Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KONDISI KHUSUS


( IGD dan ICU )

Dosen Pengampu:
Ns. Indah Mawarti, S. Kep, M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 4A

Izaz Andrias Shashiyah G1B121031


Yosevin Berutu G1B121037
Desfina Natalia Tarigan G1B121081

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Komunikasi Terapeutik pada kondisi khusus (IGD dan ICU”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada
mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan II, pada Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan, dorongan, dan bimbingan kepada
penulis dalam menyusun makalah ini, baik dari segi moral dan materi.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi pengembangan Ilmu
Keperawatan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jambi, 30 Agustus 2022

Kelompok 4A
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses


penyembuhan klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa
komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat
memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien.

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti


dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi
menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989).

Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud


dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut
harus dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik
perawat klien, tahapan itu adalah tahap pre orientasi, tahap orientasi,
tahap kerja dan tahap terminasi .

Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian kalangan ada


yang berpendapat dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus
berbicara, sedangkan sebagian lagi berpendapat walau dia tidak sadar dia
juga masih memiliki rasa atau masih mengatahui apa yang kita perbuat,
maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan
janggal. Padahal, Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak
responsif, mereka masih dapat menerima rangsangan.Pendengaran
dianggap sebagai sensasi terakhir yang hilang dengan ketidaksadaran dan
yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi pertimbangan
mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak sadar sekali pun.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian komunikasi terapeutik?
2. Apa pengertian dari gawat darurat ?
3. Apa pengertian dari ICU ?
4. Bagaimanakah komunikasi dengan pasien di ruangan IGD ?
5. Bagaimanakah komunikasi dengan pasien di ruangan ICU ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
2. Uuntuk dapat mengetahui pengertian dari IGD
3. Untuk mengetahui pengertian dari ICU
4. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien di ruangan IGD
5. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien di ruangan ICU
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik

Hubungan terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai
dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika membina
hubungan intim yang terapeutik (Stuart dan Sunden, 1987: 103), sedangkan Indrawati
(2003) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan fokus adanya saling pengertian antar
perawat dengan pasien. Komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat
dan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam komunikasi pribadi antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003).

Adapun pengertian dari komunikasi menurut Pendi (2009), Komunikasi dalam


keperawatan disebut juga dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang
dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang
perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.

Berdasarkan paparan tersebut, secara ringkas definisi komunikasi terapeutik sebagai


berikut. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien
yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh
pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien serta
memperbaiki pengalaman emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien.
2.2 Komunikasi Terapeutik Terhadap Pasien IGD

2.2.1 Pengertian Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI No. 47 tahun
2018). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).

IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke rumah sakit)/lanjutan (bagi
pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita sakit ataupun cedera
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).
IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan mengatur Pasien yang membutuhkan
penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari-hari maupun bencana
(Permenkes RI No. 47 tahun 2018). IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan
mengatur pasien yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam
kondisi sehari - hari maupun bencana (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).

2.2.2 Aspek Psikologis pada Situasi Gawat Darurat

a. Cemas

Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai
olehrasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh
gejalaotonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan
sebagainya.Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung
bervaniasi, padasetiap orang tidak sama.
b. Histeris

Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang


tidakterkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena
ketakutan yangluar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi.

c. Mudah Marah

Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang
harusdi perbuat.

2.2.3 Tujuan Komunikasi Pada Gawat Darurat

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan


kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat
berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).

2.2.4 Teknik Komunikasi Pada Gawat Darurat

Supaya komunikasi yang kita lakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
seorang perawat harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi agar terapeutik dan
menggunakannya secara efektif pada saat berinteraksi dengan klien. Berikut ini
beberapa teknik komunikasi:

1) Mendengarkan

Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan


olehklien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan
memandangkearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang
menunjukkankeingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara
tentang hal yangdirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik
dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan
perasaan dan menjagakestabilan emosi klien.
2) Menunjukkan Penerimaan

Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk


mendengarkanorang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam
hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan
ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak
menyela atau membantah.Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya
perawat menganggukkan kepaladalam merespon pembicaraan klien.

3) Mengulang Pernyataan Klien

Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik


sehinggaklien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan
indikasi bahwa perawatmengikuti pembicaraan klien.

4) Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan


pembicaraanuntuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini
berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Klarifikasidiperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan
ide, perasaan, dan persepsi.

5) Menyampaikan Hasil Pengamatan Perawat

Perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa


pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yangdidapat
dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan
menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada
permasalahanyang sedang dibicarakan.
2.3 Komuikasi Terapeutik Terhadap Pasien ICU

2.3.1 Pengertian Intensive Care Unit (ICU)

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri
(instalasi di bawah direktur pelayanan) dengan staf yang khusus dan perlengkapan
yang khusus dengan tujuan untuk terapi pasien - pasien yang menderita penyakit,
cedera atau penyulit - penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dubia.

Ilmu yang diaplikasikan dalam pelayanan ICU, pada dekade terakhir ini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga telah menjadi cabang ilmu kedokteran
tersendiri yaitu “Intensive Care Medicine”. Meskipun pada umumnya ICU hanya
terdiri dari beberapa tempat tidur, tetapi sumber daya tenaga (dokter dan perawat
terlatih) yang dibutuhkan sangat spesifik dan jumlahnya pada saat ini di Indonesia
sangat terbatas.

Intesive Care mempunyai 2 fungsi utama: yang pertama adalah untuk melakukan
perawatan pada pasien - pasien hawat darurat dengan potensi “reversible life
threatening organ dysfunction”, yang kedua adalah untuk mendukung organ vital pada
pasien - pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur
intervensi dan resiko tinggi untuk fungsi vital. Beberapa komponen ICU yang spesifik
yaitu:

1. Pasien yang dirawat dalam keadaan kritis

2. Desain ruangan dan sarana yang khusus

3. Peralatan berteknologi tinggi dan mahal

4. Pelayanan dilakukan oleh staf yang professional dan berpengalaman dan mampu
mempergunakan peralatan yang canggih dan mahal.
2.3.2 Komunikasi dengan Pasien Diruang ICU

Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan


menggunakan teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan
motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak
dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.

Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan
dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi
utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkanoleh
beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang
mengakibatkan kerusakan struktural/metabolik ditingkat korteks serebri, batang otak
keduanya.

Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak responsif, mereka masih
dapat menerima rangsangan. Pendengaran dianggap sebagai sensasi terakhir yang
hilang dengan ketidaksadarandan yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan
menjadi pertimbangan mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak
sadar sekali pun.

Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan
klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien
sendiri tidak sadar. Nyatanya dilapangan atau di banyak rumah sakit pasien yang tidak
sadar ini atau pasien koma di ruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit
(ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya, sering mengabaikan
komunikasi terapeutik dengan pasien ketika mau melakukan sesuatu tindakan atau
bahkan suatu intervensi.

Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian kalangan ada yang berpendapat dia
adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus berbicara, sedangkan sebagian lagi
berpendapat walau dia tidak sadar dia juga masih memiliki rasa atau masih
mengatahui apa yang kita perbuat, maka kita harus berkomunikasi walau sebagian
orang beranggapan janggal. Maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan komunikasi
terapeutik untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien
sekalipun dia berada dalam keadaan yang tidak sadar atau sedang koma.

2.3.3 Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan


memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Mengendalikan Prilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki
respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak
berfungsi sebagai pengendali prilaku.Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu
prilaku yaitu pasien hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan suatu
gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini pasien tetap memiliki
prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.
2. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utamamempertahankan
kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakanrangsangan pada pendengarannya.
Perawat dapat menggunakankesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi
untuk pengembangan motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap
klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebihmaju dari keadaan yang sedang
ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas
dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24
jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang sadar,
karena klien masih dapat mendengar apa yangdikatakan oleh perawat.
3. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada,
sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat
berinteraksi dengan klien. Perawat dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan
terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang dapat perawat
katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap negatif
terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak langsung/langsung
terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan pengungkapan positif
maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh mengungkapkan kekecewaan
atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini berkarakteristik tidak sadar, perawat
tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang terjadi,apa yang dirasakan pada
klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap
apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien telah sadar kembali
dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan terhadapnya.
4. Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses
keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedurtindakan keperawatan harus
dikomunikasikan untukmenginformasikan pada klien karena itu merupakan hak
klien.Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak terhadaptindakan
yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kitadapat meminta
persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak
mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat
memberitahu maksudtujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika
kitatidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
2.3.4 Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan kliendalam proses


keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klientidak sadar perawat juga
menggunakan komunikasi terapeutik.

Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknikterapeutik, walaupun


pada pasien tidak sadar ini kita tidakmenggunakan keseluruhan teknik. Teknik
terapeutik, perawat tetapdapat terapkan. Adapun teknik yang dapat terapkan, meliputi:

1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yangakan perawat
lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupaintervensi yang akan
dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan
untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
2. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemenatau konsep
kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan
diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.
3. Memberi Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan
informasi. Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi
informasi kepada klien. Informasi itudapat berupa intervensi yang akan dilakukan
maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan keterbukaan yang
dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercayaan klien dan
pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
4. Mempertahankan Ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawatdapat
menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yang perawat
berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan
perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non
verbal.Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang hangat.Sentuhan
adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara yang terkuat
bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah
bagian yang penting darihubungan antara perawat dan klien.

Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar
adalah komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah
seorang sebagai pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran
untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan
karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien tidak sadar. Untuk
komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan komunikasi lebih
diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang melakukan
komunikasi satu arah tersebut.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.

Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat
yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini
yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang
akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.

perawat diajarkan komunikasi terapeutik untuk menghargai perasaan pasien


serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia berada dalam keadaan
yang tidak sadar atau sedang koma.

Fungsi komunikasi dengan pasien tidak sadarmengendalikan perilaku,


perkembangan motivasi, pengungkapan emosional dan informasi

Adapun teknik/cara berkomunikasi dengan pasien tidak sadar: dengan


menjelaskan, memfokuskan, memberikan informasi dan mempertahankan
ketenangan

Tahap komunikasi dengan pasien tidak sadar terbagi menjadi tahap


prainteraksi, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

B. Saran
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswari, I. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Tersedia dari PDF Drive database.

Savenya, V. Tinjauan Pustaka. Diakses pada 30 Agustus 2022, dari


http://eprints.undip.ac.id/46236/3/Vanesa_Sefannya_22010111120013_Bab2.pdf

Rohman, S. (2020). Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Darurat. Diakses pada 30
Agustus 2022, dari
https://www.academia.edu/42101963/Komunikasi_Terapeutik_dalam_Keadaan_Gawat_Darurat

Nursani,M. Komunikasi Terapeutik Pada Klien Di ICU. (Keperawatan, UIN Alauddin, 2011)
diakses dari https://www.scribd.com/embeds/406101414//content?
start_page=1&view_mode=scroll&accsess_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Anda mungkin juga menyukai