Anda di halaman 1dari 25

PEMERIKSAAN FISIK REVIEW OF SYSTEM (ROS)

A. SISTEM KARDIOVASKULER
1. Anamnesis
a. Keluhan :
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Edema
- Palpitasi
- Sinkop
- Kelelahan
- Stroke
- Penyakit vaskular perifer
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan :
- Faktor risiko penyakit jantung iskemik
- Riwayat demam
- Pengobatan gigi yang baru dilakukan
- Murmur jantung yang telah diketahui
- Penyalahgunaan obat intravena
- IHD (Ischemic Heart Disease)
- Hiperlipidemia
- Kematian mendadak
- Kardiomiopati
- Penyakit jantung kongenital
c. Riwayat Sosial
Tanyakan :
- Apakah pasien merokok atau pernah merokok?
- Bagaimana konsumsi alkohol pasien?
- Apa pekerjaan pasien?
- Bagaimana kemampuan olahraga pasien?
- Adakah keterbatasan gaya hidup akibat penyakit?
d. Obat-obatan
- Tanyakan obat-obatan untuk penyakit jantung dan obat yang memiliki efek samping ke
jantung
2. Pemeriksaan Fisik
- Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat? Apakah pasien nyaman/distres/
kesakitan/cemas?
- Apakah pasien memerlukan resusitasi segera?
- Pertimbangkan perlunya penggunakan oksigen, akses intravena, atau pemantauan EKG
- Apakah pasien tampak pucat, sianosis, sesak, batuk, dan sebagainya?
- Berapa suhu pasien?
- Perhatikan adanya parut, sputum, dan sebagainya.
- Stigmata hiperkolesterolemia (arkus, xantelasma) dan kebiasaan merokok?
a. Tangan
- Adakah jari tabuh (clubbing), bintik perdarahan, dan perfusi perifer yang baik?
b. Nadi
- Berapa kecepatan, irama, volume, dan sifat nadi radialis?
- Nilailah sifat nadi di pembuluh darah besar (brakialis, karotis, femoralis)
- Apakah semua denyut perifer teraba?
- Adakah perlambatan radialis-femoralis?
c. Tekanan Darah
- Bagaimana tekanan sistolik, diastolik, serta tekanan nadi?
-  Adakah penurunan TD postural?
- Untuk mengukur TD diastolik gunakan bunyi korotkoff V (saat bunyi menghilang)
d. Tekanan Vena Jugularis
- Berapa tinggi JVP? Sebutkan dalam sentimeter di atas angulus sternalis (atau klavikula)
bila sudut 45o)
- Adakah refluks hepatojugularis (atau tes abdominojugularis)? (Peningkatan JVP saat
dilakukan penekanan kuat pada kuadran kanan atas abdomen)
- Adakah gelombang JVP abnormal (misalnya gelombang meriam)?
- Lakukan inspeksi mulut, lidah, gigi, dan prekordium (cari adanya jaringan parut dan
pulsasi abnormal)
- Lakukan palpasi untuk posisi dan sifat denyut apeks, adakah heave ventrikel kanan,
adakah thrill?
- Lakukan auskultasi jantung
- Dengarkan bunyi jantung pertama, kedua (apakah terpisah secara normal?)
- Dengarkan bunyi jantung tambahan (adakah gallop?), murmur sistolik, murmur
diastolik, gesekan (rub), klik serta bruit karotis dan femoralis
- Lakukan auskultasi dengan posisi lateral kiri (khususnya untuk murmur mitral) dan
membungkuk ke depan saat ekspirasi (Khususnya untuk murmur diastolik awal pada
regurgitasi aorta)
- Lakukan auskultasi paru: adakah efusi pleura atau ronki?
- Adakah edema perifer (pergelangan kaki, tungkai, sakrum)?
- Lakukan palpasi denyut perifer :
 Radialis
 Brakialis
 Karotis
 Femoralis
 Poplitea
 Tibialis posterior
 Dorsalis pedis
- Lakukan palpasi hati. Adakah pembesaran?
- Apakah berdenyut (menunjukkan regurgitasi trikuspid)?
- Adakah asites?
- Funduskopi : adakah perubahan akibat hipertensi?
E. Pemeriksaan Denyut Arteri
- Penemuan terpenting sewaktu kita memeriksa percabangan arteri perifer adalah denyut
yang berkurang atau tidak ada
- Denyut arteri perifer yang secara rutin diperiksa adalah radial, brakial, femoral,
poplitea, dorsalis pedis, dan tibialis posterior
F. Pemeriksaan Denyut Radial
- Pemeriksa harus berdiri di depan pasien
- Denyut radialis diperiksa oleh pemeriksa dengan memegang kedua pergelangan tangan
pasien dan mempalpasi denyut radial dengan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis
- Pemeriksa memegang pergelangan tangan kanan pasien dengan jari kiri dan
pergelangan tangan kiri dengan jari kanan
- Kesimetrisan denyut kemudian dibandingkan dalam hal waktu dan kekuatan
G. Palpasi Denyut Brakial
- Karena denyut brakial lebih kuat ketimbang denyut digital, pemeriksa harus memakai
ibu jarinya untuk  mempalpasi denyut brakial pasien
- Arteri brakialis dapat diraba di bagian medial tepat di bawah otot atau tendo muskulus
biseps
- Pemeriksa masih dalam posisi berdiri di depan pasien, dan kedua arteri brakialis dapat
diraba secara serentak
- Tangan kiri pemeriksa memegang lengan kanan pasien sedangkan tangan kanan
pemeriksa memegang lengan kiri pasien
- Kalau pemeriksa sudah meraba denyut brakial dengan ibu jarinya, ia harus melakukan
penekanan progresif sampai kekuatan sistolik maksimal dapat diraba
H. Palpasi Denyut Femoral
- Denyut femoral diperiksa dengan pasien berbaring pada punggungnya dan pemeriksa di
sisi kanan pasien
- Sudut lateral dari trigonum rambut pubis diamati dan dipalpasi
- Arteri femoral berjalan melintang melalui sudut trigonum rambut pubis di bawah
ligamentum inguinal dan di pertengahan antara simfisis pubis dan spina iliaka anterior
superior
- Kedua denyut femoral dapat dibandingkan secara serentak
- Jika salah satu denyut femoral berkurang atau tidak ada, lakukanlah auskultasi untuk
mendengar adanya bruit
- Diafragma stetoskop diletakkan di atas arteri femoral
-  Adanya bruit mungkin menunjukkan penyakit aorto-ilio-femoral obstruktif
I. Palpasi Denyut Poplitea
- Arteri poplitea seringkali sulit diperiksa
- Tiap arteri diperiksa secara terpisah
- Ketika pasien berbaring terlentang, pemeriksa meletakkan kedua ibu jarinya pada
patela dan jari-jari lain dari kedua tangan pada ruang poplitea di belakang
- Pemeriksa harus memegang tungkai itu dalam fleksi ringan
- Pasien jangan diminta untuk mengangkat tungkainya karena ini hanya akan
memperkeras otot-otot dan mempersulit usaha meraba denyut poplitea
- Kedua tangan harus menekan pada fosa poplitea
- Tekanan kuat diperlukan untuk meraba pulsasi itu
J. Palpasi Denyut Dorsalis Pedis
- Denyut dorsalis pedis sebaiknya diraba dengan kaki dorsofleksi
- Arteri dorsalis pedis berjalan sepanjang garis dari retinakulum ekstensor pergelangan
kaki ke suatu titik tepat lateral tendo ekstensor ibu jari kaki
- Denyut dorsalis pedis dapat diraba secara serentak
K. Palpasi Denyut Tibialis Posterior
- Arteri tibialis posterior dapat diraba sewaktu ia melingkar di sekitar maleolus medial
selama fleksi plantar
- Kedua arteri ini dapat diperiksa secara serentak
- Meskipun 15% orang tidak mempunyai denyut tibialis posterior, tanda paling sensitif
untuk penyakit oklusif arteri perifer pada pasien berumur di atas 60 tahun adalah tidak
adanya denyut tibialis posterior
L. Penentuan Derajat / Kekuatan Denyut Nadi
- 0      Tidak ada
- 1      Melemah
- 2      Normal
- 3      Meningkat
- 4      Meloncat / mendentum keras (Bounding)
M. Pengukuran tekanan darah menggunakan spigmomanometer
- Terdiri dari kantong karet yang dapat digembungkan di dalam suatu penutup kain,
bola karet memompa kantong, manometer untuk mengukur tekanan di dalam kantong
karet
- Deteksi bunyi Korotkoff secara auskultasi di atas arteri yang ditekan
- Bunyi Korotkoff adalah bunyi bernada rendah yang berasal dari pembuluh darah yang
berkaitan dengan turbulensi yang dihasilkan dengan menyumbat arteri secara parsial
dengan manset tekanan darah
- Fase 1 : tekanan penyumbat turun sampai tekanan darah sistolik, suara mengetuknya
jelas dan secara berangsur-angsur intensitasnya meningkat ketika tekanan penyumbat
turun
- Fase 2 : tekanan kira-kira 10-15 mmHg dibawah fase 1 dan terdiri dari suara mengetuk
yang diikuti dengan bising (tanda auskultasi seperti meniup yang dihasilkan oleh
turbulensi di dalam aliran darah, dapat berasal dari jantung atau pembuluh darah
akibat perubahan hemodinamik)
- Fase 3 : tekanan penyumbat turun cukup banyak sehingga sejumlah besar volume
darah dapat mengalir melalui arteri yang tersumbat sebagian, bunyinya serupa dengan
bunyi fase 2 kecuali bahwa hanya terdengar bunyi ketukan
- Fase 4 : terjadi bila intensitas suara tiba-tiba melemah ketika tekanan mendekati
tekanan darah sistolik
- Fase 5 : bunyi sama sekali menghilang
- Tekanan darah normal dewasa 140 mmHg  (sistolik) dan 95 mmHg (diastolik)
- Manset harus dilingkarkan dengan sempit di sekeliling lengan dengan tepi bawah 1 inci
di atas fossa antekubiti
- Manset 20% lebih lebar ketimbang diameter ekstremitas
- Kantong karet harus terletak di atas arteri
- Manset terlalu kecil, lengan besar, hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi
N. Pengukuran Tekanan Darah Palpasi
- Pasien berbaring dalam posisi supinasi dengan nyaman
- Kantong manset diletakkan di atas arteri brakialis kanan
- Jika lengannya terlalu gemuk, pakailah manset paha
- Lengan sedikit difleksikan, dan disokong kira-kira setinggi jantung
- Untuk menentukan tekanan darah sistolik secara memadai, mula-mula tekanan darah
diperiksa dengan cara palpasi
- Arteri brakialis atau radialis dipalpasi sementara manset dipompa di atas tekanan nadi
yang diperlukan untuk menghilangkan denyut nadi
- Sekrup yang dapat diputar dibuka perlahan-lahan untuk mengurangi tekanan di dalam
kantong karet secara lambat
- Tekanan sistolik diketahui dengan timbulnya kembali denyut brakial
- Segera setelah denyut teraba, sekrup itu dibuka untuk mengurangi tekanan kantong
karet dengan cepat.
O. Pengukuran Tekanan Darah Auskultasi
- Memompa manset kira-kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik yang ditentukan dengan
palpasi
- Diafragma stetoskop harus diletakkan di atas arteri sedekat mungkin dengan tepi
manset, sebaiknya tepat di tepi bawah manset
- Mansetnya dikempiskan secara perlahan-lahan sambil mengevaluasi bunyi Korotkoff
- Tekanan darah sistolik, titik meredup, titik menghilang ditentukan
- Tekanan darah sistolik adalah titik dimana terdengar bunyi mengetuk pertama
- Tekanan darah diastolik adalah titik dimana bunyi menghilang

B. SISTEM PERNAPASAN
1. Anamnesis
a. Keluhan
- Sesak
- Batuk
- Hemoptisis
- Nyeri dada
b. Riwayat Penyakit Dahulu
- Apakah pasien sebelumnya memiliki kelainan pernapasan?
- Bagaimana pemahaman pasien mengenai keadaannya dan kepatuhan pada terapi?
- Apakah pasien pernah masuk rumah sakit karena sesak napas?
- Apakah pasien memerlukan ventilasi?
- Adakah kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan foto rontgen toraks?
c. Riwayat Keluarga dan Sosial
- Pernahkah pasien terpajan asbes, debu, atau toksin lain?
- Apa pekerjaan pasien?
- Adakah riwayat masalah pernapasan dalam keluarga?
- Apakah pasien memelihara hewan, termasuk burung?
d. Riwayat Lain
1) Obat-obatan
- Obat apa yang sedang dikonsumsi pasien?
- Apakah baru-baru ini ada perubahan penggunaan obat?
- Adakah respons terhadap terapi terdahulu?
- Apakah pasien mengkonsumsi tablet, inhaler, nebuliser, atau oksigen?
2) Alergi
- Adakah alergi obat/antigen lingkungan?

3) Merokok
- Apakah pasien saat ini merokok?
- Apakah pasien pernah merokok?
- Jika ya, berapa banyak?
2. Pemeriksaan Fisik
- Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?
- Apakah jalan napas adekuat? Jika tidak, betulkan posisi kepala, pasang alat bantu jalan
napas oral, masker laring, atau intubasi endotrachea
- Apakah pasien bernafas? Jika tidak, pastikan jalan napas terbuka, berikan oksigen
tambahan dan ventilasi
- Apakah sirkulasi adekuat?
- Apakah pasien sianosis (perifer atau sentral)? Jika ada sianosis, hipoksemia pada oksimetri
nadi, distress pernapasan, atau pasien tampak sakit berat, berikan oksigen melalui masker
wajah. (Penggunaan oksigen konsentrasi tinggi hanya relevan dengan pasien PPOK yang
mungkin memiliki dorongan ventilasi hipoksik)
- Bagaimana laju dan pola pernafasan?
- Adakah sesak napas saat istirahat, saat bergerak, berpakaian, atau berjalan menuju sofa?
- Bagaimana penampilan umum pasien? Kaheksia? Kurus? Tanda-tanda obstruksi SVC
(Kenaikan JVP menetap, dilatasi vena superfisial dada, bengkak pada wajah)?
- Apakah pasien nyaman, kesakitan, lelah, ketakutan, atau tertekan?
- Periksa tanda-tanda distres pernapasan: pernapasan cepat, penggunaan otot bantu
pernapasan, rasa tertarik di trakea, retraksi interkostalis, gerakan abdomen paradoksal,
mengerucutnya bibir, atau menurunnya laju pernapasan saat pasien merasa lelah
- Adakah suara mengi yang terdengar jelas (terutama ekspirasi) atau stridor (terutama
inspirasi)?
- Adakah jari tabuh atau nyeri tekan pada pergelangan tangan (osteoartropati hipertrofik),
pewarnaan nikotin pada jemari, atau flap (konsisten dengan retensi karbon dioksida)?
- Periksa denyut nadi pasien dan JVP, tanda-tanda limfadenopati, mulut, dan hidung
- Bagaimana posisi trakea? Adakah deviasi?
Dada
- Periksa dada bagian anterior dan posterior dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
- Bandingkan sisi kiri dan kanan
Inspeksi
- Bentuk dinding dada dan tulang belakang
- Jaringan parut (radioterapi atau pembedahan)
- Vena menonjol (obstruksi SVC)
- Laju dan irama pernapasan
- Pergerakan dinding dada (Simetris, Hiperekspansi)
- Retraksi interkostalis
Palpasi
- Periksa adanya nyeri tekan, posisi denyut apeks, dan ekspansi dinding dada
Perkusi
- Periksa adanya bunyi tumpul atau hiperresonansi
Auskultasi
- Gunakan bagian diafragma stetoskop
- Dengarkan suara napas, pernapasan bronkial, dan suara tambahan (ronki, gesekan,
mengi)
- Suara napas yang menurun/tidak terdengar terjadi pada efusi, kolaps, konsolidasi
dengan hambatan jalan napas, fibrosis, pneumotoraks, dan naiknya diafragma
- Pernapasan bronkial bisa ditemukan pada konsolidasi, kolaps, dan fibrosis padat di atas
efusi pleura
- Periksa resonansi vokal dan/atau fremitus vokal

C. SISTEM PENCERNAAN
1. Anamnesis
a. Keluhan
Pada anamnesis, keluhan umum sistem pencernaan yang lazim ditemukan yakni :
- Nyeri abdomen;
- Muntah;
- Hematemesis (muntah darah);
- Sulit menelan (disfagia);
- Gangguan cerna atau dispepsia;
- Diare;
- Perubahan kebiasaan buang air besar;
- Bengkak atau benjolan pada perut;
- Penurunan berat badan atau gejala akibat malabsorpsi;
- Melena (tinja hitam seperti teh akibat darah dari saluran cerna bagian atas) atau darah
per rektum
- Penting untuk menilai adakah penyakit lokal dan adakah efek sistemik seperti
penurunan berat badan atau malabsorpsi
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Sedangkan pada riwayat penyakit dahulu, data yang perlu dikumpulkan adalah :
- Apakah pernah mengalami penyakit saluran cerna sebelumnya?
- Apakah pernah dilakukan operasi pada daerah perut sebelumnya?
c. Riwayat Lain
- Tentukan riwayat konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok pasien. Riwayat konsumsi
alkohol yang rinci sangat penting
- Obat apa yang pernah dikonsumsi oleh pasien?
- Pernahkah pasien mendapat terapi untuk penyakit saluran cerna, termasuk terapi yang
mungkin merupakan penyebab gejala (seperti OAINS dan dispepsia)?
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga perlu dikaji :
- Adakah kondisi turunan yang mempengaruhi sistem gastrointestinal?
2. Pemeriksaan Fisik
- Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat, nyaman atau kesakitan, dapat bergerak
dengan mudah atau berbaring tak bergerak?
- Adakah pucat, ikterus, atau limfadenopati?
- Apakah pasien kurus atau obesitas?
- Cari tanda-tanda sistemik dari penyakit (demam, takikardia, hipotensi, hipotensi postural,
takipnea, dehidrasi, dan hipovolemia)
- Cari tanda-tanda penyakit hati kronis (spider nevi), ginekomastia, memar, hipertrofi
parotis, kontraktur Dupuytren, ekskoriasi, dan flap metabolik (asterixis)
Periksa kedua tangan
- Adakah jari tabuh, eritema palmaris, kontraktur Dupuytren, atau flap metabolik
(asterixis)?
Periksa mulut dan lidah
- Cari limfadenopati di daerah supraklavikular dan di daerah lain (nodus Virchow atau
tanda Troissier-limfadenopati supraklavikular kiri akibat penyebaran karsinoma
abdomen)
- Pastikan pasien merasa hangat, nyaman, dan perutnya cukup terlihat
- Pasien harus berbaring mendatar dengan kepala diganjal
- Buatlah pasien merasa santai
Periksa abdomen
Lakukan inspeksi abdomen
- Adakah distensi, asimetris, massa, jaringan parut, gerakan peristaltis yang jelas, dan
stoma?
- Mintalah pasien batuk, menarik napas dalam, dan lihatlah baik-baik
Lakukan palpasi abdomen
- Tanyakan jika ada nyeri atau nyeri tekan, sangat berhati-hatilah terutama jika ada
- Lihat wajah pasien saat memeriksa adanya nyeri atau nyeri tekan
- Lakukan palpasi dengan lembut menggunakan ujung jari ± sisi ulnaris dari jari telunjuk
dan kemudian lebih dalam
- Lakukan palpasi semua area abdomen
- Setiap massa atau kelainan harus dicatat dengan teliti mengenai ukuran, posisi, bentuk,
konsistensi, lokasi, tepi, mobilitas saat ekspirasi, dan pulsatilitas
- Adakah nyeri tekan? Jika ya, tentukan area tersebut dengan hati-hati
- Adakah kekakuan?
- Adakah nyeri lepas (nyeri saat tangan pemeriksa diangkat dengan cepat setelah
menekan, namun sebagian dokter memilih untuk menggunakan perkusi untuk
meminimalkan nyeri)?
- Adakah tahanan?
Lakukan auskultasi abdomen
- Lakukan auskultasi untuk mendengarkan bising usus (terdengar/tidak, normal/abnormal,
hiperaktif, bernada tinggi, berdenting (menunjukkan obstruksi)
Adakah asites?
- Distensi abdomen, pekak pada pemeriksaan pekak berpindah?
Periksa organ spesifik
Periksa hati
- Adakah pembesaran? Apakah teraba di tepi bawah kosta kanan?
- Lakukan palpasi dengan sisi ulnaris dan bantalan jari telunjuk sambil menarik napas
perlahan. Mulailah di fosa iliaka kanan
- Ukurlah, tentukan batas atasnya dengan perkusi. Apakah hati sedikit membesar, lunak,
pulsatil, keras, atau iregular (menunjukkan tumor)?
Periksa ginjal
- Apakah ginjal teraba? Memantul? Adakah pembesaran rata atau iregular
(pertimbangkan penyakit ginjal polikistik), bruit?
Periksa adanya aneurisma aorta
- Ukuran? Pulsatil?
- Periksa hernia inguinalis dan femoralis?
- Timbul saat batuk? Irreversibel?
Periksa genetalia eksterna
- Adakah nyeri tekan testis, benjolan, pembesaran, atau sekret penis?
- Adakah benjolan, ulkus, sekret, atau prolaps vulva?
Pemeriksaan colok dubur
- Adakah nyeri tekan, massa abnormal, pembesaran prostat, tinja, darah, atau lendir?
Pemeriksaan vagina
- Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan vagina
Pemeriksaan urin dan feses
- Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan urin (dipstik ± mikroskopik) dan feses
(darah samar)

D. SISTEM PENDENGARAN
Gejala utama penyakit telinga
- Kehilangan pendengaran
- Pusing atau sensasi berputar
- Telinga berdenging atau bunyi mendengung
- Pengeluaran cairan
- Nyeri telinga
- Gatal
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan sistem pendengaran :
- Otoskop
- Spekulum
- Lampu senter kecil
- Garputala 512 Hz
- Iluminator nasal yang dilekatkan pada otoskop
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga mencakup :
- Pemeriksaan telinga luar
- Ketajaman pendengaran
- Pemeriksaan otoskopik
Inspeksi struktur telinga luar
- Pinna : ukuran, posisi, bentuk, ditengah, sesuai besarnya wajah dan kepala
- Lesung kecil depan tragus : sisa arkus brakialis pertama
- Telinga luar : deformitas, nodul, peradangan, lesi
- Tofi : endapan kristal asam urat  gout, nodul keras di heliks atau antiheliks
- Pengeluaran sekret putih kadang berkaitan dengan tofi
- Telinga kembang kol : pinna yang berlekuk sebagai akibat trauma yang berulang-ulang
- Inspeksi pengeluaran cairan, catat warna, konsistensi, dan kejernihan
Palpasi struktur telinga luar
- Pinna : nyeri tekan, pembengkakan, nodulus
- Tarik pinna ke atas dan ke bawah, atau tekan pada tragus : nyeri → infeksi telinga luar
- Telinga posterior : jaringan parut, pembengkakan
- Tekan ujung mastoid → tidak nyeri (normal); Nyeri → proses supuratif os mastoid
Ketajaman Pendengaran
- Tutup satu kanalis eksternus dengan menekan tragus
- Berbisik ke telinga lainnya
- Sembunyikan mulut : menghindari pembacaan gerak bibir oleh pasien
- Bisikkan kata seperti “park”, “dark”, “day dream” pada telinga yang tidak ditutup dan
apakah pasien dapat mendengarnya
- Diulang pada telinga yang lain
- Menanyakan pasien apakah dapat mendengar jam berdetik di dekat telinga
- Uji garputala lebih tepat dan seharusnya dilakukan tanpa memperhatikan hasil tes
berbisik
- Garputala yang baik digunakan 512 Hz
- Dipegang tangkainya, ujungnya dipukulkan dengan cepat pada telapak tangan
Uji Rinne
- Membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang
- Pemeriksa memukulkan garputala 512 Hz pada telapak tangannya dan meletakkan
tangkainya pada ujung mastoid
- Pasien ditanya apakah ia mendengar bunyinya dan diminta untuk memberitahukan
kapan ia tidak mendengarnya lagi
- Kalau pasien sudah tidak mendengarnya, gigi garputala yang sedang bergetar diletakkan
di depan meatus auditorius eksternus telinga yang sama, dan pasien ditanya apakah ia
masih mendengarnya
- Normal : Hantaran udara lebih baik dari hantaran tulang
- Pasien akan dapat mendengar garputala pada meatus auditorius eksternus setelah tidak
dapat mendengarnya lagi pada ujung mastoid → positif
Uji Weber
- Membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga
- Berdirilah di depan pasien dan letakkan garputala 512 Hz yang sedang bergetar dengan
kuat di bagian tengah dahi pasien
- Mintalah pasien untuk menunjukkan apakah ia mendengar atau merasa bunyi pada
telinga kanan, kiri, atau tengah dahinya
- Mendengar bunyi, merasakan getaran pada bagian tengah adalah respons normal
- Jika bunyi tersebut tidak terdengar di bagian tengah, dikatakan lateralisasi dan ada
gangguan pendengaran
- Lateralisasi ke arah telinga yang sakit pada tuli konduktif
- Lateralisasi pada telinga yang sehat pada tuli sensorineural
Pemeriksaan Otoskopik dengan memakai otoskop
- Visualisasi struktur telinga dengan baik tidak menuntut didorongnya otoskop ke dalam
kanal
- Bersikap lemah lembut
- Pilih ukuran speculum yang tepat
- Cukup kecil untuk menghindari timbulnya rasa tidak enap pada diri pasien
- Cukup besar untuk memberikan arus cahaya yang memadai
Teknik Pemeriksaan
- Memegang otoskop dengan tangan kanan
- Kanalnya diluruskan oleh tangan kiri pemeriksa yang menarik daun telinga ke atas, luar,
dan belakang
- Makin lurus kanalnya, makin mudah visualisasi dan pemeriksaan akan dirasakan makin
nyaman oleh pasien
- Anak : kanal harus diluruskan dengan menarik daun telinga ke bawah dan belakang
- Pasien diminta memutar sedikit kepala ke samping → pemeriksa lebih nyaman
- Cara I : memegang seperti sebuah pensil, aspek ulnar tangan bersandar pada sisi wajah
pasien, menghindari gerakan tiba-tiba, aman untuk anak-anak
- Cara II : memegang ke arah atas, lebih nyaman, gerakan pasien tiba2 dapat
menyebabkan nyeri dan cedera pada pasien
Inspeksi Kanalis Eksternus
- Dengan hati-hati, masukkan spekulum dan periksalah kanalis eksternus
- Perhatikan kemerahan, bengkak, nyeri tekan → peradangan
- Bebas dari benda asing, skuama, sekret
- Jika ada benda asing, perhatikan kanalis telinga sisi yang lain
- Serumen harus dibiarkan begitu saja, kecuali mengganggu visualisasi kanalis membran
timpani
- Dilakukan oleh pemeriksa berpengalaman → trauma/abrasi, perhatikan sumber sekret
Inspeksi Membran Timpani
- Membran timpani : selaput utuh, translusen, abu-abu seperti mutiara pada akhir kanal
- Tangkai malleus terlihat di dekat bagian tengah membran timpani
- Dari ujung bawah tangkai tersebut, nampak kerucut segitiga terang yang dipantulkan
dari pars tensa
- Disebut refleks cahaya yang menuju ke anteroinferior
- Uraikan warna, keutuhan, transparansi, posisi, bagian-bagian penting membran timpani
- Sakit : pudar, merah, kuning, kongesti, bercak-bercak putih, menonjol, retraksi,
perforasi
- Pada pemeriksaan telinga kiri, otoskop dipegang dengan tangan kiri dan meluruskan
kanalis dengan tangan kanan

E. SISTEM PENGLIHATAN
1. Gejala utama penyakit mata
- Hilangnya penglihatan
- Nyeri mata
- Diplopia (penglihatan ganda)
- Mata berair atau kering
- Mengeluarkan sekret
- Mata merah
2. Alat-alat Pemeriksaan Mata
- Oftalmoskop
- Senter saku
- Kartu ketajaman visual saku
- Kertu berukuran 3 - 5
3. Pemeriksaan Fisik Mata
- Tajam Penglihatan
- Lapangan pandangan
- Gerakan mata
- Struktur mata interna dan eksterna
- Pemeriksaan oftalmoskopi
- Tajam Penglihatan
a) Diungkapkan dalam rasio 20/20
b) Angka pertama : jarak baca pasien terhadap peraga
c) Angka kedua : jarak terbacanya peraga oleh mata normal
d) Istilah OD berarti mata kanan
e) OS mata kiri
f) OU berarti kedua mata
g) Memakai Kartu Snellen Standar :
Pasien harus berdiri sejauh 6 meter dari kartu
Jika memakai kacamata, biarkan dipakai terus selama pemeriksaan
Pasien diminta untuk menutup satu matanya dengan telapak tangan dan
membaca baris terkecil yang mungkin
Jika yang dapat ia baca ialah baris 6/60 maka visus mata itu ialah 6/60
Berarti bahwa pada jarak 6 meter pasien dapat membaca apa yang dapat
dibaca orang normal pada jarak 60 m
 Jika pasien pada jarak 6 meter tidak dapat membaca baris 6/60, maka ia
didekatkan pada kartu sampai baris itu terbaca
Jika pasien baru dapat membaca pada jarak 1 m, maka tajam penglihatan
pasien ialah 1/60
h) Menilai Pasien dengan Penglihatan Buruk
Diuji dengan kemampuan menghitung jari tangan
Menunjukkan jari di depan mata pasien, mata sebelah ditutup
Pasien ditanyakan jumlah jari yang terlihat
Jika pasien tetap belum dapat melihat, maka penting untuk dinilai apakah
memang masih ada persepsi terhadap cahaya
Hal ini dilakukan dengan menutup satu mata dan menyoroti mata sebelah
Pemeriksa menanyakan apakah pasien dapat melihat lampu yang nyala atau
dimatikan
NLP (no light perception) adalah istilah yang dipakai bila seorang tidak dapat
menangkap cahaya
i) Memeriksa pasien yang tidak dapat membaca
Bagi mereka yang tidak dapat membaca, seperti anak kecil atau yang buta
huruf, pemakaian huruf ‘E’ dalam macam-macam ukuran dan arah akan
sangat bermanfaat
Pemeriksa meminta pasien menunjukkan arah huruf itu: ke atas, ke bawah, ke
kanan dan ke kiri
j) Lapang Pandang
Uji lapangan pandangan berguna untuk menetapkan lesi pada jalur
penglihatan
Teknik Uji lapangan pandangan konfrontasi
Pemeriksa membandingkan penglihatan perifernya dengan penglihatan perifer
pasien
k) Menilai Lapang Pandang dengan Uji Konfrontasi
Pemeriksa berdiri atau duduk 1 m di depan dan setinggi tatap mata pasien
Pasien diminta menutup mata kanannya sedangkan pemeriksa menutup mata
kirinya, masing-masing melihat hidung yang dihadapinya
Pemeriksa menjulurkan satu atau dua jari pada masing-masing tangan secara
serentak
Menanyakan pasien berapa jari tangan yang dilihatnya
Tangan digerakkan dari kuadran atas ke kuadran bawah dan  dan pemeriksaan
diulang kembali
Pemeriksaan diulangi dengan mata sebelah
Jari-jari harus terlihat oleh pasien dan pemeriksa secara bersamaan
Agar lebih menguntungkan si pasien, tangan diangkat sedikit lebih dekat pada
si pemeriksa
Hal ini memberi pasien pandangan yang lebih luas
Jika pemeriksa dapat melihat jari-jari- itu, maka pasien pasti juga melihatnya,
kecuali ada gangguan penglihatan berupa kurang luasnya lapangan pandangan
Daerah tanpa penglihatan disebut skotoma
l) Gerak Mata
Pemeriksaan kesesuaian mata
Melakukan Uji Tutup
Menilai posisi utama pandangan mata
Menilai refleks cahaya pupil
Menilai refleks dekat
m) Pemeriksaan kesesuaian mata
Mengawasi lokasi cahaya yang dipantulkan oleh kornea
Lampu senter diarahkan tepat dari depan pasien
Jika pasien memandang lurus jauh ke depan, pantulan cahaya akan tampak
tepat di pusat masing-masing kornea
Jika cahaya jatuh pada pusat satu kornea dan menyimpang dari pusat pada
kornea lain, maka terdapat mata berdeviasi
Keadaan mata berdeviasi atau mata juling, disebut strabismus atau tropia
Strabismus adalah ketidaksesuaian mata sehingga objek yang diamati tidak
diproyeksikan secara bersamaan pada fovea masing-masing mata
Esotropia : deviasi mata ke arah nasal
Eksotropia : deviasi mata ke arah temporal
Heterotropia : deviasi ke atas
Tropia alternans : mata masing-masing mata berdeviasi
n) Uji Tutup
Menetapkan apakah mata lurus (normal) atau ada mata berdeviasi
Pasien diminta untuk melihat pada sasaran jauh
Satu matanya ditutup dengan karton 7,5 x 12,5 cm
Pemeriksa harus mengamati mata yang tidak ditutupi
Jika mata yang tidak ditutupi itu bergerak sewaktu berfiksasi pada titik
dikejauhan itu, maka mata itu tidak lurus sebelum mata sebelahnya ditutupi
Jika mata itu tidak bergerak, maka ia lurus
Uji ini kemudian dilanjutkan dengan mata di sebelahnya
o) Struktur Eksternal dan Internal Mata
Kelopak mata
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil
Iris
Kamera okuli anterior
Aparatus lakrimal
p) Pemeriksaan Kelopak Mata
Kelemahan, infeksi, tumor, kelainan
Edema, membuka, menutup (lancar, simetris)
Xantelasma (plak kekuningan → kelainan lipid)
Distribusi bulu mata
Mata terbuka → kelopak atas menutupi tepian atas iris
