Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

BPH (BENIGNA PROSTAT HYPERTROPI)

A. Pengertian BPH (Benigna Prostat Hypertropi)


Hyperplasia prostat jinak (BPH) itu sendiri adlah perbesaran prostat atau
BPH itu sendiri adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan
penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria diatas usia
60 tahun.
Istilah hypertropi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah
hyperplasia kelenjar perurethra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan menjadi simpai bedah. Pervalensinya meningkat sejalan dengan
peningkatan usia pada pria. Insiden di negara berkembang meningkat karena
adanya peningkatan umur harapan hidup.

B. Etiologi
Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko umur dan hormon
androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan
patologik anatomi yang ada, pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50 %,
usia 80 tahun sekitar 80 % dan usia 90 tahun 100 %.
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan imbangan testosteron
estrogen, hal ini disebabkan oleh berkurangnya produksi testosteron dan juga
terjadinya konversi testosteron menjadi ostrogen pada jaringan adiposis didaerah
perifer dengan pertolongan enjim aromatase. Estrogen inilah yang kemudian
menyebabkan terjadinya hyperplasi stroma, sehingga timbul dugaan bahwa
testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian
estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah
perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan
produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan angka otopsi diluar negeri perubahan
mikroskopik pada prostat sudah dapat diidentifikasi pada pri usia 30-40 tahun.

1
Perubahan mikroskopik ini bila terus berkembang akan menjadi perubahan
psatologik anatomik, yang pada pria usia 50 tahun pada otopsi ternyata angka
kejadiannya sekitar 50 %, dan pada usia 80 tahun angka tersebut mencapai sekitar
80 %. Sekitar 50 % dari angka tersbut diatas akan berkembang menjadi penderita
pembesaran prostat yang manifest.

C. Tanda dan Gejala


Boyarsky dan kawan-kawan 1977 membagi gejala prostat hypertropi
menjadi :
a) Gejala obstruktif yaitu gejala harus menunggu pada permulaan miksi
(hesitensy), miksi terputus (intermittency), menentes pada akhir miksi
(terminal dribbling), pencarian miksi menjadi lemah, rasa belum puas
sehabis miksi.
Gejala obstruktif disebabkan oleh karena ddetrcisor gagal
berkontraksi dengan cukup luat atau gagal berkontraksi cukup lama
sehingga konstraksi terputus-putus.
b) Gejala iritatif yaitu bertambahnya frekuensi miksi, nocturia, miksi sulit
ditahan (urgency) dan nyeri pada waktu miksi (dysuria).
Gejala iritatif disebabkan oleh karen apengosongan yang tidak
sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan
rangsangan pada vesika sehingga vesija sering berkontraksi meskipun
belum penuh, keadaan membuat sistem skoring untuk menentukan
beratnya keluhan klinik penderita prostat hypertropi.

BPH akan menimbulkan tekanan terhadap urethra sehingga urethra akan


menyempit yang menyebabkan urine tidak bisa keluar dan terjadilah distensi
cairan vesika urinaria yang akan menyebabkan nyeri pada saat miksi.
Pengobatan dengan memanaskan prostat dengan gelombang ultrasonik
atau gelombang radio kapasitif yang disalurkan kekelenjar prostat melalui antene
yang dipasang pada ujung kateter proksimal dari balon pemanasan ini dilakukan
sampai suhu 45-37c selama 1-3 jam.

2
F. Pengobatan
Secara klinik biasanya derajat berat gejala klinik dibagi menjadi 4 gradasi,
yaitu :
 Derajat satu : apabila ditemukan keluhan prostatismus,
pada (DRE) ditemukan penonjolan prostat dan sisa urin
kurang dari 50 ml.
Pada derajat satu biasanya belum memerlukan
tindakan operatif, dapat diberikan pengobatan secara
konservatif misalnya dengan diberikan alfa blocker
sebaiknya yang selektif untuk ( 1) misalnya prazosin,
terzosin 1-5 setiap hari. Pemberian obat ini dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah.
 Derajat dua : apabila ditemukan tanda dan gejala seperti
pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas atas maih
teraba dan sisa urin lebih banyak dari 50 ml tetapi kurang
dari 100 ml.
Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk
melakukan intervensi operatif, sebagai cara yang masih
terpilih ialah trans urethral resection (TUR P).
 Derajat tiga : sama seperti derajat dua tetapi batas atas
prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml.
TUR P masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang
cukup berpengalaman karena besar prostat sudah lebih dari
60 gram. Apabila prostat sudah cukup besar maka sebaiknya
dilakukan operasi terbuka.
 Derajat empat : apabila sudah terjadi retensi total

3
BAB II
TINJAUAN KASUS

LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
A. Biodata
1. Biodata Klien
Nama : Tn. X
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Status meritas : menikah
Alamat : garut Kota
Tgl. Masuk : 31 Mei 2005
Tgl. Pengkajian : 4 Juni 2005
No. CM : 08011
2. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Garut Kota
Hubungan dengan klien : anak kandung

B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada daerah perut bagian bawah dan retensi
urin.

4
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 32 Mei 2005 klien mengeluh rasa nyeri pada daerah perut
bagian bawah dan susah kencing, lalu berobat ke RSU dr. Slamet garut
kemudian klien langsung dianjurkan untuk rawat inap. Klien dirawat
diruang topaz. Pemasangan kateter pun dilakukan. Pada saat dilakukan
pengkajian klien mengeluh nyeri pad perut bagian bawah, mual dan
pada saat dower kateter macet, blasss tegang dan vesika urinaria dapat
teraba. Nyeri dapat dirasakan dari pinggang sampai testisdan tidak
hilang dengan diistirahatkan, klien tampak gelisah dan tegang. Rasa
nyeri bertambah jika bagian perut bawah ditekan dan bila bergerak.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Menurut penuturan klien , klien tidak pernah mengalami penyakit yang
seperti sekarang, penyakit yang harus sampai dirawat di RS dan klien
tidak mempunyai penyakit yang dapat memperburuk
keadaaannya/penyakit menular.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut penuturan anak kandung klien, bahwa didalam anggota
keluarganya tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang seperti
sekarang diderita klien, atau penyakit menular.

C. Pengkajian fisik
1. Keadaan umu
Penampilan umum : lemah
Kesadaran : kompos mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Pols : 83 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36c
3. Integumen
a. Rambut
Warnsa : putih bercampur hitam

5
Penyebaran : merata
Kerontokan : tiadak terdapat kerontokan
Kebersihan : tampak bersih
b. Kulit
Warna : sawo matang
Keadaan : keriput
Lesi : tidak tampak lesi
Kebersihan : kelihatan agak kotor
c. Kuku
Bentuk : cembung
CRT : kembali dalam waktu 2 detik
Kebersihan : tampak bersih
Warna : tampak pucat
4. Kepala
Peradangan : taidak tampak adanya peradangan
Keadaan : bulat dan tidak ada luka
Kebersihan : tampak bersih
5. Mata
Sklera : merah muda
Konjungtiva : sedikit pucat
Gerakan ekstra okuler : dapat digerakan kesegala arah
Kebersihan : nampak bersih
6. Hidung
Tekstur : tampak halus
Bentuk : kedua lubang hidung tampak simetris
Edema dan mukosa : tidak tampak edema
Perdarahan : tidak tampak perdarahan
Fungsi penciuman : pada saat kedua mata klien ditutup, klien
dapat membedakan bau alkohol dengan
kayu putih
Kebersihan : tampak bersih
7. Mulut

6
a) Bibir
Warna : tampak merah kehitaman
Tekstur : agak kasar
Stomatitis : tidak tampak stomatitis
Kebersihan : tidak tampak kotor
b) Gigi
Jumlah : 15 buah
Warna gigi : putih gading
Caries : tidak tampak adanya caries
Kebersihan :
c) Lidah
Warna : tampak merah muda
Pergerakan : dapat digerkan kesegala arah
Fungsi pengecapan : dpat merusakan asin, manis dan pahit
Kebersihan : tampak bersih
8. Telinga
Bentuk : simetris
Kesimetrisan daun telinga: kedua daun telinga simetris
Serumen : tidak tampakadanya serumen
Ketajaman pendengaran : baik, terbukti klien dapat menjawab
pertanyaan perawat dengan benar
Kebersihan : tampak bersih
9. Leher
Bentuk : tampak simetris dengan tubuh
JVP : tidak meninggi
KGB : tidak membesar
Kebersihan : nampak bersih
10. Dada
Bentuk : tampak simetris dengan bentuk tubuh
Masa/lesi : tidak tampak masa/lesi
Pola nafas : tertur 20 x/menit
Bunyi jantung : reguler

7
Bunyi paru : tidak ada tambahan wheezing
Kebersihan : nampak bersih
11. Abdomen
Keadaan : datar lembut
Tekstur : tampak halus
Bising usus : ± 12 x/menit
Kebersihan : tampak bersih
12. Genetalia
Keluhan : urin tidak dapat keluar dengan lancar
Keadaan : terpasang kateter
Lesi : urethra tampak kemerah-merahan
Kebersihan : tampak bersih
13. Ektremitas
a) Atas
Dapat digerakan kesegala arah, tangan kiri terpasang infus tidak
tampak oedema dan peradangan
b) Bawah
Kaki kanan dan kiri dapat digerakan kesegala arah tapi dengan
bantuan karena bila kateter tergerakan terasa sakit, tidak tampak
oedema dan peradangan.

D. Aktivitas Sehari-hari

No Jenis Aktivitas Dirumah Dirumah Sakit


1 Nutrisi
1. Makan
Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
Jumlah 1 porsi 1/2 porsi
Jenis nasi, lauk pauk, sayuran BN TKTP
Cara mandiri disuapi
2. Minum
Frekuensi 2000 cc 1250 cc
Jenis air putih air putih
Cara mandiri disuapi
2 Eliminasi

8
a. BAB
Frekuensi 1 x/hari 1 x/hari
Warna kuning kuning
Konsistensi lembek lembek
Cara mandiri dibantu
b. BAK
Frekuensi 400 cc 250 cc (urine bag)
Warna kuning jernih kuning
Bau khas urine khas urine
Pengeluaran urine dari urethra terpasang kateter
3 Personal Hygiene
- Mandi 2 x/hari 1 x/hari
- Ganti pakaian 2 x/hari 1 x/hari
- Gosok gigi 2 x/hari 2 x/hari
- Cara tanpa bantuan tanpa bantuan
4 Pola Istirahat Tidur
- Tidur malam ± 8 jam ± 4 jam
- Tidur siang ± 2 jam ± 1 jam
- Kualitas tidur nyenyak tidak nyenyak

E. Data Psikologi, Sosial dan Spiritual


1) Data psikologi
a. Konsep diri
Klien mengatakan dengan keadaannya sekarang ini klien
merasa bingung terutama dengan terpasangnya kateter
b. Keadaan emosional
Emosi klien kurang stabil, ekspresi wajah tampak cems dan
klien selalu menanyakan tentang penyakitnya
2) Data sosial
a. Pola hubungan peran
Klien adalah ayah dari ketiga anaknya dan kepala keluarga
selama klien dirawat di RS anak-anaknya menjenguk secara
bergantian
b. Hubunga sosial
Hubungan klien dengan petugas baik, terbukti adanya sikap kooperatif
dalam pelaksanaan prosedur

9
3) Data spiritual
Klien mengatakan beragam Islam klien melaksanakan shalat
dengan berbaring dan tayamum

F. Data Penunjang
1. Diagnosa : benigna prostat hypertropi (BPH)
2. Therapy
a. Kaltropen inj3 x 1 amp
b. Sanmox inj3 x 1 gr
c. Diet BN
d. D. Infus RL dan glukosa 5 % = 15 tetes/menit
3. Radiologi
Illetrocystocopy
4. Ultrasound : USG
5. Laboratorium

No Hematologi Hasil Normal


1 Haemoglobin 12,5 14-18 gr%
2 Leukosit 15.500 5000-10000 /menit
3 Haemotokrit 37 % 4-5 %
4 Trombosit 232.000 150.000-350.000 /mm3
5 Kadar glukosa puasa 100 70-100 mg/dl
6 Urium 50 20-40 /dl
7 Kreatinin 1,30 0,5-1,1 mg/dl

2. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


1 Ds : Obstruksi urethra Gangguan rasa
Klien mengeluh  nyaman nyeri
terasa nyeri pada urine tidak keluar
perut bagian bawah 
Do : penumpukan dlam blass
- Klien kelihatan 
meringis saat

10
dilakukan menekan reseptor nyeri
pengkajian 
- Vesika urinaria merangsang pengeluaran
teraba dan tegang stretonin dan bradikinin

merangsang saraf

thalamus

cortex cerebri

persepsi nyeri
2 Ds : Ansietas Gangguan
Klien mengeluh  kebutuhan nutrisi
merasa mual peningkatan asam lambung
Do ; 
Mulut klien kotor mual
porsi makan habis 
½ porsi nafsu makan berkurang
3 Ds : Kateter terpasang berulang kali Potensial
Klien mengeluh dalam jangka waktu yang lama terjadinya infeksi
sudah dua kali 
dipasang kateter terdapatnya lesi di urethra atau
dalam waktu 2 hari vesika urinaria
Do : 
Terpasang kateter tubuh tidak adekuat
macet akibat darah 
membeku dan ada potensial terjadinya infeksi
luka di uerthra
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya BPH
yang ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh terasa nyeri pada perut bagian bawah

11
Do : Klien kelihatan meringis saat dialkukan pengkajian, vesika
urinaria teraba dan tegang
b. Gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan ansietas yang ditandai
dengan :
Ds : Klien mengeluh merasa mual
Do : - mulut klien kotor
- porsi makan habis ½ porsi
c. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan kateter terpasang berulang
kali dlam waktu lama yang ditandai dengan :
Ds : Klien mengatakan sudah dua kali dipasang kateter dalam kurun
waktu 2 hari
Do : Terpasang kateter macet, darah membeku

12
PROSES KEPERAWATAN
Nama : Ny. X Tanggal Masuk : 31 Mei 2005
Umur : 70 tahun Tanggal Pengkajian : 4 Juni 2005
Jenis Kelamin : laki-laki Diagnosa medis : BPH
DIAGNOSA PERENCANAAN
No
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI IMPLEMENTASI EVALUASI
1 2 3 5 6 7
1 Gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri Rasa nyaman dan nyeri o Kaji sumber nyeri o Untuk mengetahui seberapa jauh nyeri 4 Juni, Jam 08.00 jam 11.15
sehubungan dengan adanya BPH yang teratasi dengan kriteria : yang dirasakan oleh klien dan menentukan o mengkaji nyeri yang mencuci tangan
ditandai dengan : o Klien mengatakan tindakan yang akan diberikan dirasakan
nyeri hilang
Ds : o Ekspresi wajah klien o Observasi tanda-tanda vital o Dengan mengobservasi TTV seperti jam 08.15
- Klien mengeluh terasa nyeri pada tidak meringis dan tekanan darah, nadi pernafasan, suhu. Akan o mengobservasi TTV
perut bagian bawaah tidak nyeri tekan diketahui perkembangan keadaan klien
o Elspresi wajah tenang untuk mendeteksi dini jika terjadi
Do : penurunan kondisi pasien
- Klien kelihatan meringis saat
dilakukan pengkajian
- Vesika urinaria teraba dan tegang
2 Gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan Kebutuhan nutrisi o Kaji frekuensi makan klien o Akan diketahui secara dini jumlah Jam 11.00 jam 11.30
dengan ansietas yang ditandai dengan : terpenuhi dengan kriteria : kebutuhan nutrisi klien sehingga dapat o Mengkaji frekuensi makan o balutan betadin
o Klien tidak merasa membantu dalam proses penyembuhan klien terpasang diujung
Ds : mual penis
- Klien mengeluh merasa mual o Porsi makan habis 1 o Berikan penkes tentang o Penkes tentang pentingnya nutrisi untuk Jam 13.00
porsi pentingnya nutrisi mempercepat proses penyembuhan o Memberikan penkes
Do : penyakit yang dideritanya pentingnya nutrisi
- Mulut klien kotor porsi makan habis
½ porsi
3 Potensial terjadinya infeksi sehubungan Tidak terjadi infeksi o Cuci tangan sebelum dan o Untuk mencegah terjadinya infeksi 4 Juni 2005 Jam 11.15 jam 13.00
dengan kateter terpasang berulang kali dengan kriteria : sesudah melaksanakan tindakan nasokomial yang akan memperburuk o mencuci tangan sebelum dan o tidak ada tanda-tanda
dalam jangka waktu yang lama, yang o Tidak ada tanda tanda keperawatan keadaan penyakit klien sesudah melaksanakan infeksi
ditandai dengan : infeksi tindakaan keperawatan

Ds : o Observasi tanda-tanda infeksi o Akan diketahui secara dini terjadinya Jam 11.30
- Klien menuturkan sudah 2 kali infeksi o mengobservasi tanda-tanda
dipasang kateter dalam kurun wktu 3 infeksi
hari
o Lakukan perawatan kateter o Mencegah masuknya bakteri atau jam 13.00
Do : dengan cara septik dan aseptik terjadinya infeksi o melakukan perawatan kateter
- Terpasang kateter macet akibat darah dengan tehnik septik dan
membeku aseptik

13
14
BENIGNA PROSTAT HYPERTROPI
(BPH)

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun oleh :
Tingkat 2-B

Elis Suciati
03049

AKADEMI KEPERAWATAN PEMDA KABUPATEN GARUT


Jl. Proklamasi No. 5 Tarogong, garut-44151. Phone : (0262) 242126
2005

15

Anda mungkin juga menyukai