Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESUM MATERI KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM

PERAWATAN DAN PENYEMBUHAN PASIEN DENGAN


KETERGANTUNGAN NAPZA

Disusun oleh :
Gita Novaliana
( 201902030058)
B

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2021
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PERAWATAN DAN PENYEMBUHAN PASIEN
DENGAN KETERGANTUNGAN NAPZA
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan
atau pemulihan pasien.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


1) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan.
2) Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil Tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

C. Prinsip Komunikasi Terapeutik


1) Konselor harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
2) Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
bukan Tindakan yang terapeutik.
3) Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang
lain tentang Kesehatan, oleh karena itu konselor perlu mempertahankan suatu
keadaan sehat fisik mental, spiritual, dan gaya hidup.
4) Altruisme untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
5) Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia
6) Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap orang lain.

D. Sikap Komunikasi Terapeutik


1) Berhadapan
2) Mempertahnkan kontak mata
3) Membungkuk kearah pasien
4) Memperhatikan sikap terbuka
5) Tetap rileks

E. Pengertian Napza
Napza adalah bahan / zat / obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap napza.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa penyalahgunaan narkoba adalah suatu
kondisi yang dapat di konseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa (mental dan
perilaku) sehingga korban penyalahgunaan narkoba tidak lagi mampu berfungsi secara
wajar dalam masyarakat dan menunjukan perilaku maladaptif.
Dalam menangani masalah tersebut perawat perlu keahlian khusus agar pasien
pengguna napza tersebut dapat bertindak secara wajar kembali. Hal tersebut dilakukan
dengan membuat hubungan antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik. Perawat
menjadikan dirinya secara terapeutik dengan berbagai teknik komunikasi secara optimal
dengan tujuan untuk memperbaiki emosi pasien, sehingga dapat mengubah perilaku
pasien kea rah positif.
Dalam teori hubungan interpersonal Peplau, fase-fase yang bersifat terapeutik dan
berfokus pada interaksi interpersonal yaitu :
1. Orientasi
Pasien mencari bantuan dan perawat membantu pasien untuk mengidentifikasi
masalah dan luasnya bantuan yang diperlukan.
2. Identifikasi
Pasien berhubungan dengan perawat dengan sikap yang independent dependen atau
interdependen, dan perawat meyakinkan pasien bahwa perawat memahami makna
situasinya.
3. Eksploitasi
Pasien menggunakan pelayanan perawat dan sumber-sumber lain sesuai
kebutuhannya.
4. Resolusi
Kebutuhan pasien terdahulu telah terselesaikan, dan muncul tujuan lain yang lebih
dewasa.
5. Terminasi
Pasien dan perawat mengevalusi kemajuan intervensi terhadap tujuan yang telah
ditentukan, meninjau waktu yang telah mereka habiskan bersama, dan mengakhiri
hubungan.

Menurut (jurnal) strategi komunikasi terapeutik yang diterapkan terhadap para korban
penyalahgunaan narkoba adalah melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang
dilakukan secara terus menerus untuk mengembalikan para korban penyalahgunaan
narkoba ke jalan Allah melalui serangkaian amalan dan dzikir dan kalimat al-thayyibah
untuk membersihkan jiwa dan membebaskan hati manusia dari sifat buruk kebinatangan.
Metode komunikasi terapeutik menggunakan komunikasi interpersonal dan
kelompok. Langkah-langkah komunikasi interpersonal dan kelompok dilakukan baik
dalam interaksi informasi dan formal yang bersifat individual. Sedangkan komunikasi
kelompok lebih banyak digunakan dalam prosesi kegiatan amalan kelompok yang
diajarkan dalam thariqat qodiriyyah naqsabandiyyah, seperti tausyiah setelah shalat,
sebelum zikir dan khataman.
Teknik komunikasi yang digunakan terhadap korban penyalahgunaan narkoba adalah
sebagai berikut :
1. Teknik komunikasi reflektif
Teknik komunikasi reflektif yaitu dengan memberikan kesempatan pada anak bina
untuk mengemukakan pendapatnya dan menerima ide dan perasaannya sebagai
bagian dari dirinya sendiri.
2. Teknik komunikasi asertif
Teknik komunikasi asertif yaitu para pembina berupaya meykakinkan para anak bina
bahwa mereka akan mampu mecapai keadaan yang diharapkan, yakni dapat segera
sembuh dan kembali pada keluarga. Pada kegiatan ini para pembina berupaya
memberikan rasa nyaman kepada para anak bina untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka, tetapi dengan tetap diupayakan agar mereka dapat menghargai
orang lain. Komunikasi yang dilakukan seringkali disisipi dengan humor-humor.
Teknik ini merupakan upaya untuk mengurangi ketegangan dan stress, serta untuk
membangun hubungan harmonis antara pembina dengan anak bina.

Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat berkomunikasi dengan
pengguna napza, antara lain :
1. Perawat harus menghargai dan menghormati pasien seperti menghargai diri sendiri,
dan pantang untuk bertindak semena-mena terhadap pasien
2. Bersikap toleransi. Hal ini dapat memberikan kenyamanan pada pasien, menciptakan
situasi yang kondusif, dan memberikan ketenangan pada diri klien.
3. Kendalikan diri, kendalikan emosi, bersikap sabar, menerima, dan memahami kondisi
klien.
4. Kesungguhan dalam membantu klien dengan mengajak ngobrol tentang keluarga,
hobi, hingga pengalaman hidup.
5. Memotivasi klien untuk Kembali pada pola hidup yang lebih baik, memajukan
kesembuhan dengan menghentikan perilaku pemakaian pasien, meningkatkan fungsi
tubuh dan social pasien di kehidupan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai