Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II

“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA IBU HAMIL


DI PUSKESMAS KOTA MANAGAISAKI
KABUPATEN TOLITOLI”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK : III

1. FERAWATI ( 2011A0121)
YOSI RETNO WARDANI ( 2011A0127
DOSEN PEMBIMBING : EVA AGUSTINA Y. S.Kep.Ns.M.kep

Program Studi S-1Keperawatan


Fakultas Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Komunikasi Pada Kehamilan” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas individu mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan. Makalah ini
berisikan tentang komunikasi pada ibu hamil. Selesainya penyusunan makalah ini
berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak yang berperan serta dari awal
sampai akhir.

Dalam makalah ini kami mengakui masih banyak kekurangan karena


pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhoisegala usaha kita. Amin.

Tolitoli 10 Desember 2021

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan


hanya dalam kehidupan keperawatan, namun dalam kehidupan manusia
sosial secara umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam
kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara
melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara
manusia berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka,
melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang
membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang
sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam
komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama, maka
yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan antara


tenaga kesehatan dan klien/pasiennya khusus dalam ruang lingkup kesehatan.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan interpersonal antara
tenaga kesehatan dank lien, dimana tenaga kesehatan berupaya agar klien
dapat mengatasi masalahnya sendiri, maupun masalahnya dengan orang lain
atau lingkungannya.

1
Komunikasi terapeutik yang diberikan bidan pada ibu hamil sesuai
dengan kebutuhan tiap semester. Biasanya, pada ibu hamil, perkembangan
dan perubahan pada tubuh ibu tidak banyak di ketahui, baik oleh ibu, maupun
orang lain. Oleh karena itulah, ibu hamil sangat penting mendapatkan
konseling terapeutik untuk mengetahui status kehamilannya.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan makalah ini


memiliki beberapa rumusan masalah yaitu :

1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?


2. Apa tujuan komunikasi pada ibu hamil ?
3. Bagaimana fisiologis dan psikolois ibu hamil ?
4. Bagaimana nasehat yang diberikan bidan kepada ibu hamil ?
5. Bagaimana komunikasi terapeutik pada trimester III/ periode sebelum
persalinan

1.3 Tujuan
Perawat mampu mendeskripsikan cara berkomunikasi secara efektif
kepada ibui hamil

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi pada Ibu Hamil


2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan antara


tenaga kesehatan dan klien/pasiennya khusus dalam ruang lingkup
kesehatan. Komunikasi terapeutik merupakan suatu hubungan
interpersonal antara tenaga kesehatan dank lien, dimana tenaga kesehatan
berupaya agar klien dapat mengatasi masalahnya sendiri, maupun
masalahnya dengan orang lain atau lingkungannya.

Komunikasi terapeutik yang diberikan bidan pada ibu hamil sesuai


dengan kebutuhan tiap semester. Biasanya, pada ibu hamil,
perkembangan dan perubahan pada tubuh ibu tidak banyak di ketahui,
baik oleh ibu, maupun orang lain. Oleh karena itulah, ibu hamil sangat
penting mendapatkan konseling terapeutik untuk mengetahui status
kehamilannya.

Keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan professional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial
dan spiritual yang komprehensif/holistik yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit

3
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Salah satu aspek
dari dimensi pelayanan keperawatan yang dapat mempengaruhi
kualitas pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien adalah pemberian
informasi yang jelas, komunikasi yang efektif, dan pendidikan kesehatan
yang diperlukan oleh pasien (Potter & Perry dalam Roup, 2016)

2.1.2 Tujuan Komunikasi Pada Ibu Hamil


1. Perawat mampu berkomunikasi secara efektif kepada ibu hamil yang
dalam keadaan mDengan adanya komunikasi terapeutik diharapkan
dapat meredam permasalahan psikososial yang berdampak negatif
bagi kehamilan.
2. Membantu ibu sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan
perasaannya, pikirannya untuk menerima dan memelihara
kehamilannya.

2.1.3 Tahap – tahap Komunikasi Terapeutik


Terdapat 3 (tiga) tahapan atau fase komunikasi terapeutik yang
dilakukan dokter dan paramedis terhadap pasien menurut Peplau (Lisa
Kennedy Sheldon, 2010:h.56) , yakni :
1) Fase Orientasi atau tahap perkenalan tahap perkenalan atau fase
orientasi dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan pasien. Tujuan
dalam tahap ini adalah melakukan validasi keakuratan data pasien
dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat
berjumpa atau terkini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah
lalu atau tindakan sebelumnya.
2) Fase Kerja (Working) merupakan inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang
terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat
dituntut untuk membantu dan mendukung pasien untuk

4
menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian
menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non
verbal yang disampaikan oleh pasien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan
mengevaluasinya.
3) Fase Terminasi (akhir pertemuan) merupakan akhir dari pertemuan
perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir Terminasi sementara adalah akhir dari
tiap pertemuan perawat dan pasien, setelah hal ini dilakukan
perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang
berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati
bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat
setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan

2.1.4 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Ibu Hamil

Pada ibu hamil disemua trimester akan mengalami perubahan


psikologi dan perubahan emosi, yaitu

1. Perubahan psikologi

Ada saat hamil ibu akan mengalami perubahan psikologi pada


dirinya antara lain rasa ketidaknyamanan, mudah marah, perasaan
tidak menentu yang tidak diketahui apa penyebab demi perasaan
tersebut.

2. Perubahan Emosi

5
Kehamilan membuat emosi ibu menjadi lebih, oleh sebab itu
bidan memberikan konseling kepada ibu hamil tersebut. Konseling
yang akan diberikan bidan adalah pedoman diri yang mencakup
penerimaan ibu atas kehamilannhya, sikap dan jalan keluar yang
diberikan oleh bidan.

2.1.5 Komunikasi Terapeutik Pada Ibu hamil

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti


dalam hubungan antarmanusia. Bagi profesi kesehatan khususnya bidan
dalam penelitian ini komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplentasikan proses pelayanan
ANC. Untuk itu profesi kebidanan memerlukan kemampuan khusus
dan kepedulian sosial yang mencakup keterampilan intelektual,
keterampilan teknis, dan keterampilan secara interpersonal yang
tercermin dalam perilaku ‘caring’ atau kasih sayang ketika
berkomunikasi dengan orang lain atau pasien

Pada trimester 3, konseling yang perlu di sampaikan adalah


mengenai :

1. Pemberian dan manfaat ASI eksklusif pada bayi


2. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu tidak perlu merasa emosi, takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan
dan merasa khawatir akankeselamatannya, karena Kondisi emosional
ibu menjadi labil karena perubahan hormone dan kecemasan ibu
terkait peran dan tanggung jawabnya sebagai calon ibu. Anjurkan ibu
untuk mencoba mencari waktu untuk dirinya sendiri, atau
menyampaikan perasaannya pada orang terdekatnya.

6
3. Menjelaskan bahwa apa yang dirasakan ibu adalah sesuatu yang
normal.
4. Mengungkapkan bahwa setiap pengalaman kehamilan adalah unik.
5. Menjelaskan tentang kebutuhan Nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda
kelahiran dan tanda--tanda bahaya kehamilan.
6. Mendiskusikan tentang ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil
dan cara mengatasinya.
7. Mendiskusikan tentang rencana persalinan.
8. Bersikap terbuka dengan pasangan / Konsultasi dengan Bidan adalah
hal yang penting.

Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan,


melaksanakan kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan.
Komunikasi kehamilan pada kebidanan adalah penyampaian
informasi dan jawaban tentang kehamilan dari bidan kepada klien,
terjadi suatu pengertian yang diinginkan bersama sehingga tujuan
lebih mudah tercapai. Misalnya, seorang bidan memberikan
informasi tentang kebutuhan gizi pada kelompok ibu hamil dan
penggunaan serta manfaat zat besi. Klien menuruti apa yang
disampaikan oleh bidan dan merasakan manfaatnya. Dalam kondisi
tertentu, tampak adanya respon, tanggapan positif dari klien
sehingga terjadi persepsi yang sama antara bidan dengan klien.

Dalam komunikasi pada ibu hamil, bidan dapat melakukan dua


jenis komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
menggunakan bahasa sebagai alat sehingga komunikasi verbal ini
sama artinya dengan komunikasi kebahasaan. Komunikasi

7
kebahasaan ini lazim digunakan dalam kegiatan sehari-hari,
termasuk pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan, atau perawat
dirumah sakit ataupun di tempat pelayanan kesehatan. Sedangkan
komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan
bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial,
bahasa gambar, dan bahasa sikap. Komunikasi nonverbal
memindahkan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Bidan perlu
menyadari pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan klien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi.

Petugas Kesehatan sebagai konselor menggunakan komunikasi


mendalam yang dikenal dengan kegiatan konseling. Proses melalui
satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam kondisi
saling pengertian yang bertujuan untuk membangun hubungan,
orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran dan
perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui
pengalaman terbaru, memandang kesulitan lebih objektif sehingga
dapat menghadapi masalahnya dengan tidak terlalu cemas dan
tegang (SCA. C Steernig Commute, 1969)

2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada ibu hamil, yaitu:


1. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu hamil sangat mempengaruhi
penyampaian informasi dari bidan kepada ibu hamil. Ibu yang
memiliki  pendidikan  yang tinggi akan dengan mudah menerima
pesan yang disampaikan. Tetapi, belum tentu untuk ibu yang

8
memiliki pendidikan kurang.  Seorang bidan harus mempunyai
cara agar ibu mudah menerima informasi yang disampaikan.

2. Budaya
Pada daerah tertentu masih banyak  budaya yang mengakar
pada masyarakat. Banyak budaya dari masyarakat daerah yang
tidak sesuai dengan teori kesehatan. Mereka masih
menggunakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang untuk
menyelesaikan masalah kesehatan. Mereka cenderung kurang
setuju terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan.
3. Ekonomi
Tingkat ekonomi ibu hamil mempengaruhi keberhasilan
komunikasi. Ibu hamil yang ekonominya menegah ke atas akan
mudah melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan. Misalnya
jika ibu hamil dianjurkan untuk menambah asupan gizi yang
berguna untuk dirinya dan janinnya, maka ibu tersebut akan
mudah untuk melaksanakan anjuran tersebut. Dengan begitu,
maka komunikasi yang dilakukan oleh seorang bidan berhasil.
4. Sosial
Ibu hamil akan membentuk kepribadian ibu. Jika ibu tersebut
terbiasa menjadi orang yang penting di masyarakat, maka akan
cenderung sulit menerima informasi yang diberikan. Ibu akan
memiliki argumen yang menurutnya benar. Ibu akan lebih aktif
sehingga setiap informasi yang diberikan akan direspon.
5. Keadaan psikis

9
Ibu yang tidak menginginkan kehamilan akan sulit diajak
komunikasi. Mereka bersikap apatis terhadap informasi yang
disampaikan. Seorang bidan harus berusaha meyakinkan pada
ibu agar ibu dapat merawat janinnya hingga ibu melahirkan.

BAB III

PEMBAHASAN

1.1 Hasil – Hasil penelitian tentang Komunikasi Terapeutik pada Ibu hamil

Komunikasi terapeutik adalah suatu hubungan interpersonal antara perawat


dan pasien, dimana perawat berupaya agar pasien dapat mengatasi masalahnya
sendiri maupun masalahnya dengan orang lain atau lingkungannya (Priyanto,
2012).

Dari beberapa Artikel review yang kami kumpulkan, ada yang menunjukkan
komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat di rumah sakit sebagian
kategori baik (49,1%) (92,2%) (86,7%) yaitu hasil penelitian dari (Siti et
al.,2016), (Simanjuntak, 2019), Wijayanti, Nabhani, dan Damayanti (2019).
Perawat di rumah sakit selalu melakukan komunikasi Terapeutik, (54,3%)
yaitu hasil penelitian dari (Wahdatin et al., 2020). Diperoleh pula komunikasi
terapeutik yang dilakukan perawat di rumah sakit kategori tidak baik (7,8%)
yaitu hasil penelitian dari Transyah dan Toni, (2018). Perawat di rumah sakit
tidak melakukan komunikasi terapeutik secara efektif (66,7%) yaitu hasil
penelitian dari (Dora, Ayuni dan Asmalinda, 2019). Berdasarkan hasil tersebut
dapat dikatakan perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan baik yang
ditunjukkan dengan mereka yang selalu melakukannya terhadap pasien.
Sebaliknya pasien yang tidak baik dalam melakukan komunikasi terapeutik
yaitu mereka yang tidak efektif dalam memberikannya kepada pasien.

10
Sedangkan Hasil penelitian RSUD Padang Pariaman menunjukkan sebagian
besar responden menilai komunikasi, terapeutik yang dilaksanakan perawat
kategori tidak efektif dimana mereka berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak (50,0%) (Dora et al., 2019). Dilihat dari jenis kelamin, pada
dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki gaya komunikasi yang berbeda.
Jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang pada saat berinteraksi. Hal
tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan pesan yang
diterimanya (Potter, & Perry, 2013).

1.2 Contoh Kasus dalam Penerapan Komunikasi terapeutik pada ibu Hamil

Judul : Komunikasi Terapeutik Pada pasien Ibu Hamil yang Menolak


untuk di lakukan pemeriksaan rapid antigen

a. Identitas Klien
1. Nama : Ny. Yosi Redno Wardani
2. Umur : 32 Tahun
3. Alamat : Kel. baru
4. Status : Kawin
5. Agama : Islam
6. Suku : Jawa
Ny. Yosi Redno Wardani , pasien/ ibu hamil yang datangh ke puiskesmas
untuk control kehamilannya yang sudah memasuki usia kehamilan 36 minggu,
pada saat ingin di lakukan Tindakan , perawat memberitahukan untuk
melakukan tes Rapid Antigen terlebih dahulu, namun pasien menolak, dengan
alas an bahwa dia tidak bergejala corona, namun perawat dengan penuh
kesabaran dan lemah lembut menjelaskan Tindakan yang akan di lakukan dan
manfaat dari pemeriksaan Rapid yang akan di lakukan untuk lebih
mengantisipasi hal – hal yang tidak di inginkan serta menentukan langkah
yang tepat untuk tahap pemeriksaan selanjutnya pada ibu hamil.

11
b. Dialog roleplay komunikasi terapeutik pada pemeriksaan TTV kepada
pasien lansia
Di sebuah Kota Tolitoli yang di kenal dengan kota cengkeh, dari rumah
yang ada di kelurahan baru ada seorang ibu hamil yang sedang
melakukan pemeriksaan kehamilan di usia kehamilan 36 minggu di
ruang KIA Puskesmas Kota Managaisaki Tolitoli.
Fase Pra Interaksi

Ibu hamil : (dengan ekspresi meringis) Assalamualaikum suster….


Perawat : waalaikumussalam warohmatullahi wabarokatu… mari ibu…
bagaimana keadaannya bu… ada yang bisa saya bantu??
(salam terapeutik, evaluasi validasi)
Ibu hamil : ini perut saya sudah sakit bu suster..kadang sudah dating
sakitnya kadang hilang lagi…
Perawat : baik.. boleh sy lihat buku control KIA nya bu…
Ibu hamil : ini…. Sambal memberikan bukunya…
Perawat : hemm,… dengan ibu yosi, 32 tahun umur kehamilan 36
minggu??? ( tahap identifikasi pasien),
Saya dengan suster fera petugas yang sekarang sedang jaga
di poli ini yah….baik ibu sekarang keluhannya apa
Ibu hamil : ini saja bu kadang dating sakitnya, tapi tidak sering
juga,hilng timbul
Perawat : baik… ibu kami akan melakukan Tindakan palpasi pada ibu
atau pemeriksaan yahhh tapi sebelum kami melakukan

12
Tindakan sebagai prosedur yang ada di sini ibu harus
melakukan tes rapid antigen dulu yah…
Ibu hamil : harus itu bu??? Tapi kan saya tidak corona (menjawab
dengan ketus)
Perawat : iya.. betul ,,, tapi pemeriksaan rapid ini bukan hanya pasien
yang bergejala tapi pada ibu hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya harus di periksa dulu bu
pemeriksaan ini sangat penting untuk mendeteksi apakah
ada virus atau tidak karena dalam keadaan hamil sangat
rentan terpapar virus dan hasilnya nanti tentu saja dapat
menentukan apa Tindakan selanjutnya yang di lakukan
untuk ibu oleh saya sebagai petugas Kesehatan…jadi
bagaimana bu bersedia untuk di lakukan rapid?? ( kontrak
topik dan waktu)
Ibu hamil : Terus kalau saya positif???
Fase Kerja
Perawat : nah klo ibu positif, ibu harus di rujuk ke RS karena rumah
sakit mempunyai ruangan khusus untuk ibu hamil yang
terkena covid jadi penanganannya lebih spesifik lagi dan
tentu saja untuk menghindari kemungkinan atau resiko yang
bisa muncul pada kehamilan ibu,dan pemeriksaannya kita
lakukan sekarang tidak terlalu lama ibu pling 2-3 menit…
(kontrak waktu dan tema dan menjelaskan Tindakan
yang akan di lakukan)
Ibu hamil : sakit itu bu… itukan di colok di hidung…
Perawat : sakit sedikit, asalkan ibu mengikuti instruksi saya insya Allah
tidak terlalu ibu… rilex saja bu… nanti Tarik nafas pada saat
pemeriksaan,, dan kepalanya mengadah ke atas kalau saya

13
sudah mengambil sedikit caitran hidung ibu selesai deh,,,,
intinya asalkan ibu mengikuti instruksi saya insya Allah
tidak terlalu sakit bu…( menjelaskan cara kerja dengan
komunikasi terapeutik)
Ibu hamil : harus itu bu….
Perawat : iya bu wajib untuk ibu hamil yang datang memeriksakan
kehamilannya, bagaimana bu ..?? apa ibu bisa menerima
penjelasan saya tadi??
Ibu hamil : iya …baiklah… kalau prosedurnya seperti itu…
Pasien pun di lakukan pemeriksaan Rapid oleh perawat……..
Fase Terminasi
Perawat : bagaimana ibu perasaannya???tidak terlalu sakit kan????
(Validasi secara subjektif dan objektif)
Ibu hamil : iya sih hanya geli – geli sedikit, saya pikir tadinya sakit
seperti yang orang – orang cerita suster makanya saya
menolak tadinya….
Perawat : tidak semenyeramkan yang orang sampaikan bu… asal ibu
mengikuti instruksi kami sebgai petugas yang melakukan
pemeriksaan….( sambil tersenyum) alhamdulillah hasil
pemeriksaannya negative ibu… jadi sekarang saya lakukan
pemeriksaan selanjutnya yah… saya akan melakukan
pengukuran Tekanan darah pada ibu, menimbang berat
badan,pengukuran NAdi dan suhu badan….( sambIl
melakukan pemeriksaan mengajak pasien
berkomunikasi) bulan kemarin berapa tensinya bu
Ibu hamil : tidak tinggi sih… 110/70
Perawat : iya tensinya bagus ibu … hanya saja nadinya yang agak cepat
ini biasa terjadi karena ras anyeri yang ibu rasakan, jangan

14
cemas yahhh ibu,,,,sekarang kita ukur berat badannya yah…
silahkan naik bu di timbangannya… ( Pertahankan
komunikasi terapeutik dengan bahsan lembut dan
santun)

Ibu hamil pun melakukan pengukuran berat badan


Perawat : semuanya normal yah ibu…berat badannya juga naik,
keluhan lainnya apa yagh bu..
Ibu hamil : hanya nyeri – nyeri hilang timbul begitu
Perawat : iya… nyeri – nyeri yang di rasakan ibu biasanya di namakan
kontraksi,, sekarang kita lakukan palpasi dulu yah…
Pasien dan petugas pun masuk ke ruang tindkan untuk di lakukan
palpasi….
Perawat : iya…. Baik bu tadi setelah saya palpasi keadaan janinnya
alhamdulillah baik posisinya bagus, dan djj nya juga normal,
bb juga naik, yah,.. sesuailah dengan umur kehamilan ibu…
Adapun nyeri yang ibu rasakn itu hanya kontraksi atau di
namakan his palsu, tapi ibu tetap control yagh.. minggu
depan twetap datang karena sudah mendekati persalinan,
kalau sudah ada pengeluaran darah atau lender ibu bisa
langsung ke rs atau ke puskesmas.baik bu saaya kasi resep
yah…
Ibu hamil : jadi saya antri lagi dong untuk obatnya
Perawat : iya ibu apotiknya di sebelah sana tapi ibu tetap duduk kok,,,
sabar yah bu…tetap jaga makan, minum susu, karena
persiapan persalinan sudah dekat tenaga harus full untuk
persiapan persalinan nanti…jadi bagaimana perasaannya

15
sekarang ibu?? Sudah jauh lebih tenang dan enakan?(fase
terminasi….validasi perasaan ibu hamil)
Ibu hami : iya…
Perawat : baik ini resepnya yah ibu…hati – hati yah…
Ibu hamil : terimakasi….
Perawat : iya sama – sama ibu ….

Ibu hamil pun pergi ke apotik untuk menebus obat

Itulah tadi simulasi komunikasi terapeutik pada ibu hamil yang


agak marah karena tidak bersedia untuk di lakukan rapid, tetapi
dengan komunikasi terapeutik oleh petugas menjadi therapis bagi
psikis ibu hamil tersebut….

c. Perbandingan dari kasus semu dan penelusuran literatur review

Sesuai dengan Simulasi yang telah dilakukan, Bentuk komunikasi


terapeutik yang dilakukan oleh perawat di Puskesmas Kota Managaisaki
kabupaten Tolitoli baik pada tahap atau fase awal (orientasi), tahap kerja
(working) dan tahap terminasi adalah komunikasi interpersonal melalui
penyampaian pesan secara verbal, tertulis, dan nonverbal.

Pada fase orientasi atau tahap awal dari hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan diperoleh temuan bahwa keterampilan atau kemampuan
perawat dalam berkomunikasi dengan pasien yang sedang marah harus tetap
sesuai prosedur di mulai dari perkenalan, dan identifikasi pasien dan kontrak
tema dan kerja.

16
Pada fase kerja atau tahap working, perawat telah melakukan layanan
yang cukup baik oleh pasien. Pada fase terminasi atau tahap akhir ketika
pasien pulang bidan belum sepenuhnya melakukan tahapan yang idealnya
harus dilakukan, seperti kegiatan evaluasi subjektif (pasien diberi kesempatan
untuk memberi pendapatnya tentang kepuasannya terhadap layanan) dan
kegiatan evaluasi objektif (pasien diberi kesempatan untuk memberi pendapat
tentang kepuasannya terhadap pemeriksaan Rapid yang di lakukan) namun
pada kenyatannnya saat di lakukan simulasi pasien tidak terlalu menjelaskna
tentang apa yang di rasakan dan kepuasan terhadap pelayanan meskipun
petugas sudah memberi kesempatan untuk menyampaikan apa yang di
rasakan….hal ini bisa saja di pengaruhi oleh keadaan fisik dari pasien
maupun pembawaan pasien yang memang lebih suka diam dan tiak banyak
bicara.

Dalam kasus diatas diketahui bahwa pasien atas nama Ny. Yosi yang
akan di lakukan pemeriksaan Rapid antigen, namun karena factor kurangnya
pengetahuan ibu hamil dan stigma negative terhadap pemeriksaan rapid
antigen yang menganggap apabila di rapid telah terdiagnosa positif covid, dan
pada pengkajian pasien di dapat kan bahwa pasien dengan latar belakang
Pendidikan tidak tamat SD, hal tersebut dapat menjadi sebuah hambatan, oleh
sebab itu harus dilakukan cara-cara untuk mengatasi hambatan tersebut agar
komunikasi terapeutik dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat
dalam proses pemeriksaan pasien.

Pada kasus tersebut terlihat bahwa Ny. Yosi Retno wardani dalam
keadaan mengalami kontraksi / his palsu karena keadaan demikian umum nya
terjadi pada ibu hamil trimester 3, dari pemeriksaan TTV juga normal dan
tidak ada masalah signifikan,

17
Hal pertama yang harus dilakukan pada komunikasi terapeutik pada ibu
hamil adalah sama halnya dengan komunikasi laiinya yaitu membuka
pembicaraan dengan salam dan memperkenalkan diri, dapakanlah perhatain
pasien sebelum berbicara, pandanglah agar dia dapat melihat mulut kita,
perkenalan diri sangat penting dalam komunikasi terapeutik, selanjutnya
tanyakan kepada pasien untuk menunjukan perhatian dan berikan respon
nonverbal seperti konak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien
untuk memperlihatkan dukungan, pada saat pasien memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, perawat harus meperhatikan respon
pasien dengan mendengarkan secara cermat dan berempati. berikan pasien
suasana komunikasi dengan lingkungan yang nyaman dan kondusif serta
memodifikasinya sesuai dengan kondisi ibu hamil contohnya kita dapat
berkomunikasi pada jarak yang dekat untuk menciptakan suasana yang akrab.

Dalam komunikasi terapeutik pada ibu hamil penting untuk memberitau


pasien tentang tindakan apa yang akan dilakukan dan menjelaskan tujuan dari
tindakan tersebut agar pasien ibu hamil mengerti dan dapat kooperatif pada
pelayanan keperawatan yang diberikan padanya. Ketika berkomunikasi pada
ibu hamil, harus diingat selalu tentang kelemahannya, jangan menganggap
ketidakberhasilan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien
untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.

Berikan pasien kesempatan untuk bertanya atas apa yang ia tidak


mengerti, dengan begitu dapat berbentuk hubungan saling percaya dan
menghargai. Apapun tindakan yang akan dilakukan, mintalah persetujuan dari
pasien untuk menghormati hak otonominya, jika terdapat penolakan biarkan
pasien bertingkah lalu dalam tenggang waktu tertentu, hal ini merupakan

18
mekanisme diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta
lingkungannya.

Adanya hambatan dalam berkomunikasi pada ibu hamil yang kurang


pengetahuan dapat di lakukan dengan memberikan edukasi tentang Langkah
– Langkah dan manfaat dari Tindakan yang akan di lakukan .Contohnya pada
kasus diatas adalah saat perawat meminta pasien untuk melakukan rapid
antigen dan pasien menolak karena menganggap dia bukan pasien corona,
perawat langsung menjelaskan atau memberika HE tentang ap aitu Rapid,
bagamana Langkah yang akan di lakukan dan manfaat dari Rapid itu sendiri
terhadap ibu hamil yakni dapat mendeteksi virus yang terdapat pada ibu
hamil sehingga memudahkan bagi petugas untuk mengambil keputusan dalam
lengkah selanjutnya dan mengantisipasi untuk resiko kehamilan pada ibu
hamil.

Pada ibu hamil, komunikasi tidak harus identik dengan komunikasi yang
kaku dan formal, kita dapat berkomunikasi secara santai dengan menyelipkan
candaan-candaan untuk mencairkan suasana komunikasi agar terjalin
keakraban antara perawat dengan pasien. Dalam pemberian informasi pada
pasien perawat tidak boleh seolah-olah sedang menggurui, lakukan dengan
cara-cara yang menyenangkan dan santai agar dapat diterima oleh pasien
dengan baik.

Dalam komuniaksi terapeutik pada ibu hamil ada 3 hal mendasar yang
memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaiu yang pertama Ikhlas (genuiness)
adalah semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima
dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan
bantuan kepada pasien untuk mengkonsumsikan kondisi secara tepat yang
kedua adalah Empati (Emphaty) yang merupakan sikap jujur dalam menerima

19
kondisi klien. Objektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien
dan tidak berlebihan dan yang ketiga adalah Hangat (warmth) yang
merupakan kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien
dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga
pasien bisa mengekspresikan persaannya lebih mendalam.

Teknik komunikasi yang dapat di terapkan, yang pertama adalah Teknik


asertif, Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan
bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia. Yang kedua adalah
Responsif, yaitu Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi
pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Yang ketiga
adalah Fokus, yaitu Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan
karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin
tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan. Yang keempat adalah
Supportif, dimana perubahan yang terjadi pada ibu hamil, baik pada aspek
fisik maupun psikis secara bertahap  menyebabkan emosi klien relative
menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi
klien, misalnya dengan mengiyakan, senyum dan mengagukan kepala ketika
lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama
lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien ibu
hamil. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya:

20
‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat membantu’.Yang
kelima adalah Klarifikasi, Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada
lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi
dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari
satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat
di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi? Dan yang keenam adalah Sabar dan Ikhlas, Seperti
diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini
bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan
jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik,
namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan
kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan


hanya dalam kehidupan Keperawatan, namun dalam kehidupan manusia
sosial secara umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam
kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara
melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara
manusia berkomunikasi secara drastis.

4.2 Saran

Kami kelompok menyadari ada banyak kekurangan dalam makalah


ini, sehingga kami sangat mengharapkan bantuan dari teman-teman untuk
memberi masukan pada makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.

Kuswanti, Ina. 2014. Asuhan kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Romauli, Suryati. 2011. Buku ajar asuhan kebidanan I konsep dasar asuhan
kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti. 2009. Asuhan neonatus bayi dan anak balita.
Jakarta : Trans Info Media

Saifuddin, Abdul Bari. (2009). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

23
Wulandari, Diah. 2012. Komunikasi dan konseling dalam praktek kebidanan. Jakarta
: Salemba Medika

24

Anda mungkin juga menyukai