Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“KOLOSTOMI”

DOSEN PEMBIMBING :

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep, Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Rizkya Deva Irwanda (P27820118020)

Andhika Dwi Putra (P27820118021)

Ririn Melianawati (P27820118027)

Afifah Zery Afrilia (P27820118039)

Tingkat 2 Reguler A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO

SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KOLOSTOMI

1.1 Pengertian
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding perut
Menjadi kolon iliaka (assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses
(Pearce, 2009)
Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau
usus besar. Stoma itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti
mulut. Stoma berbentuk basah, mengkilat dan permukaannya berwarna
merah, seperti membran mukosa pada mulut. Stoma tidak memiliki ujung
syaraf sehingga tidak Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang
pada kolon atau usus besar (Smeltzer & Bare, 2002)
Kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan
usus besar ke dinding perut. Akhir atau ujung dari usus besar yang
dikeluarkan pada perut disebut sebagai stoma. Stoma itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma berbentuk basah, mengkilat
dan permukaannya berwarna merah, seperti membran mukosa pada mulut.
Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak terlalu sensitif terhadap
sentuhan atau nyeri. Akan tetapi stoma kaya akan dikirim dan bisa
berdarah jika dilakukan pengusapan. Hal ini termasuk normal, hanya perlu
diwaspadai jika darah keluar terus menerus dan dalam jumlah banyak.
Kolostomi memungkinkan pasien dengan kanker kolorektal melakukan
proses eleminasi BAB dengan lancar. Akan tetapi, berbeda dengan proses
eliminasi normal, feses pasien tidak dapat dikendalikan. Feses yang keluar
dari stoma akan ditampung pada kantung kolostomi yang direkatkan pada
perut. Pada awal pembedahan, konsistensi feses akan terlihat lebih cair,
namun akan meningkatkan konsistensi yang normal, sesuai dengan
pengaturan stoma pada kolon (Smeltzer & Bare, 2002)
Jadi, kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding
abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan feces. Kolostomi di lakukan
ketika usus besar, rectum & anus tidak mampu berfungsi secera normal
atau membutuhkan istirahat dari fungsi normalnyarteri Kolostomi dibuat
dengan membuka didinding abdomen (stoma) untuk pengeluaran feses
dari usus besar (colon). Colostomi biasanya di buat setelah kolon yang
mengalami obstruksi direseksi. Kolostomi dapat temporer atau
permanenerfus Bagian akhir proksimal pada kolon yang sehat di
keluarkan dari kulit dinding abdomen , kemudian di tempatkan kantong
kolostomi untuk menampung feses.
1.2 Anatomi Fisiologi Colon

Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah,


sedangkan kolon kiri sampai dengan rektum berasal dari usus
belakang.Lapisan otot longitudenal kolon membentuk tiga buah pita, yang
disebut tenia, yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon
berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus yang disebut haustrarteri
Kolon tranversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan
dilengkapi dengan mesenterium.

Dalam perkembangan embriologik kadang terjadi gangguan rotasi


usus embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesenterium
yang lengkap. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus
sebagian besar usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium
yang panjang pada kolon sigmoid dengan radiksnya yang sempit.

Batas antara kolon dan rektum tampak jelas karena pada rektum
ketiga tenia tidak tampak lagi. Batas ini terletak dibawah ketinggian
promontorium, kira-kira 15 cm dari anus. Pertemuan ketiga tenia didaerah
sekum menunjukkan pangkal apendiks bila apendiks tidak jelas karena
perlengketanerfus Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon
transversum didarahi oelh cabang arteri mesenterika superior yaitu arteri
ileokolika, arteri kiloka dekstra, dan arteri kolika mediarteri Kolon
tranversum bagian kiri, kolon desendens, kolon sigmoid dan hemoroidalis
superior.

Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinyarteri Aliran


darah vena disalurkan melalui vena mesenterika superior untuk kolon
asendens dan kolon transversum dan melalui vena mesenterika inferior
untuk kolon desendens, sigmoid, dan rektum. Keduanya bermuara
kedalam vena porta tetapi vena mesenterika inferior melalui vena lienalis
aliran vena dari kanalis analis menuju ke vena kava inferior. Karena itu
anak sebar yang berasal dari keganasan rektum dan anus dapat ditemukan
diparu, sedangkan yang berasal dari kolon ditemukan di hati. Pada batas
rektum dan anus terdapat banyak kolateral arteri dan vena melalui
peredaran hemoroidal antara sistem pembuluh saluran cerna dan sistem
arteri dan vena iliakarteri

Aliran limfe kolon sejalan dengan aliran darahnyarteri Hal ini


penting diketahui sehubungan dengan penyebaran keganasan dan
kepentingannya dalam reseksi keganasan kolonerfus Sumber aliran limfe
terdapat pada muskularis mikosarteri Jadi selama suatu keganasan kolon
belum mencapai lapisan muskularis mukosa kemungkinan besar belum
ada metastasis. Metastasis dari kolon sigmoid ditemukan dikelenjar
regional mesenterium dan retroperitoneal pada arteri kolika sinistra,
sedangkan dari anus ditemukan kelenjar regional diregio inguinalis.

Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nerfus


splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang
berasal dari nerfus vagus. Karena distribusi persarafan usus tengah dan
usus belakang, nyeri alih pada kedua bagian kolon kiri dan kanan
berbedarteri Lesi pada kolon bagian kanan yang berasal dari usus tengah
terasa mula-mula pada epigastrium atau diatas perut. Nyeri pada
apendisitis akut mula-mula terasa pada epigastrium, kemudian berpindah
ke perut kanan bawah. Nyeri dari lesi pada kolon desendens atau sigmoid
yang berasal dari usus belakang terasa mula-mula di hipogastrium atau
dibawah pusat dan nyeri perut.

Feses Memasuki rektum dari kolon . Ada dua otot utama yang
harus dilalui oleh feses untuk bisa keluar dari tubuh, yaitu muskulus
sfingter internal dan muskulus sfingter eksternal. Muskulus sfingter
internal yang bersifat involuntary. Secara otomatis akan terbuka diatas
saluran anus untuk memungkinkan feses melewatinyarteri .muskulus
sfingter Eksternal yang bersifat voluntary artinya kita dapat mengontrol
otot tersebut.Hal ini membantu dalam menjaga feses di rektum sampai kita
siap untuk mengeluarkanyarteri Muskulus sfingter eksternal mendorong
feses keluar dari lubang anus dan rektum rileks. Dorongan tersebut akan
menghilang sampai ada gerakan usus berikutnyarteri

1.3 Pengkajian fisik abdomen


1.3.1 Inspeksi
Perawat menginsfeksi empat kuadran perut untuk melihat
warna, bentuk, dan perut kesimetrisan, melihat keberadaan massa,
gelombang peristaltik, jaringan parut, pola pembuluh darah vena,
stoma dan lesi.
Dalam kondisi normal, gelombang peristaltik tidak terlihat,
tetapi bila terlihat menandakan adanya obstruksi usus. Perut perut
terlihat sebagai tonjolan perut yang lengkap. Perut perut terasa
kencang, kulit tampak tegang seakan diregangkanerfus
1.3.2 Auskultasi
Perawat untuk Mengkaji bising usus disetiap kuadranerfus
Bising usus normal terjadi setiap 5 - 15 detik dan berlangsung
selama ½ sampai beberapa detik. Berbicara karakter dan frekuensi
bising usus akan terdengar bunyi gemerincing jika terjadi distensi.
Bila bising usus negatif atau hipoaktif (bising usus <5 kali
permenit) menandakan ada ilius paralitik yang sering terjadi pada
pos pembedahanerfus
Ketika bising usus Nada tinggi atau hiperaktif (> 35 kali
permenit) menandakan ada obstruksi usus dan gangguan inflamasi.
1.3.3 Palpasi
Untuk melihat keberadaan massa atau nyeri tekanerfus
Anjurkan klien rileks untuk mencegah keluarnya otot-otot perut
yang bisa menggantikan hasil pengkajianerfus
1.3.4 Perkusi
Untuk melihat keberadaan lesi, cairan atau gas di dalam
perut. Jika memungkinkan menentukan struktur perut.
Gas atau flatula akan menghasilkan bunyi timpani. Massa,
tumor atau cairan akan menghasilkan bunyi tumpul.
1.4 Jenis-jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu,
sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan
pasienerfus Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun
sementararteri
1.4.1 Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila
pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal
karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon
sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui
anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel
( dengan satu ujung lubang).
1.4.2 Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi
kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon
akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali.
Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang
dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double
barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa


mukosa kemerahan yang disebut STOMARTERI Pada minggu pertama
post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma
tampak membesar.

Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan


tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi
sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan
lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat
mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor
kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan
terkontaminasi feses .

Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong


kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses
cair mengotori abdomenerfus Perawat juga harus mempertahankan kulit
pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari
terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasienerfus
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink
salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat
kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu
dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak
teriritasi.

1.5 Kategori Kolostomi


1.5.1 End Stoma :
End stoma / terminal stoma dapat dibuat secara permanen atau
temporer. Stoma dengan bentuk tunggal, dilakukan dengan bagian
akhir usus proksimal dibuka, dikeluarkan dan di jahit ke dinding
perut.
1.5.2 Loop Stoma :
Pembentukan stoma dengan menggunakan penyangga / jembatan
dari plastik, karet atau kaca yang diletakkan di bawah usus besar,
untuk membuat usus tetap terbuka didinding perut
1.5.3 Double Barrel Stoma :
Pembuatan stoma dari usus bagian distal dan proksimal yang
bagian ujungnya di keluarkan melalui dinding perut sehingga
membentuk 2 stomarteri
1.5.4 Fistula lender :
Pembentukan stoma dari usus besar atau usus kecil, 1 stoma
untuk mengalirkan faeces yang lain untuk mengalirkan lendir.
1.6 Pembagian bentuk Feses sesuai tempatnya:
1. Colon Asenden : Bentuk feses cair dan lebih untuk keluar
2. Colon Tranversal : Bentuk feses lebih padat
3. Colon Sigmoid : Bentuk feses mendekati bentuk feses normal
1.7 Stoma dasar ada 3 tipe yaitu :
1. Stoma pada colon yaitu colostomy
2. Stoma pada ileum yaitu ileustomy
3. Stoma pada saluran kemih yaitu uretrostomy
1.8 Tipe Kantong Kolostomi
Jenis kantong kolostomi bervariasi sesuai dengan ukuran dan
bentuk. Kantong kolostomi harus ringan dan kedap bau. Beberapa kantong
juga memiliki filter arang yang dapat melepaskan gas sepenuhnya dan
membantu mengurangi bau.
1.8.1 Jenis kantong kolostomi berdasarkan bentuk kantong:
1. Pounches yang dapat dikeringkan / kantong terbuka:

Jenis ini memungkinkan Anda untuk membuka bagian


bawah dari kantong untuk mengalirkan output. Tipe ini
biasanya di tutup dengan menggunakan klem. Tipe ini
biasanya di gunakan untuk pasien dengan kolostomi ascenden
dan kolostomi transversum.
2. Tutup Pounches / Kantung tertutup:
Jenis kantong ini, kompilasi kantong telah terisi kemudia
diambil dan dibuang, kemudian di pasang lagi dengan yang
baru. Kantong ini biasanya digunakan oleh pasien dengan
kolostomi desenden dan sigmoid. Keluaran dari jenis kantong
kolostomi ini tidak perlu untuk dialirkanerfus
3. Katup penutup keran / keran:

Digunakan untuk digunakan urin keluaran dari stoma


urinary. Dapat digunakan sampai beberapa hari
1.8.2 Jenis Kantong berdasarkan Jumlah Bagian Kantong :
1. One piece :
Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghalang
kulit. Penghalang kulit mudah lengket (adesif) yang
ditempatkan di sekitar stoma dan ditempelkan ke kulit sekitar
stomarteri Ketika kantong kecil akan diganti dengan yang
baru, kantong kecil yang baru harus di rekatkan kembali ke
kulit.
2. Dua potong :
Kantong ini terdiri dari dua bagian: Piring wajah yang
adesif dan feses kantong penampung. Piring wajah tetap
berada di tempatnya saat kantong yang telah terisi faeces di
ambil dan diganti dengan kantong baru kemudian kantong
baru pindah ke pelat mukarteri Kantong baru tidak perlu
dilengketkan kembali kekulit setiap kali ganti kantong, cukup
di hubungkan kembali dengan pelat muka, sehingga sistem
ini sangat menolong untuk pasien dengan kulit sensitif.
1.8.3 Jenis kantong berdasarkan warna kantong:
1. Pounch jelas / pounch transparan : kantong kolostomi
transparan / bening, cocok digunakan untuk pos operasi
karena dapat mengobservasi kondisi stomarteri
2. Pounch buram / white pounch : kantong berwarna coklat /
putih.
1.9 Indikasi
Indikasi perawatan kolostomi adalah :
1. Pada kasus keganasan meliputi: kanker kolon distal, kanker
ekstrakolon yang menyebabkan kolon distal tersumbat/tidak berfungsi
(kanker pada pelvis), perforasi kolon distal karena kanker.
2. Pada kasus nonkeganasan meliputi: sumbatan di lumen rectum, anus
karena infeksi berat lama, fibrosis pasca infeksi, sumbatan di luar
lumen (proses infeksi pada pelvis), trauma anus-rektum
1.10 Kontraindikasi
Kontraindikasi perawatan kolostomi adalah
1. Irritable bowel syndrome
2. Stoma pada kolon asenden dan transversum
3. Stoma prolaps dan hernia peristoma
4. Pasien dengan urostomi, ileostomi
1.11 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Persiapan
a. Alat :
1. Set ganti balut steril : 2 pinset cirrugie, 1 pinset anatomi, 1 cucing
2. Korentang steril
3. Tromol gaaz
4. Bengkok
5. Gunting verband
6. Stoma guide
7. Spidol / alat tulis
8. Perlak dan pengalas
9. Ember
b. Bahan :
1. Colostomy bag
2. Kapas steril
3. Kassa steril
4. Sarung tangan steril
5. Sarung tangan bersih
6. Cairan NaCl 0,9%
7. Alkohol swab
8. Kantong sampah
9. Selimut mandi

No. Prosedur Rasional

Tahap Pra Interaksi

1. Mengecek dokumentasi / data pasien Mengecek data klien


agar tidak salah
melakukan tindakan

2. Mencuci tangan (handwash) Mengurangi transfer


mikroorganisme

3. Menyiapkan alat Meningkatkan efisiensi

Tahap Interaksi

4. Mengucapkan salam Mengurangi kecemasan,


meningkatkan kerjasama
5. Menjelaskan tujuan pemeriksaan pada
dan partisipasi
pasien

6. Menjelaskan langkah dan prosedur (inform


consent)
7. Menanyakan kesiapan pasien

Tahap Kerja

8. Siapkan lingkungan pasien Menjaga privasi pasien

9. Atur posisi pasien (sesuai letak stoma) Memudahkan perawat


dalam melakukan
tindakan

10. Mencuci tangan (Handrub) Mengurangi transfer


mikroorganisme

11. Pakai sarung tangan bersih Mengurangi transfer


mikroorganisme

12. Pasang perlak dan pengalas tepat diarea Menjaga kebersihan dan
disekitar yang dekat dengan posisi stoma kenyamanan pasien

13. Letakkan bengkok dekat lokasi stoma Meningkatkan efisiensi


pasien

14. Buka dan siapkan set alat ganti balut steril Mempersiapkan alat
yang akan digunakan
untuk perrawatan
kolostomi

15. Buka colostomy bag kotor dengan kapas Mencegah dan


alkohol, letakkan di kantong sampah mengurangi terjadinya
iritasi saat membuka

16. Bersihkan area stoma dengan kapas Membersihkan area


disekitar stoma yang
terkena feses

17. Gunakan sarung tangan steril Meningkatkan efisiensi,


mengurangi transfer
mikroorganise dan
mencegah terjadinya
infeksi saat melakukan
perawatan luka stoma

18. Bersihkan luka stoma dengan kapas steril, NaCl 0,9% tidak
basahi dengan cairan NaCl 0,9% menyebabkan iritasi
pada stoma

19. Keringkan luka stoma dengan kassa steril Sebelum stoma ditutup
kembali dengan
kolostomi bag, harus
dipastikan luka stoma
harus benar-benar kering
agar mengurangi
terjadinya infeksi dan
penumpukan
mikroorganisme dan
jamur

20. Observasi kondisi stoma dan kulit disekitar Stoma yang baik
stoma menunjukkan warna
yang kemerahan.
Kerusakan peristomal
kemungkinan
disebabkan perlekatan
kantung yang tidak
tepat, melekatnya feses
pada kulit, infeksi
bakteri atau jamur, dan
adanya reaksi alergi.

21. Balutkan kassa steril melingkar ditepi luar Untuk mencegah


terjadinya output cairan
stoma yang tidak terkontrol

22. Buat lubang pada kolostomi bag baru Ukuran yang sempit
dengan cara mengukur diameter lubang dapat menyebabkan
stoma dengan bantuan stoma guide dan pelindungnya terbuka
sesuaikan dan tidak dapat
menampung output
sesuai dengan fungsinya.

23. Pasang kolostomi bag baru, jika perlu beri Lubang yang tertutup
barier kulit dapat mencegah
kontaminasi dari feses
dan pastikan agar tidak
terjadi kerutan dan
kebocoran saat kantong
ditempelkan

24. Rapikan pasien Menjaga kenyamanan


pasien

25. Bereskan alat dan buang kotoran Mempertahankan


lingkungan yang rapi
dan menghilangkan
mikroorganisme

26. Lepas sarung tangan Mengurangi transfer


mikroorganisme

Tahap Terminasi

27. Mencuci tangan Mengurangi transfer


mikroorganisme

28. Mengevaluasi tindakan yang baru Untuk mengamati dan


dilakukan (subjektif dan objektif) mengetahu bagaimana
keadaan stoma,
peristoma, dan feses
(bentuk, ukuran, warna,
jumlah, bau) dan
mengetahui apakah
terdapat tanda-tanda
infeksi/tidak

29. Mendokumentasikan dan mencatat kegiatan Sebagai bukti bahwa


dalam lembar catatan keperawatan tindakan sudah
dilakukan dan untuk
selalu memonitor
keadaan pasien.

1.12 Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
a. Hasil tercapai: Stoma pulih tanpa kemerahan, edema,
pembengkakan, robekan, lecet, tukak, atau fistula di area stoma.
b. Hasil tidak tercapai: Klien tetap merasa tidak nyaman dalam
mendiskusikan perubahan citra tubuh.
c. Hasil tidak tercapai: Klien melaksanakan prosedur dengan
keakuratan 70%.
2. Dokumentasi
a. Catat tanggal dan waktu
b. Catat apa saja tindakan yang dilakukan
c. Catat ukuran, warna, bentuk stoma
d. Catat peristoma apakah terdapat iritasi / inflamasi
e. Catat konstitensi, karakteristik, jumlah, warna, dan bau feses yang
ada di kantong
f. Catat respons klien
g. Catat makanan/obat yang dikonsumsi klien
h. Pengkajian abdomen.
i. Status emosional pasien.
j. Indicator verbal dan nonverbal terjadinya perubahan konsep diri
selama prosedur.
k. Indicator verbal dan nonverbal mengenai kesiapan untuk
melaksanakan perawatan diri.
1.13 Waktu Perawatan Stoma Dan Penggantian Stoma
1. Kantong kolostomi dikosongkan atau diganti jika sudah terisi ⅓ atau ½
penuh Ganti kantong kolostomi ideal dilakukan minimal selama satu hari
sekali atau disesuaikan dengan kebututuhan pasien. Ganti kantong stoma
disesuaikan dengan kantong jenis. Jenis kantong kolostomi dua bagian
sistem atau kantong dengan lubang drainase di bawah dapat
dikosongkan, dibersihkan dan digunakan kembali .
2. Pelindung kantong yang dilakukan agar tidak merusak kantong pada kulit
perut karena kantong penuh, kantong penuhiko robek atau rusak karena
kantong dalam kantong bertambah. Kantong kolostomi yang penuh akan
membuat benjolan di balik pakaian dan dapat dikembalikan.
3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Perawatan Stoma
4. Sebuah. Ukuran lubang kolostomi saat akan diganti dengan kantong
kolostomi baru. Ukuran lubang kantong kolostomi harus sesuai dengan
stoma, diberikan kelonggaran sekitar 1/8 inci atau sekitar 0,3 cm Ukuran
kantong yang sesuai untuk mencegah kebocoran atau sesuai pada stoma.
5. Mengamati kulit sekitar stoma dan stoma seperti warna, ada iritasi,
jaringan parut. Keadaan stoma yang baik adalah berwarna merah muda,
agak gelap berwarna hitam. Stoma menjadi berwarna hitam. Rasa gatal,
panas, dan seperti terbakar pada area penempelan kantong kolostomi
yang bisa dipakai, ruam atau infeksi pada kulit.
6. Pasien harus menghindari makanan yang menyebabkan gas, diare,
sembelit, atau yang mengiritasi kulit. Makanan yang perlu dihindari
seperti makanan berpengawet, brokoli, kubis, jagung, timun, bawang,
dan lobak. Pasien harus mengonsumsi makanan yang mengandung cairan
yang seimbang. Asupan makanan yang ditambahkan seperti gandum,
sayur dan buah, serta asupan cairan 8-10 gelas air per hari, atau 1,5
hingga 2 liter udara per hari
7. Mengamati dan merekam volume, warna, dan konsistensi drainase.
1.14 Komplikasi Kolostomi
1.14.1 Obstruksi / penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus
atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkanerfus Untuk
menghindari teiadinya sumbatan, klien perlu melakukan
kolostomi secara teratur. Pada klien dengan kolostomi, tindakan
permanen perkebunan ini perlu dipertimbangkan agar klien dapat
melakukan persetujuan secara mandiri dikamar mandi.

1.14.2 Infeksi
Feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stomarteri Oleh karena itu
perpindahan yang terus menerus sangat diperlukan dan segera
diganti balutan luka dan ganti kantong kolostomi sangat penting
untuk pencegahan infeksi.
1.14.3 Retraksi stoma / mengkerut
Stoma bertambah karena kantong kolostomi yang lerlalu sempit
dan juga karena jaringan parut yang terbentuk di sekitar stoma
yang mengalamI pengerutanerfus
1.14.4 Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot perut atau karena fiksasi struktur
penyokong stoma yang kurang memadai pada saat
pembedahanerfus
1.14.5 Stenosis
Penyernpitan dari kuman stoma yang terjadi karena adanya
jaringan parut / bekas luka pada pertemuan mukosa stoma dan
kulit.
1.14.6 Pendarahan stoma
1.15 Pendidikan Kepada Klien
Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu penjelasan yang baik
sebelum operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang
harus menggunakan kolostomi permanenerfus
Berbagai hal yang harus disetujui pada pasien adalah:
1. Teknik penggantian / pemasangan kantong kolostomi yang baik dan
benar.
2. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
3. Waktu penggantian kantong kolostomi.
4. Teknik budidaya kolostomi dan manfaatnya untuk pasienerfus
5. Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk
menyesuaikan
6. Pengeluaran feses agar tidak menghabiskan kegiatan pasien
7. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
8. Berbagai kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh pasien
9. Berbagi hal / persetujuan yang harus disetujui segera pada dokter (jika
apsien sudah diverifikasi dirumah)
10. Berobat / kontrol ke dokter secara teratur
11. Makanan yang tinggi serat
1.16 Diet Nutrisi
Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran feses
dan flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu diberikan kepada
pasien agar terhindar dari gangguan odor ataupun konsistensi feses yang
tidak normal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada
pasien dengan kolostomi ialah :
1. Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, yaitu : kubis, kol, keju,
telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete
2. Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti : brokoli, kubis,
bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan secara perlahan dengan
mulut tertutup untuk meminimalkan udara yang masuk ke dalam
sistem pencernaan.
3. Menambah makanan yang mengandung potassium seperti : pisang,
daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang jika mengalami diare.
4. Kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan susu.
5. Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menambah makanan tinggi
serat
6. Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktivitas usus dan
mencegah produksi gas
7. Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional,
stress, atau kurangnya aktivitas fisik
1.17 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul (PPNI, 2016)
1. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (D.0083, hal 186)
2. Risiko ketidakseimbangan cairan b.d obstruksi intestinal (D.0036, hal
87)
3. Diare b.d. malabsorbsi (D.0020, hal 58)
4. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d penurunan mobilitas (D.0129, hal
282)
5. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif (D.023, hal 64)
6. Nyeri akut b.d agen pencedara fisik / pembedahan (D.0077, hal 172)
7. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111, hal 246)
1.18 Toleransi Aktivitas
Individu dengan kolostomi dapat beraktivitas sebagaimana individu
lainnya. Hanya saja dalam pemilihan jenis olahraga, hindari olahraga yang
membutuhkan kontak fisik yang keras yang mungkin dapat menyebabkan
cedera pada abdomen (khususnya stoma). Ostomate juga dapat melakukan
olahraga renang dengan memilih desain baju renang yang menutupi kantong
kolostomi yang terpasang pada abdomen, serta desain baju yang sedikit ketat
agar lebih nyaman saat berenang. Kantong kolostomi harus tetap terpasang
saat berenang untuk menjaga kebersihan stoma. Perekat waterproof dapat
ditambahkan untuk lebih merekatkan kantong kolostomi pada kulit abdomen,
jika dibutuhkan. Kantong kolostomi baiknya dikosongkan sesaat sebelum
berenang, kemudian hindari makan berat atau banyak sebelum melakukan
olahraga renang.
Ostomate dapat melakukan traveling, tentunya dengan persiapan
penggantian kantong kolostomi yang cukup. Bagi ostomate yang melakukan
irigasi secara rutin, tetap harus berhati-hati dalam penggunaan air untuk
irigasi. Apabila air yang ada di lokasi travelling mungkin dinyatakan tidak
aman untuk dikonsumsi, maka jika ingin digunakan untuk kolostomi, air
tersebut harus direbus terlebih dahulu, kemudian di diamkan dalam
temperatur ruangan dan dapat digunakan untuk irigasi.
DAFTAR PUSTAKA

Jhonson, J. Y. (2005). Prosedur Perawatan di Rumah. Jakarta:


EGC.

Pearce, E. C. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Potter, & Perry. (2006). Buku ajar Fundamental Keperawatan :


Edisi 4. Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Jakarta: DPP PPNI.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai