“KOLOSTOMI”
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Tingkat 2 Reguler A
JURUSAN KEPERAWATAN
SURABAYA
1.1 Pengertian
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding perut
Menjadi kolon iliaka (assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses
(Pearce, 2009)
Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau
usus besar. Stoma itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti
mulut. Stoma berbentuk basah, mengkilat dan permukaannya berwarna
merah, seperti membran mukosa pada mulut. Stoma tidak memiliki ujung
syaraf sehingga tidak Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang
pada kolon atau usus besar (Smeltzer & Bare, 2002)
Kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan
usus besar ke dinding perut. Akhir atau ujung dari usus besar yang
dikeluarkan pada perut disebut sebagai stoma. Stoma itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma berbentuk basah, mengkilat
dan permukaannya berwarna merah, seperti membran mukosa pada mulut.
Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak terlalu sensitif terhadap
sentuhan atau nyeri. Akan tetapi stoma kaya akan dikirim dan bisa
berdarah jika dilakukan pengusapan. Hal ini termasuk normal, hanya perlu
diwaspadai jika darah keluar terus menerus dan dalam jumlah banyak.
Kolostomi memungkinkan pasien dengan kanker kolorektal melakukan
proses eleminasi BAB dengan lancar. Akan tetapi, berbeda dengan proses
eliminasi normal, feses pasien tidak dapat dikendalikan. Feses yang keluar
dari stoma akan ditampung pada kantung kolostomi yang direkatkan pada
perut. Pada awal pembedahan, konsistensi feses akan terlihat lebih cair,
namun akan meningkatkan konsistensi yang normal, sesuai dengan
pengaturan stoma pada kolon (Smeltzer & Bare, 2002)
Jadi, kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding
abdomen ke kolon iliaka untuk mengeluarkan feces. Kolostomi di lakukan
ketika usus besar, rectum & anus tidak mampu berfungsi secera normal
atau membutuhkan istirahat dari fungsi normalnyarteri Kolostomi dibuat
dengan membuka didinding abdomen (stoma) untuk pengeluaran feses
dari usus besar (colon). Colostomi biasanya di buat setelah kolon yang
mengalami obstruksi direseksi. Kolostomi dapat temporer atau
permanenerfus Bagian akhir proksimal pada kolon yang sehat di
keluarkan dari kulit dinding abdomen , kemudian di tempatkan kantong
kolostomi untuk menampung feses.
1.2 Anatomi Fisiologi Colon
Batas antara kolon dan rektum tampak jelas karena pada rektum
ketiga tenia tidak tampak lagi. Batas ini terletak dibawah ketinggian
promontorium, kira-kira 15 cm dari anus. Pertemuan ketiga tenia didaerah
sekum menunjukkan pangkal apendiks bila apendiks tidak jelas karena
perlengketanerfus Sekum, kolon asendens, dan bagian kanan kolon
transversum didarahi oelh cabang arteri mesenterika superior yaitu arteri
ileokolika, arteri kiloka dekstra, dan arteri kolika mediarteri Kolon
tranversum bagian kiri, kolon desendens, kolon sigmoid dan hemoroidalis
superior.
Feses Memasuki rektum dari kolon . Ada dua otot utama yang
harus dilalui oleh feses untuk bisa keluar dari tubuh, yaitu muskulus
sfingter internal dan muskulus sfingter eksternal. Muskulus sfingter
internal yang bersifat involuntary. Secara otomatis akan terbuka diatas
saluran anus untuk memungkinkan feses melewatinyarteri .muskulus
sfingter Eksternal yang bersifat voluntary artinya kita dapat mengontrol
otot tersebut.Hal ini membantu dalam menjaga feses di rektum sampai kita
siap untuk mengeluarkanyarteri Muskulus sfingter eksternal mendorong
feses keluar dari lubang anus dan rektum rileks. Dorongan tersebut akan
menghilang sampai ada gerakan usus berikutnyarteri
Tahap Interaksi
Tahap Kerja
12. Pasang perlak dan pengalas tepat diarea Menjaga kebersihan dan
disekitar yang dekat dengan posisi stoma kenyamanan pasien
14. Buka dan siapkan set alat ganti balut steril Mempersiapkan alat
yang akan digunakan
untuk perrawatan
kolostomi
18. Bersihkan luka stoma dengan kapas steril, NaCl 0,9% tidak
basahi dengan cairan NaCl 0,9% menyebabkan iritasi
pada stoma
19. Keringkan luka stoma dengan kassa steril Sebelum stoma ditutup
kembali dengan
kolostomi bag, harus
dipastikan luka stoma
harus benar-benar kering
agar mengurangi
terjadinya infeksi dan
penumpukan
mikroorganisme dan
jamur
20. Observasi kondisi stoma dan kulit disekitar Stoma yang baik
stoma menunjukkan warna
yang kemerahan.
Kerusakan peristomal
kemungkinan
disebabkan perlekatan
kantung yang tidak
tepat, melekatnya feses
pada kulit, infeksi
bakteri atau jamur, dan
adanya reaksi alergi.
22. Buat lubang pada kolostomi bag baru Ukuran yang sempit
dengan cara mengukur diameter lubang dapat menyebabkan
stoma dengan bantuan stoma guide dan pelindungnya terbuka
sesuaikan dan tidak dapat
menampung output
sesuai dengan fungsinya.
23. Pasang kolostomi bag baru, jika perlu beri Lubang yang tertutup
barier kulit dapat mencegah
kontaminasi dari feses
dan pastikan agar tidak
terjadi kerutan dan
kebocoran saat kantong
ditempelkan
Tahap Terminasi
1.14.2 Infeksi
Feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stomarteri Oleh karena itu
perpindahan yang terus menerus sangat diperlukan dan segera
diganti balutan luka dan ganti kantong kolostomi sangat penting
untuk pencegahan infeksi.
1.14.3 Retraksi stoma / mengkerut
Stoma bertambah karena kantong kolostomi yang lerlalu sempit
dan juga karena jaringan parut yang terbentuk di sekitar stoma
yang mengalamI pengerutanerfus
1.14.4 Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot perut atau karena fiksasi struktur
penyokong stoma yang kurang memadai pada saat
pembedahanerfus
1.14.5 Stenosis
Penyernpitan dari kuman stoma yang terjadi karena adanya
jaringan parut / bekas luka pada pertemuan mukosa stoma dan
kulit.
1.14.6 Pendarahan stoma
1.15 Pendidikan Kepada Klien
Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu penjelasan yang baik
sebelum operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang
harus menggunakan kolostomi permanenerfus
Berbagai hal yang harus disetujui pada pasien adalah:
1. Teknik penggantian / pemasangan kantong kolostomi yang baik dan
benar.
2. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
3. Waktu penggantian kantong kolostomi.
4. Teknik budidaya kolostomi dan manfaatnya untuk pasienerfus
5. Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk
menyesuaikan
6. Pengeluaran feses agar tidak menghabiskan kegiatan pasien
7. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
8. Berbagai kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh pasien
9. Berbagi hal / persetujuan yang harus disetujui segera pada dokter (jika
apsien sudah diverifikasi dirumah)
10. Berobat / kontrol ke dokter secara teratur
11. Makanan yang tinggi serat
1.16 Diet Nutrisi
Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran feses
dan flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu diberikan kepada
pasien agar terhindar dari gangguan odor ataupun konsistensi feses yang
tidak normal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada
pasien dengan kolostomi ialah :
1. Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, yaitu : kubis, kol, keju,
telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete
2. Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti : brokoli, kubis,
bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan secara perlahan dengan
mulut tertutup untuk meminimalkan udara yang masuk ke dalam
sistem pencernaan.
3. Menambah makanan yang mengandung potassium seperti : pisang,
daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang jika mengalami diare.
4. Kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan susu.
5. Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menambah makanan tinggi
serat
6. Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktivitas usus dan
mencegah produksi gas
7. Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional,
stress, atau kurangnya aktivitas fisik
1.17 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul (PPNI, 2016)
1. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (D.0083, hal 186)
2. Risiko ketidakseimbangan cairan b.d obstruksi intestinal (D.0036, hal
87)
3. Diare b.d. malabsorbsi (D.0020, hal 58)
4. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d penurunan mobilitas (D.0129, hal
282)
5. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif (D.023, hal 64)
6. Nyeri akut b.d agen pencedara fisik / pembedahan (D.0077, hal 172)
7. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111, hal 246)
1.18 Toleransi Aktivitas
Individu dengan kolostomi dapat beraktivitas sebagaimana individu
lainnya. Hanya saja dalam pemilihan jenis olahraga, hindari olahraga yang
membutuhkan kontak fisik yang keras yang mungkin dapat menyebabkan
cedera pada abdomen (khususnya stoma). Ostomate juga dapat melakukan
olahraga renang dengan memilih desain baju renang yang menutupi kantong
kolostomi yang terpasang pada abdomen, serta desain baju yang sedikit ketat
agar lebih nyaman saat berenang. Kantong kolostomi harus tetap terpasang
saat berenang untuk menjaga kebersihan stoma. Perekat waterproof dapat
ditambahkan untuk lebih merekatkan kantong kolostomi pada kulit abdomen,
jika dibutuhkan. Kantong kolostomi baiknya dikosongkan sesaat sebelum
berenang, kemudian hindari makan berat atau banyak sebelum melakukan
olahraga renang.
Ostomate dapat melakukan traveling, tentunya dengan persiapan
penggantian kantong kolostomi yang cukup. Bagi ostomate yang melakukan
irigasi secara rutin, tetap harus berhati-hati dalam penggunaan air untuk
irigasi. Apabila air yang ada di lokasi travelling mungkin dinyatakan tidak
aman untuk dikonsumsi, maka jika ingin digunakan untuk kolostomi, air
tersebut harus direbus terlebih dahulu, kemudian di diamkan dalam
temperatur ruangan dan dapat digunakan untuk irigasi.
DAFTAR PUSTAKA