Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat senantiasa menghadapi
pasien yang memiliki kondisi yang sangat komplek sifatnya baik ditinjau dari segi
latar belakang sosial budayanya, pendidikannya, cita-cita, keinginannya, gejala
emosional dan sebagainya yang kesemuanya itu perlu memperoleh respon yang
positif dari seorang perawat yang selama memberikan pelayanan ataupun asuhan
keperawatan.
Komunikasi antara perawat dan pasien sangat menentukan keberhasilan hasil
dan mutu pelayanan yang diberikan sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan
dibutuhkan adanya kerja sama antara perawat dan pasien yang akan membantu proses
penyembuhan.

B. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu banyak pokok bahasan dalam materi komunikasi teurapetik,
untuk itu kami selaku penyusun makalah membatasi pokok bahasan pad komunikasi
teurapetik pada ibu hamil, yang meliputi.
1. Pengertian komunikasi teurapetik.
2. Tujuan komunikasi teurapetik.
3. Menjelaskan fase dan tehnik komunikasi teurapetik.
4. Menjelaskan komunikasi teurapetik pada ibu hamil.

C. Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini, adalah sebagai berikut :
- Memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi keperawatan.
- Memahami bagaimana apalikasi komunikasi teurapetik pada ibu hamil.
- Memahami tujuan dari komunikasi teurapetik itu sendiri.
- Menambah wawasan serta pengetahuan.

1
D. Metodelogi
Adapun metodelogi penyusunan makalah ini dengan study perpustakaan dari
literatur-literatur yang ada diperpustakaan.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat latar belakang, batasan masalah, tujuan, metodelogi
dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam Bab II ini membahas pengertian komunikasi teurapetik, tujuan
komunikasi turapetik, fase dan tehnik komunikasi, dan komunikasi teurapetik
pada ibu hamil.
BAB III PENUTUP
Dalam Bab III ini merupakan kesimpulan dan saran penulis.
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
KAJIAN TEORITIS

F. Pengertian Komunikasi Teurapetik


- Komunikasi proses penyampaian berita/pesan dari seseorang ke orang lain
sehingga antara kedua belah pihak terjadi adanya saling pengertian.
- Tetapi merupakan suatu upaya penyembuhan.
- Teurapetik merupakan semua interaksi yang dilakukan ditujukan dalam upaya
penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien.

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat senantiasa menghadapi


pasien yang memiliki kondisi yang sangat komplek sifatnya baik ditinjau dari segi
latar belakang sosial budanyanya, pendidikannya, cita-citanya dan keinginannya
gejala emosional dan sebagainya, yang kesemuanya itu perlu memperoleh respon
positif dari seseorang perawat selama memberikan pelayanan perawatan terhadap
pasien.
Pasien sebagai individu yang unik dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari
senantiasa mengadakan kontak dengan lingkungannya melalui komunikasi baik secara
verbal maupun non-verbal. Tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan keperawatan
cenderung semakin meningkat, sehingga membawa dampak yang positif terhadap
peran dan fungsi perawat dalam mengantisifasi tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan keperawatan tersebut. Dalam rangka mengantisifasi tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan keperawatan tersebut, komunikasi merupakan salah satu
faktor yang ikut mendukung perawatan karena komunikasi didalam keperwatan
merupakan suatu proses yang ikut mendukung perawatan karena komunikasi didalam
keperawatan merupakan suatu proses hubungan antara perawat dengan pasien,
keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya dalam rangka mengenal dan
menentukan kebutuhannya.

G. Tujuan Komunikasi Teurapetik


Seorang perawat bila merawat pasiennya terlebih dahulu menyampaikan ide
dan pikirannya sehingga orang yang dirawatnya itu memahami apa yang
dilakukannya. Dengan demikian diharapkan pasien tersebut sesuai dengan

3
kemampuannya mendukung tindakan yang dilakukan oleh perawat tersebut
terhadapnya. Tingkat pengetahuan pasien dapat dilihat dari respon yang diberikannya
terhadap pesan-pesan yang diberikan oleh bidan kepadanya.
Komunikasi teurapetik bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik
antara perawat dengan pasien guna mendorong pasien agar mampu meredakan segala
ketegangan emosinya dan memahami dirinya serta mendukung tindakan konstruktif
terhadap kesehatan dalam rangka mencapai kesembuhan. Didalam upaya perawatan
dan penyembuhan hubungan erat antara perawat dan pasien diperlukan agar tindakan
yang dilakukan terhadap pasien didasarkan atas kesepakatan bersama.
Adapun tujuan lain dari komunikasi teurapetik, yaitu :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikirn serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan uang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
4. Menciptakan hubungan yang baik antara perawat dan pasien guna mendorong
pasien agar mampu meredakan segala ketegangan emosinya dan memahami
dirinya serta mendukung tindakan konstruktif terhadap kesehatannya dalam
rangka mencapai kesembuhannya.

H. Fase Dan Tehnik Komunikasi Teurapetik


1. Fase-fase Yang Perlu Diperhatikan Untuk Meningkatkan Efektifitas
Komunikasi Teurapetik
Untuk meningkatkan efektifitas komunikasi teurapetik, perawat harus
memperhatikan beberapa fase guna mencapai kesuksesan dalam mengadakan
komunikasi teurapetik, fase-fase itu antara lain :
1) Fase sebelum interaksi
Sebelum berlasngsungnya interaksi, seorang perawat harus
memiliki/mengetahui data yang lengkap tentang pasien agar perawat memiliki
gambaran umum tentang pasien yang dirawatnya, data yang dibutuhkan :
a. Nama pasien
b. Alamat pasien
c. Umur pasien

4
d. Pendidikan pasien
e. Riwayat penyakit (kesehatan), riwayat keluarga dan riwayat sosialnya.

2) Fase pendahuluan
Fase ini merupakan fase orientasi, dalam fase ini terdiri dari 3 kegiatan, yaitu :
a. Persiapan membuka hubungan dengan pasien
b. Menjelaskan masalah
c. Menjelaskan prosedur, wawancara dan merumuskan perjanjian

3) Fase pelaksanaan
Apabila antara pasien dengan perawat sudah memulai saking berinteraksi,
maka perhatian yang sangat mendalam amat dibutuhkan untuk kelangsungan
pelaksanaan wawancara tersebut.
Dalam fase ini ada 3 kegiatan :
a. Menanggapi dan menjelajahi hati pasien
Dalam memberikan tanggapan dan menjelajahi pasien diharapkan dapat
menunjukan empati, rasa hormat dan keinginan/hasrat yang tinggi untuk
membantu pasien, keahlian/kemampuan untuk menjelaskan/memberikan
petunjuk secara teoritis
b. Mengintegrasikan dan mendinamiskan pemahaman pasien terhadap
dirinya
c. Sebagai fasilitator dan membantu menentukan tindakan

4) Fase pengakhiran
Kadang-kadang setelah terjadinya interaksi yang harmonis antara pasien
dengan perawat sering diketemukan kesulitan dan kebingungan akan
memutuskannya.

2. Tehnik-Tehnik Komunikasi Teurapetik


1. Broad Opening  suatu tehnik untuk membuka pembicaraan.
2. Listening  mendengarkan.
3. Restating (mengulang)  mengulang pemikiran utama yang diekspresikan
pasien.

5
4. Klasifikasi  menayakan kembali kepada pasien ide dari kata yang samar
atau tidak.
5. refleksi (pemantulan)  mengembalikan kepada pasien segala ide, perasaan,
pertanyaan agar pasien menyadari dan dapat mengambil keputusan.
6. Memfokuskan  membantu klien bicara dengan topik yang telah dipilih dan
yang penting.
7. Sharing perception (membagi persepsi).
8. Identifikasi tema
9. Silence  diam.
10. Informing  memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.
11. Sugesting  menyarankan.
12. Exploration  menggali lebih jauh supaya masalah teratasi.
13. Reframing  menggugah.

I. Komunikasi Teurapetik Pada Ibu Hamil


Ibu hamil adalah seorang wanita dengan adanya gejala-gejala yang berasal
dari buah kehamilan yaitu janin dari uri/khorion.
3. Perubahan fisiologis
Adanya fertilitasi dan konsepsi bertemunya ovum dan sperma sehingga terjadi
pembuahan dan pembelahan sel-sel sehingga tumbuh dan berkembang dalam
kandungan ibu. Ibu tidak mengalami menstruasi selama masa kehamilan dan
dalam proses pertumbuhan janin tersebut terjadi perubahan hormonal khususnya
meningkatnya hormon progesterone dan estrogen sehingga kadang-kadang ibu
hamil merasa mual, pusing, tak ada nafsu makan, gejala lain yang muncul missal
peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi dan tensi. Pada orang tertentu
terjadi perubahan kulit dimana kulit menjadi kehitam-hitaman (cloasma
gravidarum dan strie gravidarum). Adanya penurunan eritrosit konsentrasi darah
lebih encer, ibu pucat dan menimbulkan anemia. Dan juga terjadi pembesaran
uterus, oedem pada kaki dan varices. Adanya perubahan fisik ini dapat merubah
bentuk ibu hamil sehingga menajadi montok gendut dan gerakannya lambat.

6
4. Perubahan psikologis
Kehamilan dan kelahiran pada umumnya merupakan suatu proses yang
menimbulkan arti emosional yang sangat besar artinya pada setiap wanita,
peristiwa-peristiwa kejiwaan yang menyertai pada ibu hamil mulai dari peristiwa
ngidam pada umumnya dibarengi oleh emosi yang kuat karena dorongan
hormonal. Ibu menjadi lebih peka mudah tersinggung.
Disamping rasa kegembiraan rasa cemas pun timbul. Hal-hal yang dapat
menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada ibu hamil adalah :
a. Ibu mengalami hamil pertama, belum mempunyai pengalaman misalnya
memikirkan perubahan-perubahan yang terjadi seperti adanya pergerakan
anak-anak adanya kelainan-kelainan kulit.
b. Adank yang tidak diharapkan, misalnya pernah digugurkan tapi tidak gugur,
takut anaknya cacat, kehamilan diluar nikah.
c. Pengalaman persalinan yang lalu tidak menyenangkan seperti anak lahir
abnormal, anak meninggal.
d. Masalah-masalah seksual
e. Keadaan sosial ekonomi, apakah mampu membiayai perawatan maupun
persalinan nanti.
f. Terlalu mengharapkan anak dengan jenis kelamin tertentu.
g. Umur ibu sudah tergolong resiko tinggi, lebih dari 35 tahun.
h. Ibu menderita suatu penyakit tertentu.
i. Tidak mendapatkan dukungan dari suami/keluarga lain.
j. Kepercayaan-kepercayaan yang telah diakuinya.

5. Pelaksanaan komunikasi teurapetik


Selama masa kehamilannya seorang ibu sesuai dengan pengalamannya
akan selalu bergelut dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehamilan
dan faktor-faktor disekitar kehamilannya. Sebagai seorang tenaga kesehatan
diharapkan mampu melalui tindakan pemeriksaan, penyuluhan dan segala bentuk
kontak langsung pada ibu hamil melalui berbagai metode maupun bentuk
hubungan dapat mengadakan komunikasi teurapetik. Komunikasi teurapetik yang
dimaksudkan diharapkan dapat meredam pemunculan faktor psikososial yang
berdampak negatif pada kehamilannya, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan
diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya. Untuk mengorganisasikan

7
perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memelihara
kehamilannya sehingga akhirnya dapat melahirkan dengan lancar.
Dalam proses komunikasi teurapetik, perawat/bidan lebih memfokuskan
terhadap fase-fase kritis yang akan dilalui oleh ibu hamil.
Contoh :
Pasien : Bu perawat pada umur kehamilan saya yang kedua bulan ini, saya merasa
tidak enak makan, pusing, muntah-muntah tidak bisa tidur
Perawat : Bu, apa yang ibu rasakan ini, dirsakan pula oleh ibu-ibu yang lain. Hal ini
akibat dari pengaruh hormon yang ada pada badan ibu.
Pengaruh ini bisa ibu atasi dengan usaha penyesuaian makan yang cukup
teratur dan menjaga pikiran yang sehta, meningkatkan kesadaran untuk
menerima dan memelihara kehamilan iini bersama keluarga lain khususnya
suami.

STUDY KASUS

Ny. M dengan usia kandungannya 4 bulan, datang kerumah sakit untuk


memeriksakan kandungannya, kemudian Ny. M meceritakan keadaanya keapada
perawat. Ia sering mual-mual, pusing dan lebih sensitif, Ny. M juga merasa cemas dan
takut terjadi kelainan pada janinnya karena ini merupakan kehamilan pertamanya.
Dari study kasus diatas kita sebagai calon perawat harus bisa memberikan
penyuluhan dan pengertian yang ada hubungannya dengan masalah Ny. M yaitu
dengan cara memberikan penjelasan tentang kehamilan dan cara pencegahan-
pencegahan yang akan berdampak kurang baik bagi ibu dan janin yang dikandungnya.
Selain itu juga perawat harus memberikan motivasi dan Ny. M harus senantiasa
menjaga pikiran yang sehat agar Ny. M tidak terlalu merisaukan kehamilannya karena
itu secarta tidak langsung akan mempengaruhi janinnya.

8
BAB III
PENUTUP

J. Kesimpulan
Tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
cenderung semakin meningkat, sehingga akan membawa dampak positif terhadap
peran dan fungsi tenaga kesehatan. Untuk itu tidak hanya asuhan keperawatan yang
perlu kita tingkatkan, tapi asuhan keperawtan dan komunikasi juga perlu kita
tingkatkan, kerna dengan komunikasi ini, perawat/bidan dapat menyampaikan ide dan
pikirannya kepada pasien sehingga kita dapat mengetahui pikiran dan perasaan pasien
terhadap penyakit yang diderita dan juga prilaku pasien terhadap dirinya sendiri.

K. Saran
1. Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kita harus selalu
berkomunikasi baik terhadap pasien ataupun keluarganya.
2. Dalam melakukan komunikasi harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi.
3. Hendaknya kita sebagai calon perawat mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan standar keperawatan agar mampu memberikan
penyuluhan dan asuhan keperawatan yang baik dan benar.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawtan, Jakarta : EGC


 DEPNAKES. 1993. Komunikasi Teurapetik Dalam Asuhan Kebidanan. Jakarta :
DEPKES
 Purwanto, Heri. 1994 Komuniksi Untuk Perawat. Jakarta : EGC

10
APLIKASI KOMUNIKASI TEURAPETIK PADA
IBU HAMIL

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah
Komunikasi Dalam Keperawatan

Disusun Oleh :
Kelompok 2, Tingkat 1-A

1. Eneng Lili
2. Erry F
3. Estie Amalia
4. Fitria R
5. Hendra H
6. Iis Yeni
7. Indah Petriwi
8. Jajang S
9. Kustrini
10. Lira Yanuar

AKADEMI KEPERAWATAN PEMDA KABUPATEN GARUT

11
Jl. Proklamsi No. 5 Tarogong, Garut-44151. Phone : (0262) 232212
2005
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
yang berjudul “Aplikasi Komunikasi Teurapetik Pada Ibu Hamil”.
Dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Ibu. Ice
Amira. DA, selaku dosen pembimbing beserta staf dosen lainnya dan terima kasih
pula kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari masih banyak kekurangannya dalam penyusunan makalah ini dikarenakan
keterbatasan buku-buku sumber yang kami miliki, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan
penyusunan makalah berikutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun
pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Garut, 16 Juni 2005

Penulis,

12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI .............................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................ i
B. Batasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
C. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
D. Metodelogi ........................................ i
E. Sistematika Penulisan .................................. i

BAB II KAJIAN TEORITIS


A. Pengertian Komunikasi Teurapetik ...................... i
B. Tujuan Komunikasi Teurapetik ............................ i
C. Fase Dan Tehnik Komunikasi Teurapetik . . . . . . . . . . . . . . . . i
C.1 Fase-Fase Yang Perlu Diperhatikan Untuk Meningkatkan
Efektifitas Komunikasi Teurapetik ...................... i
C.2 Tehnik-tehnik Komunikasi Teurapetik ................ i
D. Komunikasi Teurapetik Pada Ibu Hamil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Study Kasus ........................................ i

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................ i
B. Saran .............................................. i

DAFTAR PUSTAKA ........................................ iii

13

Anda mungkin juga menyukai