Anda di halaman 1dari 33

PEMERIKSAAN

FISIK JANTUNG

Koas Interna
12 September-18 November 2022
Topik Utama

1. Pemeriksaan fisik jantung (4A)


2. Pengukuran tekanan darah (4A)
3. Pengukuran Tekanan Vena Jugularis/JVP (4A)
4. Palpasi arteri karotis (4A)
5. Deteksi bruits (4A)
6. Pemeriksaan denyut arteri ekstremitas (4A)
7. Tes Brodie Tredenlenburg (4A)
8. Tes Perthes (3)
9. Tes Homan (3)
Pemeriksaan Fisik Jantung (4A)
Pemeriksaan:
■ Inspeksi dada
■ Palpasi denyut jantung
■ Perkusi batas jantung
■ Auskultasi suara jantung
Tujuan pemeriksaan:
■ Mencari adanya kelainan kardiovaskuler primer
■ Menemukan penyakit sistemik yang mengakibatkan kelainan
kardiovaskuler
■ Menemukan penderita dengan gejala mirip gejala kelainan
kardiovaskuler
■ Skrining kelainan kardiovaskuler
a. Inspeksi Dada

Inspeksi dada dilakukan saat istirahat (statis) dan saat respirasi


(dinamis).
Anterior
Adanya kelainan bentuk dada (pectus karinatus, pectus
ekskavatus, barel chest), asimetris bentuk dada, iktus cordis
Posterior
Adanya deformitas (kifosis, scoliosis, gibus), asimetris bentuk
dada
Inspeksi Ictus cordis : tampak atau tidak?
■ Bisa tampak bisa tidak. Jika tampak, lokasinya dimana?
■ Normal : pada ICS 5 1-2 cm medial linea medioclavikularis
sinistra
■ Abnormal bisa bergeser
RVH (Right Ventricel Hyperthropi), bergeser ke lateral lift (+),
pulsus epigastrium (+), pulsus parasternal (+)
LVH (Left Ventircel Hyperthropi), bergeser ke laterocaudal,
kuat angkat dan melebar.
b. Palpasi denyut apeks jantung

Meletakkan permukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3 distal jari II, II
dan IV pada ictus cordis.
■ Tentukan lokasi punctum maksimum, apakah kuat angkat?
■ Melakukan penilaian adakah getaran thrill pada telapak tangan
■ Sternal lift
Meraba diujung sternum (proceccus xyphoideus)
Normal : tak ada denyutan, (+) : RVH
■ Pulsus epigastrium
Lebih ke bawah dari proc. xyphoideus
Normal : tak ada denyutan, (+) : RVH
■ Pulsus parasternal
Jari 2, 3, 4 diletakkan di linea parasternalis sinistra ICS 2, 3, 4
Normal : tak ada denyutan, (+) pada RVH
c. Perkusi Batas Jantung
■ Perkusi batas jantung kanan
Perkusi pada linea midclavicular dextra dari atas ke bawah sampai menemukan batas
pulmo-hepar, kemudian naik 2 jari dan perkusi ke arah medial sampai terdengar
perubahan suara sonor menjadi redup.
Normal : ICS IV-V linea parasternalis dextra
■ Perkusi batas jantung kiri
Perkusi dari batas kanan jantung ke lateral sampai terdengar suara redup menjadi sonor
Normal : ICS V 1-2 cm medial linea midclavicular sinistra
■ Perkusi batas pinggang jantung
Naik 2 ICS dari batas kiri jantung, perkusi dari linea axillaris anterior ke medial
sampai terdengar suara sonor menjadi redup
Normal : ICS III linea parasternalis sinistra
■ Perkusi batas atas jantung
Naik 1 ICS dari batas pinggang jantung, perkusi dari linea axillaris anterior ke medial
sampai terdengar suara sonor menjadi redup
Normal : ICS II linea parasternalis sinistra
d. Auskultasi jantung
■ Suara jantung I (SI) dan suara jantung II (SII) :
- SI (sistolik) adalah bunyi penutupan katub mitral dan tricuspidalis.
- SII (diastolik) adalah bunyi penutupan katub aorta dan pulmonal.
- SI sesuai denyut ictus cordis atau denyut nadi (arteria carotis, arteria
radialis).
- SII normal selalu lebih lemah dari SI
Penilaian:
■ Membedakan suara jantung I & II
■ Menentukan letak punctum maximum :
Katup Mitral? Katup Trikuspidal? Katup Aorta? Katup Pulmonal
■ Nilai :
Frekuensi denyut jantung, irama denyut jantung (regular/ irregular), suara
jantung tambahan (ada/tidak)
■ Suara jantung tambahan
- Suara Jantung 3 (S3) terdengar setelah S2. Hanya terdengar pada anak-
anak atau dewasa muda atau keadaan dimana compliance oto ventikel
menurun (hipertrofi atau dilatasi)
- Suara Jantung 4 (S4) terdengar sebelum S1. Terdengar pada atrial fibrilasi
- Bising jantung (cardiac murmur)
- Tentukan bising sistol (antara SI dan SII) atau diastole (antara SII
dan SI). Jika suara bersamaan dengan denyut A.carotis/radialis maka
bising tersebut bising sistol.
■ Pericardial friction rub (suara/bising, gesek, pleura) : adalah
bunyi ekstracardial yang mempunyai sifat khas seperti bunyi
gesekan pada ampelas. Terjadi pada efusi
pericardium/pericarditis.
■ Opening snap : pada saat diastole, tekanan ventrikel kiri terus
menurun dibawah tekanan atrium kiri. Normalnya tanpa suara
jika ada suara disebut opening snap. Terjadi pada stenosis mitral.
Pengukuran Tekanan Darah (4A)

Cara mengukur tekanan darah :


1. Persiapan pasien.
Sebelumnya pasien diminta untuk membuka lengan bawah. Bila tertutup
dapat melepaskan pakaian (terutama pasien laki-laki).
• Sebaiknya untuk mengukur tekanan darah pasien tidak merokok atau
minum minuman berkafein selama kurang lebih 30 menit sebelum
pengukuran dan istirahat sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran.
• Lengan yang diperiksa tidak tertutup pakaian.
• Palpasi arteri brachialis
• Atur posisi lengan sedemikan sehingga arteri brachialis pada fosa
antecubital terletak setinggi jantung (kira-kira sejajar dengan intercosta
IV).
2. Letakkan manset di tengah arteri brachialis pada lengan
kanan, sisi bawah manset kurang lebih 2,5 cm diatas fosa
antecubital. Lingkarkan manset dengan tepat, posisikan
lengan pasien sedikit flexi.
3. Tentukan dahulu tekanan sistolik palpasi.
Caranya, palpasi arteri radialis dekat pergelangan tangan
dengan satu jari sambil pompa manset sampai denyut
nadi arteri radialis menghilang. Baca berapa nilai
tekanan ini pada manometer. Itulah tekanan sistolik
palpasi. Lalu kempiskan manset.
4. Pengukuran tekanan darah.
■ Letakkan bel stetoskop di atas arteri brachialis.
■ Kunci bagian pengeluaran udara.
■ Pompa manset sampai kurang lebih 30mmhg diatas tekanan
sistolik palpasi.
■ Kemudian kempiskan dengan membuka kunci pengeluaran
udara perlahan-lahan dengan kecepatan kira-kira 2-3
mmhg/detik.
■ Dengarkan bunyi ketukan pada stetoskop.
■ Yang disebut tekanan sistolik adalah bunyi ketukan pertama
yang terdengar (korotkoff I). Yang disebut tekanan diastolik
adalah saat bunyi ketukan sama sekali hilang (korotkoff V)
Pengukuran Tekanan Vena Jugularis/JVP (4A)
■ Tujuan : untuk menentukan fungsi tekanan pada atrium kanan melalui
tekanan vena jugularis.
■ Apabila ada gangguan seperti Gagal Jantung Kanan dimana terjadi
dilatasi atrium kanan maka JVP akan meningkat
Caranya:
■ Penderita dalam posisi rileks, kepala sedikit terangkat dengan bantal dan
otot sternocleidomastoideus dalam posisi rileks
■ Naikkan bed sampai sudut 30 derajat, miringkan kepala menghadap ke
arah yang berkawanan dengan pemeriksa
■ Lakukan penekanan pada vena jugularis di bawah angulus
mandibula dan kemudian cari dan tentukan titik kolaps
■ Tentukan jaraknya berapa cm dari bidang yang melalui angulus
ludovici (5 cm diatas pusat dari atrium kanan)
■ Nilai normal kurang dari 3 sampai 4 cm diatas angulus ludovici
Palpasi Arteri Karotis dan Deteksi Bruit

Palpasi
• Palpasi pada bagian leher dibagian bawah lobus telinga, diantara trakea
dan musculus sternocleicomatoideus
• Palpasi dilakukan secara bergantian kanan dan kiri
• Palpasi dengan menggunakan 2-3 jari
Deteksi bruit
• Letakkan stetoskop pada arteri carotis, minta pasien untuk menahan napas
agar suara tidak tersamarkan oleh suara napas
• Dengarkan thrill dan bruit pada arteri carotis
Palpasi denyut arteri ekstremitas
■ Pasien dapat berbaring atau duduk, lengan
dalam posisi bebas dan rileks
■ Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah
pasien istirahat 5 – 10 menit.
■ Pemeriksaan nadi dilakukan dengan palpasi
arteri radialis kanan dan kiri di dekat
pergelangan tangan.
■ Lakukan palpasi dengan 2 atau 3 jari.
■ Hitunglah frekuensi denyut nadi per menit,
nilai irama reguler/irreguler, kuat
angkat/tidak

Nadi Penilaian
> 100x/menit Takikardi
100–60 x/menit Normal
< 60 x/menit Bradikardi
Palpasi arteri brachialis
■ Fleksikan sedikit siku pasien
■ Palpasi menggunakan 2-3 jari pada arteri brachialis di bagian
medial tendon biceps
■ Bandingkan pulsasi pada kedua tangan
Palpasi arteri femoralis
■ Lakukan penekanan dalam di bawah ligamentum inguinalis
diantara SIAS dan symphysis pubis
■ Palpasi dapat menggunakan 2 tangan, satu tangan diatas yang
lainnya
Palpasi arteri poplitea
■ Fleksikan lutut pasien dan minta pasien untuk melemaskan otot
tungkainya
■ Letakkan ujung-ujung jari kedua tangan sehingga kedua tangan
bertemu pada garis medial di belakang lutut dan tekan dalam ke
fossa poplitea
■ Jika tidak teraba, dapat dilakukan pada posisi tengkurap
■ Fleksikan tungkai pasien 90o , senderkan tungkai bawah pasien pada
bahu atau lengan atas pemeriksa dan minta pasien untuk
melemaskan tungkainya
■ Palpasi menggunakan ibu jari, tekan dalam ke fossa poplitea
Palpasi arteri tibialis posterior
■ Palpasi menggunakan 2 jari
■ Menekuk jari-jari ke bagian belakang dan sedikit ke bawah dari
malleolus medial pergelangan kaki
Palpasi arteri dorsalis pedis
■ Palpasi dorsum pedis pada bagian lateral tendon ekstensor jari
jempol
■ ]jika pulsasi tidak teraba dapat melakukan palpasi dorsum pedis
lebih ke lateral
Penilaian Capillary Refill (4A)

Pemeriksaan untuk mengukur perfusi arteri di jaringan perifer.


- Tekan kuku atau ujung jari selama beberapa detik, hal ini
menyebabkan kulit di nail bed menjadi lebih putih.
- Setelah itu tekanan dilepaskan, warna pink akan kembali
normal dalam 2-3 detik.
- Keterlambatan perubahan menjadi pink menyiratkan adanya
gangguan perfusi.
Tes Trendelenburg
Teknik pemeriksaan
■ Pasien dalam posisi berbaring
■ Elevasi tungkai sampai 90o untuk mengosongkan vena
■ Oklusi vena saphena magna pada bagian paha atas dengan menggunakan
tourniquet
■ Minta pasien untuk berdiri tanpa melepaskan tourniquet
■ Amati pengisian vena pada tungkai pada posisi masih terpasang tourniquet
■ Setelah berdiri 20 detik, lepaskan tourniquet dan amati pengisian vena pada
tungkai
Hasil
■ Normal : pengisian vena superficial sekitar 35 detik
■ Pengisian vena yang cepat saat vena di oklusi menandakan adanya
insufisiensi / inkomopetensi vena vena komunikans
■ Adanya pengisian vena mendadak saat tourniquet dilepaskan menandakan
adanya inkompetensi katup-katup pada vena saphena
Tes Perthes
Teknik pemeriksaan
■ Pasien dalam posisi berbaring
■ Elevasi tungkai sampai 90o untuk mengosongkan vena
■ Pasang tourniquet di bagian bawah lutut
■ Pasien berdiri
■ Lepas tourniquet
■ Amati kaki pasien sebelah lateral dan medial
Hasil :
■ Jika terjadi pengisian sebelah lateral maka terjadi insufisiensi /
inkompetensi pada katup popliteo-femoral atau katup di vena saphena
parva
■ Jika terjadi pengisian sebelah medial maka terjadi insufisiensi /
inkompetensi pada katup-katup di vena saphena magna
Tes Homan

Homan’s sign dilakukan untuk mengetahui adanya


tromboplebitis

Teknik pemeriksaan:
• Pasien dalam posisi terlentang
• Tungkai dalam posisi ekstensi
• Dorsofleksikan sendi pergelangan kaki
• Tanyakan pada pasien apakah merasakan nyeri
pada bagian betis atau tidak
Hasil:
Positif jika pasien merasakan nyeri pada betis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai