Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

LEUKIMIA

Kelompok 3 :
ARDIANSYAH (S.0020.P2.006)
FEBRIANA TRI HUMAIRAH ERHAS (S.0020.P2.014)
HALFIA (S.0020.P2.018)
SITTI ANNISA (S.0020.P2.059)
NIAR SUTIARA (S.0020.P2.043)
ANWAR (S.0020.P2.005)
Pengertian Leukimia

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).Leukimia adalah proliferasi tak
teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen
sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).

2
Etiologi

1. Host
a) Umur, jenis kelamin, ras

Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering
ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39
tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang
tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat
insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit
hitam.

Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di
Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak.
Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling
sering sebelum usia 4 tahun.
3
b)  Faktor Genetik

Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan
pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,
anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.

Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk
mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada
kembar identik.

Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang
memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang
yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita leukemia.
4
2. Agent

a)  Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian
yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase
ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik
seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia
T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien
dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di
tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat .

5
b)    Sinar Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif
digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi
mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak
bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan
bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak.
Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu
juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000
rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
6
c)    Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi
penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia
nonlimfoblastik akut.

Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang
yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA
(OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26
kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.

7
d)   Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok mengandung leukemogen
yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008)
di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko
kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok
lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002),
menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim
menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada
orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.

8
3. Lingkungan (Pekerjaan)

Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian
leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal
dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga,
petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19%
adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko
tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak
menderita leukemia.
9
Patofisiologi

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi
kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya
sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak.

10
Manifestasi klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah


sebagai berikut :
1. Anemia
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
3. Pendarahan
4. Penurunan kesadaran
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik

11
Penatalaksanaan

1. Program Terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)
yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan
b) Pengobatan spesifik
c) Fase Pelaksanaan Kemoterapi
d) Pengobatan imunologik
e) Radioterapi
f) Transplantasi Sumsum Tulang
g) Terapi Suportif
12
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah tepi
b) Sumsum tulang
c) Biopsi limpa

2. Cairan cerebrospinal
Bila sel patologis dan protein meningkat, maka merupakn suatu leukimia meningeal.
Kedaan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit. Untuk pencegahannya
adalah dengan pemberian metotreksat (MTX).(Ngastiyah, 1997).

13
Klasifikasi

1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)


2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

14
Komplikasi

Berikut ini dapat dicermati komplikasi yang timbul pada leukimia:


a. Anemia (kurang darah)
b. Terinfeksi berbagai penyakit
c. Perdarahan
d. Gangguan metabolisme
e. Penyusupan sel leukimia pada organ-organ

15
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian 2. Pemeriksaan Fisik :


a. Keluhan Utama a. Keadaan Umum tampak
b. Riwayat Perawatan lemah
Sebelumnya b. Pemeriksaan Kepala Leher
c. Riwayat kelahiran anak c. Pemeriksaan Integumen
d. Riwayat Tumbuh Kembang d. Pemeriksaan Dada dan
e. Riwayat keluarga Thorax
e. Pemeriksaan Abdomen

16
3. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko cidera berhubungan dengan Intolenransi aktifitas


2. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
4. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri abdomen, Nyeri otot, Mual,
kelelahan

17
4. Intervensi Keperawatan

5.   Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang


telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan
dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).

18
6. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi
aktifitas.

c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

f. Masukan nutrisi adekuat

19
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak
mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

h. Kulit tetap bersih dan utuh

i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu menentukan metode
untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian
menarik.

j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit
anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
anak.

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut,
kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang
adekuat. 20
👍
Terima kasih

21

Anda mungkin juga menyukai