Disusun oleh
SUTRISNO NPM
1206195735
PERKUSI
Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara
kasar. Perawat melakukan perkusi jantung hanya dalam keadaan yang sangat diperlukan.
Perkusi dilakukan dengan meletakan jari tengah tangan kiri sebagai landasan pada dinding
dada. Perkusi dapat dilakukan dari semua arah menuju letak jantung. Untuk menentukan
batas sisi kanan dan kiri, perkusi di kerjakan dari arah samping ke tengah dada. Batas atas
jantung diketahui dengan perkusi dari atas ke bawah. Perawat berdiri di sebelah kanan
dengan posisi pasien berbaring dan lakukan perkusi di sepanjang liku tulang rusuk di sela
iga ke 4 dan ke 5, di mulai pada garis midaxillaris. Suara yang dihasilkan perkusi pada
jantung adalah tumpul (Dull), yang dapat dibedakan dengan suara pada area paru-paru
(resonan). Batas kiri jantung pada umumnya tidak lebih dari 4; 7 dan 10 cm ke arah kiri
dari garis mid sternal pada ruang interkostal ke 4;5 dan 8. Dengan adanya foto rontgen,
maka perkusi pada area jantung jarang dilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat
pada hasil foto torak anteroposterior.
AUSKULTASI
Auskultasi jantung berguna untuk menemukan bunyi-bunyi yang diakibatkan oleh
adanya kelainan pada struktur jantung dengan perubahan-perubahan aliran darah yang
ditimbulkan selama siklus jantung. Stateskop adalah alat yang dipergunakan dalam
mengauskultasi jantung. Yang terdiri dari 2 bagian yaitu: Bell (untuk mengukur suara yang
nadanya rendah, seperti Bunyi jantung 3 dan bunyi jantung 4, bising mid sistolik
mitral/trikuspid) dan Difragma (untuk mendengarkan suara yang nadanya tinggi,
seperti:Bunyi jantung 1 dan Bunyi jantung 2, opening snap, bunyi ejeksi, perikardial
friction rub, bising sistolik dan awal diastolik).
Cara / metode auskultasi:
a. Siapkan ruangan /lingkungan yang tenang dan tidak berisik.
b. Pasien berbaring telentang dengan kepala sedikit ditinggikan.
c. Selalu lakukan pemeriksaan pada sisi kanan pasien.
d. Dengarkan dengan diafragma stateskope pada ruang interkostal 2 kanan di dekat
sternum (untuk daerah aorta).
e. Dengarkan dengan diafragma stateskop pada ruang interkosta 2 kiri dekat sternum
(untuk daerah pulmonal).
f. Dengarkan dengan difragma stateskop pada ruang interkosta 3, 4 dan 5 di dekat
sternum kiri (untuk area trikuspid)
g. Dengarkan dengan diafragma stateskop pada apek (PMI) ruang interkosta ke 4
garis midklavikula (untuk area mitral).
h. Kemudian pasien diputar ke sisi kiri dan dengan Bell stateskop pada apeks akan
memperjelas adanya S 3 dan bising mitral.
i. Pasien diminta untuk duduk tegak, miring ke depan dan menahan nafas setelah
ekshalasi. Dengarkan dengan diafragma stateskop pada ruang interkosta 3 dan 4
kiri dekat sternum dan posisi ini akan memperjelas adanya bising aorta.
j. Catat Bunyi jantung 1, Bunyi jantung 2, Bunyi jantung 3, Bunyi jantung 4 serta
derajat dan kekuatan/intensitas bunyi.
Daftar Pustaka
Bickley, L.S & Szilagyi, P.G (2009). Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates,
Edisi 8. (terjemah) alih bahasa dr. Andri Hartono, editor dr. linda D, dr. Andita N,
dan dr. Sherli K. Jakarta:EGC
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes. Philadelphia: Elsevier Sounders.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (1999). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 4th Ed. (Terj. Renata Komalasari). Jakarta: EGC.
Linton, A.D. (2012). Introduction to Medical Surgical Nursing. 5th Ed Philadelphia:
Elsevier Sounders.
Mone, PL.,Burke,K.(2008). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking In Client Care.
4th Ed. New Jersey: Pearson Education Inc.
Sherwood, L. (1996). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (Terj. Brahm. U. Pendit).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C. (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing.
(Terj. Agung Waluyo). Jakarta: EGC.
Willms, J. (2003). Physical Diagnosis: Bedside Evaluation of Diagnosis and Function.
(Terj. Harjanto). Jakarta: EGC.