi dari leukimia.
3) Mengetahui manifestasi dari leukimia.
4) Mengetahui patofisiologi dari leukimia.
5) Mengetahui penatalaksanaan leukimia pada anak-anak.
6) Mengetahui konsep asuhan keperawatan leukimia pada anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai
“darah putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai
dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah poliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah
putih dan sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sum-sum normal
(Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth edisi 2 hal 336)
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh poliferasi
abnormal darisel-sel nematopoietik (Patofisiologi edisi 4 Sylvia A . Price
hal 248)
Leukemia adalah nama kelompok penyakit yang di
karakteristikkan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit
sirkulasi (Patofisiologi untuk keperawatan dr. Jan Tamboyanhal 80)
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk system
hematopoietik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak
terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang (Rencana
Asuhan Keperawatan Onkologi Danielle Gale, Rn, MS hal 183)
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa leukemia
adalah suatu poliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih
meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
1) Host
a) Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur.
LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-
anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat
pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara
umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur
rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi
terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan
kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker.
Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap
tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia
daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua.
Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling
sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los
Angeles County-University of Southern California (LAC+USC)
Medical Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut
etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan
keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical
Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu
Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
b) Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah
20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21
dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga
meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya
agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit
seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich,
sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia
meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat
leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu,
leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
2) Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia
pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung
teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme
reserve transcriptaseditemukan dalam darah penderita leukemia.
Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik
seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan
leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan
retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron
dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma
sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di
tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika
Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas
sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum
proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi
mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk
Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom
tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali
lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah
ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing
spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads
mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena
leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab
leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi
leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2012) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26
dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan
yang tidak menderita leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk
menderita leukemia terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok
meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2012) di Iran
dengan desain case controlmemperlihatkan bahwa merokok lebih
dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81;
CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan
3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang
yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002),
menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan
merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan
bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor
risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung
pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
3) Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan
pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga
dan kelompok petani. Hadi, et al (2010) di Iran dengan desain case
controlmeneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai,
ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien
tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan
17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai
risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau
peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena
infiltrasi, hipermetabolisme.
1) Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan
perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum,
tibia dan femur.
2) Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan
biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya
mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia.
3) Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK
yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya
nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga.
Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan
perjalanan penyakitnya.
4) Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis
blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat
kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan
terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi
ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis
dan demam yang disertai infeksi.

4. Klasifikasi Leukemia
a) Leukemia MielogenusAkut (LMA)
LMA mengenai sel batang hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel mieloid, monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit dan trombosit. Insiden meningkat
sesuai dengan bertambahnya waktu. Leukemia Mielogenus Akut
(LMA) adalah leukemia yang sering terjadi
b) Leukemia MielogenusKronis (LMK)
LMK juga termasuk dalam sistem keganasan sel batang mieloid.
Namun lebih banyak sel normal sebaliknya bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. Leukemia Mielogenus Kronis ini jarang
menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi LMK mirip
dengan LMA tetapi memiliki tanda dan gejala yang lebih ringan.
c) Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronis merupakan kelainan ringan mengenai
individu usia 50-70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak
menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan
fisik atau penanganan penyakit.
d) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Limfositik Akut dianggap sebagai proliferasi ganas
limfoblast. Sering terjadi pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan. Puncak terjadi pada usia 4 tahun. Limfosit immatur
berpoliferasi dalam sumsumtulang dan jaringan perifer sehingga
laki-laki lebih mudah mengalami gangguan perkembangan sel
5. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal.
Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah
dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi
ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya
proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi
kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya
sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak.
6. Penatalaksanaan
a) Kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
a) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah
dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya
memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang
karena obat menghancurkan banyak sel darah normal
dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini
dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu
daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
b) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi
intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel
leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga
timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini
dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
c) Tahap 3 ( profilaksis SSP
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan
pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini
sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap
ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-
kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
d) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa
remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan
sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai
remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80%
orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya
mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai
dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum
tulang dan SSP.
b. Kemoterapi pada penderita LMA
a) Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif,
bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun
remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel
leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat
dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi
menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
b) Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase
induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari
beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan
jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang
digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi
angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup
lebih dari 5 tahun hanya 10%.
c) Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan
strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem
penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl)
Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia
<100.000/mm 3 dengan/tanpa gejala pembesaran hati,
limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena
tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk
mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada
penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup.
Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi
adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV
diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun
dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien
dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10
tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV
rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
c. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
a) Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka
waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang
intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang
tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum
tulang.
b) Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat
rendah.
b) Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa
atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia.
Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton,
elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat
diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan
kelenjar getah bening setempat.
c) Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum
tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi
atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga
berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan)
dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor.
Human Lymphocytic Antigen
(HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa
dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap
pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya
memberikan respon terhadap pengobatan.
d) Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan
antibiotik untuk mengatasi infeksi.

7. Komplikasi
1) Perdarahan dan infeksi merupakan penyebab utama kematian
2) Pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah gastrointestinal
3) Perdarahan berhubungan dengan tingkat trombostopenia: terjadi
dengan petekie, ekimosis dan hemoragi mayor jika jumlah trombosit
di bawah 20000mm3.demam atau infeksi meningkatnya perdarahan.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas: penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup
bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur
atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen
aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan
pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan
kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau
usushalus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan
perempuan.
b) Riwayat keperawatan
a) Keluhan utama : obstipasi merupakan tanda utama dan pada
bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah mekonium
yang lambat keluar ( lebih dari 24 jam setelah lahir ), perut
kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah
muntah dan diare
b) Riwayat penyakit sekarang : merupakan kelainan bawaan yaitu
obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan
muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonim.
Bayi serin menalam konstipasi, muntah dammn dehidrasi.
Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau
bulan yang di ikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada
juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare,
distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat
terjadi.
c) Riwayat penyakit dahulu : tidak ada penyakit terdahulu yang
mempengaruhi terjadinya penyakit hirschsprung
d) Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada keluarga yang
menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya
e) Riwayat kesehatan lingkungan : tidak ada hubungan dengan
kesehatan lingkungan
f) Imunisasi : tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan
penyakit hirschsprung
g) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
h) Nutrisi
c) Pengkajian per sistem
a) Sistem kardiovaskuler : tidak ada kelainan
b) Sistem, pernapasan : sesak napas, distres pernapasn
c) Pencernaan : umumnya obstipasi. Perut kembung / perut
tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar
terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan
jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya
udara danmekonium atau tinja yang menyemprot
d) Sistem genitourinarius
e) Sistem saraf : tidak ada kelainan
f) Sistem lokomotor / muskuloskeletal : gangguan rasa nyaman
g) Sistem endokrin : tidak ada kelainan
h) Sistem integumen : akral hangat
i) Sistem pendengaran : tidak ada kelainan

2. Diagnosa keperawatan
1) Resiko Infeksi (D.0142)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
2) Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif (0009)
Kategori : Fisiologis
Subkategori: respirasi
3) Kekurangan Volume Cairan 00027
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi

4) Intoleran aktivitas (D.0056)


Kategori : Fisiologis
Subkategori: Aktivitas/istrahat
5) Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Sub kategori : Nyeri dan kenyamanan
6) Defisit Nutrisi ( D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional


1. Resiko Infeksi (D.0142) Kontrol Infeksi Perlindungan Infeksi
Kategori : Lingkungan Tujuan : Observasi Observasi :
Subkategori : Keamanan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya tanda dan 1. Agar dapat mengetahu tanda
dan Proteksi keperawatan dalam waktu gejala infeksi sistemik dan dan gejala infeksi sistemik
…… X 24 jam diharapkan infeksi local. dan local dan dapat
Definisi : Berisiko mengal Risiko Infeksi dapat teratasi mengetahui gambaran
ami peningkatan terserang dengan 2. Monitor kerentanan terhadap tentang proses penyakit.
organisme patogenik Kriteria Hasil : infeksi. 2. Untuk mencegah terjadinya
1. Klien bebas dari tanda dan infeksi atau terjadinya
gejala infeksi infeksi berulang
Faktor Resiko 2. Menunjukan kemampuan 3. Pantau suhu tubuh dengan teliti 3. Untuk mendeteksi
1. Penyakit kronis untuk menjegah timbulnya kemungkinan infeksi
(mis. Diabetes infeksi
melitus) 3. Jumlah leukosit dalam Mandiri Mandiri :
2. Malnutrisi batas normal 1. Tempatkan anak di tempat 1. Untuk meminimalkan
3. Efek prosedur 4. Menunjukan perilaku yang khusus. terpaparnya anak dari
invasif hidup sehat sumber infeksi.
Faktor Klinis Terkait 2. Gunakan tehnik aseptic yang 2. Untuk mencegah
1. Tindakan invasif cermat untuk semua prosedur kontaminasi
invasif silang/menurunkan resiko
infeksi
3. Evaluasi keadaan anak 3. Untuk intervensi dini
terhadap tempat-tempat penanganan infeksi.
munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum,
ulserasi mukosa, dan masalah
gigi. 4. Menambah energy untuk
4. Berikan periode istirahat tanpa penyembuhan dan
gangguan regenerasi seluler.

Health Education :
Health education 1. Untuk meminimalkan
1. Anjurkan semua pengujung pajanan pada organism
dan staff rumah sakit untuk infektif
menggunakan tehnik cuci
tangan dengan baik.
2. Ajarkan keluarga mengenai 2. Untuk mencegah terjadinya
bagaimana cara menghindari infeksi
infeksi

Kolaborasi Kolaborasi
1. Berikan antibiotic sesuai 1. Diberikam sebagai
ketentuan profilatik atau mengobati
infeksi khusus
2 Risiko Perfusi Perifer
Tidak Efektif (D.0015)  Keparahan penyakit  Keparahan penyakit Arteri
Kategori : Fisiologis Arteri Perifer Perifer
Subkategori : Sirkulasi Tujuan : Observasi:
 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui sejauh mana
Definisi : tindakan keperawatan pasien terkait dengan proses pengetahuan klien
Beresiko mengalami selama ….x 24 jam, penyakit yang spesifik mengenai penyakitnya
penurunan sirkulasi darah diharapkan klien Mandiri:
pada level kapiler yang mampu mengatasi 1. Identifikasi kemungkinan 1. Mendapatkan informasi
dapat mngganggu Keparahan penyakit penyebab, sesuai kebutuhan tambahan sesuai kebutuhan
metabolisme tubuh. Arteri Perifer
dengan kriteria hasil : Kolaborasi:
Gejala dan Tanda Mayor 1. Diskusikan pilihan 1. Membantu mengambil
 Subjectif : (tidak - Klien mampu terapi/penanganan keputusan/ proses
tersedia) mengaetahui penyembuhan
 Objektif : perjalanan/fase-fase 2. Diskusikan perubahan gaya 2. Mencegah resiko yang dapat
1. Frekuensi nadi penyakitnya dan hidup yang mungkin di terjadi
meningkat tindakan yang perlukan untuk mencegah
2. Nadi teraba lemah dilakukan komplikasi di masa yang akan
3. Tekanan darah datang dan/atau mengontrol
menurun proses penyakit
4. Tekanan nadi
menyempit Health Education:
5. Turgor kulit 1. Jelaskan patofisiologi penyakit 1. Menambah pengetahuan
menurun dan bagaimana hubungannya klien mengenai penyakitnya
6. Membran mukosa dengan anatomi dan fisiologi,
kering sesuai kebutuhan
7. Volume urin 2. Jelaskan proses penyakit sesuai 2. Agar klien mengetahui
menurun kebutuhan tahapan yang sedang di
8. Hematokrit derita
meningkat

 Subjektif :
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
 Objektif :
1. Pengsian vena
menurun
2. Status mental
berubah
3. Suhu tubuh
meningkat
4. Konsentrasi
urin meningkat
5. Berat badan
turun tiba-tiba
3 Kekurangan Volume Keseimbagan cairan Observasi Observasi
Cairan 00027 1. Monitor adanya sumber- 1. Untuk memcegah terjadinya
Domain 2 : Nutrisi Tujuan : sumber kehilangan cairan kehilangan cairan yang
Kelas 5 : Hidrasi Setelah dilakukan tindakan (misalnya pendarahan, muntah, lebih parah yang di
keperawatan selama …..x24 diare, keringat berlebih, dan sebabkan (misalnya
Definisi : Penurunan jam diharapkan ansietas dapat takipnea) pendarahan, muntah, diare,
cairan intravascular, teratasi keringat berlebih, dan
intersisial, dan/atau 2. Monitor asupan dan takipnea)
intraselular ini mengacu Kriteria Hasil : pengeluaran 2. Untuk mengatur
pada dehidrasi, kehilangan - Keseimbangan intake 3. Kaji respon anak terhadap keseimbangan cairan
cairan saja tanpa dan output dalam 24 antiemetic 3. Karena tidak semua obat
perubahan kadar natrium. ‘ jam tidak terganggu antimetic yang secara umum
berhasil.
Batasan Karakteristik : Mandiri
1. Haus 1. Dukung asupun cairan oral Mandiri
2. Kelemahan 2. Berikan cairan IV isotonic 1. Untuk mempertahan cairan
3. Kulit kering yang di resepkan 2. Untuk memberikan hidrasi
4. Peningkatan 3. Hindari member makanan cairan tubuh secara parental.
frekuensi nadi yang beraroma menyengat 3. Bau makanan yang
5. Peningkatan menyegat dapat memicu
hematokrit 4. Anjurkan makan porsi kecil terjadinya mual dan muntah
6. Peningkatan tapi sering 4. Karena biasanya makanan
konsentasi urine dengan jumlah yang kecil di
7. Peningkatan suhu toleransi dengan baik
tubuh Kolaborasi
8. Penurunan berat 1. Berikan antiemetic awal Kolaborasi
badan tiba-tiba sebelum di mulainya 1. Untuk mencegah mual dan
9. Penurunan haluran kemoterapi. muntah
urine 2. Berikan antimietic secara
10. Penurunan tekanan teratur pada waktu dan 2. Untuk mencegah episode
darah program kemoterapi. berulang dari mual dan
11. Penurunan tekanan muntah
nadi Health Education
12. Penurunan turgor 1. Intruksikan kepada keluarga Health Education
kulit tindakan tindakan yang di 1. Agara keluarga
lakukan untuk mengatasi mengetahuai bagaiman
hipovelomia penagandan terhadap
kondisi hipovolemia
4 Intoleran aktivitas  Toleransi terhadap Observasi Observasi
(D.0056) aktivitass 1. Monitor respon emosi, fisik, 1. Untuk mengetahui respon
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan social dan spiritual terhadap tubuh terhadap aktivitas
Subkategori: keperawatan dalam waktu aktivitas yang diberikan
Aktivitas/istrahat …..x24 jam diharapkan Mandiri Mandiri
intoleran aktivitas dapat 1. Bantu klien untuk memilih 1. Agar klien mampu memilih
Definisi : teratasi dengan kriteria hasil : aktivitas dan pencapaian tujuan aktivitas yang diinginkan
Ketidakcukupan energy 1. Saturasi oksigen ketika melalui aktivitas yang dan perawat dapat menilai
untuk melakukan aktivitas beraktivitas tidak berkonsisten dengan pencapaian klien
sehari-hari terganggu kemampuan fisik, fisiologis
2. Frekuensi pernapasan dan social
Gejala dan tanda mayor : ketika beraktivitas tidak 2. Bantu klien untuk tetap focus 2. Untuk meningkatkan koping
Subjektif terganggu pada kekuatan yang klien
1. Mengeluh lelah dimilikinya dibandingkan
Objektif dengan kelemahan yang
1. Frekuensi jantung dimiliki
meningkat >20% 3. Berikan permainan kelompok 3. agar klien mampu
dari kondisi terstruktur, non kompetitif dan bersosialisasi dengan
istrahat aktiv banyak orang
Gejala dan tanda minor : 4. Berikan pujian positive karena 4. Untuk meningkatkan
Subjektif : kesediannya untuk terlibat kepercayaan diri klien
1. Merasa tidak dalam kelompok bersosialisasi
nyaman setelah 5. Bantu klien untuk 5. Agar klien merasa sama
beristrahat meningkatkan motivasi diri dengan orang lain
2. Merasa lemah dan penguatan
Objektif : Health education Health Education
1. 1. Instruksikan klien dan keluarga 1. Agar klien dan keluarga
untuk mempertahankan fungsi mampu mempertahankn
dan kesehatan terkait peran fungsi dan kesehatan terkait
dalam beraktivitas secara fisik, peran dalam beraktivitas
social, spiritual, dan kongenital
2. Instruksikan klien dan keluarga 2. Agar keluarga dapat
untuk melaksanakan aktivitas mengontrol aktivitas yang
