Anda di halaman 1dari 74

Pemeriksaan Fisik Dada

Siti Nabilla Saskia Utami 1940312162


Bilqis Elfarianti 1940312166
Ariva Afriana Husni 1940312164
Devin Mahendika 2040312030
Rahma Aprilliana Dewi 2040312044

Preseptor : dr. Akmal M. Hanif, SpPD-KKV, MARS, FINASIM


Pemeriksaan Fisik Sistem
Kardiovaskular
01
Inspeksi
A. Bentuk Dada
● Normal
 Diameter transversum : diameter
anteroposterior = 2 : 1
 Simetris kiri-kanan
● Barel chest
 Angulus costae >90°
● Skoliosis
 Vertebrae torakalis membentuk huruf ‘s’
● Pectus carinatum
 Tulang sternum menonjol ke depan
● Pectus excavatum
 Tulang sternum melengkung ke belakang
● Kifosis
 Corpus vertebrae melengkung ke
belakang
B. Voussure Cardiaque
Merupakan penonjolan setempat yang lebar di
daerah precordium, di antara sternum dan apeks
codis. Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi
jantung .
Adanya Voussure Cardiaque, menunjukkan
adanya :
● Kelainan jantung organis
● Kelainan jantung yang berlangsung sudah
lama/terjadi sebelum penulangan sempurna
● Hipertrofi atau dilatasi ventrikel
C. Pulsasi di Titik Tertentu

Titik tertentu di jantung adalah :


● Apex
● Sela iga 4 dan 5 kiri dan kanan → daerah
trikuspidal
● Sela iga 3 kiri → daerah septal
● Sela iga 2 kiri → daerah pulmonal
● Sela iga 2 kanan → daerah aorta

Interpretasi normal :
Tidak tampak pulsasi yang patologis di titik-
titik tertentu tadi
02
Palpasi
Palpasi
● Palpasi dilakukan dengan menggunakan
bagian tangan yang paling sensitif, yaitu
telapak tangan atau ujung-ujung jari Pulsasi Patologis
● Lokasi pemeriksaan → di titik-titik tertentu
jantung ● Thrill
● Tujuannya → mencari apakah ada pulsasi  Getaran yang terabapada tangan pemeriksa
patologis ( Thrill, Lift, Heaving ) apabila terjadi turbulensi di katup jantung
● Normalnya : pulsasi teraba di apex, letaknya ● Lift
di sela iga 5 kiri ± 1-2 jari medial dari garis  Gerakan yang mendororng-dorong telapak
midclavicula kiri dengan diameter ± 2 cm tangan pemeriksa
 Biasanya pada kasus mitral stenosis
● Heaving
 Gerakan yang dirasakan seperti
bergelombang pada tangan pemeriksa
 Biasanya pada insufisiensi mtralis
03
Perkusi
1. Garis-garis patokan pada perkusi :

a. Garis mid sternalis

b. Garis sternal

c. Garis oara sternal

d. Garis midclavicula

e. Garis axillaris anterior

f. Garis axillaris medial

g. Garis axillaris posterior

2. Titik angulus ludovici → terbentuk dari


manibreum sterni dan corpus sternum
Cara Melakukan Perkusi

• Letakan jari tengah kiri di dinding dada pada sela iga, jari-jari lin agak diangkat
sedikit → supaya tidak meredam suara saat diperkusi
• Jari pengetuk → jari tengah kanan
• Gerakan perkusi dilakukan dengan pergerakan sendi pergelangan bukan dari
pergerakan sendi siku
• Pengetukan tidak terlalu kuat agar tidak menyakiti pasien, dan irama pengetukan
ritmis
Batas Jantung Kanan (Relatif)

● Normalnya : di garis sternal kanan


● Cara :
 Tentukan batas paru-hepar di garis midclavicula kanan
 Cari perubahan suara sonor→redup
 Naik 2 jari dari titik perubahan tersebut
 Perkusi ke arah medial 2 arah jari tegak lurus tulang iga
 Cari perubahan sonor→redup
Batas Jantung Kiri (Relatif)

● Normalnya : di 2 jari medial LMCS kiri


● Cara :
 Perkusi dari garis axillaris anterior dari atas ke bawah
 Tentukan batas paru-gaster
 Cari perubahan suara sonor→timpani
 Naik 2 jari ke atas dari titik perubahan tersebut
 Perkusi ke arah medial
 Cari perubahan sonor→redup
Batas Pinggang Jantung

● Normalnya : pinggang jantung pada RIC 3 kiri


● Cara :
 Perkusi pada garis parasternal kiri
 Cari perubahan sonor→redup
● Pada kelainan katup mitral → pinggang jantung menghilang
04
Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan :

Bunyi jantung

Gesekan
pericard
Bising jantung
Bunyi jantung
1. Lokalisasi dan asal bunyi jantung
○ Apex
○ Sela iga 4 dan 5 kiri dan kanan → daerah
trikuspidal
○ Sela iga 3 kiri → daerah septal
○ Sela iga 2 kiri → daerah pulmonal
○ Sela iga 2 kanan → daerah aorta
2. Menentukan bunyi jantung I dan II
Pada orang sehat dapat didengar 2 macam bunyi
jantung :
○ bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan
katup-katup mitral dan trikuspidal. Bunyi ini
adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel.
○ Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh
penutupan katup-katup aorta dan pulmonal
dan tanda dimulainya fase diastole ventrikel.
Bunyi jantung I di dengar bertepatan dengan
terabanya pulsasi nadi pada arteri carotis.
Bunyi jantung
3. Intesitas dan Kualitas Bunyi
Bunyi jantung I pada umumnya lebih keras dari bunyi jantung II di daerah apeks jantung,
sedangkan di bagian basal bunyi jantung II lebih besar daripada bunyi jantung I. Jadi bunyi
jantung I di ictus (M I) lebih keras dari M 2, sedang didaerah basal P 2 lebih besar dari P 1, A
2 lebih besar dari A 1.
M 1 : adalah merupakan bunyi jantung akibat penutupan mitral secara langsung.
M 2 : adalah penutupan katup aorta dan pulmonal yang dirambatkan.
P 1 : adalah bunyi M 1 yang dirambatkan
P 2 : adalah bunyi jantung akibat penutupan katup pulmonal secara langsung
A 1 : adalah penutupan mitral yang dirambatkan
A 2 : adalah penutupan katub aorta secara langsung
A 2 lebih besar dari A 1.
Kesimpulan : pada ictus cordis terdengar bunyi jantung I secara langsung sedang bunyi
jantung II hanya dirambatkan (tidka langsung)
Sebaliknya pada daerah basis jantung bunyi jantung ke 2 merupakan bunyi jantung langsung
sedang bunyi I hanya dirambatkan
Bunyi jantung
4. Ada tidaknya bunyi jantung III dan bunyi jantung IV
Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir
pengisian cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada daerah apeks jantung.
Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Dalam keadaan
patologis ditemukan pada kelainan jantung yang berat misalnya payah jantung dan
myocarditis.
Bunyi jantung 1, 2 dan 3 memberi bunyi seperti derap kuda, disebut sebagai
protodiastolik gallop.
Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang dipaksakan akibat kontraksi
atrium, paling jelas terdengar di apeks cordis, normal pada anak-anak dan pada orang
dewasa didapatkan dalam keadaan patologis yaitu pada A – V block dan hipertensi
sistemik.
Irama yang terjadi oleh jantung ke 4 disebut presistolik gallop
Bunyi jantung
5. Irama dan frekuensi bunyi jantung
Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal
irama jantung adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhytmia cordis.
Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam semenit, kemudian dibandingkan
dengan frekuensi nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-masing lebih dari
100 kali per menit disebut tachycardi dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit
disebut bradycardia.
Bising jantung
1. Lokalisasi Bising
Dengan menetukan punctum maximum dan penyebaran bising, maka dapat diduga asal
bising itu :
- punctum maximum di apeks cordis, berasal dari katup mitral
- punctum maximum di sela iga 2 kiri, berasal dari katup pulmonal
- punctum maximum di sela iga 2 kanan, berasal dari katup aorta
- punctum maximum pada batas sternum kiri, berasal dari ASD atau VSD.

