Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

RANGKUMAN
JURNAL EPB (DM, KETOASIDOSIS, HIPERGLIKEMIA, TYROID)

Nama : Ulfa Avita


NIM : 200114055
Prodi : S1 Keperawatan

STIKes Abdi Nusantara Jakarta


Tahun Akademik 2021/2022
A. Diabetes Mellitus

1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik akibat pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang
diprodukasi secara efektif, dan menimbulkan konsentrasi glukosa dalam meningkat
(American Diabetes Association, 2009).
Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
mengarah ke hipoglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Diabetes melitus adalah penyakit
yang memiliki tanda-tanda yaitu peningkatan kadar gula di dalam darah dengan
karakteristik terdapat resistensi insulin dan kurangnya insulin yang relatif dan bisa terjadi
komplikasi akut maupun kronis. Diabetes melitus adalah merupakan suatu penyakit
metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang terjadi
karena adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin maupun kedua duanya
(American Diabetes Association, 2013).

2. Pengelolaan DM yaitu:

A. Edukasi : Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:


1) Penyakit DM.
2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
3) Penyulit DM.
4) Intervensi farmakologis dan non farmakologis.
5) Hipoglikemia.
6) Masalah khusus yang dihadapi.
7) Perawatan kaki pada diabetes.
8) Cara pengembangan system pendukung dan pengajaran keterampilan.
9) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

3. Perencanaan makanan
Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat dikendalikan
hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badanringan dan teratur. Makanlah
aneka ragam makanan yang mengandung sumberzat tenaga, sumber zat pembangun
serta zat pengatur.

1) Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein
yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentangdan lain-
lain.
2) Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan
mineral.Makanan sumber zat pembangun seperti kacangkacangan, tempe, tahu,
telur,ikan, ayam, daging, susu, keju dan lain-lain.
3) Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanansumber
zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan
4. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi sebagai terapi standar dari diabetes melitus,terapi
ini terdiri dari:
1) pemberian obat Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) misalnya
sulfonilurea dan glinid,
2) penambah sensitivitas terhadap insulin misalnya metformin dan tiazolidindion,
penghambat glukoneogenesis misalnya metformin, dan
3) penghambat absorpsi glukosa misalnya penghambat glukosidase alfa.

Dan Insulin Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
1) insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
2) insulin kerja pendek (short acting insulin)
3) insulin kerja menengah (intermediate acting

B. Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan suatu komplikasi akut diabetes melitus


(DM) yang sering ditemukan dan mengancam jiwa. Biasanya KAD terjadi pada individu
yang sudah menyandang diabetes sebagai akibat dari infeksi, infark miokard, stroke,
pankreatitis, trauma, atau tidak patuh berobat. Beberapa keadaan yang dapat memicu
KAD antara lain infeksi, infark miokard, stroke, pankreatitis, trauma, atau kepatuhan
berobat yang tidak baik. Infeksi jaringan kulit seperti herpes zoster merupakan jenis
pencetus yang langka pada KAD.
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella-zoster yang dorman di
nervus kranial atau ganglion dorsalis. Setelah reaktivasi, virus bereplikasi di badan sel
saraf, virion dilepaskan dari sel dan dibawa akson ke dermatom kulit yang dipersarafi
oleh ganglion tersebut. Di kulit, virus menyebabkan inflamasi lokal dan lenting-lenting
yang sangat nyeri. Umumnya pada individu dengan sistem imun yang baik, reaktivasi
dari virus dapat ditekan sehingga herpes zoster lebih sering terjadi ada individu yang
mengalami penurunan sistem imun seperti pada penyandang DM. Insidensi dari herpes
zoster pada populasi geriatri juga diketahui lebih tinggi dibanding pada populasi usia
produktif. Pasien geriatrik berisiko lebih tinggi terkena herpes zoster karena beberapa
faktor seperti peningkatan penggunaan vaksin varicella, populasi manula yang
meningkat, kondisi kronis penyerta, dan meningkatnya penggunaan terapi imunosupresif.
KAD dapat dicetuskan oleh berbagai penyebab. Herpes zoster bukanlah jenis infeksi
yang sering mencetuskan KAD. Umumnya klinisi beranggapan bahwa infeksi yang dapat
mencetuskan KAD adalah jenis infeksi yang berat dan sistemik, namun KAD juga dapat
dicetuskan oleh infeksi kulit seperti herpes zoster. Kombinasi infeksi kulit, usia lanjut,
dan hiperglikemia berulang. Peningkatan sitokin proinflamasi dan limfosit T CD4+ /
CD8+ pada keadaan hiperglikemia dan keadaan viral load yang tinggi diikuti keadaan
stres akibat nyeri membuat suatu kondisi yang memudahkan terjadinya KAD.
C. Hiperglikemia

Hiperglikemi adalah keadaan peningkatan kadar glukosa darah diatas 200


mg/dl dan merupakan gejala awal terjadinya penyakit diabetes melitus (DM).
Hiperglikemia disebabkan tubuh kekurangan insulin. Kadar glukosa darah
tergantung pada kemampuan produksi dan sekresi insulin oleh sel β pankreas
(Kumar et al. 2010). Insulin dikenal sebagai hormon yang berperan penting untuk
mengatur keseimbangan glukosa darah dalam sirkulasi darah. Dengan demikian
ketidakseimbangan antara transportasi glukosa ke dalam sel dengan produksi
insulin oleh pankreas menyebabkan terjadinya diabetes melitus (Tandra 2008).
Diet bagi penderita DM disarankan mengkonsumsi makanan yang
mengandung gula rendah, polisakarida larut air (PLA), tinggi serat pangan tidak
larut air dan indeks glikemik (IG) rendah. Konsumsi PLA akan menyebabkan
menurunnya efisiensi penyerapan karbohidrat, sehingga berpengaruh terhadap
menurunnya respon insulin. Serat pangan mempunyai kemampuan menurunkan
glukosa darah melalui mekanisme penghambatan penyerapan glukosa ke dalam
darah (Saputro & Teti 2015). Indeks glikemik adalah tingkatan pangan yang
disesuaikan dengan kecepatan pangan tersebut dalam menaikkan glukosa darah
sehingga semakin tinggi makanan berkarbohidrat yang dikonsumsi, maka
peningkatan gula darah dalam tubuh semakin cepat. Indeks glikemik bahan
pangan berhubungan dengan kadar glukosa darah. Jika pola makan sehari-hari
mengandung indeks glikemik tinggi, maka gula darah dalam tubuh cenderung
tinggi setiap saat. Hal inilah yang nantinya berpengaruh pada kontrol gula darah
responden (semakin tidak terkontrol).
Salah satu bahan pangan yang memiliki IG rendah dibanding umbi-
umbian yang lain adalah umbi garut (Marantha arundinaceae L), yaitu sebesar 14
(Robbins 2015). Umbi garut merupakan sumber karbohidrat tanaman pangan
lokal yang belum banyak termanfaatkan. Selain memiliki banyak manfaat, umbi
garut juga mudah ditanam.
D. Gangguan Thyroid

Salah satu penyakit yang muncul akibat kurangnya perhatian terhadap


kesehatan adalah penyakit tiroid. Penyakit tiroid adalah sejenis kanker yang sel-
sel kanker berkembang biak di dalam jaringan tiroid. Pendiagnosaan penyakit
tiroid sulit untuk dilakukan karena gejala penyakit tiroid bisa bermacam-macam
tergantung pada naik dan turunnya hormon tiroid yang meningkatkan
penggunaaan oksigen oleh sel-sel tubuh. Dalam hal ini dibutuhkan pemeriksaan
tiroid oleh dokter serta interpretasi data klinis yang tepat untuk mendiagnosa
penyakit tiroid. Namun keterbatasan seorang dokter diakibatkan oleh faktor usia
dan keterbatasan waktu menyebabkan kurangnya interprestasi.
Penyakit tiroid adalah berbagai macam gangguan atau masalah yang
terjadi dan timbul pada kelenjar tiroid dimana terletak dibawah jakun. Kelenjar
tiroid berfungsi mengatur berbagai sistem metabolisme dalam tubuh sehingga
memiliki peranan yang sangat penting. Perubahan fungsi tiroid dapat
menimbulkan perubahan pada suasana hati. Gangguan fungsi tiroid dan diketahui
dari perubahan kadar tiroid dan perubahan Thyroid Stimulation Hormone (TSH)
didalam darah. Perubahan fungsi tiroid akan menimbulkan gejala gangguan
fungsi kognitif, perilaku dan perubahan perasaan serta kecemasan. Hal ini
disebabkan karena hormon tiroid mengalami kelebihan atau kekurangan pada
tubuh kita.

Kelebihan atau kekurangan hormon tiroid didalam tubuh secara umum


akan menyebabkan gejala seperti:
1) metabolisme didalam tubuh meningkat secara signifikan
2) penurunan berat badan yang mendadak
3) detak jantung yang cepat atau tidak teratur
4) berkeringat serta gugup atau mudah marah
Gejala umum tersebut biasanya dapat menjadi gejala awal munculnya
penyakit tiroid didalam tubuh. Namun penyakit tiroid bisa sulit di
diagnosis karena gejalanya mudah dikacaukan dengan kondisi lain
didalam tubuh. Gejala dari penyakit tiroid dapat diatasi dan dikendalikan
apabila gejala penyakit tiroid dapat dikenali sejak dini, sehingga
mengurangi adanya tekanan dari gejala-gejala penyakit tiroid lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.ui.ac.id/
abstrakpd .jsp%3Fid
%3D20358618&ved=2ahUKEwj7us6vzsn2AhVB_XMBHUJ_CnIQFnoECAoQAQ
&usg=AOvVaw0TIWSvxWjq1y7WLWYje4go

http://www.jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/206/171

file:///C:/Users/asus/Downloads/15874-38926-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai