Anda di halaman 1dari 44

Pembimbing :

dr. Hans Hotma Haposan Marpaung, Sp.B-KBD


Anamnesis yang baik harus mengacu pada
pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
Berpedoman pada :

Empat pokok pikiran (the fundamental four)


 Tujuh butir mutiara anamnesis (the sacred
seven).
The fundamental four

 1.Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


 2.Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
 3.Riwayat Penyakit Keluarga
 4.Riwayat Sosial dan Ekonomi

sacred seven

 O – Onset
 L – Location
 D – Duration
 C – Character
 A – Associations / Aggravating ( hal yang
meringankan / memberatkan )
 R – Radiation ( penjalaran )
 T - Time
ANAMNESA

1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
3. Keluhan Tambahan
4. Riwat Penyakit Sekarang
5. Riwayat penyakit Terdahulu
6. Riwaya Penyakit Keluarga
7. Riwayat sosial dan ekonomi
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi
INSPEKSI ABDOMEN ADALAH MELIHAT PERUT BAIK PERUT
BAGIAN DEPAN MAUPUN BAGIAN BELAKANG (PINGGANG).
INSPEKSI DILAKUKAN DENGAN PENERANGAN YANG
CUKUP. INFORMASI YANG PERLU DIDAPATKANADALAH :

1. Simetris
2. Bentuk a t a u kontur
3. Ukur a n
4. Kondisi dinding perut : kelainan kulit, vena,
umbilikus, stria alba
5. Pergerakan dinding perut
 Kembung
 Schapoid
 Umbilikus
menonjol ( hernia umbilikalis )
 Venektasia ( pelebaran p.drh vena ddg
perut
 Gerakan nafas
•Pusar/umbilikus : Normal tertarik
kedalam
•Menonjol : ascites, tumor,
distensi
•Jar parut/ sikatriks/scar
•Lipat paha : bengkak yang hilang
timbul
 Hernia Femoralis
kel.limfe inguinal
 Dalam situasi normal dinding perut terlihat simetris
dalam posisi terlentang.

 Adanya tumor a t a u abses a t a u pelebaran setempat


lumen usus membuat bentuk perut tidak simetris.

Bila terlihat adanya gerakan peristaltik usus dapat


dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi
sebagai akibat obstruksi lumen usus baik oleh tumor,
perlengketan, strangulasi maupun hiperperistaltik
sementara.
  Bentuk d a n u k u r a n p e r u t t e r g a n t u ng dari habitus,
jaringan lemak s u b k u t a n a t a u intraabdomen d a n
a k ib a t kondisi otot dinding perut.
  Perut seorang a tle t te rlihat rata, kencang, simetris,
te rlih at k o n tu r otot r e k t u s abdominalis dengan s a n g a t
jelas.
  Pada k e a d a a n starvasi b e n t u k dinding p e r u t cekung
d a n tipis, disebut b e n t u k skopoid. D a la m situasi ini
bisa te rlih at g e r a k a n peristaltik usus.
  Abdomen yang membuncit d a la m k e a d a a n normal
d a p a t terjadi p a d a pasien yang gemuk, p e r u t
membuncit juga d i t e m u k a n p a d a k e a d a a n patologis.
 Perlu diperhatikan sikatriks akibat ulserasi pada kulit,
operasi, luka tusuk.
 P a d a tempat insisi operasi sering terdapat hernia
insisialis. Kadang-kadang hernia insisialis begitu besar
dan menonjol sampai terlihat peristaltik usus.

 Garis-garis putih sering disebut striae alba yang dapat


terjadi setelah kehamilan, pasien yang mulanya gemuk,
bekas asites, dan sindrom Cushing.

 Pulsasi arteri dinding perut terlihat pada aneurisma aorta


a t a u kadang pada pasien yang kurus,
 Pulsasi pada epigastrium pada pasien insufisiensi katup
trikuspidalis.
 Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal. Pelebaran
di sekitar umbilikus disebut kaput medusae yang terdapat
pada sindrom Banti.

 Pelebaran vena akibat obstruksi vena kava inferior


terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah inguinal ke
umbilikus, sedang akibat obstruksi vena kava superior
aliran vena ke distal.

 P a d a keadaan normal, aliran vena dinding perut di a ta s


umbilikus ke kranial sedang di bawah umbilikus alirannya
ke distal.
1. Beritahu pasien bahwa dokter a k a n meraba
dan menekan dinding perut
2. Minta pasien memberitahukan apabila terdapat r asa
nyeri akibat penekanan tersebut. Bila mungkin
tanyalah seperti apa nyerinya
3. Perhatikan mimik pasien selama palpasi dilakukan
1. Hindarkan pasien melihat perutnya sendiri
pada waktu dilakukan palpasi, bila perlu kaki
ditekuk sedikit sejak awal palpasi,
2. Palpasi dilakukan secara sistematis dan
sedapat mungkin seluruh dinding perut
terpalpasi. Sering terjadi daerah tengah
dilupakan pada palpasi sehingga aneurisma
a t a u tumor di daerah tersebut tidak terdeteksi,
3. Ingatlah a k a n lokasi nyeri yang dikeluhkan
oleh pasien, sehingga kita a k a n lebih hati-hati
dalam melakukan palpasi,
1. Palpasi dilakukan dalam 2 t ahap yaitu palpasi
permukaan (superfisial) dan palpasi dalam
(deep palpation),
2. Palpasi dapat dilakukan dengan sat u tangan
dapat pula dua tangan (bimanual) t er ut ama
pada pasien gemuk,
3. Biasakanlah palpasi yang seksama meskipun
tidak ada keluhan yang bersangkutan dengan
penyakit t r a kt us gastrointestinal,
4. Pasien dalam posisi supine / telentang dangan
bantal secukupnya, kecuali bila pasien sesak
napas. Pemeriksa berdiri pada sebelah k a n a n
pasien, kecuali pada dokter yang kidal (left
handed),
 Palpasi tangan menonjol pada dinding perut.
Umumnya penekanan dilakukan oleh r uas
terakhir dan r u a s tengah jari-jari, bukan dengan
ujung jari.
 Begin with light
palpation. At this point
you are mostly looking for
areas of tenderness. The
most sensitive indicator of
tenderness is the patient's
facial expression.
 Sangat berguna u n t u k menemukan nyeri tekan,
t a h a n a n otot, s uat u massa da n organ superficial

 Tindakan ini juga berguna u n t uk


merelaksasikan pasien

Bila ada t a h a n a n coba dibedakan apakah


t a h a n a n itu disengaja a t a u spasme otot yang
involunter
 Pasien dalam keadaan relaksasi
 Lakukan palpasi u mu m pada waktu otot
relaksasi, yakni s a a t ekspirasi
 Pasien diminta u n t u k bernapas lewat mulut, bila
t a h a n a n perut disengaja oleh pasien ma k a
biasanya t a h a n a n a k a n berkurang.
 Palpasi dalam dipakai u n tu k identifikasi kelainan / r asa
nyeri yang tidak didapatkan pada palpasi superfisial dan
u n t u k lebih menegaskan kelainan yang didapat pada
palpasi superfisial

 Yang terpenting adalah u n t u k palpasi organ secara spesifik


misalnya palpasi hati, limpa, ginjal. Palpasi dalam juga
penting pada pasien yang gemuk a t a u pasien dengan otot
dinding yang tebal.
Proceed to deep
palpation after
surveying the
abdomen
lightly.
Try to identify
abdominal masses or
areas of deep
tenderness.
 Bertujuan menemukan massa dalam abdomen
Bila ditemukan s uat u massa perhatikan
lokasinya, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri
a t a u tidak, mobilitas dan pulsasinya
 Massa di abdomen dapat dikategorikan sebagai
inflamasi (divertikulitis kolon), fisiologis (uterus
hamil), vaskuler ( aneurisma aorta abdominalis),
neoplasma (kanker kolon), obstruktif ( retensi
urin a t a u usus yang berdilatasi), kelenjar getah
bening pa r a aorta.
Bila palpasi dalam sukar dilakukan ma k a
lakukan palpasi dengan kedua tangan, tangan
k a n a n di permukaan perut, tangan kiri di
pinggang k a n a n pasien

 Tangan kiri menekan pinggang ke atas, tangan


k a n a n mencari dan merasakan massa hepar

 Palpasi dengan s a t u tangan disebut cara manual,


palpasi dengan dua tangan disebut cara
bimanual.
 Perkusi abdomen dilakukan dengan cara t ak
langsung, s a ma seperti pada perkusi di rongga
toraks tetapi dengan penekanan yang lebih
ringan dan ketokan yang lebih perlahan.
Bunyi De skr i psi Lokasi

Timpani Bunyi bernada lebih tinggi Di a t a s viscera yang


daripada resonan terisi oleh uda ra

Hiperresonan Nada a n t a r a timpani Pa da basal paru-paru


dengan resonan kiri

Resonan Nada moderat yang sa ma Di a t a s jaringan pa ru


da n kadang-kadang
di abdomen di a t a s
organ padat
Dullness Nada yang tinggi da n
singkat da n sedikit resonan
1 . Unt uk konfirmasi pembesaran hati dan limpa,
2 . Unt uk menentukan ada tidaknya nyeri ketok,
3 . Unt uk diagnosis adanya cairan a t a u massa
padat.
 Membantu dalam menentukan a p a k a h rongga abdomen
berisi lebih banyak cairan a t a u udara.

 Keadaan normal s u a r a perkusi abdomen adalah timpani,


kecuali di daerah hati s u a r a perkusinya adalah pekak.

 Hilangnya s ama sekali daerah pekak hati dan


bertambahnya bunyi timpani di seluruh abdomen h a r u s
dipikirkan kemungkinan adanya u d a r a bebas di dalam
rongga perut, misalnya pada perforasi usus.
 Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga
abdomen, perkusi di a ta s dinding perut mungkin timpani
dan di sampingnya pekak.

 Dengan memiringkan pasien ke s a tu sisi, s u a r a pekak ini


a k a n berpindah-pindah (shifting dullness).

 S u a tu keadaan yang disebut fenomena papan catur


(chessboard phenomenon) di ma n a pada perkusi dinding
perut ditemukan bunyi timpani dan redup yang berpindah-
pindah, sering ditemukan pada pasien peritonitis
tuberkulosa.
S u a r a peristaltik
 Dalam keadaan normal, s u ar a peristaltik usus kadang-
kadang dapat didengar walaupun tanp a menggunakan
stetoskop, biasanya setelah ma k a n a ta u dalam keadaan
lapar.
 J ik a terdapat obstruksi usus, s u a r a peristaltik usus ini
a k a n meningkat, lebih lagi pada s a a t timbul r a s a sakit
yang bersifat kolik. Peningkatan s u a r a usus ini disebut
borborigmi.
Radiologi
 CT scan
 USG

Laboratorium
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai