yang cepat, teknologi, serta sedikit keberuntungan, sehingga semua pengujian dan pengobatan yang
tepat dapat dilakukan. Berikut ini merupakan beberapa tes yang dilakukan oleh dokter untuk
mendiagnosis stroke.
Pemeriksaan neurologis
Selain melalui identifikasi gejala stroke, pemeriksaan fisik, diagnosis juga dilakukan melalui tes
neurologis. Tes ini dilakukan untuk mengetahui penurunan fungsi otak yang memungkinkan seseorang
terkena serangan stroke. Setiap sesi pemeriksaan neurologis dilakukan pada bagian otak yang berbeda-
beda, yaitu meliputi:
Tes ini dilakukan di ruang gawat darurat untuk mendeteksi stroke hemoragis. Pemindaian Computed
Tomography (CT) merupakan cara yang efektif untuk mengetahui penyakit ini karena selain dapat dengan
mudah mendeteksi perdarahan di dalam otak, tes ini juga dapat melakukannya dengan cepat. CT scan
juga dapat mendeteksi stroke iskemik, tetapi dalam waktu 6-12 jam setelah kejadian.
Lumbar puncture
Juga dikenal sebagai “spinal tap”, tes ini kadang dilakukan di ruang gawat darurat bila terdapat
kecenderungan kuat adanya stroke hemoragik dari hasil pemindaian CT yang menunjukkan aliran darah
yang tidak jelas. Tes ini dilakukan dengan memasukkan jarum ke area dalam bagian bawah tulang
belakang yang cukup aman untuk mengumpulkan cairan serebrospinal (CSF).
Ini adalah salah satu tes paling membantu dalam diagnosis stroke karena dapat mendeteksi stroke dalam
beberapa menit setelah munculnya kejadian. Hasil penggambaran otak pun lebih bagus bila
dibandingkan dengan scan CT. Oleh karena itu, MRI adalah tes yang paling banyak dipilih untuk
mendiagnosis stroke. MRI jenis khusus disebut Magnetic Resonance Angiography (MRA) yang
memungkinkan dokter dapat dengan tepat memvisualisasikan penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah di otak.
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk mengetahui aliran darah melalui pembuluh darah utama di
otak. Area pembuluh darah yang sempit menunjukkan aliran darah yang lebih cepat daripada area
normal. Informasi ini dapat digunakan oleh dokter untuk mengikuti perkembangan pembuluh darah
yang tersumbat. Penggunaan TCD lain yang penting adalah untuk pengawasan pembuluh pada area
sekitar terjadinya stroke hemoragis, di mana pembuluh darah tersebut memiliki kecenderungan untuk
mengalami kontraksi “vasospasme” yang berbahaya bagi dinding pembuluh darah serta dapat
menghalangi aliran darah.
Angiografi Otak
Dokter ahli penyakit stroke menggunakan tes ini untuk melihat pembuluh darah pada leher dan otak.
Dalam tes ini, dokter akan menyuntikkan suatu zat pewarna khusus ke dalam arteri karotid yang dapat
dilihat menggunakan sinar X dan otomatis darah akan membawa zat ini ke otak. Jika pembuluh darah
tersumbat baik total maupun parsial, atau mungkin ada gangguan di pembuluh darah lainnya di dalam
otak, tidak ada atau hanya sedikit zat pewarna yang akan terbawa dalam aliran darah yang dapat dilihat
melalui tes ini.
Penyebab stroke yang paling umum adalah penyempitan arteri karotid, stenosis karotid yang biasanya
merupakan hasil dari penumpukan kolesterol di sepanjang dinding pembuluh darah. Kondisi ini juga
dapat didiagnosis dengan tes yang disebut Karotid Duplex dengan menggunakan gelombang suara yang
dialirkan melalui pembuluh darah tersebut. Berdasarkan tingkat penyempitan serta gejala yang
dirasakan, pembedahan diperlukan untuk menghilangkan plak dari arteri yang tersumbat. Angiografi
otak juga dapat membantu dokter mendiagnosis kondisi yang terkait dengan stroke hemoragis, yaitu
aneurisma dan malformasi vena anterior. Setelah stroke didiagnosis, perlu dilakukan tes baru untuk
mengetahui penyebab stroke.
Elektrokardiogram
Tes ini, juga dikenal sebagai EKG atau ECG, membantu dokter mengidentifikasi masalah terkait konduksi
listrik jantung. Biasanya, jantung berdetak dalam ritme yang reguler, pola yang berirama yang
menunjukkan lancarnya aliran darah menuju otak serta organ tubuh lainnya. Namun, ketika jantung
mengalami gangguan dalam konduksi listriknya, maka jantung akan berdetak secara tak beraturan dan
inilah kondisi aritmia, di mana detak jantung tidak teratur. Aritmia, seperti halnya fibrilasi atrium dapat
menyebabkan pembentukan gumpalan darah di dalam bilik jantung. Gumpalan darah ini bisa sewaktu-
waktu berpindah ke otak dan menyebabkan stroke.
Tes ini, juga dikenal sebagai ‘tes echo’, menggunakan gelombang suara untuk mencari gumpalan darah
atau sumber emboli pada jantung. Selain itu, juga digunakan untuk mencari kelainan pada fungsi jantung
yang memicu terbentuk gumpalan atau pembekuan darah di dalam bilik jantung. Tes juga digunakan
untuk menyelidiki apakah gumpalan darah dari kaki dapat berpindah menuju otak.
USG Kaki
Dokter biasanya melakukan tes ini pada pasien stroke yang didiagnosis dengan foramen ovale paten. Tes
ini menggunakan gelombang suara untuk mencari gumpalan darah pada vena kaki bagian dalam, yakni
vena trombosis dalam (DVT). DVT dapat menyebabkan stroke. Awalnya, fragmen kecil dari DVT akan
terlepas dan terbawa ke jantung melalui sirkulasi vena. Setelah sampai di jantung, gumpalan darah akan
melintas dari sisi kanan ke sisi kiri jantung melalui PFO, di mana gumpalan tersebut didorong keluar
melalui aorta dan arteri karotid menuju otak, yang akhirnya menyebabkan stroke.
Tes darah
Tes medis melalui sampel darah dapat membantu dokter mengindentifikasi penyakit lain yang mungkin
meningkatkan risiko terkena stroke, seperti:
Kolesterol tinggi
Diabetes
pembekuan darah
Diagnosis gizi
Sebagai langkah awal diagnosis, biasanya akan ditanyai gejala, pola hidup, riwayat kesehatan keluarga,
serta melakukan pemeriksaan fisik untuk menunjang diagnosa penyakit jantung yang derita. Jika hasil
pemeriksaan awal memiliki keluhan seperti: nyeri daerah dada maupun sesak, maka pada pengkajian
fisik akan dilakukan serangkaian pemeriksaan pada tubuh agar dapat diketahui apakah keluhan anda
tersebut merupakan penyakit jantung koroner atau bukan.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium umumnya yang berhubungan dengan faktor risiko PJK, dan biasanya
digunakan untuk stratifikasi risiko dan probabilitas awal penyakit jantung koroner pada seorang individu.
4. Foto dada
aktivitas listrik otot jantung ini penting untuk mendeteksi gejala awal penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan EKG dilakukan pasien dalam posisi berbaring di atas tempat tidur. Pemeriksaan ini baik
untuk mendeteksi serangan jantung namun sering kurang sensitive/akurat untuk penderita PJK stabil.
Hasil EKG yang tidak normal bisa mengindikasikan Anda menderita PJK.
Pemeriksaan yang sejenis dengan USG ini digunakan untuk melihat struktur, anatomi dan gerak jantung
Anda hingga membentuk sebuah gambar jantung secara mendetail. Tes ini juga memeriksa tingkat
kinerja jantung.
1. Domain intake
o Kelebihan asupan melalui oral dengan kebiasaan makan makanan tinggi lemak,tinggi
protein, dan tinggi karbohidrat.
o Kelebihan asupan lemak dengan kebiasaan makan lemak tinggi ditandai dengan hasil
laboratorium biokimia yang tidak normal seperti kolesterol,HDL-C,LDL, TG
2. Domain klinis
3. Domain Perilaku
o Pemilihan bahan makanan yang salah berkaitan dengan pasien belum pernah konsultasi gizi
sebelumnya ditandai dengan pesien mengkonsumsi jenis-jenis makanan tinggi lemak, tinggi
natrium, tinggi kolesterol