PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan kanker yang sering di diagnosis pada wanita. Kanker ini
bersifat mengancam nyawa dan merupakan salah satu penyebab kematian kerana kanker
dikalangan wanita. Menurut American Cancer Society’s, pada tahun 2011 diperkirakan di
Amerika Serikat ditemukan 230,480 kasus baru karsinoma payudara yang invasif pada wanita
dan kira-kira 57,650 kasus baru dari jenis karsinoma in situ(CIS). Kematian diperkirakan
terjadi pada 39,520 kasus akibat dari kanker ini. Peluang untuk wanita mendapat kanker
payudara invasif lebih kurang 1 daripada 8 dan peluang kematian akibat kanker ini 1 dari 35.
Kadar kematian akibat payudara makin berkurang. Ini mungkin akibat dari penemuan awal
dan penanganan yang lebih berkesan. Sekarang, didapatkan 2½ juta penghidap kanker
payudara yang terselamat. Di indonesia, insiden kanker payudara belum mempunyai data,
namun suatu data pathological base registration mencatat bahwa kanker payudara ini
menduduki tempat kedua (15.8%) setelah kanker mulut rahim ditempat pertama. 1
Kanker Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan
limfe dan pembuluh darah (Anoname I, 2012).Jumlah penderita kanker diseluruh dunia terus
mengalami peningkatan, baik pada daerah Insiden tinggi di negara-negara Barat, maupun
pada insiden rendah seperti dibanyak daerah di Asia(Jong, 2010).
Di Indonesia, kanker payudara mendududuki tempat kedua (15,8%) dari sepuluh
kanker tebanyak setelah kanker mulut rahim ditempat pertama. Kanker payudara umumnya
menyerang wanita yang telah berusia lebih dari 40 tahun. Diperkirakan semakin meningkat di
masa yang akan datang.Hal ini mungkin disebabkan antaralain oleh gaya hidup yang jauh
berbeda, pola makan, polusi lingkungan,penggunaan insektisida,zat zat pengawet, penyedap
rasa,pewarna,serta strees yang berkepanjangan.(Jong, 2010)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Payudara terdiri dari berbagai struktur :
Parenkim epitelial
Lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
Otot dan fascia
Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing mempunyai
saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan bermuara pada puting susu. Tiap lobus
berisi 20-40 lobulus dan masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli. Lobulus-lobulus
ini merupakan struktur dasar dari glandula mammae. Payudara dibungkus oleh fascia
pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh
ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga.(1,2)
1. Vaskularisasi (1,2)
a. Arteri
3
2. Sistem Limfatik (1,2)
4
pertengahan pertengahan lipatan ketiak depan dan belakang. Merupakan kelenjar
aksila yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
3. Persarafan (1,2,3)
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.interkostalis.
Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi
yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pascabedah,
yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus braktus medialis yang mengurus
sensilbilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas.
Nervus pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n.torakodorsalis
yang mengurus m.latissimus dorsi, dan n.torakalis longus yang mengurus m.serratus
anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.
5
2.2. Definisi Ca Mammae
Merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus
maupun lobulusnya(Kemenkes).
6
Seseorang dicurigai mempunyai faktor predisposes genetic herediter sebagai
penyebab kanker payudara yang dideritanya jika (1) menderita kanker payudara
sewaktu berusia kurang dxari 40 tahun, dengan atau tanpa riwayat keluarga; (2)
menderita kanker payudara sebelum berusia 50 tahun, dan satu atau lebih kerabat
tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker ovarium; (3) menderita
kanker payduar bilateral;(4) menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua
atau lebih kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara ; serta (5) laki-laki
yang menderita kanker payudara.
Risiko seseorang yang satu anggota keluarga tingkat pertamanya (ibu, anak, kakak
atau adik kandung dan anak) menderita kanker payudara, meningkat dua kali lipat,
dan meningkat lima kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat pertamanya
menderita kanker payudara.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru ini, mutasi germline pada
gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan 13 ditetapkan sebagai predisposisi
kanker payudara dan kanker ovarium herediter. Gen BRCA1 terutama menimbulkan
kanker payudra ER(-). BRCA2 juga banyak ditemukan pada kanker payudaara laki-
laki.
Gen ATM merupakan gen yang mengatur perbaikan DNA. Penderita kanker familial
cenderung mengalami mutasi gen ini.
Mutasi pada gen CHEK2 meningkatkan risiko kanker payudara hingga dua kali lipat.
Pada wanita yang mengalami mutasi gen CHEK2 dan beberapa familinya menderita
keganasan payudara, risiko wanita tersebut terkena kanker payudara jauh lebih
meningkat lagi, dan pada laki-laki bias 10 kali lipat bilamana ada delesi pada CHEK2
dari gen regulator siklus sel ini.
Mutasi pada gen supresor tumor p53 meningkatkan risiko terkena kanker payudara
dan juga kanker lainnya seperti leukemia, tumor otak, dan sarcoma.
c. Reproduksi dan Hormonal
Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar menimbulkan kelainan ini. Usia
menarche yang lebih dini, yakni di bawah 12 tahun, meningkatkan risiok anker
payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause yang lebih lamat, yakni di atas
55 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 2 kali.
Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya diatas 35 tahun
mempunyai risiko tertinggi mengidap kanker payudara. Selain itu, penggunaan
kontrasepsi hormonal eksogen juga turut meningkatkan risiko kanker payudranya;
7
penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risikonya sebesar 1,24 kali; penggunaan
terapi sulih hormone pascamenopause meningtkan risiko sebesr 1,35 kali bila
digunakan lebih dari 10 tahun; dn penggunaan estrogen penguat kandungan selama
kehamilan meningkatkan risiko sebesar 2 kali lipat. Sebaliknya menyusui bayi
menurunkan risiko terkena kanker payudara terutama jika masa menyusui dilakukan
selama 27-52 minggu.Penurunan risiko ini dipperkiran karena masa menyusui
mengurangi masa menstruasi seseorang(Jong, 2010).
d. Gaya Hidup
- Berat badan
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risko kanker payudara,
sebaliknya obesitas pramenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini
disebabkan oleh efek setiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormone seks
terikat-globulin dan menurunkan pajanan terhadap estrogen, obesitas
pramenopause meningkatkan kejadian anovulasi sehingga menurunkan pajanan
payudara terhadap progesterone. Pada masa pascamenopause secara bertahap
menghilang, dan peningkatan bioavailabilitas estrogen terjai pada masa ini akan
meningkatkan risiko kanker payudara.
- Aktivitas fisik
Olahrga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga
rutin pad masa pascamenopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk
mengurangi risko terkena kanker payudara, American Cancer Cociety
merekomendasian olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.
- Merokok
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
- Alcohol
Lebih dari 50 penelitian membuktikn bahwa konsumsi alcohol secara berlebihan
meningkatkan risiko kanker payudara. Alcohol meningkatkan kadar estrogen
endogen sehingga memengarui responsivitas tumor terhadap hormone(Jong,
2010).
e. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah menjalan penyinaran pada
daerah dada, biasanya keganasan limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin; mereka
berisiko menderita keganasan payudara secara signifikan. Risiko keganasan payudara
8
terutama meningkat jika terapi penyinaran dilakukan pada usia dewaasa muda pada
masa payudara sedang berkembang.
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga berisiko mengidnuksi
timbulnya kanker payudara.Salah satu zat kimia tersebut yaiktu pestisida atau DDT
yang sering kali mencemari bahan makann sehari-hari. Jenis pekerjaan lain yang
berisiko mendapat pajanan karsinogenik terhadap timbulnya kanker payudara antara
lain, penata kecantikan yang tiap hariya menghirup pewarna kuku, piñata radiologi,
dan tukang cat yang sering menghirup cadmium dari larutan catnya(Jong, 2010).
9
Klasifikasi keganasan primer payudara
Kanker Epithelial nonivasif
Ductal carcinoma in situ (DCIS) atau karsinoma intraduktal jenis papiler,
kribiformis, solid dan komedo
10
Penyakit PAGET
Penyakit paget pada putting tampak sebagai erupsi eksematosa kronik yang berkembang
menjadi ulkus basah. Penyakit paget berkaitan erat dengan DCIS ekstensif yang menjadi
keganasan yang invasive. Biosi jaringan putting akan menunjukkan populasi sel DICS
yang seragam dn adanya sel Paget yaitu sel besar, pucat dan bervakuol pada lapisan
Malphigi kulitnya. Terapi bedah penyakit Paget berupa lumpektomi dengan mengikutkan
kompleks puting aerola, mastektomi radikal dimodifikasi, bergantung pada luasnya
penyebaran kanker invasive tersebut.
