DEFINISI
Definisi Psikoterapi
Indikasi Psikoterapi
Kontraindikasi Psikoterapi
Psikoterapi dapat dilakukan pada semua psikopatologi dan situasi, kecuali
pada pasien yang mengalami keadaan berikut karena psikoterapi akan kurang
efektif:
a. Delirium
b. Intoksikasi zat
c. Stadium lanjut dari demesia
BAB II
RUANG LINGKUP
2. Perspektif keuangan
Kegiatan di atas akan didanai dari APBD dan BLUD.
4. Perspektif pelanggan
a. Pelanggan internal: pegawai RSKD Duren Sawit
b. Pelanggan eksternal: pasien dan atau keluarga pasien di rawat jalan
dan rawat inap RSKD Duren Sawit.
Tujuan psikoterapi:
a. Individual
Psikoterapi melibatkan terapis dan pasien saja.
b. Pasangan/couple
Terapi membantu pasangan pasien untuk mengerti mengenai gangguan
mental yang dialami pasangannya, memahami perubahan dalam
komunikasi dan perilaku yang diperlukan untuk membantu
memperbaiki kemampuan coping pasien. Terapi juga bisa membantu
memperbaiki aspek relasi pasien dan pasangan.
c. Grup
Terapi dilakukan pada dua atau lebih pasien pada waktu bersamaan
sehingga pasien dapat berbagi pengalaman dan mempelajari tentang
apa yang dirasakan dan dialami juga oleh masing-masing pasien.
d. Keluarga
Keluarga adalah bagian penting dari usaha untuk membantu pasien
dengan gangguan jiwa untuk mengalami perbaikan.
Elemen psikoterapi yang perlu diingat oleh terapis saat melakukan psikoterapi:
Spektrum psikoterapi
Supportive-expressive continuum
Supportive Expressive
Fase terapi:
a. Beginning
Pada fase awal, terapis mencari pemahaman mengenai apa yang menjadi
keluhan utama pasien, gejala yang nampak, dan memahami gambaran
fungsi ego dan relasi objek pasien. Terapis berfokus pada pembentukan
aliansi terapeutik, karena aliansi terapeutik yang terjalin baik akan
membuat pasien bertahan dalam terapi sehingga dapat tercapai hasil yang
baik.
b. Middle
Terapis mengoptimalkan aliansi terapeutik yang terbentuk sebagai pondasi
dari psikoterapi. Pada fase middle ini dapat berlangsung dan biasanya tidak
terbatas, dengan tujuan memelihara adaptive skills dan fungsi ego. Dalam
perjalanan terapi, target terapi dapat berkembang bagi pasien sesuai
dengan pengalaman hidup yang sedang dialami dan juga sesuai dengan
fungsi adaptif pasien yang meningkat.
c. Termination
Terminasi formal bukan merupakan bagian dari psikoterapi (terutama
spektrum suportif). Terminasi dilakukan saat tujuan dari terapi sudah
tercapai atau saat pasien memilih untuk tidak melanjutkan. Jika keinginan
terminasi muncul akibat dari gangguan fungsi ego, gejala penyakit, atau
gangguan kemampuan adaptif, terapis mengeksplorasi permasalahan yang
ada. Terminasi juga dapat dilakukan karena adanya faktor eksternal,
misalnya pasien pindah tempat tinggal atau adanya kejadian dalam hidup
yang memaksa terapi untuk dihentikan.
BAB III
TATALAKSANA
Psikoterapi dilakukan secara conversational style antara terapis (psikiater) dan
subjek terapi (pasien dan atau keluarga), yang meliputi pemeriksaan terhadap
pengalaman masa kini dan masa lalu pasien, respons terhadap pengalaman
tersebut, dan perasaan yang menyertainya. Conversational style berbeda dengan
percakapan secara umum. Pada percakapan secara umum, peserta percakapan
secara bergantian berbicara: giliran saya, kemudian giliran anda, secara
bergantian. Pada setting terapi, percakapan selalu menjadi giliran subjek terapi,
dan terapis merespons apa yang dikatakan oleh subjek terapi.
Teknik psikoterapi:
a. Alliance building
Terapis membangun aliansi terapeutik dengan pasien dengan cara:
1. Expressions of interest, empathy, understanding (emphatic
validation)
Terapis mengekspresikan perhatian, empati, dan pengertian
terhadap apa yang pasien alami, dengan mendengarkan ventilasi
pasien dan merespons secara verbal dan non verbal sesuai dengan
kebutuhan pasien.
2. Sustaining comments
Memberikan tanggapan dan respons terhadap apa yang pasien
ungkapkan secara berkesinambungan.
3. Repair of misalliance
Jika terjadi ruptur terhadap aliansi terapeutik yang terjalin antara
pasien dan terapis, terapis berusaha memperbaiki dengan teknik-
teknik suportif terhadap pasien.
b. Esteem building
1. Praise
Dapat dilakukan sepanjang perjalanan terapi untuk memperkuat
pencapaian dan peningkatan dalam usaha adaptif pasien.
2. Reassurance
Dilakukan dengan dasar pengertian terhadap kondisi pasien
sehingga pasien merasa nyaman untuk mengungkapkan apa yang
menjadi keluhannya.
3. Normalizing
Mengajak pasien melihat sudut pandang lain yang membuat pasien
menjadi lebih baik dengan menormalisasikan apa yang pasien
anggap kurang baik terhadap dirinya.
4. Universalizing
Mengajak pasien untuk dapat melihat bahwa apa yang pasien
lakukan, rasakan, atau pikirkan juga dapat dialami oleh orang lain.
5. Encouragement
Memberikan dorongan kepada pasien untuk melakukan sesuatu
dan memberikan pemahaman bahwa apa yang dilakukan akan
membawa pasien pada suatu peningkatan keadaan.
6. Exhortation
Bentuk encouragement yang lebih intens.
3. Anticipatory guidance
Dapat diberikan dalam pendekatan suportif atau kognitif perilaku
agar pasien dapat mengantisipasi tantangan yang dapat muncul
dalam usahanya untuk melakukan sesuatu dan mempersiapkan
strategi untuk mengatasinya.
e. Awareness expanding
a. Clarification
Meringkas, paraphrasing, atau menyusun kembali apa yang pasien
katakan. Merupakan suatu intervensi yang awareness-expanding
dan menunjukkan bahwa terapis memberikan atensi terhadap apa
yang pasien katakan.
b. Confrontation
Membawa pasien kepada pemahaman terhadap pola perilaku,
pikiran, atau perasaan yang pasien tidak kenali atau hindari.
c. Interpretation
Mengartikan isi pikiran atau maksud dari perilaku pasien.
BAB IV
DOKUMENTASI