2. Penjalaran Bising
Bising jantung masih terdengar di daerah yang berdekatan dengan lokasi dimana bising itu
terdengar maksimal, ke suatu arah tertentu, misalnya :
- Bising dari stenosa aorta menjalar ke daerah carotis
- Bising insufiensi aorta menjalar ke daerah batas sternum kiri.
- Bising dari insufisiensi mitral menjalar ke aksilia, punggung dan ke seluruh precordium.
- Bising dari stenosis mitral tidak menjalar atau hanya terbatas kesekitarnya.
Bising jantung
3. Intensitas Bising
Levine membagi intensitas bising jantung dalam 6 tingkatan :
Tingkat I : bising yang sangat lemah, hanya terdengar dengan konsentrasi.
Tingkat II : bising lemah, namun dapat terdengar segera waktu auskultasi.
Tingkat III : sedang, intensitasnya antara tingkat II dan tingkat IV.
Tingkat IV : bising sangat keras, sehingga terdengar meskipun stetoskp
belum menempel di dinding dada.
4. Jenis dari Bising
Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan
bunyi jantung 2)
Dikenal 2 macam bising sistole :
- Bising sistole tipe ejection, timbul akibat aliran darah yang dipompakan
melalui bagian yang menyempit dan mengisi sebagian fase sistole. Misal :
stenosis aorta, punctum maximum di daerah aorta.
- Bising sistole tipe pansistole, timbul sebagai akibat aliran balik yang
melalui bagian jantung yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase
systole. Misalnya pada insufisiensi mitral.
Bising jantung
Bising Diastole, terdengar dalam fase diastole (antara bunyi jantung 2 dan bunyi jantung 1),
dikenal antara lain :
- Mid-diastole, terdengar pada pertengahan fase diastole misalnya pada stenosis mitral.
- Early diastole, terdengar segara setelah bunyi jantung ke 2. misalnya pada insufisiensi sorta.
- Pre-sistole, yang terdengar pada akhir fase diastole, tepat sebelum bunyi jantung 1,
misalnya pada stenosis mitral. Bising sistole dan diastole, terdengar secara kontinyu baik
waktu sistole maupun diastole. Misalnya pda PDA
Bising jantung
5. Kualitas dari BIsing
Apakah bising yang terdengar itu bertambahkeras (crescendo) atau bertambah lemah
(descrescendo). Apakah bersifat meniup (blowing) atau menggenderang (rumbling).

Gerakan Pericard
Gesekan pericard merupakan gesekan yang timbul akibat gesekan antara pericard visceral
dan parietal yang keduanya menebal atau permukaannya kasar akibat proses peradangan
(pericarditis fibrinosa). Gesekan ini terdengar pada waktu sistole dan diastole dari jantung,
namun kadang-kadang hanya terdengar waktu sistole saja. Gesekan pericard kadang-
kadang hanya terdengar pada satu saat saja (beberapa jam) dan kemudian menghllang.
Gesekan pericard sering terdengar pada sela iga 4-5 kiri, di tepi daerah sternum. Sering
dikacaukan dengan bising jantung.
Pemeriksaan Fisik Sistem
Respirasi
01
INSPEKSI
INSPEKSI
• Pada pemeriksaan inspeksi sistem respirasi dilakukan secara
menyeluruh dan sistematis.
• Prosedur pemeriksaan inspeksi toraks dilakukan dalam dua keadaan,
yaitu inspeksi yang dilakukan dalam keadaan statis dan dalam keadaan
dinamis.
• Inspeksi diawali dengan pengamatan pada keadaan statis, terhadap
keadaan umum pasien, kepala (adanya edema di muka), mata
(konjungtiva, kelopak mata), leher (Jugular Venous Presure (JVP),
deviasi trakea) tangan (clubbing finger, kuku), kaki (edema tungkai)
dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan toraks seperti kelainan
bentuk dinding toraks, dll.
Inspeksi Toraks dalam Keadaan Statis

• Pada pemeriksaan inspeksi dalam keadaan statis yang dinilai antara lain :
1. Bagaimana memproyeksikan batas lobus paru ke dinding dada,
2. Garis garis imajiner dan penanda anatomis pada dinding dada.
3. Bentuk dada apakah ada kelainan atau tidak
4. Kelainan struktur tulang dinding dada.
• Proyeksi paru ke dinding dada (batas lobus paru kiri dan paru kanan) dapat di dilihat
dari proyeksi depan, dari belakang atau dari lateral kiri maupun kanan.
• Proyeksi dari depan dapat ditentukan batas lobus atas dan lobus medius paru kanan
yang disebut fisura horozontal, dapat di proyeksikan sebagai garis yang di bentuk
melalui titik potong iga 5 pada garis mid-aksilaris ke titik potong iga 4 dengan sternum,
yang memisahkan lobus bawah kanan dengan lobus medius serta lobus bawah kiri
dengan lobus atas kiri disebut fisura oblik.
Inspeksi Toraks dalam Keadaan Statis

• Fisura oblik ini dapat diproyeksikan sebagai garis yg terbentuk dari titik perpotongan iga
5 pada garis mid-aksilaris ke titik yang dibentuk dari perpotongan iga 6 pada linea mid-
klavikularis kanan maupun kiri.

• Proyeksi dari belakang dapat ditentukan fisura oblik pada proyeksi pada bagian belakang
merupakan garis yang terbentuk dari lanjutan dari titik pertemuan iga 6 dengan linea mid
klavikularis melalui titik potong iga 5 dengan garis mid aksilaris terus ke korpus
vertebrae torakalis 3.
Inspeksi Toraks dalam Keadaan Statis
Garis Imaginer Dinding Dada

• Linea mid sternalis


• Linea sternalis
• Linea parasternalis
• Linea midklavikularis
• Linea aksilaris anterior
• Linea aksilaris media
• Linea aksilaris posterior
• Linea skapularis
• Linea vertebralis
Penanda Anatomis
 Sudut yang dibentuk oleh
pertemuan antara manubrium sterni,
corpus sternum dan iga 2.
 Prosesus Spinosus Vertebrae
servikal 7 yang paling menonjol
pada tulang belakang di daerah
leher yang merupakan tonjolan dari
prosesus spinosus vertebra servikal
7.
 Sela iga 7, tepat berada di bawah
ujung skapula.
Bentuk Dada
• Besar rongga toraks bervariasi berdasarkan umur, pada orang dewasa diameter
anterior – posterior lebih kecil dari diameter transversal.
• Sedangkan pada anak diameter antero posterior dengan diameter tranversal hampir
sama.
Bentuk Dada
●Pigeon Chest (Pektus Karinatum)
• Sternum ½ distal melengkung ke anterior, bagian lateral dinding toraks kompresi ke
medial (seperti dada burung).
• Etiologi ricketsia dan kelainan kongenital.
Bentuk Dada
Funnel Chest (Pektus Ekskavatum)
• Bagian distal dari sternum terdorong kedalam/mencekung.
• Penyebabnya adalah penyakit ricketsia/kongenital.
Bentuk Dada
Flat Chest
• Diameter anterioposterior memendek.
• Etiologinya adalah adanya bilateral pleuro pulmonary fibrosis.
Bentuk Dada
Barrel Chest (Toraks emfisematous)

• Diameter anteroposterior memanjang


dengan ciri ciri:
• Iga-iga mendatar
• Sela iga melebar
• Sudut epigastrium tumpul
• Diafragma mendatar
• Dapat disebabkan oleh Penyakit Paru
Obstruksi Kronik.
Bentuk Dada
• Unilateral Flattening : salah satu hemi tooraks menjadi lebih pipih, contoh pada
fibrosis paru atau fibrosis pleura (schwarte).
• Unilateral prominence, contoh :Efusi Pleura yang banyak Pneumotoraks, Tumor
paru.
• Skoliosis dari vertebra torakalis yaitu perubahan bentuk dari rongga tooraks
akibat vertebra bengkok ke kiri atau ke kanan.
• Kifosis / gibbus dari vertebrae torakalis.
Inspeksi Toraks dalam Keadaan Dinamis
Pergerakan Pernafasan
• Pengembangan rongga toraks terjadi akibat aktivitas otot pernapasan dan secara
pasif kemudian terjadi ekspirasi, frekuensi pernapasan normal orang dewasa 14-
18/menit, dan pada bayi baru lahir normal 44x/menit dan secara gradual
berkurang dengan bertambahnya umur.
• Pada laki-laki dan anak diafragma lebih berperan dalam gerakan pernapasan,
sehingga yang menonjol gerakan pernapasan bagian atas abdomen dan toraks
bagian bawah. Pada ♀ yang lebih berperan adalah muskulus interkostal, gerakan
pernapasan yang menonjol adalah gerakan rongga toraks bagian atas.
Frekuensi Nafas pada Anak Berdasarkan Umur
Usia Frekuensi Nafas

Bayi baru lahir 30-80x/menit

1 tahun 20-40x/menit

3 tahun 20-30x/menit

6 tahun 16-22x/menit

10 tahun 16-20x/menit

17 tahun 12-20x/menit
Pernafasan Abnormal
• Dispnea: keluhan objektif dimana orang akan merasakan susah/sesak
bernapas, dapat terjadi pada saat latihan, obesitas, penyakit jantung,
penyakit paru, anemia, hipertiroidisme, neurosirkulatory, astenia.
• Orthopnea : sesak napas kalau posisi tidur dan berkurang kalau posisi
duduk.
• Kusmaull breathing : pernpasan cepat dan dalam, misal pada keadaan
asidosis.
• Asthmatic breathing : pernapasan dengan ekspirasi memanjang disertai
wheezing dapat ditemukan pada asma bronkial dan PPOK
Pernafasan Abnormal
• Cheyne stokes breathing : pernapasan periodic secara bergantian antara
pernapasan cepat (hipernea) dengan apnea. Apnea dapat terjadi sampai
30 detik, pasien dapat tertidur pada periode ini. Contoh : penyakit
jantung, penyakit ginjal, asma berat, peningkatan tekanan intrakranial,
dan keracunan obat.
• Biot’s breathing ; pernapasan yang tak teratur, contoh : trauma kapitis,
meningo ensefalitis, dan tumor serebral.
Jenis Pernafasan
02
PALPASI
Palpasi Statis
• Palpasi trakea  teraba ditengah/tidak?
• KGB supraclavicula
• Kelainan lain; kelainan di perifer seperti kondisi kulit; (basah atau kering),
adanya demam, arah aliran vena dikulit pada vena yang terbendung (venaectasi),
tumor dll
Palpasi Dinamis
● Menilai pengembangan dinding toraks  cara:

○ menempelkan tangan pada dinding toraks bagian bawah

○ kedua ibu jari bertemu pada garis tengah tubuh ( mid sternalis /
vertebralis) dan jari yang lain mengarah sisi kiri dan kanan dinding toraks

○ pasien disuruh inspirasi dalam

○ perhatikan pergerakan dari kedua ibu jari pemeriksa apakah pergerakan


simetris atau ada yang tertinggal).
penilaian pengembangan dinding toraks depan dan belakang
Palpasi Dinamis
Tactil fremitus
1. Pemeriksa menempelkan telapak tangan dan jari jari tangan pada dinding
dada.
2. pasien disuruh mengucapkan kata kata seperti 77
3. Bandingkan getaran yang timbul antara hemithorax kiri dan kanan secara
simetris dengan cara menyilangkan tangan pemeriksa secara bergantian
TAKTIL FREMITUS

FREMITUS FREMITUS
MENINGKAT MENURUN
• Infiltrat paru  • Efusi pleura
pneumonia • Pneumothorax
• Compressive atelektasis • Emfisema paru
• Cavitas paru • Obstruksi dari bronkus
03
PERKUSI
Perkusi Paru

● Jari tengah  sebagai fleksimeter, dan jari lain diangkat supaya tidak terjadi
peredaman suara, jari tengah tangan kanan digunakan sebagai pemukul
(pengetok) disebut flexor.
● Gerakan ketokan pada perkusi berpusat pada sendi pergelangan tangan bukan
pada pada sendi siku.
● Perkusi dimulai dari lapangan atas paru menuju ke lapangan bawah sambil
membandingkan bunyi perkusi antara hemi toraks kanan dan hemi toraks kiri.
JENIS BUNYI PERKUSI DINDING THORAKS

SONOR REDUP PEKAK


Suara perkusi normal dari Perkusi pada infiltrat paru Perkusi pada efusi pleura
toraks pada seluruh dimana parenkim lebih masif atau massa tumor
lapangan paru disebut solid mengandung sedikit yang besar sehingga tidak
sonor udara) terdapat udara dalam paru

HIPERSONOR TIMPANI
Hiperinflasi dari paru dimana udara Adanya udara dalam
tertahan lebih banyak dalam alveoli lambung menimbulkan
atau adanya udara didalam rongga suara perkusi
pleura (pnemothorax)
PERKUSI PARU ANTERIOR

Melakukan perkusi pada kedua Tentukan batas paru hepar / Tentukan batas paru lambung /
hemithorax kiri dan kanan diagfragma kanan, pada linea diafragma kiri (perubahan
mulai dari dinding toraks atas mid klavikularis kanan suara sonor menjadi timpani)
ke bawah, bandingkan kiri (perubahan suara perkusi dari Normal  RIC 8 kiri
dengan kanan secara simetris. sonor ke redup, normal pada
RIC V kanan)
PERKUSI PARU POSTERIOR

Lakukan perkusi pada kedua Tentukan batas bawah paru Tentukan peranjakan batas paru
hemithorax belakang kiri dan belakang kanan dan kiri belakang / diafragma.
kanan mulai dari pungggung (normal vertebrae Th X/XI) (tentukan batas paru saat
atas ke bawah, bandingkan kiri ekspirasi kemudian tentukan
dengan kanan. batas paru saat inspirasi dalam.
(normal batas paru beranjak
turun 2 jari (+ 4 cm)
04
AUSKULTASI
Auskultasi
Paru Bagian Depan

● Posisi penderita sebaiknya


duduk atau tidur
● Pasien diminta bernafas
dengan mulut
● Yang dicari : Suara nafas
poko dan suara nafas
tambahan
Suara Nafas Pokok
Vesikuler Bronkovesikuler
 Jaringan alveoli terbuka -> udara keluar bebas  Suara ekspirasi lebih keras, dan nadanya lebih tinggi
 Suara inspirasi lebih keras, lebih panjang, dari inspirasi
nada lebih tinggi dibanding ekspirasi  Durasi antara inspirasi dan ekspirasi hampir sama
 Pada hampir seluruh lapangan paru, kecuali  Pada supra sternal dan interscapular
suprasternal dan interscapular  Bila terdengar pada daerah yang seharusnya
 Mengeras pada orang kurus atau post vesikuler -> menunjukkan adanya kelainan pada
“exercise”, penyakit tertentu (infiltrate paru) daerah tersebut
 Melemah pada orang gemuk atau pada
penyakit-penyakit tertentu (efusi pleura,
pneumothoraks)
Suara Nafas Pokok

Bronkial Trakeal
 Saluran alveoli tertutup sebagian atau  Suara ekspirasi lebih keras, nadanya
total -> udara sulit keluar lebih tinggi dari suara inspirasi,
 Durasi ekspirasi lebih panjang dari durasinya hampir sama dengan suara
inspirasi inspirasi
 Pada manubrium, pneumonia lobaris  Pada daerah trakea
Suara Nafas Lain
Asmatis Amphoric sounds

 Ekspirasi memanjang disertai bunyi  Berasal dari cavarne atau


yang menciut atau wheezing pneumothorax dengan fistel yang
 Pada penderita asma brhonchial terbuka
 Terdengar seperti botol kosong yang
ditiup
Suara Napas Tambahan

1. Rhonchi Basah (Moist Rales)


• Bunyi gelembung-gelembung udara

Rhonchi yang melewati cairan (gurgling atau


bubling) terutama pada fase inspirasi.

Dihasilkan oleh aliran udara


• Adanya eksudat atau cairan dalam
bronkiolus atau alveoli, bronkus dan
melalui saluran napas yang berisi trakea
sekret / eksudat atau akibat saluran
• Rhonchi basah nyaring dan rhonchi
napas yang menyempit atau oleh basah tak nyaring
oedema saluran napas
• rhonchi basah kasar, rhonchi basah
sedang, rhonchi basah halus
Suara Napas Tambahan

2. Rhonchi Kering (Dry Rales)


• Lewatnya udara melalui penyempitan saluran

Rhonchi napas, inflamasi atau spasme saluran napas


seperti pada brhonchitis atau asma brhonchial
• Dominan pada fase ekspirasi, terdengar
Dihasilkan oleh aliran udara squeking dan grouning
melalui saluran napas yang berisi • Pada saluran yang lebih besar adalah deep
sekret / eksudat atau akibat saluran tone grouning (sonorous)
napas yang menyempit atau oleh • Pada saluran yang lebih kecil terdengar
oedema saluran napas squeking dan whistling (sibilant)
• Musical rales : kualitas frekuensi beragam
(asma brhonchial)
Suara Napas Tambahan

 Pada pleuritis fibrinosa


Pleural  Lokasi tersering : pada bagian bawah
dari axilla
Friction  Seperti suara menggosok ibu jari dengan
telunjuk dengan tekanan yang cukup
keras pada pangkal telinga kita
Bunyi pergeseran antara  pada fase inspirasi dan ekspirasi
pleura parietal dengan
pleura viseral
Suara Napas Tambahan

 Dilakukan pada keadaan tidak


memungkinkan untuk melakukan
pemeriksaan suara napas secara
memuaskan

The Whispered  Kelainan infiltrate -> suara berbisik


terdengar jelas : Bronchial Whispered
positive
Voice Pasien mengucapkan Pemeriksa mendengarkan
kata 77 (tujuh puluh pada seluruh lapangan
tujuh) secara berbisik paru
Suara Napas Tambahan

 Vocal sound (suara biasa) bila


didengarkan pada dinding thorax
terdengar lebih keras, lebih jelas dan
pada pangkal telinga pemeriksaan
disebut bronchoponi positif
Bronchophoni  Pada pemadatan parenkim paru, misal
pada infiltrat dan aktelektasis kompresif
Suara Napas Tambahan

 Bronchophoni yang terdengar nasal


 Disebabkan oleh kompresif atelektasis
akibat dorongan efusi pleura pada
Eughoponi parenkim paru terdengar pada perbatasan
cairan dengan parenkim paru
Auskultasi
Paru Bagian
Belakang

● Posisi penderita sebaiknya


duduk membelakangi
pemeriksa
● Prosedur dan tujuannya
sama dengan auskultasi
bagian depan.
Ringkasan Temuan
Pemeriksaan Thoraks Pada
Patologis
Ringkasan Kelainan Pemeriksaan Jantung

Mitral Stenosis Insufisiensi Mitral ASD


• Palpasi : Lifting (iktus kordis) • Palpasi : Heaving (iktus kordis) • Auskultasi : Split S.II
• Auskultasi : Opening snap, • Auskultasi : SIII, pansistolik
Bising diastol (apex) murmur, late sistole murmur
(area apex)

Hipertensi Pulmonal Aorta Stenosis Insufisiensi Aorta


• Auskultasi : Split S.II • Auskultasi : Diamond • Auskultasi :
Ship (area aorta) Protodiastolic murmur
(area aorta)
01
Ringkasan Kelainan Inspeksi Statis Inspeksi Dinamis
Pemeriksaan Paru • Barrel Shape => • Pernapasan Cuping Hidung =>
Anterior Bronkitis kronis, PPOK Pneumonia
• Jenis Pernapasan
• Kussmaul => Koma diabetikum
• Biot => Cedera otak
• Cheyne-stoke => CVD
02
Ringkasan Kelainan Palpasi Dinamis
Pemeriksaan Paru • Fremitus
Anterior • Asimetris
• Yang abnormal dirasakan getaran melemah
• Emfisema
• Hydrothoraks
• Atelektasis
• Yang abnormal dirasakan getaran menguat
• Pneumonia
03
Ringkasan Kelainan Perkusi Anterior Perkusi Posterior
Pemeriksaan Paru • Pada lapang paru didapatkan • Fremitus
Anterior • Redup => zat lebih padat > • Asimetris
udara (Pneumonia) • Yang abnormal
• Pekak => tidak terdapat dirasakan getaran
udara (tumor paru, efusi melemah
pleura) • Emfisema
• Hypersonor => udara > zat • Hydrothoraks
padat (emfisema paru) • Atelektasis
• Yang abnormal
dirasakan getaran
menguat
• Pneumonia
04
Ringkasan Kelainan Auskultasi
Pemeriksaan Paru • Bunyi nafas pokok
Anterior • Amferik => TB dengan kavitas paru
Temuan Pada Kelainan Paru
No Kelainan Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
1 Efusi Pleura Asimetris (statis & Fremitus ↓ Redup, pekak Vesikuler ↓/
Dinamis) Suara nafas menghilang
2 Pneumonia Asimetris (dinamis) Fremitus↑ Redup Bronkhial, Ronkhi
basah nyaring
3 Pneumotoraks Asimetris (statis & Fremitus ↓ Hypersonor/timpani Vesikuler ↓ / negatif,
Dinamis) Metalik sound
4 Emfisema Hyperinflasi/barrel Fremitus ↓ Hipersonor Ekspirasi memanjang
chest
5 Atelektasis Obstruktif Asimetris Fremitus ↓ Redup Vesikuler ↓ / negatif,

Atelektasis Kompresif Asimetris Fremitus↑ Redup Bronkovesikuler,


Eugofoni
6 Penebalan Pleura Asimetris (statis & Fremitus ↓ Redup/pekak Vesikuler ↓,
(Schwarte) Dinamis), sela iga Pleural friction rub
menyempit

7 Hydropneumothoraks Asimetris (statis & Fremitus ↓ Pekak pada area Vesikuler ↓,


Dinamis) dengan cairan, Succusio hipokrates
Hypersonor pada area
dengan udara
8 Asma Bronkial - Fremitus dapat ↓ Sonor Nafas asmatis,
Wheezing, Ronkhi
kering (musical box)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai