Disusun oleh
SUTRISNO NPM
1206195735
A. INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dinding
abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
a. Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun
pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-
bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan
lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena
(obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
b. Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
c. Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali,
kista ovarii, hidronefrosis).Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
d. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor
apa.
e. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding
abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
f. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran
pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
g. Perhatikan juga gerakan pasien:
Pasien sering merubah posisi → adanya obstruksi usus.
Pasien sering menghindari gerakan → adanya iritasi peritoneum generalisata.
Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi →
adanya peritonitis.
Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri →
adanya pankreatitis parah.
B. AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluh
darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
a. Mendengarkan suara peristaltik usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan keseluruh
bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara
dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).
Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltik
lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan
sampai hilang.
Suara usus terdengar tidak ada
Hipoaktif/sangat lambat ( misalnya sekali dalam 1 menit )
f. Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites. Caranya
dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepat
tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ
atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat
memantul.Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan
penekanan pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan
lainnya.
g. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan,
dan warna kulit di atasnya. Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual
pada kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan
antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam,
sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di
bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus.
Sebaiknya digambar.
D. PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara
keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat
atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus,
serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal
adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ
yang padat).
a. Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus,
pekak hati akan menghilang.
b. Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara perkusi
timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness dominant.
Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan akan
terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah. Cara pemeriksaan asites:
B. PALPASI
Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari telunjuk yang
terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada anus. Pasien diminta bernapas
melalui mulut dengan tenaga dan rileks. Dengan perlahan-lahan meningkatkan tekanan
pada jari telunjuk kea rah bawah sampai sfingter terasa agak lemas. pada saat ini
dimasukkan perlahan-lahan kedalam rectum.
Palpasi dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar prostat pada
pria dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan massa kenyal berlobus dua
dengan lekukan sentral. Prostat menjadi semakin keras sesuai umur ang bertambahdan
akan menjadi sangat keras bila terdapat karsinoma prostat. Massa di atas prostat atau
serviks dapat menunjukkan adanya metastatic.
Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding lateral kanan,
dinding posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat dipalpasi secara berurutan.
Kemudian jari dimasukkan sedalam mungkin ke dalam rectum dan perlahan ditarik keluar
menyusuri dinding rectum. Lesi yag lunak, seperti karsinoma rekti yang kecil atau polip,
lebih mungkin teraba dengan cara ini
Setelah jari ditarik keluar, sarung tangan diinspeksi apakah terdapat darah segar
atau melena, mucus atau pus, dan warna dari feses diamati. Hemoroid tidak teraba kecuali
mengalami thrombosis. Timbulnya nyeri yang nyata selama pemeriksaan menunjukkan
kemungkinan fisura anal, abses isiorektal, hemoroid eksternal yang baru mengalami
thrombosis, prokitis, atau ekskoriasi anal.
Penyebab-penyebab dan massa yang teraba di rectum:
1. Karsinoma rekti
2. Polip rekti
3. Karsinoma kolon sigmoid (prolaps ke dalam kavum Douglas)
4. Deposit metastatic pada pelvis
5. Keganasan uterus atau ovarium
6. Keganasan prostat atau serviks uteri (ekstensi langsung)
7. Endometriosis
Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan permukaan
yang rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas atas dan bawah hati.
Apabila hati tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka perkusi
toraks yang dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat mengakibatkan nyeri
tekan tersebut. Respon pasien kemudian dibandigkan dengan melakukan pemeriksaan
yang serupa pada toraks kiri bawah.
Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat ukuran
dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah pada organ tersebut
terdapat nyeri tekan dan apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila hati
membesar, maka derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta kanan harus dicatat
untuk menunjukan ukuran hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati tajam dan
rata ataukah tumpul dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler ataukah rata.
Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati pasien hepatis
teraba cukup lunak dan tepian mudah digerakkan dengan tangan.
Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi disertai
peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa pembesaran
tersebut tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan,
sedangkan hati pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut.
Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Daftar Pustaka
Bickley, L.S & Szilagyi, P.G (2009). Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates,
Edisi 8. (terjemah) alih bahasa dr. Andri Hartono, editor dr. linda D, dr. Andita N,
dan dr. Sherli K. Jakarta:EGC
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes. Philadelphia: Elsevier Sounders.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (1999). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 4th Ed. (Terj. Renata Komalasari). Jakarta: EGC.
Linton, A.D. (2012). Introduction to Medical Surgical Nursing. 5th Ed Philadelphia:
Elsevier Sounders.
Mone, PL.,Burke,K.(2008). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking In Client Care.
4th Ed. New Jersey: Pearson Education Inc.
Sherwood, L. (1996). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (Terj. Brahm. U. Pendit).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C. (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. (Terj.
Agung Waluyo). Jakarta: EGC.
Willms, J. (2003). Physical Diagnosis: Bedside Evaluation of Diagnosis and Function.
(Terj. Harjanto). Jakarta: EGC.