yang diinginkan maupun yang disarankan kepada klien
telah diresepkan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Berkolaborasi dengan ahli 1. Agar ada pemantauan dari
terapi fisik , okupasi dan terapi ahli terapi fisik terkait
rekreasional dalam perencanaan program
perencanaan dan pemantauan aktivitas
program aktivitas , jika
memang diperlukan
5 Nyeri Akut (D.0077) NOC NIC
Kategori :psikologis Setelah dilakukan tindakan  Monitor TTV
Sub kategori :nyeri dan keperawatan selama ..x24 jam Observasi
kenyamanan diharapkan nyeri akut pada 1. Monitor tekanan darah, nadi, 1. Untuk mengetahui keadaan
klien dapat diatasi dengan suhu, dan status pernafasan umum pasien
Definisi pengalaman criteria hasil : dengan tepat
sensorik atau emosional 1. Rasa nyeri yang 2. Identifikasi kemungkinan 2. Untuk mengetahui
yang berkaitan dengan dirasakan klien penyebab perubahan tanda-tanda perubahan ttv klien
kerusakan jaringan actual berkurang/atau hilang vital
atau fungsional, dengan
onset mendadak atau  Manajemen nyeri
lambat dan berintensitas Observasi
ringan hingga berat yang 3. Observasi adanya petunjuk non- 3. Untuk mengetahui apakah
berlangsung kurang dari 3 verbal mengenai ada keluhan pasien
bulan. ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat
Kondisiklinisterkait : berkomunikasi secara efektif
1. Cedera traumatis Mandiri 4. Untuk mengetahui nyeri
4. Gunakan strategi komunikasi yang dirasakan klien
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau 5. Membantu mempercepat
beratnya nyeri dan factor pencetus proses penyembuhan klien
Kolaborasi
5. Beri tahu dokter jika tindakan 6. Membantu klien
tidak berhasil atau jika keluhan mengurangi rasa nyeri
pasien saat ini berubah signifikan 7. Membantu klien mengatasi
dari pengalaman nyeri nyeri yang dirasakan
sebelumnya 8. Agar klien mampu
6. Kolaborasikan dengan dokter menghindari pencetus nyeri
tentang pemberian analgesik
Health Education
7. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
8. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi akibat
ketidaknyamanan akibat prosedur
6 Defisit Nutrisi ( D.0019) NOC : NIC :
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan     Observasi
Subkategori : Nutrisi dan keperawatan dalam waktu -
Cairan …..x24 jam diharapkan nyeri Mandiri
Definisi : asupan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria 1) Ciptakan lingkungan yang optimal 1) Memberikan lingkungan yang
tidak cukup untuk hasil: pada saat mengkonsumsi makan ( optimal agar klien dapat
memenuhi kebutuhan 1)Klien menunjukan mis, bersih, santai, bebas dari bau mengkonsumsi makanan dengan
metabolisme. peningkatan nafsu makan yang menyengat) baik
Penyebab :
1. Ketidakmampuan -      2)     Berat badan klien 2)    Izinkan anak memakan semua 2) Agar status kualitas gizi anak
mencerna makanan normal makanan yang dapat ditoleransi, dapat terpenuhi
2. Ketidakmampuan rencanakan unmtuk memperbaiki
mengabsorbsi nutrien kualitas gizi pada saat selera
3. Peningktan kebutuhan makan anak meningkat
metabolisme 3)           Berikan makanan yang 3) Untuk memaksimalkan kualitas
Gejala dan tanda mayor: disertai suplemen nutrisi gizi, intake nutrisi
Subjektif : - seperti susu bubuk atau suplemen
Objektif : yang dijual bebas
1. Berat badan menurun 4) Dorong masukan nutrisi dengan 4)   karena jumlah yang kecil
Gejala dan tanda minor : jumlah sedikit tapi sering biasanya ditoleransi dengan baik
Subjektif: Kehilangan 5) Dorong orang tua untuk tetap rileks 5)  jelaskan bahwa hilangnya nafsu
nafsu makan, tidak mau pada saat anak makan makan adalah akibat langsung
makan, muntah, dari mual dan muntah serta
penurunan berat badan, kemoterapi
sakit pada saat menelan
Objektif : 6) Tentukan apa yang menjadi 6) Agar klien dapat mengkonsumsi
- preferensi makanan bagi pasien makanan yang di butuhkan.
Kondisi klinik terkait :
7) Identifikasi adanya alergi atau 7) Agar dapat mencegah pasien
intoleransi makanan yang dimiliki alergi dan intoleransi makanan
pasien
Health Education
1) Instruksikan pasien mengenai 1) Agar klien memahami soal
kebutuhan nutrisi ( yaitu Pedoman diet kebutuhan nutrisinya
dan piramida makanan)
Kolaborasi
1) Beri Obat obatan sebelum makan 1) Mencegah klien agar tidak
( misal penghilang rasa sakit) jika muntah saat makan
diperlukan

2) Tentukan status gizi pasien dan 2) Agar dapat menentukan


kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan
kebutuhan gizi
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Leukemia adalah suatu poliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah. Etiologi dari
leukemia ini antara lain yaitu host dan agent. Lalu penatalaksanaannya
berupa Kemoterapi, Radioterapi, Transplantasi Sumsum Tulang dan
Terapi Suportif. Adapun diagnose keperawatan yang dapat diambil dari
leukemia ini antara lain resiko infeksi,perfusi perifer tidak
efektif,intoleransi aktivitas,Kekurangan volume cairan,nyeri akut, dan
deficit nutrisi.
2. Saran
Bagi para mahasiswa maupun para pembaca lainnya kami berharap
makalah kami ini dapat bermanfaat untuk kita semua, dan bagi kita
seorang perawat kami berharap semoga makalah kami ini dapat kita
jadikan bahan dalam melakukan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Penyakit Leukimia.
DAFTAR PUSTAKA

http://Ejournal.ukrida.ac.id>article>down/Leukimiaanak.file

http://eprints.ums.ac.id/1/Askepleukemia.HALAMAN_DEPAN.pdf

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/GangguanLeukemiaAnak/article/download

http://ejournal.rehabilitasimedik_padaanakleukemia.unstrat.ac.id/download

SDKI DPP PNI, Tim Pokja. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Moorhead, Sue. Dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification. Singapure: Elsevier


Global Rights

Bulechek, Gloria M. Dkk. 2016. Nursing Intervention Classification. Singapure:


Elsevier Global Rights

Brunner,dan Suddarth. 2011. Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta:Buku


Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai