Interpretasi normal :
Tidak tampak pulsasi yang patologis di titik-
titik tertentu tadi
02
Palpasi
Palpasi
● Palpasi dilakukan dengan menggunakan
bagian tangan yang paling sensitif, yaitu
telapak tangan atau ujung-ujung jari Pulsasi Patologis
● Lokasi pemeriksaan → di titik-titik tertentu
jantung ● Thrill
● Tujuannya → mencari apakah ada pulsasi Getaran yang terabapada tangan pemeriksa
patologis ( Thrill, Lift, Heaving ) apabila terjadi turbulensi di katup jantung
● Normalnya : pulsasi teraba di apex, letaknya ● Lift
di sela iga 5 kiri ± 1-2 jari medial dari garis Gerakan yang mendororng-dorong telapak
midclavicula kiri dengan diameter ± 2 cm tangan pemeriksa
Biasanya pada kasus mitral stenosis
● Heaving
Gerakan yang dirasakan seperti
bergelombang pada tangan pemeriksa
Biasanya pada insufisiensi mtralis
03
Perkusi
1. Garis-garis patokan pada perkusi :
b. Garis sternal
d. Garis midclavicula
• Letakan jari tengah kiri di dinding dada pada sela iga, jari-jari lin agak diangkat
sedikit → supaya tidak meredam suara saat diperkusi
• Jari pengetuk → jari tengah kanan
• Gerakan perkusi dilakukan dengan pergerakan sendi pergelangan bukan dari
pergerakan sendi siku
• Pengetukan tidak terlalu kuat agar tidak menyakiti pasien, dan irama pengetukan
ritmis
Batas Jantung Kanan (Relatif)
Bunyi jantung
Gesekan
pericard
Bising jantung
Bunyi jantung
1. Lokalisasi dan asal bunyi jantung
○ Apex
○ Sela iga 4 dan 5 kiri dan kanan → daerah
trikuspidal
○ Sela iga 3 kiri → daerah septal
○ Sela iga 2 kiri → daerah pulmonal
○ Sela iga 2 kanan → daerah aorta
2. Menentukan bunyi jantung I dan II
Pada orang sehat dapat didengar 2 macam bunyi
jantung :
○ bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan
katup-katup mitral dan trikuspidal. Bunyi ini
adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel.
○ Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh
penutupan katup-katup aorta dan pulmonal
dan tanda dimulainya fase diastole ventrikel.
Bunyi jantung I di dengar bertepatan dengan
terabanya pulsasi nadi pada arteri carotis.
Bunyi jantung
3. Intesitas dan Kualitas Bunyi
Bunyi jantung I pada umumnya lebih keras dari bunyi jantung II di daerah apeks jantung,
sedangkan di bagian basal bunyi jantung II lebih besar daripada bunyi jantung I. Jadi bunyi
jantung I di ictus (M I) lebih keras dari M 2, sedang didaerah basal P 2 lebih besar dari P 1, A
2 lebih besar dari A 1.
M 1 : adalah merupakan bunyi jantung akibat penutupan mitral secara langsung.
M 2 : adalah penutupan katup aorta dan pulmonal yang dirambatkan.
P 1 : adalah bunyi M 1 yang dirambatkan
P 2 : adalah bunyi jantung akibat penutupan katup pulmonal secara langsung
A 1 : adalah penutupan mitral yang dirambatkan
A 2 : adalah penutupan katub aorta secara langsung
A 2 lebih besar dari A 1.
Kesimpulan : pada ictus cordis terdengar bunyi jantung I secara langsung sedang bunyi
jantung II hanya dirambatkan (tidka langsung)
Sebaliknya pada daerah basis jantung bunyi jantung ke 2 merupakan bunyi jantung langsung
sedang bunyi I hanya dirambatkan
Bunyi jantung
4. Ada tidaknya bunyi jantung III dan bunyi jantung IV
Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir
pengisian cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada daerah apeks jantung.
Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Dalam keadaan
patologis ditemukan pada kelainan jantung yang berat misalnya payah jantung dan
myocarditis.
Bunyi jantung 1, 2 dan 3 memberi bunyi seperti derap kuda, disebut sebagai
protodiastolik gallop.
Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang dipaksakan akibat kontraksi
atrium, paling jelas terdengar di apeks cordis, normal pada anak-anak dan pada orang
dewasa didapatkan dalam keadaan patologis yaitu pada A – V block dan hipertensi
sistemik.
Irama yang terjadi oleh jantung ke 4 disebut presistolik gallop
Bunyi jantung
5. Irama dan frekuensi bunyi jantung
Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal
irama jantung adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhytmia cordis.
Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam semenit, kemudian dibandingkan
dengan frekuensi nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-masing lebih dari
100 kali per menit disebut tachycardi dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit
disebut bradycardia.
Bising jantung
1. Lokalisasi Bising
Dengan menetukan punctum maximum dan penyebaran bising, maka dapat diduga asal
bising itu :
- punctum maximum di apeks cordis, berasal dari katup mitral
- punctum maximum di sela iga 2 kiri, berasal dari katup pulmonal
- punctum maximum di sela iga 2 kanan, berasal dari katup aorta
- punctum maximum pada batas sternum kiri, berasal dari ASD atau VSD.
2. Penjalaran Bising
Bising jantung masih terdengar di daerah yang berdekatan dengan lokasi dimana bising itu
terdengar maksimal, ke suatu arah tertentu, misalnya :
- Bising dari stenosa aorta menjalar ke daerah carotis
- Bising insufiensi aorta menjalar ke daerah batas sternum kiri.
- Bising dari insufisiensi mitral menjalar ke aksilia, punggung dan ke seluruh precordium.
- Bising dari stenosis mitral tidak menjalar atau hanya terbatas kesekitarnya.
Bising jantung
3. Intensitas Bising
Levine membagi intensitas bising jantung dalam 6 tingkatan :
Tingkat I : bising yang sangat lemah, hanya terdengar dengan konsentrasi.
Tingkat II : bising lemah, namun dapat terdengar segera waktu auskultasi.
Tingkat III : sedang, intensitasnya antara tingkat II dan tingkat IV.
Tingkat IV : bising sangat keras, sehingga terdengar meskipun stetoskp
belum menempel di dinding dada.
4. Jenis dari Bising
Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan
bunyi jantung 2)
Dikenal 2 macam bising sistole :
- Bising sistole tipe ejection, timbul akibat aliran darah yang dipompakan
melalui bagian yang menyempit dan mengisi sebagian fase sistole. Misal :
stenosis aorta, punctum maximum di daerah aorta.
- Bising sistole tipe pansistole, timbul sebagai akibat aliran balik yang
melalui bagian jantung yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase
systole. Misalnya pada insufisiensi mitral.
Bising jantung
Bising Diastole, terdengar dalam fase diastole (antara bunyi jantung 2 dan bunyi jantung 1),
dikenal antara lain :
- Mid-diastole, terdengar pada pertengahan fase diastole misalnya pada stenosis mitral.
- Early diastole, terdengar segara setelah bunyi jantung ke 2. misalnya pada insufisiensi sorta.
- Pre-sistole, yang terdengar pada akhir fase diastole, tepat sebelum bunyi jantung 1,
misalnya pada stenosis mitral. Bising sistole dan diastole, terdengar secara kontinyu baik
waktu sistole maupun diastole. Misalnya pda PDA
Bising jantung
5. Kualitas dari BIsing
Apakah bising yang terdengar itu bertambahkeras (crescendo) atau bertambah lemah
(descrescendo). Apakah bersifat meniup (blowing) atau menggenderang (rumbling).
Gerakan Pericard
Gesekan pericard merupakan gesekan yang timbul akibat gesekan antara pericard visceral
dan parietal yang keduanya menebal atau permukaannya kasar akibat proses peradangan
(pericarditis fibrinosa). Gesekan ini terdengar pada waktu sistole dan diastole dari jantung,
namun kadang-kadang hanya terdengar waktu sistole saja. Gesekan pericard kadang-
kadang hanya terdengar pada satu saat saja (beberapa jam) dan kemudian menghllang.
Gesekan pericard sering terdengar pada sela iga 4-5 kiri, di tepi daerah sternum. Sering
dikacaukan dengan bising jantung.
Pemeriksaan Fisik Sistem
Respirasi
01
INSPEKSI
INSPEKSI
• Pada pemeriksaan inspeksi sistem respirasi dilakukan secara
menyeluruh dan sistematis.
• Prosedur pemeriksaan inspeksi toraks dilakukan dalam dua keadaan,
yaitu inspeksi yang dilakukan dalam keadaan statis dan dalam keadaan
dinamis.
• Inspeksi diawali dengan pengamatan pada keadaan statis, terhadap
keadaan umum pasien, kepala (adanya edema di muka), mata
(konjungtiva, kelopak mata), leher (Jugular Venous Presure (JVP),
deviasi trakea) tangan (clubbing finger, kuku), kaki (edema tungkai)
dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan toraks seperti kelainan
bentuk dinding toraks, dll.
Inspeksi Toraks dalam Keadaan Statis
• Pada pemeriksaan inspeksi dalam keadaan statis yang dinilai antara lain :
1. Bagaimana memproyeksikan batas lobus paru ke dinding dada,
2. Garis garis imajiner dan penanda anatomis pada dinding dada.
3. Bentuk dada apakah ada kelainan atau tidak
4. Kelainan struktur tulang dinding dada.
• Proyeksi paru ke dinding dada (batas lobus paru kiri dan paru kanan) dapat di dilihat
dari proyeksi depan, dari belakang atau dari lateral kiri maupun kanan.
• Proyeksi dari depan dapat ditentukan batas lobus atas dan lobus medius paru kanan
yang disebut fisura horozontal, dapat di proyeksikan sebagai garis yang di bentuk
melalui titik potong iga 5 pada garis mid-aksilaris ke titik potong iga 4 dengan sternum,
yang memisahkan lobus bawah kanan dengan lobus medius serta lobus bawah kiri
dengan lobus atas kiri disebut fisura oblik.
Inspeksi Toraks dalam Keadaan Statis
• Fisura oblik ini dapat diproyeksikan sebagai garis yg terbentuk dari titik perpotongan iga
5 pada garis mid-aksilaris ke titik yang dibentuk dari perpotongan iga 6 pada linea mid-
klavikularis kanan maupun kiri.
• Proyeksi dari belakang dapat ditentukan fisura oblik pada proyeksi pada bagian belakang
merupakan garis yang terbentuk dari lanjutan dari titik pertemuan iga 6 dengan linea mid
klavikularis melalui titik potong iga 5 dengan garis mid aksilaris terus ke korpus
vertebrae torakalis 3.
Inspeksi Toraks dalam Keadaan Statis
Garis Imaginer Dinding Dada
1 tahun 20-40x/menit
3 tahun 20-30x/menit
6 tahun 16-22x/menit
10 tahun 16-20x/menit
17 tahun 12-20x/menit
Pernafasan Abnormal
• Dispnea: keluhan objektif dimana orang akan merasakan susah/sesak
bernapas, dapat terjadi pada saat latihan, obesitas, penyakit jantung,
penyakit paru, anemia, hipertiroidisme, neurosirkulatory, astenia.
• Orthopnea : sesak napas kalau posisi tidur dan berkurang kalau posisi
duduk.
• Kusmaull breathing : pernpasan cepat dan dalam, misal pada keadaan
asidosis.
• Asthmatic breathing : pernapasan dengan ekspirasi memanjang disertai
wheezing dapat ditemukan pada asma bronkial dan PPOK
Pernafasan Abnormal
• Cheyne stokes breathing : pernapasan periodic secara bergantian antara
pernapasan cepat (hipernea) dengan apnea. Apnea dapat terjadi sampai
30 detik, pasien dapat tertidur pada periode ini. Contoh : penyakit
jantung, penyakit ginjal, asma berat, peningkatan tekanan intrakranial,
dan keracunan obat.
• Biot’s breathing ; pernapasan yang tak teratur, contoh : trauma kapitis,
meningo ensefalitis, dan tumor serebral.
Jenis Pernafasan
02
PALPASI
Palpasi Statis
• Palpasi trakea teraba ditengah/tidak?
• KGB supraclavicula
• Kelainan lain; kelainan di perifer seperti kondisi kulit; (basah atau kering),
adanya demam, arah aliran vena dikulit pada vena yang terbendung (venaectasi),
tumor dll
Palpasi Dinamis
● Menilai pengembangan dinding toraks cara:
○ kedua ibu jari bertemu pada garis tengah tubuh ( mid sternalis /
vertebralis) dan jari yang lain mengarah sisi kiri dan kanan dinding toraks
FREMITUS FREMITUS
MENINGKAT MENURUN
• Infiltrat paru • Efusi pleura
pneumonia • Pneumothorax
• Compressive atelektasis • Emfisema paru
• Cavitas paru • Obstruksi dari bronkus
03
PERKUSI
Perkusi Paru
● Jari tengah sebagai fleksimeter, dan jari lain diangkat supaya tidak terjadi
peredaman suara, jari tengah tangan kanan digunakan sebagai pemukul
(pengetok) disebut flexor.
● Gerakan ketokan pada perkusi berpusat pada sendi pergelangan tangan bukan
pada pada sendi siku.
● Perkusi dimulai dari lapangan atas paru menuju ke lapangan bawah sambil
membandingkan bunyi perkusi antara hemi toraks kanan dan hemi toraks kiri.
JENIS BUNYI PERKUSI DINDING THORAKS
HIPERSONOR TIMPANI
Hiperinflasi dari paru dimana udara Adanya udara dalam
tertahan lebih banyak dalam alveoli lambung menimbulkan
atau adanya udara didalam rongga suara perkusi
pleura (pnemothorax)
PERKUSI PARU ANTERIOR
Melakukan perkusi pada kedua Tentukan batas paru hepar / Tentukan batas paru lambung /
hemithorax kiri dan kanan diagfragma kanan, pada linea diafragma kiri (perubahan
mulai dari dinding toraks atas mid klavikularis kanan suara sonor menjadi timpani)
ke bawah, bandingkan kiri (perubahan suara perkusi dari Normal RIC 8 kiri
dengan kanan secara simetris. sonor ke redup, normal pada
RIC V kanan)
PERKUSI PARU POSTERIOR
Lakukan perkusi pada kedua Tentukan batas bawah paru Tentukan peranjakan batas paru
hemithorax belakang kiri dan belakang kanan dan kiri belakang / diafragma.
kanan mulai dari pungggung (normal vertebrae Th X/XI) (tentukan batas paru saat
atas ke bawah, bandingkan kiri ekspirasi kemudian tentukan
dengan kanan. batas paru saat inspirasi dalam.
(normal batas paru beranjak
turun 2 jari (+ 4 cm)
04
AUSKULTASI
Auskultasi
Paru Bagian Depan
Bronkial Trakeal
Saluran alveoli tertutup sebagian atau Suara ekspirasi lebih keras, nadanya
total -> udara sulit keluar lebih tinggi dari suara inspirasi,
Durasi ekspirasi lebih panjang dari durasinya hampir sama dengan suara
inspirasi inspirasi
Pada manubrium, pneumonia lobaris Pada daerah trakea
Suara Nafas Lain
Asmatis Amphoric sounds