Mata tertutup → kelopak saling merapat
Fisura palpebra : jarak kelopak atas – bawah
q) Pemeriksaan Konjungtiva
Radang, pigmentasi, nodi, pembengkakan, perdarahan
Konjungtiva tarsal dapat dilihat dengan membalikkan kelopak mata
Tahan sejumlah bulu mata dari kelopak atas, tangkai aplikator ditekan pada
tepian atas lempeng tarsal
Normal : merah muda, sedikit pembuluh darah
r) Inspeksi Sklera
Nodul, hiperemia, perubahan warna
Normal : putih, kulit gelap → agak seperti lumpur
s) Inspeksi Kornea
Jernih, tanpa kekeruhan / kabut
Cincin keputih-putihan pada perimeter kornea disebut arkus senilis
Usia diatas 40 tahun, fenomena penuaan normal, dibawah 40 tahun mungkin
hiperkolesterolemia
Cincin kuning kehijauan abnormal dekat limbus, kebanyakan ditemukan di
superior dan inferior adalah cincin Kayser-Fleischer
Spesifik dari Wilson disease (degenerasi hepatolentikular akibat kelainan yang
diturunkan dari metabolisme tembaga)
Cincin Kayser-Fleischer disebabkan penimbunan tembaga pada kornea
t) Inspeksi Pupil
Ukuran sama, bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi
Anisokoria : tidak sama kiri dan kanan → penyakit neurologik
Pembesaran pupil (midriasis) → obat-obatan simpatomimetik, glaukoma, obat
tetes dilatasi
Kontriksi pupil (miosis) → obat parasimpato-mimetik, peradangan iris, terapi
obat glukoma
Pupil miotonik Adie : dilatasi pupil 3-6 mm yang sedikit berkontraksi terhadap
cahaya dan akomodasi
Pupil Argyll Robertson : pupil yang mengecil 1-2 mm, bereaksi terhadap
akomodasi, tidak bereaksi terhadap cahaya → neurosifilis
Sindrom Horner : paralisis simpatik dari mata yang disebabkan oleh
pemutusan pada rantai simpatik servikal

u) Inspeksi Iris
Iris diperiksa untuk warnanya, apakah ada nodul, dan vaskularitas
Normalnya, pembuluh darah iris tidak dapat terlihat dengan mata telanjang
v) Tekanan intra okuler
Tekanan intra okuler meningkat pada glukoma
TIO diukur dengan tonometer Schiotz
Palpasi bola mata untuk mengetahui tekanan intraokuler merupakan teknik
yang sensitivitas sangat rendah
Jika palpasi salah dapat menyebabkan kerusakan seperti ablasi retina, oleh
karena itu palpasi mata tidak boleh dilakukan

F. SISTEM INTEGUMEN
1. Anamnesis
a. Keluhan
- Ruam atau lesi kulit
- Gatal (pruritus)
- Bengkak
- Ulkus
- Perubahan warna kulit
- Perubahan rambut, kuku
- Kapan pertama kali memperhatikan adanya ruam?
- Dimana letaknya? Apakah terasa gatal?
- Adakah pemicu (misalnya pengobatan, makanan, sinar matahari, dan alergen
potensial?
- Dimana letak benjolan? Apakah terasa gatal? Apakah berdarah? Apakah
bentuk/ukuran/warnanya berubah?
- Adakah benjolan di tempat lain?
- Bagaimana perubahan warna yang terjadi (misalnya pigmentasi meningkat, ikterus,
pucat)?
- Siapa yang memperhatian adanya perubahan warna?
- Sudah berapa lama? Bandingkan dengan sebelumnya?
- Gejala penyerta? → penurunan BB, artralgia, dll
- Akibat serius? → kehilangan cairan, infeksi sekunder, metastatik  kel. Getah
bening, organ lain
b. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pernahkah gangguan kulit, ruam, dan lain-lain?
- Riwayat kecenderungan atopi (asma, rinitis)?
- Riwayat masalah kulit di masa kecil?
- Riwayat kondisi medis lain yang signifikan? (Mis, SLE, penyakit seliaka, miositis, atau
transplantasi ginjal)
c. Riwayat Keluarga
- Adakah riwayat penyakit kulit atau atopi dalam keluarga?
- Adakah orang lain di keluarga yang mengalami kelainan serupa?
d. Riwayat Sosial
- Bagaimana riwayat pekerjaan : apakah terpapar sinar matahari, alergen potensial,
atau parasit kulit?
- Apakah menggunakan produk pembersih baru, hewan peliharaan baru, dan lain-
lain?
- Apakah pasien baru-baru ini bepergian ke luar negeri?
- Adakah pajanan penyakit infeksi (misalnya cacar air)?
e. Riwayat Lain
- Riwayat pemakaian obat yang lengkap penting bagi semua jenis pengobatan, baik
obat resep maupun alternatif, yang dimakan atau topikal
- Pernahkah pasien menggunakan obat untuk penyakit kulit?
- Pernahkan / apakah pasien menggunakan imunosupresan?
- Alergi
- Apakah pasien memiliki alergi obat? Jika ya, seperti apa reaksi alergi yang timbul?
- Apakah pasien mengetahui kemungkinan alergen yang lain?
- Pernahkah pasien menjalani patch test atau pemeriksaan respon IgE?
- Patch Test
f. Penyelidikan fungsional
Fakta utama bagian ini adalah kemungkinan adanya penyakit sistemik yang berkaitan,
seperti penyakit seliaka, infeksi parasit, atropati psoriatik, SLE, dan lain-lain
2. Pemeriksaan Fisik
- Terdiri dari inspeksi dan palpasi
- Alat : lampu senter kecil
- Apakah pasien sakit ringan atau berat?
- Apakah pasien tampak pucat, syok, berpigmen, atau demam? (Kondisi kulit serius yang
mengenai daerah yang luas pada kulit bisa menyebabkan kehilangan cairan yang
membahayakan jiwa dan infeksi sekunder)
- Apakah kelainan kulit yang ditemukan? Ruam, ulkus, benjolan, diskolorasi, dan
sebagainya
- Kondisi umum pemeriksaan
 Pasien, pemeriksa nyaman
 Pencahayaan optimal, cahaya alami
 Pengamatan cermat – meski tanpa keluhan
 Terpisah, atau bersama-sama diperiksa bila bagian lain tubuh sedang dinilai
 Indikasi menular – sarung tangan
- Waspada terhadap setiap lesi : membesar, berubah warna
- Perhatikan warna, kelembaban, turgor, tekstur kulit
- Perhatikan perubahan warna; sianosis, ikterus, kelainan pigmentasi
- Lesi vaskular merah ; petekia, purpura, angioma (memucat bila ditekankan kaca obyek)
- Kelembaban : berlebihan pada demam, emosi, neoplasma, hipertiroidisme. Kering pada
menua, miksedema, nefritis, akibat obat tertentu, cari ekskoriasi → pruritus
- Palpasi : Nilai turgor dan tekstur
- Turgor : menafsir keadaan hidrasi umum pasien, hidrasi menurun → respons lambat
- Tekstur : lembut pada hipotiroidisme sekunder, keras pada skleroderma, miksedema,
beludru erat dengan sindrom Ehlers-Danlos.
Pemeriksaan Fisik Rambut
- Rambut dan kulit kepala : lesi, alopesia/hirsutisme
- Pola penyebaran dan tekstur rambut seluruh tubuh
- Hipotiroidisme → rambut jarang dan kasar
- Hipertiroidisme → halus
- Rontok : anemia, keracunan logam berat, hipopituitarisme, gangguan gizi
- Rambut banyak pada :Cushing, sindrom Stein-Leventhal, neoplasma seperti tumor
adrenal, gonad
Pemeriksaan Dasar Kuku
- Perubahan dasar kuku tidak patognomonik bagi penyakit khusus
- Gangguan ginjal, hematopoetik, hepar dapat tampak di kuku
- Teliti kuku terhadap warna, kerapuhan, perdarahan di bawah kuku, garis-garis atau
alur-alur melintang pada kuku atau dasar kuku, dan daerah putih pada dasar kuku yang
meluas
- Garis Beau : alur melintang sejajar dengan lunula, sering menyertai suatu infeksi,
penyakit ginjal, hati
- Pita mee : garis melintang gurat putih akibat keracunan arsen, penyakit sistemik akut
- Kuku Lindsay : kuku setengah-setengah (proksimal putih, distal merah atau merah
muda) → penyakit ginjal menahun dan azotemia
- Kuku Terry : Dasar kuku putih sampai 1 – 2 mm batas distal kuku → sirosis,
hipoalbuminemia
- Koilonikia : kuku sendok, distrofi dengan lempeng kuku tipis dan timbul depresi mirip
mangkuk → anemia defisiensi besi
- Clubbing (pembesaran ujung distal jari) , manifestasi awal ialah melunaknya jaringan di
atas lipat kuku proksimal : penyakit jantung sianotik bawaan, fibrosis kistik, patologi
paru
Kulit wajah dan leher
- Kelopak mata, dahi, telinga, hidung, dan bibir diteliti dengan seksama
- Selaput lendir mulut dan hidung diteliti terhadap adanya ulkus, perdarahan,
telangiektasia
- Apakah kulit pada lipat nasolabial dan mulut normal?
- Pemeriksaan kulit punggung
- Amati kulit punggung pasien, adalah lesi?
Kulit dada, perut, ekstremitas bawah
- Periksa kulit dada dan perut
- Beri perhatian khusus pada kulit daerah lipat paha dan genital
- Periksa rambut pubis
- Angkat skrotum, periksa daerah perineum
- Daerah pretibial diteliti adanya ulkus
- Kaki dan telapak kaki diamati dengan cermat adanya perubahan kulit
- Jari direntangkan untuk menilai jaringan antar jari
- Amati punggung, bokong, daerah perianal
- Makula – daerah perubahan warna kulit yang berbatas jelas dengan kulit normal tanpa
tonjolan atau lekukan kulit di sekitarnya
- Papula – lesi menonjol padat diameter < 0,5 cm
- Plak – penonjolan diatas permukaan kulit yang mengenai area permukaan yang relatif
besar dibandingkan dengan tingginya
- Indurasi – papula atau plak berbentuk lingkaran atau memiliki puncak yang datar,
berwarna merah pucat yang menghilang dalam beberapa jam
- Pustula – penonjolan kulit berbatas tegas yang berisi eksudat purulen
- Vesikula/bulla – lesi menonjol berbatas tegas yang berisi cairan. Vesikula memiliki
diameter < 0,5 cm, sedangkan bulla memiliki diameter > 0,5 cm
- Ulkus – lesi yang menunjukkan kerusakan dermis dan epidermis
- Kista – rongga tertutup yang berisi cairan atau bahan semi padat
- Adakah memar atau petekie? Jika ya, dimana letaknya?
- Periksa kulit, kuku, dan rambut seteliti mungkin, selain itu, periksa rongga mulut dan
mata. Bagian kulit mana yang terkena?
- Adakah perubahan kulit sekunder yang memperberat atau merupakan akibat dari
proses primer? Misalnya :
 Skuama – lapisan deskuamasi stratum korneum
 Krusta – serum, darah,  atau eksudat purulen yang mengering
 Erosi – daerah lekukan berbatas tegas akibat hilangnya epidermis
 Likenifikasi – penebalan kulit akibat sering digosok atau digaruk yang
menyebabkan semakin jelasnya garis-garis kulit normal
 Atrofi – atrofi epidermal akibat berkurangnya lapisan sel-sel epidermal. Atrofi
dermal terjadi akibat berkurangnya jaringan ikat dermal
 Parut – lesi yang terbentuk akibat kerusakan dermal
 Ekskoriasi – ekskavasi superfisial epidermis akibat garukan
 Fisura – celah kulit berupa garis yang terasa nyeri
 Tentukan perluasan (soliter, lokal, regional, generalisata, atau universal) dan
pola distribusi (simetris atau asimetris), daerah pajanan, tempat tekanan, lipatan
kulit, atau folikular)?
- Apakah lokasi berhubungan dengan pakaian, pajanan sinar matahari, atau perhiasan?
- Bagaimana warna dan bentuk lesi (misalnya bulat, lonjong, poligonal, anular,
serpiginosa, bertangkai)?
- Lakukan palpasi untuk mengetahui suhu, mobilitas, nyeri tekan, dan kedalaman
- Periksa adanya pembesaran kelenjar getah bening yang drainase
- Lakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk menganalisis adanya penyakit sistemik
- Mungkinkah kelainan ini merupakan manifestasi dari kondisi sistemik serius (keganasan
atau SLE)

G. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Anamnesis pemeriksaan system musculoskeletal mencakup keluhan utama dan berbagai
riwayat kesehatan. Penyakit sistem muskuloskeletal bisa bermanifestasi sebagai :
- Nyeri (khususnya pada sendi (artralgia)
- Deformitas
- Pembengkakan
- Mobilitas berkurang
- Fungsi menurun (misalnya tak dapat berjalan)
- Gambaran sistemik seperti ruam atau demam
Riwayat penyakit dahulu yang perlu dikaji antara lain :
- Adakah riwayat kelainan sendi atau tulang sebelumnya?
- Pernahkah pasien menjalani operasi seperti penggantian sendi?
Obat-obatan
- Tanyakan pada pasien mengenai analgesik, OAINS, kortikosteroid, imunosupresan lain,
penisilinamin, dan klorokuin

Penyelidikan fungsional
- Tanyakan secara khusus mengenai gambaran sistemik penyakit seperti demam,
penurunan berat badan, ruam
- Adakah penyakit genitourinarius atau saluran cerna (misalnya pada sindrom Reiter)?
Riwayat sosial
- Temukan akibat fungsional seperti pasien menjadi tak dapat berjalan, makan, dan
sebagainya
- Alat bantu apa yang digunakan pasien (misalnya kursi roda, kursi-tandu; modifikasi
yang dibuat di rumah)
Pemeriksaan fisik system musculoskeletal dilakukan sebagai berikut :
a. Lihat pasien dan cari adanya deformitas yang terlihat jelas dan postur abnormal
b. Cari pengecilan otot yang terlihat jelas : apakah massa otot tampak normal? Lihat
bahu, pantat, tangan, dan otot kuadriseps
c. Cari kelainan terkait; misalnya, nodul reumatoid, tofi gout, psoriasis, atau tanda-tanda
penyakit rematologis sistemik
d. Periksa sendi untuk mencari adanya pembengkakan, deformitas, efusi, eritema, dan
nilailah kisaran gerak aktif dan pasif pasien
e. Periksa tanga
- Lakukan inspeksi untuk mencari deformitas sendi, kelainan kuku, nyeri tekan
sendi (termasuk menekan lembut di sekitar sendi MCP), dan pembengkakan
- Cari pengecilan otot (misalnya tonjolan tenar atau hipotenar) dan fasikulasi
- Periksa gerak: fleksi, ekstensi, aduksi, dan oposisi ibu jari
- Periksa fleksi, ekstensi, aduksi, dan abduksi jari tangan
- Kepalkan tangan dan lakukan gerak mencubit
- Periksa fungsi tangan pasien (misalnya menulis dan mengancingkan pakaian)
f. Periksa pergelangan tangan
- Lakukan inspeksi untuk mencari deformitas sendi, pembengkakan, dan nyeri
tekan
- Periksa gerak fleksi, ekstensi, deviasi ulnaris, dan deviasi radialis
g. Periksa siku
- Lakukan inspeksi untuk mencari deformitas, nodul reumatoid, dan bursa
- Periksa gerak fleksi, ekstensi, pronasi, dan supinasi
h. Periksa bahu dan sendi sternoklavikularis
- Lakukan inspeksi untuk mencari deformitas sendi, pembengkakan, dan nyeri
tekan
- Periksa gerak abduksi, adduksi, rotasi internal dan eksternal, serta fleksi dan
ekstensi
- Anda bisa minta pasien untuk meletakkan tangan di belakang kepala

i. Periksa sendi temporomandibularis, dan tulang belakang


- Lakukan inspeksi tulang belakang untuk mencari deformitas, kifosis abnormal,
skoliosis, dan lordosis
- Lihat kesejajaran kurva prosesus spinosus, cari adanya ‘tangga’, kemudian
lakukan palpasi untuk mencari nyeri tekan dan spasme otot yang berhubungan
j. Periksa sendi temporomandibularis, dan tulang belakang
- Vertebra servikalis
 Periksa gerak aktif dan pasif dari leher
 Periksa fleksi, ekstensi, fleksi lateral, dan rotasi
 Lihat kisaran gerak pasien dan nyeri lokal atau pada ekstremitas atas
- Vertebra torakalis
 Periksa saat pasien membalikkan tubuh sambil duduk dengan lengan terlipat
 Periksa ekspansi dada: pasien harus bisa mengembangkan > 5 cm
k. Periksa sendi temporomandibularis, dan tulang belakang
- Vertebra lumbalis
 Periksa kisaran gerak pasien: minta pasien menyentuh jari kaki dengan lutut
tetap lurus
 Nilailah ekstensi, fleksi lateral, dan rotasi
- Vertebra sakro-iliaka
 Lakukan palpasi sendi
 ‘Lentingkan’ sendi dengan memberikan tekanan kuat ke arah bawah pada
sendi saat pasien dalam posisi telungkup
 Saat pasien terlentang, fleksikan sebelah panggul sambil menahan sebelah
lagi tetap ekstensi
l. Periksa sendi temporomandibularis, dan tulang belakang
- Tes regangan saraf
 Periksa dengan pasien mengangkat tungkai lurus-lurus (straight leg raising,
SLR) ± dorsofleksi kaki
 Lakukan tes regangan femoralis: saat pasien dalam posisi telungkup, fleksikan
lutut dan kemudian ekstensikan tungkai pada sendi panggul
 Periksa tungkai untuk mencari pengecilan otot dan fasikulasi
m. Periksa panggul
- Cari adanya perbedaan panjang tungkai dan rotasi abnormal
- Minta pasien berdiri dengan sebelah kaki dan kemudian kaki yang sebelah lagi
- Periksa fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi
- Lakukan tes Thomas (fleksi panggul di sisi berlawanan bisa mengungkapkan
deformitas fleksi yang terfiksir pada panggul di satu sisi)
n. Periksa lutut
- Adakah deformitas atau efusi? Lakukan ketukan patella
- Periksa stabilitas sendi pada arah anterior-posterior (ligamentum krusiatum) :
 Tes Lachmann (pasien berbaring terlentang dengan kaki fleksi 30 0, paha
ditahan dengan satu tangan, sementara tangan yang lain menarik tibia
ke depan. Hasil tes abnormal bila timbul gerak tibia ke depan yang
meningkat)
 Tes tarikan anterior (pasien berbaring terlentang dan kaki ditahan
900  dan gerak tibia ke depan dinilai)
 Tes tarikan posterior (periksa pasien dalam posisi terlentang dengan kaki
fleksi 900 dan periksa tibia untuk mencari subluksasi posterior dan
koreksinya dengan gerak tibia ke anterior)
 Adakah nyeri tekan pada sendi (menunjukkan adanya cedera pada
meniskus)?
 Lakukan tes Mc Murray (bunyi ‘pop’ dan gejala sepanjang garis sendi
saat lutut dalam posisi ekstensi dan rotasi internal menunjukkan adanya
cedera pada meniskus)
- Periksa gerak fleksi dan ekstensi
o. Periksa pergelangan kaki
- Lakukan inspeksi untuk mencari deformitas
- Periksa plantar-fleksi, dorsofleksi, eversi, dan inversi
p. Periksa kaki
- Lakukan inspeksi untuk mencari deformitas; misalnya, pes cavus, hallux valgus,
atau kalositas
- Periksa dorsofleksi ibu jari kaki
- Pes cavus
- Hallux valgus
- Kalositas
q. Lakukan inspeksi cara berjalan
- Lihat mantap atau tidaknya, kecepatan, panjang langkah, ayunan lengan,
kepincangan, penggunaan salah satu kaki lebih dominan dibandingkan yang lain,
dan kemampuan untuk berbelok
- Lakukan tes tumit-jari kaki
- Adakah tanda-tanda spastisitas, kaki menyeret ( foot drop), parkinsonisme,
apraksia (gangguan gerak kompleks walaupun fungsi motorik dan sensorik
normal), ataksia (cara berjalan yang canggung dan meluas), dan sebagainya?

Anda mungkin juga menyukai