1. Definisi
Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal, juga terjadi proliferasi
di hati limpa dan nodus limfatikus dan invaasi organ non hematologis seperti
meningen, traktus gastroinsestinal, ginjal dan kulit (Bruner & Suddarth. 2002).
Akut Mielogenus Leukemia (AML) adalah timbulnya disfungsi sumsum
tulang, menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, neutrofil dan trombosit. Sel-sel
leukemia menyusupi limfanodus, limpa, hati, tulang dan sistem saraf pusat (cecilyl
betz, 2002).
2. Anatomi dan Fisiologi
a) Anatomi
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang sebut sel-sel darah. Proses pembentukan sel
darah (Hemopoesis) terdapat tiga tempat diantaranya sumsum, hepar dan limpa.
Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah tulang vertebrae,
Sternum (tulang dada), Costa (tulang iga). Vertebrae merupakan serangkaian tulang-
tulang kecil yang tidak teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang
belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh.
Tubuh manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus
(badan ruas tulang belakang) berbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga
berat badan. Bagian yang menjorok dari korpuas ke belakang disebut Arkus
neoralis (lengkung neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut-
serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada Arkus terdapat bagian yang menonjol
pada vertebrae dan dilekati otot-otot yang menggerakkan tulang belakang, yang
dinamakan processus spinalis. Sternum adalah tulang dada. Tulang ini sebagai pelekatan
tulang kosta danklavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan
processus spinosis. Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang costa vertebro sternalis, 3 pasang
costa vertebro condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa di bagian posterior
tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat pada tulang
sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama
sekali tidak melekat.
Limpa terletak di bagian kiri atas abdomen limpa berbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan.Limfa adalah organ berkapsula dengan berat normal 100 – 150
gr. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfoid dan memfagosit material tertentu
dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi menghancurkan sel darah merah yang
rusak.
b) Fisiologi
Volume darah pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah
kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut
pada tiap-tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung
atau pembuluh darah. Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih
kental dari pada air yaitu mempunyai berat jenis 1,041 – 1,067 dengan temperatur 380C
dan PH 7,37 – 7,45. Secara umum terdapat tiga fungsi darah diantaranya sebagai berikut:
1) Sebagai alat pengangkut, mengambil O2 atau zat makanan dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk
dikeluarkan melalui paru-paru Mengambil zat-zat makanan dari usus halus
untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh. Mengangkat
atau mengeluarkan zat -zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan
melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leokusit, antibodi atau zat-zat anti
racun.
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh fungsi khususnya diterangkan lebih
banyak di struktur/bagian-bagian dari masing-masing sel-sel darah dan plasma
darah.
Darah terdiri dari dua bagian sel-sel darah dan plasma darah. Sel-sel darah dibagi
menjadi tiga macam yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit ( sel darah putih), dan trombosit
(sel plasma).
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya kira-kira 8 m, tidak
dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna kuning kemerah-
merahan karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan
bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari eritrosit adalah
mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2
dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru-paru. Pengikatan O2 dan CO2 ini
dilakukan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan O2 disebut karbodioksisa
hemoglobin (Hb+O2→HbO2). Jadi O2diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksi hemoglobin
dan kemudian dilepaskan dalam jaringan HbO2 →Hb + O2 dan seterusnya Hb akan mengikat
dan bersenyawa dengan CO2 yang disebut karbodioksisa hemoglobin (Hb + CO2→HbCO2)
yang mana CO2 akan dilepaskan di paru-paru. Eritrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa,
dan hari, yang kemudian akan beredar ke seluruh tubuh selama 14 -15 hari, setelah itu akan
mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu
hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit baru dan berguna
untuk mengikat O2dan CO2. jumlah Hb dalam orang dewasa kira-kira 11,5-15 mg%. Normal
Hb wanita 11,5-15,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 – 17,0 mg%. Di dalam tubuh banyaknya sel
darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila keduanya berkurang maka keadaan in disebut anemia. Biasanya hal ini disebabkan
karena perdarahan yang hebat dan gangguan dalam pembuatan eritrosit.
Leukosit merupakan sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti
sel sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak
berwarna), banyaknya kira-kira 4000 – 11000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai serdadu
tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam
tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel System). Fungsi yang lain yaitu sebagai
pengangkut, dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa ke pembuluh darah. Sel leukosit selain di dalam pembuluh darah juga
terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah leokosit yang ada dalam
darah akan meningkat. Hal ini disebabkan sel leokosit yang biasanya tinggal di
dalam kelenjar limfe sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh
terhadap serangan bibit penyakit tersebut. Macam-macam leokosit meliputi :
1) Agranulosit (Sel yang tidak mempunyai granula)
a) Limfosit, leokosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe di dalam
sitoplasmanya tidak terdapat granula dan Intinya besar, banyaknya 20-25%.
Fungsinya membunuh dan memakan bakteari yang masuk ke dalam jaringan
tubuh.
b) Monosit fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%.
2) Granulosit
a) Neotrofil mempunyai inti, protoplasma banyaknya bintik-bintik, banyaknya 60-
70%.
b) Eosinofil, granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
c) Basofil , inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar, banyaknya ½ %
Trombosit (sel plasma) merupakan benda-benda kecil yang bentuknya dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong. Warnanya putih
dengan jumlah normal 150.000-450.000/mm3. Trombosit memegang peran penting
dalam pembekuan darah, jika kurang dari normal. Apabila timbul luka, darah tidak
lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Proses pembekuan darah
dibantu oleh zat Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Jika tubuh terluka, darah akan keluar, tombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang
disebut trombokinase. Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan bantuan
Ca2+ akan menjadi trombin Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan
benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan
sel darah, dengan demikian terjadi pembekuan.
Plasma darah merupakan bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna
bening kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari :
2. Etiologi
Penyebab AML sampai saat ini belum di ketahui, tetapi sejumlah faktor terbukti
berpengaruh dan dapat menyebabkan AML sebagai berikut.
a) Faktor intrinsik (host)
1) Keturunan, resiko terjadinya LMA meningkat pada kembar identik penderita LMA,
demikian pula pada saudara lainnya.
2) Kelainan Kromosom, resiko LMA meningkat pada penderita kelainan kromosom
seperti sindrom Down, anemia fanconi, sindrom kleinfelter, sindrom bloom, sindrom
turner, dan wiskott aldrich.
3) Defisiensi Imun, sistem imunitas tubuh memiliki kemempuan untuk mengidentifikasi
sel yang berubah menjadi sel ganas. Gangguan sistem imun dapat menyebabkan
beberapa sel ganas lolos dan selanjutnya berploriferasi hingga menimbulkan penyakit.
4) Neoplasma, ada persamaan antara leukemia dengan penyakit neoplastik lain, misalnya
poliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ.
Lebih dari itu, kelainan sumsum kronis lain dapat berubah bentuk yang akhirnya
menjadi leukemia akut.
b) Faktor lingkungan
1) Radiasi, adanya efek leukemogenik dan ionisasi radiasi dari reaksi nuklir,radiasi terapi
dan radiasi yang berhubungan dengan pekerjaan meningkatkan insidens AML pada
ahli rdaiologi, penderita dengn pembesaran kelenjar timus, ankilosing spondilitis dan
penyakit hodgkin yang mendapat terapi radiasi.\
2) Infeksi, pada manusia terdapat bukti kuat untuk etiologi virus baik satu jenis
leukemia/limforma sel T. Beberapa hasil penelitian yang menyokong teori sebagai
penyebab leukemia antara lain : enzyme reverase transciptase ditemukan dalam darah
penderita leukemia. Sepeti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik
seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
binatang. Enzim tersebut menyebabkan virus yang bersangkutan dapat membentuk
bahan genetik yang kemudian bergabung dengan ganom sel yang terinfeksi.
3) Bahan kimia dan obat-obatan
Pemaparan terhadap benzene hidrokarbon dalam jumlah besar dan berlangsung lama,
individu yang mendapat pengobatan golongan antrasiklin, agen alkilasi terutama
pengguna melfalan jangka panjang pada kanker ovarium, mieloma multiple,kanker
payudara, mustard nitrogen pada penyakit hodgkin,klorambusil, busulfan, dan tiotepa
dapat meningkatkan resiko AML.
3. Klasifikasi
Secara umum klasifikasi leukemia akut terbagi 2 golongan besar sebgai berikut:
a) Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah sel indukberasal dari sel induk sistem
limfoid
b) Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah sel induk berasaldari sel induk sistem
myeloid
Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering
terjadi pada anak-anak.
4. Patofisiologi
Leukemia adalah satu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang bersifat
irreversible dari sel induk darah dan pertumbuhannya dimulai dari mana sel itu berasal.
Sel-sel tersebut, pada berbagai stadium akan membanjiri aliran darah yang berakibat sel
Sebagai akibat dari proliferasi sel abnormal tersebut maka akan terjadi kompetisi
metabolik yang akan menyebabkan anemia dan trombositopenia. Apabila proliferasi sel
terjadi di limfa maka akan membesar sehingga dapat terjadi hipersplenisme yang
virus. Kelainan pada leukemia bukan merupakan penyakit primer akan tetapi merupakan
suatu bagian dari respon pertahanan sekunder dari tubuh terhadap infeksi tersebut.
Terdapat peninggian insiden leukemia pada orang-orang yang terkena radiasi sinar
rontgen. Diduga bahwa peninggian insiden disini karena akibat radiasi akan merendahkan
Pada leukemia akut hepar, lien dan kelenjar getah bening membesar secara cepat,
keluhan nyeri akibat regangan kapsel organ tersebut menjadi jelas. Infiltrasi ke otak akan
menyebabkan keluihan sakit kepala dan infiltrasi ke tulang menyebabkan fraktur spontan.
Infiltrasi ke gusi menimbulkan hipertrofi gusi dan sering disertai pendarahan gusi.
ini menekan pembuluh darah dan pembuluh getah bening, maka akan terjadi edema lokal.
bening diabdomen dapat menyebabkan keluhan rasa tidak enak di perut, dan rasa cepat
Keluhan akibat adanya anemia lemah badan dan cepat lelah. Trombositopenia
menimbulkan pendarahan baik dari kulit dan selaput lendir. (Long ,2000;
Issalbacher,2000).
5. Manifestasi Klinis
a) Gangguan sungsum tulang
- Anemia : Fatique, wajah pucat
- Neutropenia, Infeksi demam
- Penurunan jumlah platelet (perdarahan): ptechie, hemorrage, hematom, epistaksis
- Invasi sungsum tulang dan periosteum: resiko fraktur, nyeri,lesi osteolitik
b) Infiltrasi,pelebaran,fibrosis (pembentukan jaringan yang melebihi keadaan normal)
Hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati
c) Sistem saraf pusat dan meningen
- Peningkatan TIK, pelebaran ventrikel : sakit kepala hebat, vomiting, mudah
tersinggung, letargi, papil edema
- Infiltrasi meningen : nyeri dan kaku leher, punggung, episode koma
- Kelemahan ekstremitas bawah
- Disfagia
- Sulit untuk konsentrasi, gangguan memori (efek dari terapi)
- Ganggauan penglihatan
d) Hipermetabolisme
- Pengambilan nutrisi sel normal oleh sel leukemia : kehilangan berat badan, dan
fatique.
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan darah tepi, berupa :
- Penurunan jumlah Hb(5-10mg/dl), hematokrit dan trombosit
- Jumlah lekosit sangat berfariasi dari 1000/m 3 sampai 100.00/m3
- Apus darah tepi menunjukkan peningkatan jumlah sel-sel blas imatur
b) Aspirasi sumsum tulang untuk mendapatkan hitung jenis dengan pewarnaan wright
dan giemsa.ditemukan gambaran monotonyaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik
patologis sedangkan sistem lain terdesak, terlihat adanya hiatus leukemia yaitu
keadaan yang memperlihatkan banyaknya sel blas/sel darah putih muda(mieloblas),
beberapa sel tua(segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan sel yang berada
diantaranya( promielosit,mielosit,metamielosit dan sel batang)
c) Biopsi sumsum tulang untuk menghitung presentasi selularitas. Sumsum tulang tanpa
maturasi > 90% adalah sel blas, terdapat auer bodies (rods)
d) Foto thorax untuk mendeteksi penyebaran mediastinal
e) Biopsi nodus limfe untuk mendeteksi penyebaran penyakit
f) Pungsi lumbal untuk mendeteksi sel-sel leukemik dengan penyebaran sistem saraf
pusat
g) Bone scan untuk mendeteksi penyebaran ke tulang
h) Renal, liver,dan spleen scan untuk mendeteksi infiltrate se leukemia
i) Sitogenik, 50-70% dari penderita LMA mempunyai kelainan berupa:
- Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid ( 2n-a), hiperploid
(2n+a)
- Koriotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang
diploid
- Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
- Terdapat marker chromosome yaitu elemen yang secara morpologis bukan
merupakan kromosom normal; dari bentuk yang sangat besar sampai yang
sangat kecil.
7. Penatalaksanaan
1) Pelaksanaan kemoterapi, terdapat dengan fase pelaksanaan kemoterapi :
a) Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vincristin, dan L- asparaginase. Fase
induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak
ada dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5 %.
b) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melalui intrakranial untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi
cranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.
c) Kosolidasi
Pada fase kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai
respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang,
maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
2) Irradiasi Kranial
3) Tranfusi darah dan trombosit bila ditemukan trombositopenia
4) Transplantasi sumsum tulang bila diperlukan
8. Komplikasi
a) Gagal sumsum tulang
b) Infeksi
c) Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
d) Splenomegali
e) Hepatomegali
Radiasi , keturunan, zat kimia, neoplasma
Infiltrasi
Poliferasi sel ke Poliferasi sel ke Poliferasi sel ke Poliferasi sel ke Poliferasi sel ke Poliferasi sel ke dalam
gusi dalam limfa dalam tulang dalam otak dalam paru sum-sum tulang
Hipertrofi gusi hipersplanisme Infiltrasi sel ke Infiltrasi sel ke Infiltrasi sel ke Kegagalan sum-
dalam tulang dalam otak dalam paru sum tulang
Resiko tinggi splenomegali
Nyeri sendi Sel leukimia menekan
perdarahan Gangguan
pertukaran gas hematoposis
Menekan pembuluh
darah dan pembuluh
getah bening abdomen trombositopenia Depresi sumsum
tulang
Penurunan respon
inflamasi
Resiko Infeksi
Betz, CL & Sowden, LA. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2002.
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.
2002.
Guyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta : EGC. 1995.
Joyce Engel. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC. 1999
Whaley’s and Wong. Essential of Pediatric Nursing. Sixth Edition. USA : Mosby. 2000.
Whaley’s and Wong. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA : Mosby. 2001.
Wiwik Handayani & Andi Sulistyo Heribowo. (2008).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
I. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan
informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak
nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak
nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan
disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran
nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya AML, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatan
ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency
(±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa
hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya
penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol.
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga
mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan
pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan
badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola
pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena
adanya rasa nyeri .
7. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan AML sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
8. Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
9. Sirkulasi
Palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membrane mukosa pusat.
11. Eliminasi
Tanda: diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, fese hitam, penurunan haluaran
urin, darah pada urine.
12. Makanan/cairan
Tanda: anoreksia, muntah, perubahan ras, faringitis, penurunan BB dan disfagia.
13. Neurosensori penuruan koordinasi,disorientasi,pusing, kesemutan parestisia, aktifitas
kejang otot mudah terangsang.
14. Nyeri : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri sendi perilaku hati-hati gelisah.
15. Pernafasan :nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan
bunyi nafas.
16. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol,. Demam,
infeksi, kemerahan, purpura,pembesaran nodus limfe, limpa/hati.
17. Pemeriksaan fisik
a. keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit
dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
b) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok
kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
c) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.
d) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang
e) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
f) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara
ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi
dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila
supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan
kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9
(rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
j. Sistem Integumen
a. Inspeksi
warna kulit
vaskularisasi
keringat
edema
injuri
perlukaan/lesi pada kulit
b. Palpasi
1. perubahan dalam suhu/temperatur
2. Kelembaban. Kering pada dehidrasi, myxedema, cronic nephritis
3. Tekstur. Mengacu pada Halus atau kasar. Kasar dan kering pada hipotyroid.
Lembut dan halus pada hiperthyroid
4. Turgor. Mengacu pada elastisitas kulit.
MK: - Gan
PATHWAY COMBUSTIO
Etiologi : Termal,
LUKA BAKAR
Kimiawi, Radiasi Listrik
BIOLOGIS PSIKOLOGIS
Gangguan sirkulasi
makro dan sel
Gangguan sirkulasi makro
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE, editors. 2007. Schwartz‟s principal surgery. 8th ed. USA:
The McGraw-Hill Companies
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC