Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita sehari-hari,
mulai antar teman/pribadi, kelompok, organisasi atau massa. Kegiatan komunikasi pada
prinsipnya adalah aktivitas pertukaran idea tau gagasan. Secara sederhana, kegiatan
komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari
satu pihak ke pihak lian, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atau ide
yang dipertukarkan tersebut.
Begitu pula dengan pelayanan rumah sakit, keberhasilan misi sebuah rumah sakit
sangat ditentukam oleh keluwesan berkomunikasi setiap petugas, perawat dan dokter.
Pelayanan rumah sakit selalu berhubungan dengan jasa perawatan sehingga petugas,
perawat dan dokter harus memahami dan mengerti bagaimana cara komunikasi yang bias
diterapkan di segala situasi.
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter dengan pasien merupakan salah
satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Di Indonesia,
sebagaian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang
dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akbatnya, dokter bisa saja tidak
mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sis pasien, umumnya pasien merasa berada
dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanyadan bercerita atau
mengungkapkan diri. Hasilnya, pasien menerima saja apa yang dikatakan dokter.
Paradigm inilah yang harus kita perbaiki. Pasien dan dokter harus berada dalam
kedudukan setara sehingga pasien tidak merasa rendah diri dan malu untuk bias
menceritakan sakit/keluhana yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi yang
efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang
rencana tindakan selanjutnya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan
waktu yang lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan waktu yang lebih sedikit
karena petugas, perawat, dan dokter terampil mengenai kebutuhan pasien. Atas dasar
kebutuhan pasien, perawat, dan dokter melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien. Untuk itu dirasakannya perlunya memberikan pedoman
komunikasi efektif untuk petugas, perawat, dan dokter di RSIA Sayang Bunda untuk
memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagi bahan acuan dalam pelayanan rekam medis di RSIA Fajar Medika
Nusantara.
2. Tujuan Khusus
a. sebagai acuan di dalam pencatatan dan pelaporan rekam medis
b. sebagaiacuan untuk membuat berkas rekam medis pasien
c. sebagai acuan untuk memahami manfaat dan kegunaan rekam medis untuk
d. kepentingan dokter, pasien, sarana pelayanan kesehatan dan pengembangan
ilmupengetahuan.
C. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang lingkup dalam proses terjadinya komunikasi yang efektif adalah:
1. Sumber (source) atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah orang yang
menyampaiakan pemikiran atau informasi yang dimilikinya. Pengirim pesan
bertanggung jawab dalam menerjemahkan idea tau pemikiran (encoding) menjadi
sesuatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, tulisan, dan atau non verbal, atau
kombinasi dari ketiganya. Pesan ini dikomunikasikan melalui saluran (channel) yang
sesuai dengan kebutuhan.
2. Isi pesan (apa yang disampaikan). Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu
disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
3. Media yang digunakan. Apakah hanya berbicara ? apakah percakapan dilakukan
secara tatap muka atau melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, vcd,
peraga.
4. Penerima pesan (receiver). Pesan yang diterima oleh penerima pesan (receiver).
Penerima akan menerjemahkan pesan tersebut (decoding) berdasarkan batasan
pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian dapat saja terjadi kesenjangan antara
yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan
yang disebabkan kemungkinan hadirnya penghambat (noise). Penghambat dalam
pengertian ini bias diakibatkan oleh perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau
pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lainnya.
5. Umpan Balik, dokter sebagai sumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil
komunikasinya (apa yang dimengerti pasien?) dan diperlukan kemampuan berupa:
a. Cara berbicara, termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup
dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, para fase,
intonasi.
b. Mendengar, termasuk memotong kalimat.
c. Cara mengamati (observasi) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi denganpasien (bahasa tubuh) agar tidak
mengganggu komunikasi, misalnya karena pasien keliru mengartikan gerak tubuh,
raut muka dan sikap dokter.
Pada saat menyampaiakan pesan, pengirim perlu memastikan apakah pesan telah
diterima dengan baik. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar pesan
diterima dengan baik dan memberikan umpan balik (feedback) kepada pengirim. Umpan
balik penting sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi salah interpretasi.
Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan
sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pasien secara bergantian. Pasien
sebagai penerima pesan, menyampaikan apa yang di rasakan atau menjawab pertanyaan
dokter sesuai pengetahuannya. Sementara dokter sebagai pengirim pesan, berperan pada
saat menyampaiakn penjelasan penyakit, rencana pengobatan dan terapi, efek samping
obat yang mungkin terjadi, serta dampak dari dilakukan atau tidak dilakukannya terapi
tertentu. Dalam penyampaian ini, dokter bertanggung jawab untuk memastikan pasien
memahami apa yang disampaikan.
Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan setiap
pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien, dokter sesekali
perlu membuat pertanyaan atau pertanyaan klarifikasi. Mengingat kesenjangan informasi
dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien, dokter perlu secara proaktif
memastikan apakah pasien benar-benar memahami pesan yang telah disampaikannya.
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
1. Permenkes No. 4 Tahun 2012
2. Permenkes No. 69 Tahun 2014
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga

BAB II

Anda mungkin juga menyukai