Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTUK PADA PASIEN

DENGAN PENYAKIT KRONIS DIABETES MELLITUS

TUGAS A

Disusun Oleh : Klompok 3


Toriq Fahranul S (221560112017)

Ari Wibowo Kusuma (221560112002)

Desy Ashari (221560112002)

Asha Olivia Usman (221560112003)

Sofhie Nursanti (221560112016)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa salawat serta salam
tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Pada makalah ini penulis meneliti masalah penyakit diabetes melitus yang
diderita oleh salah seorang anggota keluarga penulis sendiri. Malakah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Adapun judul
makalah ini adalah “Komunikasi Terapeutik Terhadap Pasien Penyakit Diabetes
Melitus”.
Pembuatan makalah ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan, baik materi maupun moral dari pihak-pihak tertentu. Karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran pada
masa depan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi penulis sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi antara dua orang
atau lebih. Komunikasi bukan sekadar berbicara atau mendengarkan orang lain
berbicara, tetapi komunikasi dapat membuat orang lain paham atau membuat diri
sendiri memahami pokok masalah yang dibicarakan orang lain. Komunikasi
merupakan komponen penting dalam praktik keperawatan. Mendengarkan
perasaan klien dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan adalah salah satu
teknik komunikasi yang dilakukan oleh perawat selama praktik. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam menciptakan hubungan baik antara perawat
dengan klien.
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat terapi bagi
proses penyembuhan pasien. Oleh karena itu seorang perawat harus meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan
kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Diabetes melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat tubuh mengalaimi gangguan dalam mengontrol kadar gula darah.
Gangguan tersebut disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau
fungsi insulin terganggu. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis
yang dapat menimbulkan perubahan permanen pada setiap individu (Stuart G.W.
& Sundeen S.J., 1995). Penerapan komunikasi terapeutik pada pelayanan
perawatan mempunyai peran yang besar dalam kemajuan kesehatan pasien.
Komunikasi terapeutik ini dilakukan agar perawat dapat memberikan pendidikan
kesehatan terhadap pasien penyakit diabetes. Tujuan dari komunikasi terapeutik
ini adalah membantu pasien untuk mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan yang efektif dalam melakukan pelayanan keperawatan.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa itu komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana hubungan konsep komunikasi terapeutik terhadap pelayanan
keperawatan?
3. Apa saja tahapan-tahapan dalam melakukan komunikasi terapeutik?
4. Bagaimana melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien penyakit
diabetes melitus?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui manfaat komunikasi terapeutik terhadap proses pelayanan
keperawatan penyakit Kronis DM
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Indrawati (2003. 48) komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, memiliki tujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan pasien.
Hal penting yang mendasar dalam komunikasi ini adalah adanya hubungan saling
membutuhkan antara perawat dengan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam
komunikasi pribadi diantara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan dan keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi dengan
stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar berhubungan dengan orang lain.
S.Suden (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan yang terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang
adaptif dan positif.

1.2 Manfaat Komunikasi Terapeutik


Komunikasu terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien ke
arah yang lebih positif dan mengarahkan pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
Klien yang menderita penyakit kronis umumnya mengalami perubahan dalam
dirinya, ia tidak mempu menerima keberadaan dirinya, mengalami penurunan
harga diri dan merasa tidak berarti. Melalui komunikasi terapeutik ini diharapkan
terjadi perubahan dalam diri klien menjadi lebih positif.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
saling menguntungkan dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik klien dapat belajar menerima dan diterima
orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerimaklien apa
adanya, perawat dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan (Hibdon, 2000).
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan serta
mencapai tujuan yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997)
mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati
ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang
merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah
diri.
4. Rasa identitas personal dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui
komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien
meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

1.3 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik memiliki tujuan untuk membantu klien
mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya
perawat harus memahami prinsip dasar dalam komunikasi terapeutik,
diantaranya :
1. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan oleh prinsip “Humanity of Nurses and
Client”.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter, memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat latar
belakang keluarga, budaya dan keunikan setiap individu.
3. Semua komunikasiyang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan
harga diri klien.
4. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari
komunikasi terapeutik.

1.4 Hubungan Perawat dan Klien


Salah satu karakteristik dari komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan
komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta hubungan diantara keduanya,
selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan . Hal inilah yang pada
akhirnya membentuk suatu hubungan “helping relationship”. “Helping
relationship” adalah hubungan yang terjadi antara dua individu atau lebih maupun
kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada konteks keperawatan
hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara perawat dengan klien. Perawat
sebagai penolong membantu klien sebagai orang yang menbutuhkan pertolongan,
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia klien.
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang
helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik,
yaitu:
1. Kejujuran
Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi
dengan klien. Karena apabila hal itu tidak dilakukan maka klien akan
menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-
pura patuh terhadap perawat.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami oleh klien. Komunikasi nonverbal
perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena
ketidaksesuaian akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Besikap positif terhadap semua yang disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting dalam membina hubungan saling percaya
maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Sikap positif
ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan
terhadap klien.
4. Empati
Dengan bersikap empati perawat dapat memberikan pemecahan masalah
karena perawat tidak hanya merasakan permasalah klien terapi juga turut
berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kaca mata klien
Perawat harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi oleh klien dari
sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus
memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan aktif dan penuh
perhatian.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien
apa adanya. Suryani (2005) jika seseorang telah merasa diterima, maka dia
akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk menciptakan
hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap
sensitif terhadap pasien perawat dapat terhindar dari berkata atau
melakukan hal-hal yang menginggung perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu
yang ada saat ini bukan atas masa lalunya.

1.5 Tahapan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik terdiri atas empat tahap yaitu tahap pra-interaksi,
tahap perkenalan, tahap kerja dan tahap terminasi.
1. Tahap pra-interaksi
Pada tahap ini perawat mencari informasi tentang klien. Setelah hal ini
dilakukan perawat merencanakan strategi untuk pertemuan pertama
dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh perawat bertujuan untuk
mengurangi rasa cemas yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum
melakukan komunikasi terapeutik dengan klien. Tugas perawatt dalam
tahapan ini adalah :
a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi
kecemasan.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c. Mengumpulkan data tentang klien.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien
dilakukan. Stuart,G.W. (1998) tujuan dalam tahapan ini adalah untuk
memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah
dilakukan. Tugas perawat dalam tahapan ini adalah :
a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi
terbuka.
b. Merumuskan kontrak waktu, tempat pertemuan dan topik pembicaraan
bersama-sama dengan klien dan menjelaskan kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
c. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
3. Tahap Kerja
Tahap ini merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi
terapeutik karena perawat dituntut untuk dapat membantu kilen dalam
menyampaikan perasaan dan pikirannya kemudian menganalisis respon
atau pesan komunikasi yang disampaikan oleh klien. Dibagian akhir tahap
ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan hasil percakapannya
dengan klien. Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat
maka klien dapat merasakan bahwa seluruh pesan .
4. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien.
Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir
(Stuart,G.W., 1998). Terminasi sementara adalah akhir dari setiap
pertemuan perawat dengan klien, hal ini dilakukan karena perawat dan
klien masih akan bertemu kembali sesuai dengan kontrak kerja yang telah
disepakati. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
melakukan seluruh proses keperawatan. Tugas perawat pada tahap ini
adalah :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah
dilaksanakan.
b. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien
setelah berinteraksi dengan perawat.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.

1.6 Sikap Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik


Egan (1998) dalam Kozier,et.al (2004), telah menggambarkan lima cara
yang spesifik untuk menunjukkan kehadiran secara fisik ketika
melaksanakan komunikasi terapeutik, yang ia definisikan sebagai sikap atas
kehadiran atau keberadaan terhadap orang lain atau ketika sedang berada
dengan orang lain. Berikut adalah tindakan atau sikap yang dilakukan
ketika menunjukkan kehadiran secara fisik :
1. Berhadapan dengan lawan bicara.
2. Sikap tubuh terbuka.
3. Memposisikan tubuh ke arah lebih dekat dengan lawan bicara.
4. Pertahankan kontak mata, sejajar dan natural.
5. Bersikap tenang.
SIMPULAN

Pada bab pembahasan ini penulis melakukan wawancara terhadap pasien


penyakit diabetes melitus. Wawancara ini dilakukan sebagai contoh dari
mempraktikkan komunikasi terapeutik. Dalam wawancara, penulis
menerapkan tahapan-tahapan berkomunikasi terapeutik yaitu tahap pra-
interaksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.. Sebelum
melakukan wawancara, penulis melakukan tahap pra-interaksi untuk
mencari informasi tentang PX Dari tahap pra-interaksi penulis
mendapatkan informasi bahwa px telah mengidap penyakit diabetes melitus
selama ini.

Cara berkomunikasi yang dilakukan terhadap pasien diabetes mellitus


menyesuaikan kondisi dan kepribadian dari pasien tersebut. Selain
menggunakan teknik komunikasi terapeutik secara verbal, dokter juga
melakukan komunikasi secara nonverbal. Komunikasi yang dilakukan
dengan baik dan efektif antara Perawat dan pasien akan membuat pasien
merasa nyaman dan dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap
dokter.

SARAN

Penulis berharap komunikasi yang dilakukan dengan baik dan efektif


sebaiknya tidak hanya dilakukan dalam ruang poli penyakit dalam saja akan
tetapi juga dilakukan di ruang lainnya serta pasien. Selain itu penulis juga
berharap agar nantinya penelitian ini dapat menjadi referensi untuk
penelitian selanjutny
DAFTAR PUSTAKA

Bachri, B. S. (2015). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada


Penelitian Kualitatif. Teknologi Pendidikan, 10(1), 46–62.

Brouwers, M., Rasenberg, E., van Weel, C., Laan, R., & van Weel-Baumgarten,
E. (2017). Assessing patient-centred communication in teaching:
a systematic review of instruments. Medical Education, 51(11), 1103–1117.
https://doi.org/10.1111/medu.13375

Canivell, S., & Gomis, R. (2014). Diagnosis and classification of autoimmune


diabetes mellitus. Autoimmunity Reviews, 13(4–5), 403–407.
https://doi.org/10.1016/j.autrev.2014.01.020

Dewi, A. (2009). Kepuasan Pasien terhadap Komunikasi Dokter Pasien di


Puskesmas Patient Satisfaction to Doctor Patient Communication in
Community Health Centre. Mutiara Medika, 9(2), 37–45.

Hall, J. E. (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12e). In


2011. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Indrayanti, Sugianti, D., & Al Karomi, M. A. (2017). Optimasi Parameter K Pada


Algoritma K-Nearest Neighbour Untuk Klasifikasi Penyakit Diabetes
Mellitus. Prosiding SNATIF Ke-4 2017, 823–829.
https://doi.org/10.1007/s10115-007-0114-2

KARS. (2017). Standar akreditasi rumah sakit edisi 1. Standar Akreditasi Rumah
Sakit, 1–421. https://doi.org/362.11

Kemenkes RI. (2018). CEGAH, CEGAH, dan CEGAH: Suara Dunia Perangi
Diabetes. Departemen Kesehatan, 2018–2020. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/view/18121200001/prevent-prevent-and-
prevent-the-voice-of-the-world-fight-diabetes.html

Liansyah, T. M., & Kurniawan, H. (2015). Pentingnya Komunikasi Dalam


Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 15 No 2, 120–
124. Retrieved from
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/3264/3075

Siti, M., Zulpahiyana, & Indrayana, S. (2016). Komunikasi Terapeutik Perawat


Berhubungan dengan Kepuasan Pasien with The Patient ’ s Satisfaction.
Journal Ners and Midwifery Indonesia, 4(1), 30–34.
https://doi.org/10.1093/petrology/31.5.1165

Anda mungkin juga menyukai