Anda di halaman 1dari 3

 

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Heri purwanti, 1994). Komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara
perawat dan pasien, persoalan mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi
pribadi antara perawat dan pesien, perawat yang memberikan bantuan dan pasien yang
menerima bantuan yang diberikan

2. Tujuan
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah
yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada  pertumbuhan klien yang
meliputi:
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien.
Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami
perubahan  dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,
mengalami gangguan  gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti
dan pada akhirnya merasa putus  asa dan depresi.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
salingbergantung  dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar
bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka,
jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat  meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya, hubungan 
mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien
merupakan area  untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan
meningkatkan kemampuan  koping.
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan  yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri
mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang  merasa kenyataan
hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai
rasa percaya  diri dan mengalami harga diri rendah.Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan
identitas diri yang jelas.

3. Fungsi
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi yang dilakukan oleh perawat adalah
komunikasi yang berjenjang. Masing-masing jenjang komunikasi tersebut memiliki
fungsi sebagai berikut: Komunikasi Intrapersonal digunakan untuk berpikir, belajar,
merenung, meningkatkan motivasi, introspeksi diri. Komunikasi Interpersonal digunakan
untuk meningkatkan hubungan interpersonal, menggali data atau masalah, menawarkan
gagasan, memberi dan menerima informasi. Komunikasi Publik mempengaruhi orang
banyak, menyampaikan informasi, menyampaikan perintah atau larangan umum (publik)
4. Langah-langkah dalam Komunikasi Terapeutik
a. Tahap persiapan/pra-interaksi
Pada tahap pra-interaksi, dokter sebagai komunikator yang melaksanakan komunikasi
terapeutik mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan klien atau pasien. Sebelum bertemu
pasien, dokter haruslah mengetahui beberapa informasi mengenai pasien, baik berupa nama,
umur, jenis kelamin, keluhan penyakit, dan sebagainya. Apabila dokter telah dapat
mempersiapkan diri dengan baik sebelum bertemu dengan pasien, maka ia akan bisa
menyesuaikan cara yang paling tepat dalam menyampaikan komunikasi terapeutik kepada
pasien, sehingga pasien dapat dengan nyaman berkonsultasi dengan dokter.
b. Tahap perkenalan/orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan pasien dilakukan. Tujuan dalam
tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan pasien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu. Tahap
perkenalan/orientasi adalah ketika dokter bertemu dengan pasien. Persiapan yang dilakukan
dokter pada tahap prainteraksi diaplikasikan pada tahap ini. Sangat penting bagi dokter untuk
melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan
terapeutik antara dokter dan pasien.
c. Tahap kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap kerja
merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena di dalamnya dokter
dituntut untuk membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisis respons ataupun pesan komunikasi verbal dan nonverbal
yang disampaikan oleh pasien. Dalam tahap ini pula dokter mendengarkan secara aktif dan
dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu pasien untuk mendefinisikan masalah
yang sedang dihadapi oleh pasien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
d. Tahap terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan dokter dan pasien. Tahap terminasi dibagi dua, yaitu
terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan
dokter dan pasien, setelah hal ini dilakukan dokter dan pasien masih akan bertemu kembali
pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama.
Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh dokter setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan. Metode atau teknik yang digunakan dalam komunikasi terapeutik, antara lain,
yaitu mendengarkan (listening), pertanyaan terbuka (broad opening), mengulang (restoring),
klarifikasi, refleksi, memfokuskan, membagi persepsi, identifikasi tema, diam (silence),
pemberian informasi (informing), dan memberikan saran. Dengan melaksanakan beberapa
teknik atau metode komunikasi terapeutik, maka kegiatan komunikasi terapeutik dapat
dilaksanakan dengan baik. Pasien dapat dengan nyaman memberikan informasi yang
dibutuhkan dokter untuk mengupayakan kesembuhan pasien, dan dokter pun dapat
mempermudah pekerjaannya dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan untuk
mempercepat proses penyembuhan pasien. Semakin baik kerjasama yang dilakukan antara
dokter dan pasien, maka semakin baik pula hasil yang dapat dicapai untuk mempercepat proses
penyembuhan pada pasien.

Faktor – faktor penghambat komunikasi


Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 :
21):Perkembangan,Persepsi,Nilai,Latar belakang sosial budaya, Emosi, Jenis
Kelamin, Pengetahuan, Peran dan hubungan, Lingkungan, Jarak, CitraDiri, Kondisi
Fisik.
Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3596/1/keperawatan-jenny.pdf
https://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/komunikasi-terapeutik/
https://windyasih.wordpress.com/nursing/komunikasi-terapeutik/

Anda mungkin juga menyukai