Karsinoma medular
Karsinoma medular kerap merupakan keganasn payudara yang diaitkan dengan BRCA1
(1,9% pada kasus kanker payudara BRCA). Pada pemeriksaan fisik, karsinoma jenis ini
biasanya berukuran besar dan terletak jauh di dalam payudara.Kanker ini teraba lunak
dan bersifat hemoragik. Pembesaran cepat ukuran tumor mungkin berasal dari nekrosis
dan perdarahan dalam massa tumor. Sekitar 50% karsinoma medular berkaitan dengan
DICS pada tepi tumornya.Hanya 10% sel karsinoma medular payudara yang memiliki
reseptor hormone.Penderita payudara memiliki angka harapan hidup 5 tahun yang lebih
baik disbanding penderita karsinoma dukta invasif atau karsinoma lobular invasif.
Karsinoma musinosus
Karsinoma musinosus atau disebut dengan karsinoma koloid, merupakan jenis kanker
payudra yang biasanya timbul pada orang lanjut usia berupa massa yang cukup besar.
Tumor ini berupa kumpulan musin ekstraselular yang didalamnya terdapat sel-sel kanker
grade rendah. Kadang terjadi fibrosis dalam massa tumor sehingga tumor teraba sebgai
massa yang agak kenyal. Sekitar 66% tumor ini memiliki reseptor hormone. Metastasis
nodus limf terjadi pada 33% kasus, dan rata-rata harapan hidup 5 dan 10 tahunnya adalah
73% dan 59%.
Karsinoma papiler
Karsinoma papilar merupakan jenis kanker payudara yang biasanya muncul pada wanita
besusia 70 tahun dan banyak ditemui pada wanita non-kaukasia.Karsinoma papilar
biasanya kecil dan diameternya tidak lebih dari 3 cm. metastasis ke kelenjar aksila jarang
terjadi.Angka harapan hidup 5 tahun dan 10 tahun penderita karsinoma papilar payudara
setara dengan karsinoma tubular dan musinosus.
Karsinoma tubular
Karsinoma tubular ditemukan pada 20% wanita yang menjalani mamografi skrining pada
periode perimenopause dan awal pascamenopause.Pada 10% penderita karsinoma
11
tubular, ditemukan metastasis ke aksila yang biasanya berbatas dengan kelenjar linf
paling bawah (level I), namun adanya metastasis pada level II dan III tidak memperburuk
angka harapan hidup.Metastasis jauh jarang terjadi pada karsinoma tubular.
Angiosarkoma
Keganasan payudara ini berasal daari pembuluh darah dan limf.Kadang angiosarkoma
timbul 5-10 tahun setelah raadioterapi pasca mastektomi keganasan payudara
sebelumnya.Tidk seperti hemangioma, angiosarkoma cenderung mengalami nekrosis
sentral.Gambaran klinis angiosarkoma berupa ruam merah hingga ungu pada kulit yang
diradiasi.Pada deraajat tinggi, angiosarkoma dapat menonjol keluar ke permukaan kulit.
Metastasis ke kelenjar limf regional jarang terjadi sehinggaa diseksi aksila jarang
diperlukan, namun metastasis hematogen dapat terjadi dan paling sering menyebar ke
paru. Jika tidak ada metastasis, reseksi bedah harus mencapai margin bebas sel
tumor.Kemoterapi tidak banyak member manfaat.Rata-rata harapan hidup penderita
angiosarkoma dengan metastasis sekitar dua tahun(Jong, 2010).
2.6. Stadium kanker payudara
- Stage 0 : pada tahap ini sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa
invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
- Stage I : terdapat tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan batas yang jelas
(kelenar getah bening normal)
- Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah being ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak/ aksila, atau tumor yang lebih besar dari
12
2cm, tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak.
- Stage IIB : tumor dengan ukuran 2-5 cm dan telah menyebar ke kelanjar geatah
bening yang berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih bedar dari 5 cm tapi
belum menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak.
- Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah
bening ketiak yang melekat bersana atau dengan struktur dada, atau tumor dengan
ukuran berapapun yang telah menyebar ke kelenjar getah being ketiak, terjadi
perlekatan dengan struktru lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di
dekat tulang dada.
- Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinidng dada
dan/atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
yang terjadi perlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker meungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara inflamatori
(berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap IIIB.
- Stage IIIC: ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin telah menyebar ke
dinding dada daan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat
tulang dada.
- Stage IV : kanker telah meyebar atau metastasis ke bagian lain tubuh(Dr.dr.Imam
Rasjidi, 2010).
13
Benjolan yang berukuran kurang dai 1 cm biasanya tidak tampak maupun teraba.
Benjolan superfisial biasanya dapat terpalpasi, sementara benjolan yang terletak
lebih dalam lebih sulit dirasakan.
Limfangitis kasinoma dapat tampak sebagai inflamasi infeksius (nyeri, bengkak,
merah, demam, dan malaise).Kelainan ini disebabkan oleh obstruksi pembuluh limfe
kulit dan jaringan subkutan oleh sel-sel tumor sehingga menimbulkan retraksi
kulityang disebut “peau d`orange” (kulit jeruk).
Nyeri usik pada satu atau kedua payudara, yang lumaya sering terjadi, biasanya
berkaitan dengan siklus menstruasi.Jika terdapat nyeri usik, kemungkinan keganasan
lebih kecil.
Keluarnya cairan dari puting unilateral secara spontan biasanya hanya bersifat
sementara.Jika menetap, keluarnya cairan ini mungkin disebabkan oleh ektasia atau
papiloma duktus payudara dan karsinoma.
Pemeriksaan Fisik:
A. Inspeksi
Wanita yang diperiksa harus duduk menghadap pemeriksa.Pemeriksa harus
meminta wanita tersebut untuk membuka pakaiannya sampai batas
pinggang(Swartz, 1995).
14
Inspeksi Payudara
Inspeksi mula-mula dilakukan dengan lengan pasien di samping
tubuhnya.Inspeksilah payudara dalam hal ukuran, bentuk, simetri, kontur, warna,
dan edema. Putting susu diperiksa dalam hal ukuran, bentuk, inverse, eversi, atau
pengeluaran cairan. Putting susu harus simetris. Apakah ada penonjolan
abnormal?
Kulit payudara diperiksa untuk melihat adanya edema.edema kulit payudara yang
terletak di atas suatu keganasan mungkin memperlihatkan peau d’orange, atau
gambaran kulit jeruk.Ini biasanya berkaitan dengan obstruksi limfatik yang
menyebabkan edema jaringan.Lubang kelenjar keringat jelas terlihat sebagai
sumur kecil dalam yang dikelilingi oleh kulit yang edema.
Apakah ada eritema?Eritema berkaitan dengan infeksi dan juga karsinoma
inflamatoris payudara.
Apakah terdapat lesung (dimpling)?Pemeriksa harus menginspeksi payudara
untuk melihat adanya Ifenomena retraksiI.Lesung adalah tanda fenomena retraksi
yang disebabkan oleh neoplasma dan respon fibrotiknya.Retraksi kulit lazim
berkaitan dengan keganasan yang menyebabkan traksi abnormal pada ligamentum
Cooper. Pemendekan dukstus mamma yang lebih besar yang disebabkan oleh
kanker menimbulkan putting susu yang mendatar atau mengalami inverse.
Perubahan posisi putting susu penting karena banyak wanita mengalami puting
susu terinversi secara kongenital pada salah satu atau kedua sisi(Swartz, 1995).
15
Inspeksi payudara dalam berbagai sikap tubuh
Inspkesi selanjutnya dilakukan pada psien yang berada dalam beberapa sikap
tubuh yang mungkin memperjelas tanda-tanda retraksi yang tadinya kurang jelas
terlihat.Mintalah pasien untuk meletakkan tangannya pada panggulnya.Tindakan
ini menegangkan muskulus pektoralis, yang yang dapat memperjelas adanya
lesung yang disebabkan oleh fisasi payudara pada otot di bawahnya. Jika ada
keganasan, perlekatan abnormal tumor pada fasia dan muskulus pektoralis akan
menarik kulit dan menimbulkan lesung pada kulit. Adanya penonjolan dapat pula
menunjukkan adanya massa di bawahnya.
Tindakan lainnya yang berguna bagi wanita dengan payudara pendulum, meliputi
meminta wanita tersebut untuk membungkuk pada pinggangnya dan membiarkan
payudaranya tergantung bebas dari dinding dada. Karsinoma yang menimbulkan
fibrosis pada satu payudara akan menyebabkan perubahan kontur payudara
itu(Swartz, 1995).
Pemeriksaan Aksila
Pemeriksaan aksila dilakukan dengan pasien dalam posisi duduk dan menghadap
pemeriksa.
Palpasi nodus aksilaris
Pemeriksaan aksila sebaiknya dilakukan dengan merelaksasikan muskulus
pektoralis.Untuk memeriksa aksila kanan, lengan kanan bawah pasien disokong
16
oleh tangan kanan pemeriksa. Ujung kari tangan kiri pemeriksa mulai memeriksa
dari bagian bawah aksila dan ketika lengan kanan psien ditarik kea rah medial,
pemeriksa menggerakkan tangan kirinya makin tinggi ke dalam aksila.
Teknik mengunakan jari membentuk lingkaran kecil di atas iga dipakai untuk
menemukan adanya adenopati.Nodus kecil, dapat bergerak dengan bebabs,
berukuran 3-5 mm adalah lazim ditemukan dan biasanya menunjukkan
limfadenitis sekunder terhadap trauma ringan pada tangan dan lengan.Setelah
memeriksa satu aksila, lainnya diperiksa dengan tangan yang berlawanan(Swartz,
1995).
B. Palpasi
Pasien diminta untuk berbaring dan diberitahukan bahwa pemeriksaan selanjutnya
adalah palpasi payudara.Pemriksa berdiri di sisi kanan tempat tidur pasien.
Meskipun pemeriksa biasanya dapat mempalpasi tiap-tiap payudara dari sisi
kanan psien., pada wanita dengan payudara besar sering kali lebih baik payudara
kirinya diperiksa dari sisi kiri pasien.
Payudara lebih baik dipalpasi dengan mebiarkan tersebar secara merata pada
dinding dada.Wanita berpayudara kecil dapat berbaring dengan kedua lengan
pada sisi tubuhnya; waita berpayudara besar harus diminta untuk meletakkan
kedua tangannya di belakang kepala. Bantal diletakkan di bawah bahu pada sisi
yang akan diperiksa akan mempermudah pemeriksaan.
17
Palasi payudara
Pada palapasi payudara, pemeriksa harus memakai bagian datar telapak tangan
dan ujung jari. Palpasi harus dilakukan secara metodik dengan cara “jari-jari
roda” atau “lingkaran konsentris”. Metode “jari-jari roda” mulai dari puting susu.
Pemeriksa harus memulai palpasi dengan bergerak ke arah luar mulai dari putting
susu ke posisi jam 12. Pemeriksa kemudian harus kembali ke putting susu dan
bergerak sepanjang posisi jam 1, dan melanjutkan palpasi di sekitar payudara.
Cara “lingkar kosentris” juga mulai dari putting susu, tetapi pemeriksa bergerak
dari putting susu dengan gerak sirkuler kontinu di sekitar payudara. Setiap lesi
yang ditemukan dengan salah satu teknik ini diuraikan jaraknya dari putting susu
menurut posisi jam : misalnya 3 cm dari putting susu sepanjang garis jam 1.
Pemriksa harus bersikap hati-hati sewaktu memeriksa lipatan infra
mamma.Lipatan ini lazim ditemukan pada wanita tua dan merupakan daerah
dimana jaringan payudara berikatan errat dengan dinding dada.Seringkali daerah
ini di salah tafsirkan sebagai kelainan payudara(Swartz, 1995).
18
Uraian penemuan fisik
Jika mempalpasi masssa, ciri-ciri berikut iniharus diuraikan:
- Ukuran massa harus diuraikan dalam centimeter, dan posisinya dicatat.
- Bentukmassa dilukiskan.
- Delimitasi menujukkan tepi massa. Apakah ia mempunyai tepi yang jelas,
seperti pada kista? Apakah tepinya difus, seperti pada karsinoma?
- Konsistensi melukiskan “kerasnya” massa. Karsinoma sering kali sekeras
batu. Kista mungkin mempunyai sedikit sifat elastis.
- Mobilitas lesi sangat penting. Apakah lesi itu dapat digerakkan di dalam
jaringan yang mengelilinginya? Tumor jinak dan kista dapat digerakkan
dengan bebas. Karsinoma melekat pada kulit, otot dibawahnya, atau dinding
dada(Swartz, 1995).
Pemeriksaan pembantu
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, mamografi dan ultrasonografi dapat
membantu mendeteksi deteksi kanker payudara.Pemeriksaan radiodiagnostik untuk
stagingyaitu dengan Rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone
scanning.Sedangkan pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat opsional (atas
indikasi) yaitu magnetic resonance imaging (MRI), CT scan, PET scan, dan bone
survey.
Mamografi
Mamografi merupakan metode pilihan deteksi kanker payudara pada kasus
kecurigaan keganasan maupun kasus kanker payudara yang tidak terpalpasi (lesi
samar). Indikasi mamografi antara lain kecurigaan klinis adanya kanker payudara,
sebagai tindak lanjut pascamastektomi (deteksi tumor primer kedua dan rekurensi di
payudara kontralateral), dan pasca breast conseving therapy (BCT) untuk
mendeteksi kambuhnya tumor primer kedua (walaupun lebih sering dengan MRI),
adanya adenokarsinoma metastatik dari tumor primer yang tidak diketahui asalnya,
dan sebagai program skrining.
Pemeriksaan histologik
19
Pemeriksaan histologik terhadap biopsy masa adalah metode diagnostic
definitive.Biopsy eksisi, insisi, atau jarum dapat pula dilakukan.Diagnosis
segera terhadap suatu spesiemn biopsy dengan pemeriksaan irisan beku
memiliki derajat keakuratan tinggi di tang orang yang berpengalaman.
Suatu diagnosis patologik lengkap mengenai karsinoma payudara harus
member informasi berikut :
- Tipe histologik karsinoma
- Ukuran tumor
- Stadium penyakit.
20
Ultrasonografi
Berguna untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista dengan tumor
solid.Sedangkan, diagnosis kelainan payudaranya dapat dipastikan dengan
melakukan pemeriksaan sitologi aspirasi jaru halus (FNAB), core biopsy, biopsi
terbuka, atau sentinel node biopsy.
Imunohistokimia
Dilakukan untuk mambantu terapi target, antara lain pemeriksaan status ER (
estrogen receptor), PR (progesterone receptor), c-erbB-2 (HER-2 neu), cathespin-
D, P53bergantung situasi ), Ki67, dan Bcl2.
FNAB
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor terpalpasi dengan
mudah, FNAB dapat dilakukan sambil mempalpasi tumor. Namun, jika benjolan
tidak terpalpasi dengan jelas ultasonografi dapat digunakan untuk memandu arah
jarum.
Core biopsy
Core biopsy dapat digunakan umtuk membiopsi kelainan yang tidak dapat di
palpasi, seperti terlihat pada mamografi.Core biopsy dapat membedakan tumor
yang non invasif dengan invasif serta grade tumor, tetapi sekitar 10% core biopsy
memberi hasil yang inoklusif oleh karenanya memerlukan biopsi terbuka untuk
memberi diagnosis definitifnya.
Biopsi terbuka
Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamografi terlihat adanya kelainan yang
mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB atau core biopsy yang meragukan.
Sentinel node biopsy
Biposi ini dilakukan untuk menentukan status ketelibatan kelenjar limfe aksila
dan parasternal (internal mammary chain) dengan caa pemetan limfatik.
3) Grading
Keganasan payudara dibagi menjadi tiga grade bersdasarkan derajat
difeensiasinya.Grade I artinya berdiferensiasi buruk, Grade II differensiasi
sedang, Grade III differensiasi baik(Jong, 2010).
21
2.8. Penatalaksanaan Ca Mamma
a) Pembedahan
Mastektomi Radikal Klasik
Pembedahan ini meliputi pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan
sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor dan minor, dan seluruh kelenjar limfe
I, II, dan III.
Mastektomi Radikal Dimodifikasi
Yaitu dengan mempertahankan otot pekrotalis mayor dan minor seandainya jelas
otot-otot tersebut bebas dari tumor, sehingga hanya kelenjar limfe level I dan II yang
terangkat.
Mastektomi Simpel
Seluruh kelenjar payudara diangkat termasuk puting, namun tidak menyertakan
kelenjar limfe aksila tan otot pektoralis.
b) Radioterapi
Radioterapi kanker payudara dapat digunakan sebagai terapi adjuvan yang
kuratif pada pembedahan BCT, mastektomi simpel, mastektomi radikal dimodifikasi,
serta sebagai terapi paliatif.Radioterapi juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif
pada pasien pasca mastektomi penyakit rekuren, dan keadaan metastasis tulang dan
otak.
c) Terapi Sistemik
Terapi Hormonal
Terdiri dari obat-obatan anti-estrogen (tamoksifen, toremifen), analog LHRH,
inhibitor aromatase selektif (anastrazol, letrozol), agen progestasional
(megesterol asetat), agen androgen, dan prosedur ooforektmi.Terapi hormonal
standar yang berperan sebagai terap adjuvan adalah tamoksifen selama 5 tahun
untuk pasien pra menopause dan emenghambat aromatase untuk pasien
pascamenopause.Tamoksifen ini hanya berguna jika status reseptor ER dan PR
tumor (+).
Kemoterapi
22
Kemoterapi pada kanker payudara dapat terdiri atas kemoterapi adjuvan atau
paliatif.Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan pacsamastektomi
untuk membunuh sel-sel tumor yang walaupun asimtomatik mungkin tertinggal
atau menyebar secara mikroskopik.Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi
yang diberikan sebelum pembedahan untuk memperkecil besar tumor sehingga
dapat di angkat dengan lumpektomi atau mastektomi simple.Respon kanker
terhadap kemoterapi juga menjadi dapat dinilai.Kemoterapi adjuvant palin baik
dimulai dalam empat minggu pasca bedah.Regimen kemoterapi yang paling
sering digunakan yaitu CMF (siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil),
FAC (siklofosfamid, adriamisin, 5-fluorourasil), AC (adriamisin dan
siklofosfamid), CEF (siklofosfamid, epirubisin, dan 5-fluorourasil).Jika terapi
harus ditunda karena terjadi leukopenia, harus dipertimbangkan penambahan G-
CSF.Sebagai tarapi paliatif, terapi sistemik diberikan jika terdapat metastasis
yang secara klinis atau jika pemeriksaan berulang setiap 6-8 mingguy
menunjukkan adanya progresivitas.Regimen kemoterapi paliatif yang dapat
diberikan antara lain CMF, FAC (5-fluorourasil, adriamisin, siklofosfamid), atau
FEC (5-fluorourasil, eprubisin, siklofosfamid).Sebaiknya dilakukan jika ER
dan/atau PR tumor (-), terutama pada perempuan pramenopause, interval bebas
penyakit yang pendek terutama pada perempuan menopause, pertumbuhan
tumor yang cepat dan progresif, metastasis hati atau limfangitis karsinomatosa
paru, kegagalan terapi hormonal sebelumnya.
Terapi Biologi
Terapi biologi berupa terapi anti-ekspresi HER2/neu menggunakan pemberian
trastuzumab.Penentuan ekspresi HER2/neu pada semua kasus baru kanker
payudara kini direkomendasikan, karena Status HER2/neu berguna untuk
menentukan prognosis.Kombinasi trastuzumab dengan kemoterapi dapat
menurunkan risisko relative mortilitas sebesar 20%, namun jika dikombinasi
dengan adriamisin menjadi bersifat kardiotoksik.Trastuzumab deberikan setiap 3
minggu selama 1 tahun pada pasien dengan reseptor Her2/neu yang positif 3
bersamaan dengan kemoterapi adjuvant.
23
2.9. Pencegahan dan Skrining Ca Mamma
Karsinoma payudara dapat dicegah dengan memahami faktor risiko dan
kemudian menghindarinya. Seorang wanita yang memiliki riwayat keluarga
menderita kanker payudara atau ovarium, sebaiknya melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) sebulan sekali sekitar hari ke-8 menstruasi baik untuk
dilakukan sejak usia 18 tahun dan mamografi setiap tahunnya sejak usia 25 tahun.
Gejala dan tanda serta adanya faktor yang mengarah ke terjadinya karsinoma
payudara, khususnya usia di bawah 35 tahun, sebaiknya dikenali sejak dini sehingga
dapat dilakukan pengobatan kuratif.
Obat profilaksis yang sampai saat ini diakui sebagai profilaksis keganasan
payudara adalah tamoksifen.Sebagai antagonis estrogen, tamoksifen sebagai terapi
adjuvan kanker payudara terbukti dapat menurunkan insidens kanker payudara primer
kedua pada payudara kontralateral.Walaupun terbatas pada kanker payudara yang ER
+, tamoksifen sebagai profilaksis juga menurunkan insidens perkembangan nenjadi
kanker payudara yang invasif pada LCIS, kelainan duktal aktifik, dan hyperplasia
lobular. Profilaksis lain yang sedang diteliti adalah raloksifen.
Mamografi dapat digunakan sebagai skrining kanker payudara, terutama pada
perempuan yang berada dalam masa pascamenopause atau 50 tahun keatas terbukti
menurunkan 33% angka mortalitas kanker payudara. Jika terjadi peningkatan densitas
payudara pada mamografi, resiko kanker payudara meningkat.
Seseorang yang beresiko tinggi menderita kanker payudara karena memiliki
riwayat familial dan genetik serta mutasi gen supresor tumor (BRCA1,BRCA2, atau
CHEK) dapat dipertimbangkan untuk menjalani mastektomi bilateral dan salpingo-
ooforektomi bilateral preventif, meskipun penderita tidak menunjukkan gejala(Jong,
2010).
24
Pasien yang kelenjar getah beningnya di ketiak diangkat mungkin akan
merasakan pembengkakan lengan, rasa nyeri, rasa tidak nyaman, dan kekakuan
di bahu.
Pasien mastektomi yang otot-otot dinding di dadanya diangkat mungkin akan
mengalami keterbatasan gerak pada lengan mereka.
Radioterapi bisa menyebabkan kemerahan dan rasa sakit di kulit, rasa tidak
nyaman dan pembengkakan pada payudara, atau kelelahan. Gejala-gejala ini
bisa berlangsung selama beberapa minggu pasca radioterapi.
Selama tindakan kemoterapi, pasien lebih rentan terhadap infeksi bakteri
karena adanya pelemahan pada sistem kekebalan tubuh. Tindakan pengobatan
ini juga akan menyebabkan kerontokan rambut, muntah dan kelelahan. Dalam
jangka waktu yang singkat.
Terapi yang ditargetkan biasanya memiliki efek samping yang ringan, namun
bisa mempengaruhi fungsi jantung pada kasus-kasus tertentu yang sangat
jarang terjadi(Chandrasoma, 2005).
25
arsitektural,gambaran inti, dan tingkat mitosis. Tumor derajat III memiliki prognosis
yang bururk.
d. Adanya onkogen NEU : khususnya bila terdapat dalam jumlah yang banyak (lebih dari
20 salinan persel) menandakan prognosis buruk.
e. Tidak adanya reseptor hormone steroid menandakan prognosis buruk yang relative
terlepas dari kurangnya respon terhadap terapi hormonal yang berhubungan dengan
tidak adanya reseptor. Kurangnya reseptor progesterone dapat lebih memperkirakan
prognosis buruk dibandingkan dengan kurangnya reseptor estrogen.
f. Aktivitas proliferasi sel karsinoma yang tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh
tingginya fraksi fase-S (lebih besar 12%) pada sitometri aliran, atau tingginya ekspresi
antigen proliferative Ki67, menunjukkkan prognosis yang buruk.
g. Aneuploidi pada sel kanker, sebagaimana ditunjukkan oleh sitometri aliran,
menunjukkan prognosis yang buruk.
h. Indicator lain, seperti faktor pertumbuhan epidermis, katepsinD, dan heat shock
protein telah dilaporkan, tetapi tidak digunakan secara rutin(Chandrasoma, 2005).
26
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. Breast Cancer. [updated 2011 June 20th]. Accessed at
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003037-pdf.pdf on 12th
September 2011. pendahuluan
2. Chandrasoma, P. (2005). Patologi Anatomi. Jakarta: EGC.
3. Davey, P. (2003). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
4. Desen, W. (2013). Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta: FKUI.
5. Dr.dr.Imam Rasjidi, S. (. (2010). Epidemiologi Kanker Payudara. Jakarta: Saagung
Seto.
6. Grace, P. A. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.
7. De Jong, S. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
8. Kemenkes. (n.d.). Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan
Penatalaksanaan Kanker Payudara .
9. Sabiston. Atlas Bedah Umum. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
10. Swartz, M. H. (1995). Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.
27
28