DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK : III
1. FERAWATI ( 2011A0121)
YOSI RETNO WARDANI ( 2011A0127
DOSEN PEMBIMBING : EVA AGUSTINA Y. S.Kep.Ns.M.kep
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Komunikasi Pada Kehamilan” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas individu mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan. Makalah ini
berisikan tentang komunikasi pada ibu hamil. Selesainya penyusunan makalah ini
berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak yang berperan serta dari awal
sampai akhir.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Komunikasi terapeutik yang diberikan bidan pada ibu hamil sesuai
dengan kebutuhan tiap semester. Biasanya, pada ibu hamil, perkembangan
dan perubahan pada tubuh ibu tidak banyak di ketahui, baik oleh ibu, maupun
orang lain. Oleh karena itulah, ibu hamil sangat penting mendapatkan
konseling terapeutik untuk mengetahui status kehamilannya.
1.3 Tujuan
Perawat mampu mendeskripsikan cara berkomunikasi secara efektif
kepada ibui hamil
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Salah satu aspek
dari dimensi pelayanan keperawatan yang dapat mempengaruhi
kualitas pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien adalah pemberian
informasi yang jelas, komunikasi yang efektif, dan pendidikan kesehatan
yang diperlukan oleh pasien (Potter & Perry dalam Roup, 2016)
4
menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian
menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non
verbal yang disampaikan oleh pasien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan
mengevaluasinya.
3) Fase Terminasi (akhir pertemuan) merupakan akhir dari pertemuan
perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir Terminasi sementara adalah akhir dari
tiap pertemuan perawat dan pasien, setelah hal ini dilakukan
perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang
berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati
bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat
setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan
1. Perubahan psikologi
2. Perubahan Emosi
5
Kehamilan membuat emosi ibu menjadi lebih, oleh sebab itu
bidan memberikan konseling kepada ibu hamil tersebut. Konseling
yang akan diberikan bidan adalah pedoman diri yang mencakup
penerimaan ibu atas kehamilannhya, sikap dan jalan keluar yang
diberikan oleh bidan.
6
3. Menjelaskan bahwa apa yang dirasakan ibu adalah sesuatu yang
normal.
4. Mengungkapkan bahwa setiap pengalaman kehamilan adalah unik.
5. Menjelaskan tentang kebutuhan Nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda
kelahiran dan tanda--tanda bahaya kehamilan.
6. Mendiskusikan tentang ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil
dan cara mengatasinya.
7. Mendiskusikan tentang rencana persalinan.
8. Bersikap terbuka dengan pasangan / Konsultasi dengan Bidan adalah
hal yang penting.
7
kebahasaan ini lazim digunakan dalam kegiatan sehari-hari,
termasuk pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan, atau perawat
dirumah sakit ataupun di tempat pelayanan kesehatan. Sedangkan
komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan
bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial,
bahasa gambar, dan bahasa sikap. Komunikasi nonverbal
memindahkan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Bidan perlu
menyadari pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan klien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi.
8
memiliki pendidikan kurang. Seorang bidan harus mempunyai
cara agar ibu mudah menerima informasi yang disampaikan.
2. Budaya
Pada daerah tertentu masih banyak budaya yang mengakar
pada masyarakat. Banyak budaya dari masyarakat daerah yang
tidak sesuai dengan teori kesehatan. Mereka masih
menggunakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang untuk
menyelesaikan masalah kesehatan. Mereka cenderung kurang
setuju terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan.
3. Ekonomi
Tingkat ekonomi ibu hamil mempengaruhi keberhasilan
komunikasi. Ibu hamil yang ekonominya menegah ke atas akan
mudah melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan. Misalnya
jika ibu hamil dianjurkan untuk menambah asupan gizi yang
berguna untuk dirinya dan janinnya, maka ibu tersebut akan
mudah untuk melaksanakan anjuran tersebut. Dengan begitu,
maka komunikasi yang dilakukan oleh seorang bidan berhasil.
4. Sosial
Ibu hamil akan membentuk kepribadian ibu. Jika ibu tersebut
terbiasa menjadi orang yang penting di masyarakat, maka akan
cenderung sulit menerima informasi yang diberikan. Ibu akan
memiliki argumen yang menurutnya benar. Ibu akan lebih aktif
sehingga setiap informasi yang diberikan akan direspon.
5. Keadaan psikis
9
Ibu yang tidak menginginkan kehamilan akan sulit diajak
komunikasi. Mereka bersikap apatis terhadap informasi yang
disampaikan. Seorang bidan harus berusaha meyakinkan pada
ibu agar ibu dapat merawat janinnya hingga ibu melahirkan.
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Hasil – Hasil penelitian tentang Komunikasi Terapeutik pada Ibu hamil
Dari beberapa Artikel review yang kami kumpulkan, ada yang menunjukkan
komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat di rumah sakit sebagian
kategori baik (49,1%) (92,2%) (86,7%) yaitu hasil penelitian dari (Siti et
al.,2016), (Simanjuntak, 2019), Wijayanti, Nabhani, dan Damayanti (2019).
Perawat di rumah sakit selalu melakukan komunikasi Terapeutik, (54,3%)
yaitu hasil penelitian dari (Wahdatin et al., 2020). Diperoleh pula komunikasi
terapeutik yang dilakukan perawat di rumah sakit kategori tidak baik (7,8%)
yaitu hasil penelitian dari Transyah dan Toni, (2018). Perawat di rumah sakit
tidak melakukan komunikasi terapeutik secara efektif (66,7%) yaitu hasil
penelitian dari (Dora, Ayuni dan Asmalinda, 2019). Berdasarkan hasil tersebut
dapat dikatakan perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan baik yang
ditunjukkan dengan mereka yang selalu melakukannya terhadap pasien.
Sebaliknya pasien yang tidak baik dalam melakukan komunikasi terapeutik
yaitu mereka yang tidak efektif dalam memberikannya kepada pasien.
10
Sedangkan Hasil penelitian RSUD Padang Pariaman menunjukkan sebagian
besar responden menilai komunikasi, terapeutik yang dilaksanakan perawat
kategori tidak efektif dimana mereka berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak (50,0%) (Dora et al., 2019). Dilihat dari jenis kelamin, pada
dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki gaya komunikasi yang berbeda.
Jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang pada saat berinteraksi. Hal
tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan pesan yang
diterimanya (Potter, & Perry, 2013).
1.2 Contoh Kasus dalam Penerapan Komunikasi terapeutik pada ibu Hamil
a. Identitas Klien
1. Nama : Ny. Yosi Redno Wardani
2. Umur : 32 Tahun
3. Alamat : Kel. baru
4. Status : Kawin
5. Agama : Islam
6. Suku : Jawa
Ny. Yosi Redno Wardani , pasien/ ibu hamil yang datangh ke puiskesmas
untuk control kehamilannya yang sudah memasuki usia kehamilan 36 minggu,
pada saat ingin di lakukan Tindakan , perawat memberitahukan untuk
melakukan tes Rapid Antigen terlebih dahulu, namun pasien menolak, dengan
alas an bahwa dia tidak bergejala corona, namun perawat dengan penuh
kesabaran dan lemah lembut menjelaskan Tindakan yang akan di lakukan dan
manfaat dari pemeriksaan Rapid yang akan di lakukan untuk lebih
mengantisipasi hal – hal yang tidak di inginkan serta menentukan langkah
yang tepat untuk tahap pemeriksaan selanjutnya pada ibu hamil.
11
b. Dialog roleplay komunikasi terapeutik pada pemeriksaan TTV kepada
pasien lansia
Di sebuah Kota Tolitoli yang di kenal dengan kota cengkeh, dari rumah
yang ada di kelurahan baru ada seorang ibu hamil yang sedang
melakukan pemeriksaan kehamilan di usia kehamilan 36 minggu di
ruang KIA Puskesmas Kota Managaisaki Tolitoli.
Fase Pra Interaksi
12
Tindakan sebagai prosedur yang ada di sini ibu harus
melakukan tes rapid antigen dulu yah…
Ibu hamil : harus itu bu??? Tapi kan saya tidak corona (menjawab
dengan ketus)
Perawat : iya.. betul ,,, tapi pemeriksaan rapid ini bukan hanya pasien
yang bergejala tapi pada ibu hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya harus di periksa dulu bu
pemeriksaan ini sangat penting untuk mendeteksi apakah
ada virus atau tidak karena dalam keadaan hamil sangat
rentan terpapar virus dan hasilnya nanti tentu saja dapat
menentukan apa Tindakan selanjutnya yang di lakukan
untuk ibu oleh saya sebagai petugas Kesehatan…jadi
bagaimana bu bersedia untuk di lakukan rapid?? ( kontrak
topik dan waktu)
Ibu hamil : Terus kalau saya positif???
Fase Kerja
Perawat : nah klo ibu positif, ibu harus di rujuk ke RS karena rumah
sakit mempunyai ruangan khusus untuk ibu hamil yang
terkena covid jadi penanganannya lebih spesifik lagi dan
tentu saja untuk menghindari kemungkinan atau resiko yang
bisa muncul pada kehamilan ibu,dan pemeriksaannya kita
lakukan sekarang tidak terlalu lama ibu pling 2-3 menit…
(kontrak waktu dan tema dan menjelaskan Tindakan
yang akan di lakukan)
Ibu hamil : sakit itu bu… itukan di colok di hidung…
Perawat : sakit sedikit, asalkan ibu mengikuti instruksi saya insya Allah
tidak terlalu ibu… rilex saja bu… nanti Tarik nafas pada saat
pemeriksaan,, dan kepalanya mengadah ke atas kalau saya
13
sudah mengambil sedikit caitran hidung ibu selesai deh,,,,
intinya asalkan ibu mengikuti instruksi saya insya Allah
tidak terlalu sakit bu…( menjelaskan cara kerja dengan
komunikasi terapeutik)
Ibu hamil : harus itu bu….
Perawat : iya bu wajib untuk ibu hamil yang datang memeriksakan
kehamilannya, bagaimana bu ..?? apa ibu bisa menerima
penjelasan saya tadi??
Ibu hamil : iya …baiklah… kalau prosedurnya seperti itu…
Pasien pun di lakukan pemeriksaan Rapid oleh perawat……..
Fase Terminasi
Perawat : bagaimana ibu perasaannya???tidak terlalu sakit kan????
(Validasi secara subjektif dan objektif)
Ibu hamil : iya sih hanya geli – geli sedikit, saya pikir tadinya sakit
seperti yang orang – orang cerita suster makanya saya
menolak tadinya….
Perawat : tidak semenyeramkan yang orang sampaikan bu… asal ibu
mengikuti instruksi kami sebgai petugas yang melakukan
pemeriksaan….( sambil tersenyum) alhamdulillah hasil
pemeriksaannya negative ibu… jadi sekarang saya lakukan
pemeriksaan selanjutnya yah… saya akan melakukan
pengukuran Tekanan darah pada ibu, menimbang berat
badan,pengukuran NAdi dan suhu badan….( sambIl
melakukan pemeriksaan mengajak pasien
berkomunikasi) bulan kemarin berapa tensinya bu
Ibu hamil : tidak tinggi sih… 110/70
Perawat : iya tensinya bagus ibu … hanya saja nadinya yang agak cepat
ini biasa terjadi karena ras anyeri yang ibu rasakan, jangan
14
cemas yahhh ibu,,,,sekarang kita ukur berat badannya yah…
silahkan naik bu di timbangannya… ( Pertahankan
komunikasi terapeutik dengan bahsan lembut dan
santun)
15
sekarang ibu?? Sudah jauh lebih tenang dan enakan?(fase
terminasi….validasi perasaan ibu hamil)
Ibu hami : iya…
Perawat : baik ini resepnya yah ibu…hati – hati yah…
Ibu hamil : terimakasi….
Perawat : iya sama – sama ibu ….
Pada fase orientasi atau tahap awal dari hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan diperoleh temuan bahwa keterampilan atau kemampuan
perawat dalam berkomunikasi dengan pasien yang sedang marah harus tetap
sesuai prosedur di mulai dari perkenalan, dan identifikasi pasien dan kontrak
tema dan kerja.
16
Pada fase kerja atau tahap working, perawat telah melakukan layanan
yang cukup baik oleh pasien. Pada fase terminasi atau tahap akhir ketika
pasien pulang bidan belum sepenuhnya melakukan tahapan yang idealnya
harus dilakukan, seperti kegiatan evaluasi subjektif (pasien diberi kesempatan
untuk memberi pendapatnya tentang kepuasannya terhadap layanan) dan
kegiatan evaluasi objektif (pasien diberi kesempatan untuk memberi pendapat
tentang kepuasannya terhadap pemeriksaan Rapid yang di lakukan) namun
pada kenyatannnya saat di lakukan simulasi pasien tidak terlalu menjelaskna
tentang apa yang di rasakan dan kepuasan terhadap pelayanan meskipun
petugas sudah memberi kesempatan untuk menyampaikan apa yang di
rasakan….hal ini bisa saja di pengaruhi oleh keadaan fisik dari pasien
maupun pembawaan pasien yang memang lebih suka diam dan tiak banyak
bicara.
Dalam kasus diatas diketahui bahwa pasien atas nama Ny. Yosi yang
akan di lakukan pemeriksaan Rapid antigen, namun karena factor kurangnya
pengetahuan ibu hamil dan stigma negative terhadap pemeriksaan rapid
antigen yang menganggap apabila di rapid telah terdiagnosa positif covid, dan
pada pengkajian pasien di dapat kan bahwa pasien dengan latar belakang
Pendidikan tidak tamat SD, hal tersebut dapat menjadi sebuah hambatan, oleh
sebab itu harus dilakukan cara-cara untuk mengatasi hambatan tersebut agar
komunikasi terapeutik dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat
dalam proses pemeriksaan pasien.
Pada kasus tersebut terlihat bahwa Ny. Yosi Retno wardani dalam
keadaan mengalami kontraksi / his palsu karena keadaan demikian umum nya
terjadi pada ibu hamil trimester 3, dari pemeriksaan TTV juga normal dan
tidak ada masalah signifikan,
17
Hal pertama yang harus dilakukan pada komunikasi terapeutik pada ibu
hamil adalah sama halnya dengan komunikasi laiinya yaitu membuka
pembicaraan dengan salam dan memperkenalkan diri, dapakanlah perhatain
pasien sebelum berbicara, pandanglah agar dia dapat melihat mulut kita,
perkenalan diri sangat penting dalam komunikasi terapeutik, selanjutnya
tanyakan kepada pasien untuk menunjukan perhatian dan berikan respon
nonverbal seperti konak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien
untuk memperlihatkan dukungan, pada saat pasien memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, perawat harus meperhatikan respon
pasien dengan mendengarkan secara cermat dan berempati. berikan pasien
suasana komunikasi dengan lingkungan yang nyaman dan kondusif serta
memodifikasinya sesuai dengan kondisi ibu hamil contohnya kita dapat
berkomunikasi pada jarak yang dekat untuk menciptakan suasana yang akrab.
18
mekanisme diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain serta
lingkungannya.
Pada ibu hamil, komunikasi tidak harus identik dengan komunikasi yang
kaku dan formal, kita dapat berkomunikasi secara santai dengan menyelipkan
candaan-candaan untuk mencairkan suasana komunikasi agar terjalin
keakraban antara perawat dengan pasien. Dalam pemberian informasi pada
pasien perawat tidak boleh seolah-olah sedang menggurui, lakukan dengan
cara-cara yang menyenangkan dan santai agar dapat diterima oleh pasien
dengan baik.
Dalam komuniaksi terapeutik pada ibu hamil ada 3 hal mendasar yang
memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaiu yang pertama Ikhlas (genuiness)
adalah semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima
dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan
bantuan kepada pasien untuk mengkonsumsikan kondisi secara tepat yang
kedua adalah Empati (Emphaty) yang merupakan sikap jujur dalam menerima
19
kondisi klien. Objektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien
dan tidak berlebihan dan yang ketiga adalah Hangat (warmth) yang
merupakan kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien
dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga
pasien bisa mengekspresikan persaannya lebih mendalam.
20
‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat membantu’.Yang
kelima adalah Klarifikasi, Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada
lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi
dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari
satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat
di terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi? Dan yang keenam adalah Sabar dan Ikhlas, Seperti
diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini
bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan
jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik,
namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan
kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Romauli, Suryati. 2011. Buku ajar asuhan kebidanan I konsep dasar asuhan
kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti. 2009. Asuhan neonatus bayi dan anak balita.
Jakarta : Trans Info Media
Saifuddin, Abdul Bari. (2009). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
23
Wulandari, Diah. 2012. Komunikasi dan konseling dalam praktek kebidanan. Jakarta
: Salemba Medika
24