Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

KOMUNIKASI EFEKTIF

Nama : Ulfa Avita


NIM : 200114055
Prodi : S1 Keperawatan tingkat 2

STIKes Abdi Nusantara Jakarta

Tahun Akademik 2021/2022


Pendahuluan

Komunikasi efektif khususnya komunikasi SBAR sangat membantu untuk


meningkatkan keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit. Penggunaan komunikasi
SBAR juga mencegah informasi salah yang disampaikan oleh perawat kepada dokter, hal ini
dikarenakan komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang telah terstruktur dengan baik,
benar dan jelas, maka dari itu pengetahuan tentang teknik komunikasi SBAR penting untuk
terus ditingkatkan.
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2/ JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit
menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat
dipahami penerima. Hal tersebut untuk mengurangi kesalahan serta menghasilkan perbaikan
keselamatan pasien. Komunikasi ialah penyebab pertama masalah keselamatan pasien
(patient safety). Komunikasi adalah proses yang sangat spesial serta penting dalam relasi
antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, serta
dipahami oleh penerima meminimalkan kesalahan juga mengeskalasi keselamatan pasien.
Komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional adalah unsur pertama
bagi perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan dalam meraih hasil yang
maksimal. Salah satu aktivitas keperawatan yang membutuhkan komunikasi efektif ialah
saat serah terima tugas (handover) serta komunikasi melalui telepon (Hilda, 2017).

A. Definisi 

Komunikasi efektif dapat didefinisikan sebagai ucapan verbal atau metode lain untuk
menyampaikan informasi untuk mendapatkan pemahaman pihak lawan. Jika salah satu
pihak tidak memahami tujuan informasi yang disampaikan, komunikasi tidak dapat
efektif. Komunikasi yang efektif dalam pelayanan kesehatan sangat penting. Sehubungan
dengan sistem interaksi pasien, komunikasi adalah dua arah:

1. Pasien perlu dapat menyampaikan informasi tentang keluhan kesehatan mereka kepada
tenaga kesehatan.

2. Petugas kesehatan harus dapat memahami dan menafsirkan informasi secara memadai
untuk mengobati keluhan kesehatan dengan tepat.

3. Untuk mengurangi risiko berulangnya keluhan kesehatan, tenaga kesehatan harus


menyampaikan informasi yang memadai kepada pasien untuk membantu mereka
mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menjaga kesehatan mereka.
B. Tehnik Komunikasi Efektif

• 5 tehnik komunikasi efektif: 1. Berikan perhatian, 2.Mendengarkan, 3. Berikan umpan


balik, 4. Pikiran terbuka, tidak menyela, 5. Merespons dengan tepat.

• 3 tehnik komunikasi efektif:

• Komunikasi verbal, nonverbal, and visual.

• 5 C’s of Effective Communication: Clear, Cohesive, Complete, Concise, and Concrete


when communicating dll.

C. Solusi untuk meningkatkan komunikasi

1. Perbaiki komunikasi pada serah terima.


- Menjaga catatan medis pasien saat ini merupakan aspek penting dari komunikasi serah
terima - JCI mengharuskan penggunaan metode, formulir, atau alat terstandarisasi,
termasuk: 1) I PASS THE BATON, 2) SBAR, dan 3) Protokol Universal JCI untuk
mencegah salah tempat operasi, salah - prosedur, dan operasi pasien yang salah.
2. Memulangkan pasien secara efektif
3. Mengakomodasi kebutuhan bahasa dan literasi
4. Mengatasi hambatan budaya.
5. Memenuhi kebutuhan terkait usia. 6. Mengkomunikasikan perintah medis dan hasil tes
yang akurat.

D. Kriteria berkomunikasi untuk standar keselamatan

1. Tata kelola klinis dan peningkatan kualitas untuk mendukung komunikasi yang
efektif
• Mengintegrasikan Tata Kelola Klinis
• Menerapkan sistem peningkatan kualitas
• Bermitra dengan konsumen
• Proses organisasi untuk mendukung komunikasi yang efektif
2. Identifikasi dan pencocokan prosedur yang benar
3. Komunikasi di Serah Terima Klinis
4. Komunikasi Informasi Kritis
5. Dokumentasi informasi
E. Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang kemungkinan timbul
akibat hubungan antara dokter/tenaga kesehatan dengan pasien. Keberhasilan komunikasi
antara dokter dan pasien pada umumnya akan menimbulkan rasa nyaman dan puas bagi
kedua belah pihak. Prinsip – prinsip komunikasi efektif yang dapat dilakukan adalah:
1. Keterbukaan, artinya membuka diri bagi orang lain, bereaksi pada orang lain secara
spontan dengan didasari ketulusan. Prinsip komunikasi efektif yang pertama adalah
keterbukaan, pada awal komunikasi yang pertama di lihat oleh pasien adalah, apakan
dokter atau tenaga kesehatan membuka diri untuk kehadiran pasien secara tulus?
Keterbukaan secara fisik dan psikologis sangat diperlukan untuk memasuki hubungan
lebih lanjut.

2. Respect atau peduli kepada orang lain, dengan memberikan rasa hormat dan saling
menghargai. Rasa peduli kepada orang lain, dengan didasari rasa hormat dan saling
menghargai merupakan kunci berkomunikasi dengan oang lain. Pada prinsipnya
semua manusia ingin dihargai dan diakui keberadaannya. Demikian juga dengan
pasien, Apabila dokter atau perawat respect kepada pasien, dengan sendirinya pasien
akan merasa dihormati dan dihargai.

3. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain atau merasakan perasaan orang lain. Perasaan empati sangat
diperlukan dalam jasa pelayanan kesehatan, bagaimana seorang dokter atau perawat
dapat merasakan penderitaan pasien tanpa harus hanyut dalam permasalahan pasien.
Rasa empati dapat dikembangkan, apabila tenaga kesehatan baik dokter maupun
perawat memiliki ketrampilan mendengarkan, merasakan (feeling), dan berbicara.
Empati ini harus dipelajari dan dilatih secara terus menerus, hal tersebut penting
untuk melatih kepekaan terhadap permasalahan.

4. Care atau perhatian, adalah kemampuan untuk memberikan perhatian pada orang
lain. Seseorang akan merasa senang apabila dirinya diperhatikan, dengan diperhatikan
maka harga diri individu akan meningkat. Pasien akan merasa seorang diri,
disisihkan, dan tersinggung, apabila tidak diperhatikan oleh petugas kesehatan. Secara
psikologis pasien sudah merasa asing dengan lingkungan baru rumah sakit, kondisi
ini akan diperparah apabila petugas kesehatan tidak care terhadap kebutuhan pasien.
Semua pasien akan merasa senang apabila petugas kesehatan baik dokter maupun
perawat, memberikan perhatian denga tulus. Sapaan sederhana kepada pasien
“bagaimana perasaan anda hari ini?” merupaka bagian dari terapi yang mujarap bagi
pasien, pasien akan merasa diperhatikan.
5. Sikap positif (positiveness), dokter atau perawat diharapkan menunjukkan sikap
positif atau kebesaran jiwa, baik kepada pasien, diri sendiri, dan lingkungan. Apapun
yang dilakukan oleh pasien, dan dikomunikasikan baik secara verbal maupun
nonverbal, dokter atau perawat harus tetap memberikan penilaian yang positif.
Karakter atau kepribadian pasien masing-masing berbeda, ada yang temperamen suka
marah, ada yang cuek atau acuh tak acuh, dan ada juga yang kooperatif atau mudah
diajak bekerjasama. Petugas kesehatan harus tetap profesional apabila ada pasien
yang berbicara keras/kasar, petugas kesehatan tidak boleh membalasnya. Tetapi
menerima kondisi pasien apa adanya, mendengarkan dengan penuh perhatian, dengan
tetap memegang konsep, bahwa pasien adalah individu yang sedang sakit. Kondisi
sakit dapat didefinisikan situasi yang tidak seimbang baik fisik, psikologis, sosial
maupun spiritual.

6. Sikap mendukung (supportiveness), komunikasi akan efektif apabila kedua belah


pihak saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Dokter atau
perawat akan memberikan dukungan kepada pasien guna menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi, sebaliknya pasien memberikan dukungan kepada dokter
dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara jelas, dan
kooperatif dalam setiap tindakan medis. Sikap saling mendukung ini akan
memberikan perasaan nyaman bagi kedua belah pihak, selama proses hubungan
berlangsung.

7. Rendah hati, apapun kondisi pasien tidak peduli apakah pasien kaya atau miskin,
berpendidikan atau tidak, pintar atau bodoh, semua itu harus dilayani dengan rendah
hati dan kasih sayang. Terkadang karena kondisi penyakitnya, pasien akan mengalami
kecemasan atau gangguan psikologis. Mudah sekali marah, cerewet, minta perhatian,
dan merasa sudah membayar jasa pelayanan, sehingga pasien harus dilayani. Kalau
tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat tidak memahami kondisi pasien, maka
akan timbul situasi yang tidak kondusif atau efektif lagi. Dokter atau perawat bisa
jengkel karena ulah dari si pasien, kondisi ini tidak boleh terjadi, karena dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan yang profesional. Oleh karena itu mengembangkan
rasa rendah hati perlu terus dilakukan oleh tenaga kesehatan, agar timbul rasa kasih
sayang terhadap pasien. Apapun keadaan pasien, saat ini dia sedang sakit, dan harus
ditolong.
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-idea/article/view/276/308#:~:text=Komunikasi
%20efektif%20merupakan%20unsur%20utama,kesalahan%20serta%20mengeskalasi
%20keselamatan%20pasien

https://persi.or.id/wp-content/uploads/2021/04/Materi-drBambang-web300421.pdf

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ners.unair.ac.id/668/1/ah_yusuf%2520Kx
%2520Efektif%2520dalm
%2520Keperawatan.pdf&ved=2ahUKEwid8YPU6dr0AhVJxzgGHT_hBasQFnoECAQQBg&us
g=AOvVaw2WXVf5218MpUlqvJ88XKVF

Anda mungkin juga menyukai