penentu
Terdapat empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi,
yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
Salam:
Memberi salam,
melakukan koreksi untuk persepsi yang keliru. Serta melakukan klarifikasi kepada pasien telah
mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah
pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.
Komunikasi efektif dapat terjadi apabila pesan diterima dan dimengerti oleh pasien
sebagaimana dimaksud oleh si pengirim pesan yaitu snag dokter, kemudian pesan tersebut
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal
itu (Hardjana, 2003). Model proses komunikasi digambarkan Schermerhorn, Hunt & Osborn
(1994) sebagai berikut:
Sumber (source) atau kdisebut juga pengirim pesan adalah orang yang menyampaikan
pemikiran atau informasi yang dimilikinya. Pengirim pesan tersebut bertanggungjawab dalam
menerjemahkan ide atau pemikiran (encoding) menjadi sesuatu yang berarti, jelas dan akurat
yang
mana dapat berupa pesan verbal, tulisan, dan atau non verbal, atau kombinasi dari
ketiganya. Pesan ini dikomunikasikan melalui saluran (channel) yang sesuai dengan kebutuhan.
Pesan kemudian diterima oleh penerima pesan (receiver). Penerima akan menerjemahkan
pesan tersebut (decoding) berdasarkan batasan batasan yang dapat dimengerti di penerima pesan.
Namun dapat terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang
dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan kemungkinan adanya penghambat (noise).
Penghambat dalam pengertian ini bisa diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang, pengetahuan
atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya.
Pada saat menyampaikan isi pesan, pengirim harus memastikan apakah pesan tersebut
dapat diterima dengan baik. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar pesan diterima
dengan baik, tepat dan jelas dan kemudian dapat memberikan umpan balik (feedback) kepada
klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi kesenjangan dalam pemikiran dan salah interpretasi.
Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan sebagai
sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Ketika pasien bertindak
sebagi pengirim pesan,
Pedoman
komunikasi
Calgary Cambridge
menggambarkan
dan
mendefinisikan 71 keterampilan klinik dasar yang perlu digunakan dalam proses komunikasi
dokter-pasien. Tujuan Calgary Cambridge Guide adalah untuk mengidentifikasi komponen
keterampilan yang diperlukan dokter agar mempu memberi kosultasi dengan baik. Calgary
Cambridge Guide dikembangkan oleh Tim dari Calgary University di Canada dan Cambridge
University di Inggris. Calgary Cambridge Guide akan berlanjut untuk pengolahan dan
dikembangkan dalam penelitian. Struktur yang terdapat Calgary Cambridge di dalam Calgary
Cambridge Guide terdapat dalam semua wawancara kedokteran yang terdiri dari : memulai
wawancara, memberi informasi, membangun relasi, penjelasan dan perencanaan, dan menutup
wawancara.
Pada waktu melaksanakan tahap tahap komunikasi dokter pasien tersebut ada dua hal yang
harus diperhatikan, yaitu :
Kemampuan dalam menjalin hubungan / sambung rasa antara dokter dengan pasien
Jadi kemampuan dalam menjalin hubungan dan kemampuan dalam membuat struktur
wawancara harus selalu digunakan secara tepat pada tiap tahapan komunikasi dokter-pasien. Bisa
dikatakan ketiga hal tersebut harus bisa berjalan secara paralel pada saat berlangsungnya
wawancara antar dokter pasien.
a. Memulai Wawancara ( Initiating The Session )
Ada 5 tujuan pada tahap ini, yaitu :
1. Membentuk / menciptakan suatu lingkungan yang mendukung
2. Membangun suatu kesadaran mengenai status emosional pasien.
3. Mengidentifikasi secara lengkap semua permasalahan yang ada pada pasien sehingga dia
datang ke dokter.
4. Membuat suatu persetujuan terhadap agenda atau rencana konsultasi antar dokter dan pasien.
5. Membuat keterlibat pasien dalam suatu proses kolaboratif.
Keterampilan yang dibutuhkan pada tahap memulai wawancara
1. Persiapan
Menghilangkan dan mengesampingan semua perasaan dan emosi pribadi yang ada.
Buatlah diri sendiri merasa nyaman .
Membaca mengenai informasi dan bahan yang relevan terlebih dahulu.
2. Membangun sebuah hubungan baik dengan pasien
Sapalah dengan ramah saat pertama bertemu dengan pasien (mengucapkan selamat pagi,
siang, selamat sore, halo, atau yang lainnya; sapalah dengan ramah menggunakan nama
hal lain atau menyibukkan diri dengan dengan hal hal lainnya .
Klarifikasi kembali identitas pasien sudah benar atau belum (bila identitas pasien belum
anda ketahui).
Perkenalkan diri anda dan peran anda dengan ramah dan sopan
(misalnya : saya
Chalista dokter muda yang bertugas menjadi assisten dokter Budiman. Saya di sini
bertugas untuk mengumpulkan informasi mengenai keluhan dan penyakit ibu sebelum
Meggunakanlah pertanyaan terbuka (misalnya : Apakah ada yang bisa saya bantu,
Bu ? Bapak ada keluhan apa?, kok sampai bapak berkunjung kemari ,dll)
Mendengarkan semua keluhan pasien secara aktif, tetapi jangan sampai melakukan
interupsi terhadap keluhan pasien atau memberi arahan terhadap pasien (kecuali untuk
kasus-kasus khusus).
Gunakanlah bahasa non verbal seperti anggukan, senyuman,atau bisa juga menggunakan
bahasa verbal yang netral seperti : ya, he-em, , terus, oh..ya dengan tujuan agar
pasien bisa terbantu dan merasa diperhatikan untuk terus melanjutkan pernyataan ata
berpedoman terhadap empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven).
Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengancara
mencari data :
Riwayat sosial dan ekonomi yang dimaksud dengan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
dll.
3. Pengamanan terhadap hal yang tidak diharapkan ( safety-netting )
Tahap ini merupakan tahap dimana mmeberitahukan pada pasien apabila terjadi peristiwa
atau terdapat perkembangan yang tidak diharapkan. Tidak ada jaminan yang pasti bahwa segala
hal yang sudah direncanakan bisa berjalan dengan baik dan sesaui dengan harapan. Untuk itu
sejak
awal
hal
tersebut
sudah
harus
dibicarakan
dengan
pasien,
termasuk
cara
mengatasinya. Adapun hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien adalah sebagai berikut
a. Jelaskan ulang apa saja yang diharapkan akan terjadi.
b. Bagaimana cara mengenali secara dini bila muncul hal hal yang tidak dikehendaki.
c. Bagaimana cara pasien mencari bantuan bila muncul hal hal yang tidak diharapkan.
d. Perubahan yang mungkin terjadi terhadap rencana yang telah disepakati bersama, ataupun
perubahan terhadap hasil diagnosis.
Contoh :
Bu, anak anda diharapkan akan segera membaik dalam 24 jam ini. Akan tetapi bila nanti dalam
jangka waktu 24 jam tersebut anak anda masih terus untah muntah dan tidak adacairan yang
bisa masuk, anda harus segera membawa anak anda ke rumah sakit. Bila anak anda mengalami
dehidrasi, kemungkinan besar dia harus diobservasi di rumah sakit
4. Pengecekan terakhir ( final checking )
Harus dilakukan pengecekan terakhir, apakah pasien mengerti tentang hal yang sudah
dibicarakan dan merasa senang /nyaman baik dengan rencana yang telah dibuat , prosedur
apa saja yang harus diikuti, maupun terhadap segala hal yang harus dilakukan bila muncul
hal-hal yang tidak diharapkan.
e.
konsultasi/ wawancara tersebut tidak berjalan ke segala arah tanpa memiliki suatu tujuan yang pasti. Ada
beberapa keterampilan pokok yang termasuk dalam kemampuan menstruktur wawancara , yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penyaringan (screening)
Negosiasi (negotiation)
Penentuan Agenda (agenda setting)
Pengarahan (signposting)
Meringkas (internal summarising)
Peruntunan (sequencing)
1. Penyaringan ( screening )
Penayringan
dengan pasien apakah ada gejala atau tanda tanda lain atau persepsi lain yang dilupakan
atau belum disebutkan oleh pasien.
2. Negoisiasi ( negotiation )
3. Penentuan agenda ( agenda setting )
A. Manfaat agenda setting
anda dengar, dan mengertilah dengan sungguh sungguh yang anda dengar tadi.
Kenalilah semua problem/ masalah masalahnya, dan tunjukkan perhatian baik
dengan pasien.
Dokter dapat meminta izin pada pasien dan membangun hubungan baik.
Menjadikan sesi konsultasi menjadi lebih terbuka baik bagi dokter maupun pasien.
Mengurangi ketidakpastian.
Contoh :
Baiklah pak, untuk mengetahui lebih pasti mengenai nyeri dada yang
bapak keluhkan, saya akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik. Silahkan
tama
akan
menjelaskan
apa
itu
hipertensi
dan
beberapa
Tujuan utama adalah untuk memeriksa apakah dokter sudah sepenuhnya memahami
maksud pasien.
Ringkasan/ ikhtisar yang baik seharusnya memenuhi beberapa persyaratan berikut :
Dokter harus bisa membawa suatu wawancara ke dalam suatu urutan / tahap tahap
yang logis, yaitu : mulai dari menexplorasi maksud dan tujuan kedatangan pasien, menggali
informasi, melakukan pemeriksaan fisik, memberikan dan menjelaskan diagnosis yang
terakhir melakukan perencanaan tindak lanjut.
f.
keterlibatan pasien.
Memberikan suatu jawaban rasional atas pertanyaan pasien atau saat melakukan
pemeriksaan fisik.
5. Pemeriksaan: selama pemeriksaan fisik menjelaskan proses dan informed consent.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rakhmat J. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya; 1995
2. Tarigan HG. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa;
1996.
3. Chant S, Jenkinson T, Randle J, Russell G, Webb C. Communication skills: some
problems in nursing education and practice. Journal of Clinical Nursing. 2002;11(1):12
21.
4. Ammentorp J, Sabroe S, Kofoed PE,Mainz J. The effects of training in communication
skills on medical doctors and nurses self-efficacy: a randomized controlled trial. Patient
Educationand Counseling. 2007; 66(3):270277.
5. Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teaching and learning communication skills in medicine.
2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.
6. Silverman JD, Kurtz SM, Draper J. Skills for Communicating with Patients.
Oxford:Radcliffe Medical Press; 1998.
7. Kurtz S, Silverman J, Draper J. Skills for communicating with patients. 2nd ed. Oxon:
Radcliffe Publishing; 2005.
8. Van Dalen J. Foreword in: Kurtz S, Silverman J, Draper J. Teach-Ing And Learning
Communication Skills In Medicine. 2nd ed. Oxon: Radcliffe Publishing Ltd; 2005.