Dosen Pengampu:
Ns. Indah Mawarti, S. Kep, M. Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 4A
Kelompok 4A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian komunikasi terapeutik?
2. Apa pengertian dari gawat darurat ?
3. Apa pengertian dari ICU ?
4. Bagaimanakah komunikasi dengan pasien di ruangan IGD ?
5. Bagaimanakah komunikasi dengan pasien di ruangan ICU ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
2. Uuntuk dapat mengetahui pengertian dari IGD
3. Untuk mengetahui pengertian dari ICU
4. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien di ruangan IGD
5. Untuk mengetahui komunikasi dengan pasien di ruangan ICU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan terapeutik antara perawat klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai
dengan tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika membina
hubungan intim yang terapeutik (Stuart dan Sunden, 1987: 103), sedangkan Indrawati
(2003) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi interpersonal dengan fokus adanya saling pengertian antar
perawat dengan pasien. Komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat
dan pasien sehingga dapat dikategorikan dalam komunikasi pribadi antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003).
Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes RI No. 47 tahun
2018). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).
IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke rumah sakit)/lanjutan (bagi
pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain), menderita sakit ataupun cedera
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).
IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan mengatur Pasien yang membutuhkan
penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam kondisi sehari-hari maupun bencana
(Permenkes RI No. 47 tahun 2018). IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan
mengatur pasien yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam
kondisi sehari - hari maupun bencana (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).
a. Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai
olehrasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh
gejalaotonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan
sebagainya.Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung
bervaniasi, padasetiap orang tidak sama.
b. Histeris
c. Mudah Marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang
harusdi perbuat.
Supaya komunikasi yang kita lakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
seorang perawat harus menguasai teknik-teknik berkomunikasi agar terapeutik dan
menggunakannya secara efektif pada saat berinteraksi dengan klien. Berikut ini
beberapa teknik komunikasi:
1) Mendengarkan
4) Klarifikasi
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri
(instalasi di bawah direktur pelayanan) dengan staf yang khusus dan perlengkapan
yang khusus dengan tujuan untuk terapi pasien - pasien yang menderita penyakit,
cedera atau penyulit - penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dubia.
Ilmu yang diaplikasikan dalam pelayanan ICU, pada dekade terakhir ini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga telah menjadi cabang ilmu kedokteran
tersendiri yaitu “Intensive Care Medicine”. Meskipun pada umumnya ICU hanya
terdiri dari beberapa tempat tidur, tetapi sumber daya tenaga (dokter dan perawat
terlatih) yang dibutuhkan sangat spesifik dan jumlahnya pada saat ini di Indonesia
sangat terbatas.
Intesive Care mempunyai 2 fungsi utama: yang pertama adalah untuk melakukan
perawatan pada pasien - pasien hawat darurat dengan potensi “reversible life
threatening organ dysfunction”, yang kedua adalah untuk mendukung organ vital pada
pasien - pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau prosedur
intervensi dan resiko tinggi untuk fungsi vital. Beberapa komponen ICU yang spesifik
yaitu:
4. Pelayanan dilakukan oleh staf yang professional dan berpengalaman dan mampu
mempergunakan peralatan yang canggih dan mahal.
2.3.2 Komunikasi dengan Pasien Diruang ICU
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan
dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi
utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkanoleh
beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang
mengakibatkan kerusakan struktural/metabolik ditingkat korteks serebri, batang otak
keduanya.
Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak responsif, mereka masih
dapat menerima rangsangan. Pendengaran dianggap sebagai sensasi terakhir yang
hilang dengan ketidaksadarandan yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan
menjadi pertimbangan mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak
sadar sekali pun.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan
klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien
sendiri tidak sadar. Nyatanya dilapangan atau di banyak rumah sakit pasien yang tidak
sadar ini atau pasien koma di ruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit
(ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya, sering mengabaikan
komunikasi terapeutik dengan pasien ketika mau melakukan sesuatu tindakan atau
bahkan suatu intervensi.
Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian kalangan ada yang berpendapat dia
adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus berbicara, sedangkan sebagian lagi
berpendapat walau dia tidak sadar dia juga masih memiliki rasa atau masih
mengatahui apa yang kita perbuat, maka kita harus berkomunikasi walau sebagian
orang beranggapan janggal. Maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan komunikasi
terapeutik untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien
sekalipun dia berada dalam keadaan yang tidak sadar atau sedang koma.
1. Mengendalikan Prilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki
respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak
berfungsi sebagai pengendali prilaku.Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu
prilaku yaitu pasien hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan suatu
gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini pasien tetap memiliki
prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.
2. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utamamempertahankan
kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakanrangsangan pada pendengarannya.
Perawat dapat menggunakankesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi
untuk pengembangan motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap
klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebihmaju dari keadaan yang sedang
ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas
dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24
jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang sadar,
karena klien masih dapat mendengar apa yangdikatakan oleh perawat.
3. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada,
sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat
berinteraksi dengan klien. Perawat dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan
terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang dapat perawat
katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap negatif
terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak langsung/langsung
terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan pengungkapan positif
maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh mengungkapkan kekecewaan
atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini berkarakteristik tidak sadar, perawat
tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang terjadi,apa yang dirasakan pada
klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap
apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien telah sadar kembali
dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan terhadapnya.
4. Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses
keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedurtindakan keperawatan harus
dikomunikasikan untukmenginformasikan pada klien karena itu merupakan hak
klien.Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak terhadaptindakan
yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kitadapat meminta
persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak
mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat
memberitahu maksudtujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika
kitatidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
2.3.4 Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar
1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yangakan perawat
lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupaintervensi yang akan
dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan
untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
2. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemenatau konsep
kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan
diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.
3. Memberi Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan
informasi. Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi
informasi kepada klien. Informasi itudapat berupa intervensi yang akan dilakukan
maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan keterbukaan yang
dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercayaan klien dan
pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
4. Mempertahankan Ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawatdapat
menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yang perawat
berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan
perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non
verbal.Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang hangat.Sentuhan
adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara yang terkuat
bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah
bagian yang penting darihubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar
adalah komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah
seorang sebagai pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran
untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan
karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien tidak sadar. Untuk
komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan komunikasi lebih
diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang melakukan
komunikasi satu arah tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang
perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat
yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini
yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang
akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.
B. Saran
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anjaswari, I. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Tersedia dari PDF Drive database.
Rohman, S. (2020). Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Darurat. Diakses pada 30
Agustus 2022, dari
https://www.academia.edu/42101963/Komunikasi_Terapeutik_dalam_Keadaan_Gawat_Darurat
Nursani,M. Komunikasi Terapeutik Pada Klien Di ICU. (Keperawatan, UIN Alauddin, 2011)
diakses dari https://www.scribd.com/embeds/406101414//content?
start_page=1&view_mode=scroll&accsess_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf