1
Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan
keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif
akan mengundang masalah. Perlu dibangun komunikasi efektif yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun
kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya komunikasi yang efektif, pasien
akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu
dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secarabaik dan memberi obat yang
tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara
sangat diperlukan agar pasien mau dan dapat menceritakan sakit serta keluhanyang
dialaminya secara jujur dan jelas.3
Empat keinginan pasien yang harus dipenuhi untuk membangun hubungan
2
yang baik antara dokter dan pasien adalah:
1. Merasa ada jalinan dengan dokter dan mengetahui bahwa pasien memperoleh
perhatian penuh dari dokter
2. Mengetahui bahwa dokter dapat fokus pada setiap tindakan pengobatan dan
interaksinya
3. Merasa rileks dan bebas dari kekhawatiran pada suasana ruang praktek
4. Mengetahui bahwa dokternya dapat diandalkan.
Dari sudut pandang pasien, hubungan yang terjalin akan meningkatkan
kepercayaan dan komunikasi yang efektif. Dokter akan tanggap pada respon pasien
atas informasi yang disampaikannya. Pasien akan lebih terbuka dalam mendengar
dan belajar. Pertukaran pandangan yang sama akan mudah dikembangkan dan
pasien lebih bersedia untuk melakukan tindakan yang sesuai harapannya. Pasien
menjadi lebih siap menerima tindakan pengobatan dan akan menyarankan orang
lain ke dokter yang memiliki hubungan baik dengannya.
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat
bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun.
Komunikasi berbicara tentang caramenyampaikan dan menerima pikiran-pikiran,
informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya
pengertian yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan. 3
2
Menurut Griffin komunikasi adalah proses relasional menciptakan dan
menafsirkan pesan yang mendatangkan respon. Dimana pesan merupakan inti dari
komunikasi. Isi dan bentuk teks dari pesan biasanya dibangun,
diciptakan,direncanakan, dibuat, dibentuk, dipilih, atau diadopsi oleh komunikator.
Pesan tidak menafsirkan sendiri. Makna pesan berlaku baik untuk pencipta dan
penerima tidak berada dalam kata-kata yang diucapkan, ditulis, atau bertindak
keluar. Ada efek pesan atas orang-orang yang menerimanya. 4
Komunikasi menurut Effendy akan berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan. Dan suatu percakapan akan dikatakan
komunikatif apabila kedua belah pihak dalam hal ini penyampai maupun penerima
pesan selain mengerti bahasa yang digunakan, juga makna dari bahan yang
diperbincangkan.5
3
Dokter bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang
disampaikan. Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan
setiap pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien, dokter
sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan klarifikasi. Mengingat kesenjangan
informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien, dokter perlu mengambil
peran aktif. Ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan, dokter perlu secara
proaktif memastikan apakah pasien benar benar memahami pesan yang telah
disampaikannya.
Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi menurut Gorden adalah: 6
1. Komunikator: orang yang menyampaikan pesan
2. Pesan: ide atau informasi yang disampaikan
3. Media: sarana komunikasi
4. Komunikan: pihak yang menerima pesan
5. Umpan Balik: respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya.
Lima sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:
1. Membuat komunikan mendengarkan atau melihat apa yang komunikator katakan
2. Membuat komunikan memahami apa yang mereka dengar atau lihat
3. Membuat komunikan menyetujui apa yang telah mereka dengar
4. Membuat komunikan mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud komunikator,
dan maksudnya dapat diterima oleh komunikan
5. Memperoleh umpan balik dari komunikan.
4
Komunikasi medis yang berlangsung positif memberikan dampak penting bagi
pasien, dokter, dan orang lain. Seorang dokter lebih cenderung untuk membuat
diagnosis yang lebih akurat dan komprehensif guna mendeteksi tekanan emosional
pada pasien, pasien memiliki rasa puas dengan perawatan dan kurang cemas, dan
setuju dengan mengikuti saran yang diberikan. 7 Selain itu, pasien yang ditangani
oleh dokter dengan keterampilan komunikasi yang baik telah terbukti meningkatkan
Indeks Kesehatan dan Tingkat Pemulihan. 8,9,10 Namun, demikian hasil positif tersebut
tidak selalu diperoleh. Komunikasi yang positif telah terbukti memiliki dampak
menguntungkan, sebaliknya komunikasi yang negatif sebaliknya justru dapat
menyebabkan keseluruhan dampak yang negatif dokter maupun pasiennya.
Misalnya, komunikasi yang buruk menyebabkan pasien tidak terlibat dengan layanan
kesehatan selanjutnya menolak untuk mengikuti perilaku kesehatan dianjurkan dan
menjalani perawatan yang diperlukan, dan gagal untuk mematuhi resep pengobatan,
atau gagal untuk menyembuhkan penyakit.
Dalam kasus ekstrim, komunikasi yang buruk dapat menyebabkan gangguan
psikologis, gangguan fisik, litigasi atau, paling buruk, kematian. Singkatnya, seperti
dicatat oleh Pettigrew dan Logan, (komunikasi kesehatan mempromosikan
kesehatan dan penyakit dalam masyarakat, dan membuat sistem dijalankan pada
efektivitas secara optimal.11
Kemampuan komunikasi yang baik atau keterampilan sosial memberikan
keuntungan lebih dalam kehidupan antarmanusia manusia. Mereka yang memiliki
tingkat kemampuan dan keterampilan tinggi berguna untuk mengatasi stres atau
kegelisahan lebih mudah dan untuk beradaptasi dan menyesuaikan hidup lebih baik
dan menjadi lebih kecil kemungkinannya untuk menderita depresi, kesepian atau
kecemasan. Dalam konteks komunikasi, penting bagi seorang profesional kesehatan
untuk memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Seperti dikemukakan oleh Blasi
bahwa : In healthcare, the importance of health professionals having good
communication skills is being increasingly recognized.12
Kemampuan interpersonal dokter kepada pasiennya memiliki hubungan
signifikan dalam upaya kesembuhan pasien Seorang praktisi kesehatan yang
berusaha untuk membentuk hubungan baik dan hubungan persahabatan dengan
pasien serta meyakinkan mereka bahwa mereka akan segera menjadi lebih baik,
lebih efektif daripada praktisi kesehatan yang terus-menerus berkonsultasi secara
impersonal (tidak akrab dan tidak bersahabat), formal atau tidak pasti.
5
Komunikasi kesehatan yang positif tidak hanya relevan dengan interaksi yang
berhubungan dengan pasien dalam pengaturan kesehatan, seperti dokter umum
praktik, General Practitioner (GP) rumah sakit, puskesmas dan klinik, tetapi juga
mendasar pada tingkat kesehatan yang lebih luas masyarakat. Penentu paling
penting dari kesehatan adalah keadaan sosial, ekonomi, dan paling tidak penting
adalah perilaku kesehatan individu. 13 Dengan demikian, disarankan untuk harus
memfokuskan usaha lebih luas pada kampanye pendidikan kesehatan masyarakat
daripada mencoba untuk mempengaruhi perilaku pada tingkat individu. Berfokus
pada berkomunikasi dengan publik yang lebih luas dalam rangka untuk
mempromosikan kesehatan yang lebih baik. Dengan mempertimbangkan
pendekatan yang berbeda dan strategi yang telah diambil, dan mengevaluasi
efektivitas mereka. Setelah ini, terjalin di sejumlah media komunikasi yang
digunakan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat luas. 12
Dengan demikian komunikasi dalam lingkup kesehatan begitu penting. Hasil
konferensi tentang komunikasi kesehatan yang berlangsung di Toronto menghasilkan
‘Toronto Consensus”, menghasilkan 8 (delapan) point pernyataan hubungan antara praktek
komunikasi dan kesehatan sebagai berikut :
1. Communication problems in medical practice are important and
common.
2. Patient anxiety and dissatisfaction are related to uncertainty and lack
of
information, explanation and feedback.
3. Doctors often misperceive the amount and type of information that
patients
want to receive.
4. Improved quality of clinical communication is related to positive health
outcomes.
5. Explaining and understanding patient concerns, even when they cannot
be
resolved, results in a fall in anxiety.
6. Greater participation by the patient in the encounter improves
satisfaction,
compliance and treatment outcomes.
6
7. The level of psychological distress in patients with serious illness is less
when
they perceive themselves to have received adequate information.
8. Beneficial clinical communication is routinely possible in clinical practice
and can be achieved during normal clinical encounters, without unduly
prolonging them, provided that the clinician has learned the relevant
techniques.12
7
Edelmann mengidentifikasi empat faktor utama yang mungkin mempengaruhi sifat
dan efektivitas komunikasi antara dokter dan pasien, yaitu : 15
1. Karakteristik dokter (jenis kelamin dan pengalaman)
2. Karakteristik pasien (jenis kelamin, kelas sosial, usia, pendidikan dan
keinginan akan informasi)
3. Perbedaan antara kedua belah pihak dalam hal kelas sosial dan pendidikan
sikap, keyakinan dan harapan
4. Faktor-faktor situasional (beban pasien, tingkat kenalan dan sifat masalah
yang diajukan).
8
telah menempuh pendidikan kedokteran di tempat terkenal. Hal ini menuntut
kemampuan seorang dokter untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik
terhadap pasiennya untuk mencapai sejumlah tujuan yang berbeda. Sejalan dengan
hal ini, menurut Ong, dkk yang dikutip oleh Dianne Berry, mengemukakan bahwa
ada 3 (tiga) tujuan yang berbeda komunikasi antara dokter dan pasien, yaitu : 12
(1) menciptakan hubungan interpersonal yang baik (creating a good interpersonal
relationship),
(2) pertukaran informasi (exchange of information),
(3) pengambilan keputusan medis (medical decision making).
10
menyampaikan serta menanggapi pesan tersebut secara jelas, lengkap, benar dan
saling mengerti di antara mereka.
KOMUNIKASI EFEKTIF
Tujuan komunikasi adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh
individu dengan tujuan menyampaikan pesannya pada orang lain. Jika pesan yang
dimaksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan bicara, maka
kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya miskomunikasi, sehingga
berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang efektif.
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu. 18 Hukum komunikasi efektif
yang banyak dibahas diberbagai literatur disingkat dalam satu kata, yaitu REACH,
19,20
yang dalam bahasa Indonesia berarti meraih:
1. Respect
Sikap menghargai mengacu pada proses menghargai setiap individu yang
menjadi sasaran pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jika individu
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan
menghormati, maka kerjasama yang menghasilkan sinergi dapat dibangun, yang
akan meningkatkan efektifitas kinerja, baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan.
2. Humble
Sikap rendah hati mengacu pada sikap yang penuh melayani, sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang
rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan
penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
3. Empathy
Empati adalah kemampuan individu untuk menempatkan diri pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti
terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati
membantu individu dalam menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan penerima pesan menerimanya. Jadi sebelum membangun komunikasi
atau mengirimkan pesan, individu perlu mengerti dan memahami dengan empati
11
calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan dari komunikator akan dapat
tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
4. Audible
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik
oleh penerima pesan.
5. Clarity
Kejelasan, terkait dengan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kejelasan
juga berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi, individu perlu
mengembangkan sikap terbuka, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari
penerima pesan.
12
2. Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Keberhasilan komunikasi antara
dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi
kedua belah pihak.
13
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya.
SIMPULAN
Pasien adalah setiap orang yang menjalani konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada dokter. Kunjungan ke dokter dilakukan sebagai
upaya memperoleh jawaban atas kondisi kesehatannya dan harapan untuk dapat
sembuh. Aspek yang cukup dominan mempengaruhi keputusan pasien dalam
berobat ke dokter adalah komunikasi.
14
Komunikasi medis dokter dan pasien yang sukses dan komunikatif akan
memberikan berdampak positif bagi pasien. Hal ini juga mempengaruhi pada
kualitas afektif dari komunikasi dokter dan pasien merupakan penentu utama dari
kepuasan pasien dan kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan. Sikap dokter
dalam berkomunikasi dengan pasien dapat menimbulkan kesimpulan yang akan
mempengaruhi keputusan pasien.
Dokter perlu relevan dan efektif memahami bahwa yang dimaksud dengan
komunikasi tidaklah hanya sekadar komunikasi verbal, melalui percakapan, namun
juga mencakup pengertian komunikasi secara menyeluruh. Dokter perlu memiliki
kemampuan untuk menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal
dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi
lain.
Secara khusus hubungan interpersonal dokter dan pasien yang baik dan
meningkat ketika konteks komunikasi interpersonal berlangsung dengan keramahan
dokter, perilaku sopan, percakapan sosial, perilaku mendorong dan empatik, dan
membangun kemitraan, dan ekspresi empati selama konsultasi.
Dalam paradigma baru yang senapas dengan ketentuan undang-undang,
hubungan dokter-pasien adalah kemitraan. Pasien harus dihargai sebagai pribadi
yang berhak atas tubuhnya. Menghormati dan menghargai pasien adalah sikap yang
diharapkan dari dokter dalam berkomunikasi dengan pasien, tanpa mempedulikan
berapa pun umurnya, tanpa memperhatikan status sosial-ekonominya. Bersikap adil
dalam memberikan pelayanan medis adalah dasar pengembangan komunikasi
efektif dan menghindarkan diri dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien.
Efektif atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan sikap
pasien dalam menerima diagnosis yang ditetapkan dokter, menjalani pengobatan,
melakukan perawatan diri dan memerhatikan atau mematuhi anjuran dan nasihat
dokter. Komunikasi tersebut juga mempengaruhi kelangsungan terapi, apakah akan
berlanjut atau terjadi pemutusan hubungan secara sepihak. Reaksi pasien ketika
masih berada dalam ruang praktek, sikap pasien pada kunjungan ulang, cara pasien
melaksanakan pengobatan adalah umpan balik bagi dokter, untuk mengetahui hasil
komunikasinya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
15. Edelmann, R.J. 2000. Psychosocial Aspects of the Health Care Process.
London:Prentice Hall.
16. Delamothe, T. 1998. Who killed Cock Robin?, British Medical Journal, 316, 1757.
17. Donovan, J.L. and Blake, D.R. (1992). Patient non-compliance: deviance or
reasoned decision-making?, Social Science and Medicine, 34, 507–13.
18. Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
19.Prijosaksono, Aribowo dan Roy Sembel. 2002. Komunikasi yang Efektif. Sinar
Harapan.
20. Thoha , Miftah. 2007. Ed. 1. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan
Aplikasinya, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
21. Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998). Teaching and Learning
Communication Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.
22. Silverman, J., Kurtz, S. & Drapper, J. (1998). Skills for Communicating with
Patients. Oxon: Radcliffe Medical Press.
23. Brown, H., Ramchandani, M., Gillow, J. and Tsaloumas, M. (2004). Are patient
information leaflets contributing to informed consent for cataract surgery?,
Journal of Medical Ethics, 30, 218–20
24. Edwards, I.R. and Hugman, B. (1997). The Challenge of Effectively
Communicating Risk-Benefit Information, Drug Safety
25. Hargie, O. and Dickson, D. (2004). Skilled Interpersonal Communication:
Research, Theory and Practice. Hove: Brunner Routledge.
26. Rogers, E.M. (1996). The Field Of Health Communication Today: An Up-To-Date
Report, Journal of Health Communication,
27.T. Leary, Nourthhouse dan Guy. 2011. Health Communication (A Handbook For
Health Profesional. New Jersey, Practical Hall.
28. Koontz., Weihrich (1988), Management, 9th ed, Mc Graw Hill Inc, Singapore, pp.461
-465
29. Mulyana., Deddy. (2001). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda
30. Ruben., Brent D., Stewart., Lea P. (2005). Communication and Human
Behaviour,USA:Alyn and Bacon
31. Waitzkin dan Waterman. (1993). Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Prima Aksara
32. Whitcomb, M.E. (2000). Communication and Professionalism, Patient Education
and Counseling, 41: 134-144
17