Anda di halaman 1dari 33

DAFTAR PUSTAKA

1. Hassan, et al. Leukemia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian ke-1.
Cetakan ke-11. Jakarta: Percetakan Infomedika; 2007.

2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Hematologi. Hassan, R, Alatas, H.


In: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Percetakan Infomedika
Jakarta; 2007. P.469-79.

3. Total Kesehatan Anda. Kanker darah (leukemia). 2008. Diunduh dari,


http://www.totalkesehatananda.com/leukemia7.html, 23 April 2011.

4. Leukemia Limfoblastik Akut. 13 November 2010. Diunduh dari


http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/2010/10/13/leukemia-
limfoblastik-akut /. 27 Oktober 2016.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan penyakit yang paling umum pada anak (25%
dari seluruh kanker yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan remaja menderita
ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anak -anak kulit putih daripada
kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian ALL lebih tinggi pada anak
laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per 100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun.
P u n c a k insiden pada umur 2-5 tahun dan menurun pada dewasa (Supriatna, 2002).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) menyebutkan, setiap tahun ada 4.100 anak
terkena kanker. Leukemia bisa menyerang anak dari berbagai golongan umur, mulai dari anak balita
hingga menjelang dewasa muda, bahkan orang dewasa. Pada anak, leukemia bahkan bisa terjadi sejak
anak dilahirkan.
Leukemia menduduki urutan tertinggi dari jumlah kasus kanker pada anak. Data kasus di RS
Kanker Dharmais menunjukkan, sejak tahun 2006-2012, rata-rata ada 75 kasus kanker pada anak.
Dari jumlah itu, kasus yang paling banyak ditemukan adalah leukemia.
Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik mengangkat kasus Akut Limfoblastik
Leukimia (ALL). Di samping itu, Asuhan Keperawatan diangkat karena Akut Limfoblastik Leukimia
(ALL) merupakan salah satu penyakit keganasan yang berkaitan dengan system imunologi. Adapun
system imunologi ini adalah sub pokok bahasan penting dalam Mata Kuliah Praktik Profesi
Keperawatan Medikal Bedah. Mata kuliah tersebut merupakan mata ajaran Praktik Profesi, yang saat
ini praktikum di RS Kanker Darmais. Oleh karena itu untuk bahasan lebih lanjut, berikut akan
dipaparkan materi mengenai Akut Limfoblastik Leukimia (ALL).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek klinik ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien anak dengan kasus Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik mahasiswa diharapkan mampu :
a) Dapat menjelaskan definisi Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
b) Dapat menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis dari Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
c) Dapat menjelaskan patofisiologi Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)
d) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan Akut Limfoblastik Leukimia (ALL)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk sistem hematopoietik yang
mengakibatkan ploriferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun
sangat jarang (Gale, 2000). Sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik dan mempengaruhi produksi
dari sel-sel darah normal lainnya (Bakta, 2007).
Leukemia lymphoblastic akut ( ALL atau juga disebut leukemia limfositik akut ) adalah kanker
darah dan sumsum tulang . Kanker jenis ini biasanya semakin memburuk dengan cepat jika tidak
diobati .ALL adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak . Pada anak yang sehat ,
sumsum tulang membuat sel-sel induk darah ( sel yang belum matang ) yang menjadi sel-sel darah
dewasa dari waktu ke waktu . Sebuah sel induk dapat menjadi sel induk myeloid atau sel induk
limfoid (National Cancer Institute, 2014).
Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh
yang tumbuhnya melebihi dan berubah menjadi ganas tidak normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel
sangat muda yang serharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas.

Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam
sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997;
Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).

Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-
anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
Leukemia limfositik akut dapat berakibat fatal karena sel-sel yang dalam keadaan normal akan
berkembang menjadi limfosit, pada ALL berubah menjadi ganas dan dengan segera akan
menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang. Intinya, leukemia limfositik akut merupakan
proliferasi maligna/ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal
yang dapat bersifat sistemik.

B. EPIDEMIOLOGI

Insidensi ALL adalah 1/60.000 orang per tahun dengan 75 % berusia 15 tahun, insidensi
puncaknya usia 3 – 5 tahun.

ALL lebih banyak di temukan pada pria dari pada perempuan. Saudara kandung dari pasien
ALL mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk berkembang menjadi, ALL, sedangkan kembar
monozigot dari pasien ALL mempunyai resiko 20% untuk berkembang menjadi ALL.

C. ETIOLOGI

Penyebab Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) sampai saat ini belum jelas, diduga
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:

1. Faktor Predisposisi

a) Penyakit defisiensi imun tertentu, misalnya agannaglobulinemia; kelainan kromosom, misalnya


sindrom Down (risikonya 20 kali lipat populasi umumnya); sindrom Bloom.

b) Virus
Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus diteliti. Sel leukemia mempunyai enzim
trankriptase (suatu enzim yang diperkirakan berasal dari virus). Limfoma Burkitt, yang diduga
disebabkan oleh virus EB, dapat berakhir dengan leukemia.

c) Radiasi ionisasi

Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi pada ibu selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko pada janinnya. Baik dilingkungan kerja, maupun pengobatan kanker sebelumnya.
Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.

d) Herediter

Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung terutama pada kembar monozigot.

e) Obat-obatan

Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

2. Faktor Lain

a) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat),
infeksi (virus dan bakteri).

b) Faktor endogen seperti ras

c) Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia
pada kakak-adik atau kembar satu telur).

D. ANATOMI FISIOLOGI

Tubuh kita mempunyai suatu sistem khusus untuk memberantas bermacam-macam bahan
yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari Leukosit (sel darah putih) dan sel-sel jaringan yang
berasal dari leukosit. Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau sel
darah putih. Jumlah normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10.000/mm³. Lima jenis sel
darah putih yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah: netrofil (62,0%) dari total);
eosinofil (2,3%); basofil (0,4%); monosit (5,3%); limfosit (30,0%). Leukosit ini sebagian dibentuk
dalam sum-sum tulang belakang (granulosit dan monosit dan sebagian limfosit). Granulosit dan
monosit hanya ditemukan dalam sum-sum tulang. Limfosit dan sel plasma diproduksi dalam berbagai
organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus tonsil dan berbagai kantong jaringan limfoid
dimana saja dan dalam tubuh, terutama dalam sum-sum tulang dan plak Peyer di bawah epitel dinding
usus. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk
digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih adalah bahwa kebanyakan ditranspor secara
khusus kedaerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi menyediakan pertahanan
yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada.

Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sum-sum tulang, normalnya adalah 4-8 jam
dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang
berat, masa hidup keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena granulosit
dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel
itu sendiri dimusnahkan. Monosit juga mempunya masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada
dalamdarah sebelum mengembara melalui membrane kapiler ke dalam jaringan. Begitu masuk
kedalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya menjadi besar sekali untuk menjadi
makrofag jaringan, dan dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun, kecuali kalau mereka dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik. Trombosit
dalam darah akan diganti kira-kira setiap 10 hari; atau dengan kata lain, setiap hari terbentuk kira-kira
30.000 trombosit permikroliter darah (Gayton & Hall, 1997).

1. Granulosit

Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya. Granulosit memiliki diameter


10-12 µm, dengan demikian lebih besar daripada eritrosit. Dengan bertambah tuanya granulosit,
nukleus terbagi menjadi beberapa lobus: sesuai dengan namanya leukosit polimorfonuklear (polimorf)

2. Limfosit

Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi, dengan menempati sebagian
besar sel. Limfosit berkembang di dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7-15 µm.

3. Monosit

Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 µm, dengan nucleus oval atau berbentuk
ginjal. Monosit dibentuk di dalam sum-sum tulang.

4. Trombosit

Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum tulang, dan hidup sekitar 10 hari.
Sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa; sisanya bersirkulasi da dalam darah, di dekat endotel
(bagian terdalam lapisan pembuluh darah) John Gibson (2002)

E. KLASIFIKASI
1. Leukemia Lyphoblastic Akut (ALL)

ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang
terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.

Secara morfologik menurut FAB ALL dibagi menjadi tiga yaitu:

L1 : ALL dengan sel limfoblas kecil-kecil dan merupakan 84% dari ALL.

L2 : sel lebih besar, inti regular, kromatin bergumpal, nucleoli prominen dan sitoplasma agak banyak.
Merupakan 14% dari ALL

L3 : ALL mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu sitoplasma basofil dengan banyak vakuola, hanya
merupakan 1% dari ALL

2. Leukemia Nonlymphoblastik Akut (ANLL)

Secara morfologik yang umum dipakai adalah klasifikasi dari FAB :

M0 - myeloblastic without differentiation

2M1 - myeloblastic without maturation

M2 - myeloblastic with maturation

M3 - acute promyelocytic

M4 - acute myelomonocytic

M5 – monocytic

o Subtipe M5a: tanpa matures

o Subtipe M5b: dengan maturasi

M6-erythroleukemia

M7-acute megakaryocytic leukemia

F. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel
darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang
tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan
sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang
jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang
tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang
panjang.

ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan pengumpulan
sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengembangan
lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi
sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk menentukan/meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada
leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah,
demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya
menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten,
kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan
sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel
timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T
supresor.

Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga anak-


anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai.
Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures” dan
gangguan penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart, 1995).

Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-
unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal
terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel
kanker ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah,
dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah
trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya
sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kanker juga mengganggu
metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi
dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).
H. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik Akut Limfoblastik Leukimia (ALL) antara lain:

1. Pilek tak sembuh-sembuh

2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi

3. Demam, anoreksia, mual, muntah

4. Berat badan menurun

5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab

6. Nyeri tulang dan persendian

7. Nyeri abdomen

8. Hepatosplenomegali, limfadenopati

9. Abnormalitas WBC

10. Nyeri kepala

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan Leukemia Limfositik Akut
adalah:

1. Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut (BMP / Bone Marrow Punction):

a) Ditemukan sel blast yang berlebihan

b) Peningkatan protein

2. Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut

a) Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)

b) Peningkatan asam urat serum

c) Peningkatan tembaga (Cu) serum

d) Penurunan kadar Zink (Zn)


e) Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif

3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut

4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum

5. Sitogenik : 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:

a) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)

b) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)

c) Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom
normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil

J. PENATALAKSANAAN

1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang
berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC
dapat diberikan heparin.

2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada
waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin
(daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan
sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada
pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia,
infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhaiti-hati bila jumiah leukosit kurang dari
2.000/mm3.

4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).

5. Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum tulang yang rusak digantikan
dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti
sel-sel darah yang rusak karena kangker.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Anak

a. Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian tertinggi adalah
pada umur 3 tahun.

b. Jenis kelamin : leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan.

2. Identitas Orang Tua

a. Pendidikan : Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya pengetahuan
terhadapa penyakit anaknya.

b. Pekerjaan : Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia , radiasi sinar X , sinar
radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh mana orang tua mempengaruhi pengobatan
penyakit anaknya.

B. KELUHAN UTAMA

Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah , nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering ditemukan
suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan trombositopenia juga merupakan
gejala-gejala umum terjadi

C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa.
Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko Saat hamil ibu sering mengkomsumsi
makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat
meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung, terutama pada kembar.
D. RIWAYAT KELUARGA

Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada kembar
monozigot (identik).

E. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Pada penderita ALL pertumbuhan dan perkembangannya mengalami keterlambatan akibat nutrisi
yang didapat kurang karena penurunan nafsu makan, pertumbuhan fisiknya terganggu, terutama pada
berat badan anak tersebut. Anak keliatan kurus, kecil dan tidak sesuai dengan usia anak.

Usia Rata-rata Berat Badan (Kg)


3 hari 3,0
10 hari 3,2
3 bulan 5,4
6 bulan 7,3
9 bulan 8,6
1 tahun 9,5
2 tahun 11,8
4 tahun 16,2
6 tahun 20,0
10 tahun 28,0
14 tahun 45,0
18 tahun 54,0

Table 1.1. Rata- rata normal sesuai usia


(Wong, Donna L, 2004 : 134)
Sedangkan pada keadaan normal anak lingkar kepala mencapai 42,5 pada usia (Betz, Cecily, 2002 :
538)

Pada anak dengan penderita penyakit ALL cenderung berat badan menurun, dan tidak sesuai
usia, lingkar kepala dan panjang badan relatif tetap (normal).

a. Riwayat Perkembangan

 Motorik Kasar

Pada anak normal

- Mengangkat kepala saat tengkurap

- Dapat duduk sebentar dengan ditopang

- Dapat duduk dengan kepala tegak

- Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri

- Control kepala sempurna

- Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang

- Berguling dari terlentang ke miring

- Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi

- Berusaha untuk merangkak

(Betz, Cecily, 2002 : 539)

Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas secara normal,
tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat (membutuhkan banyak
energi).

 Motorik Halus

Pada keadaan normal

- Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek

- Mengikuti objek dari sisi ke sisi


- Mencoba memegang benda tapi terlepas

- Memasukkan benda ke dalam mulut

- Memperhatikan tangan dan kaki

- Memegang benda dengan kedua tangan

- Menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar

(Betz, Cecily, 2002 : 539)

Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti halnya
anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan anak tidak
mudah lelah

F. DATA PSIKOSOSIO SPIRITUAL

1. Psikologi:

Anak belum tahu tentang penyakitnya, sehingga anak tidak merasa memiliki penyakit. Orang
tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang dialami anak, kondisinya apakah bisa sembuh
atau tidak, serta masalah financial keluarga.

2. Sosial:

Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak lemah sehingga orangtua
tidak mengizinkan anak untuk beraktivitas yang berat. Dirumah anak bermain dengan orang tua dan
saudaranya, tetapi bermain yang ringan.

3. Spiritual:

Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak melihat orang tuanya
berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa.

G. ADL

1. Nutrisi:

Anak makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak suka makan
makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan sayur-sayuran, makan buah
kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang suka
masak menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji dirumah.

Gizi merupakan komponen penting lain dalam pencegahan infeksi. Asupan protein-kalori
yang adekuat akan memberikan hospes pertahanan yang lebih baik terhadap infeksi dan meningkatkan
toleransi terhadap kemoterapi dan iradiasi.

2. Aktivitas istirahat dan tidur:

Saat beraktivitas anak cepat kelelahan. Anak kebanyakan istirahat dan tidur karena
kelemahan yang dialaminya. Sebagaian aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Saat tidur anak
ditemani oleh ibunya. Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering dialami oleh leukemia.

3. Eleminasi:

Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan penurunan haluran urin. BAB 3-
5x sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin sedikit yang disebabkan susahnya masukan cairan
pada anak, warna urine kuning keruh. Saat BAK anak merasa nyeri karena nyeri tekan diperianal.

4. H.P:

Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian aktivitas
hygiene personal sebagaian dibantu oleh orang tua.

H. KEADAAN UMUM

Pada anak –anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis

I. PEMERIKSAAN TTV

- RR: Pada penderita PDA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas, tachypnea
(Pernafasan >70x/menit), retraksi dada :
Usia Nilai Pernafasan
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 17
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Tabel 1.4 Nilai Pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur

(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)

- Nadi : Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat (takikardia)

Usia Waktu Tidur Demam


bangun
(kali/menit) (kali/menit)
(kali/menit)

Bayi 100-180 80-160 >200


baru
lahir

1 100-120 80-200 >200


minggu-
3 bulan

3 bulan- 70-120 70-120 >200


2 tahun

2-10 60-90 60-90 >200


tahun

10 50-90 50-90 >200


tahun-
dewasa

Tabel 1.4 Nilai Nadi Normal pada Anak

(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)

- TD : pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi disebabkan oleh hiperviskositas darah
Sistolik Diastolik
Usia
(mmHg) (mmHg)

Neonatus 80 45

6-12 bulan 90 60

1-5 tahun 95 65

5-10 tahun 100 60

10-15 tahun 115 60

Tabel 1.3 Nilai Tekanan Darah Normal pada Bayi dan Anak-anak

(Aziz Alimul, 2005 : 279 )

- Suhu : Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik (hipertermi, >37,50C)

Usia Nilai Suhu

3 bulan 37,5

6 bulan 37,5

1 tahun 37,7

3 tahun 37,2
5 tahun 37

7 tahun 36,8

9 tahun 36,7

11 tahun 36,7

13 tahun 36,6

Tabel 1.2 Nilai Suhu rata-rata normal anak

(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 5)

J. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

1. Kepala dan Leher

a) Rongga mulut :

- apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri). Penyebab yang paling sering adalah
stafilokokus,streptokokus, dan bakteri gram negative usus serta berbagai spesies jamur.

- perdarahan gusi,

- pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap

- ada atau tidaknya karies gigi.

b) Mata:

- Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP,

- sclera: kemerahan, ikterik.

- Perdarahan pada retina

c) Telinga : ketulian

d) Leher: distensi vena jugularis

e) Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intrakranial), perubahan
dalam status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologic fokal.

2. Pemeriksaan Dada dan Thorax

a) Inspeksi : bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot bantu pernapasan

b) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)

c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.

d) Auskultasi : suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi penumpukan secret
akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada

3. Pemeriksaan Abdomen

a) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal, terdapat bayangan
vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa

b) Perkusi adanya asites atau tidak.

4. Pemeriksaan Genetalia

5. Pembesaran pada testis : hematuria

6. Pemeriksaan integument

Kulit :

a) Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie, ekimosis, ruam)

b) nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala hipermetabolisme).

c) peningkatan suhu tubuh

d) Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.

7. Pemeriksaan Ekstremitas

a) Adakah sianosis, kekuatan otot

b) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan
dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung
gugat “ (Wong,D.L, 2004 :331).

Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti
muntah, dan penurunan intake

5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi

6. Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.

11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

12. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

III. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L,2004 ).

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi :

Pantau suhu

Rasionalnya : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Tempatkan anak dalam ruangan khusus

Rasionanya : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi

Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien


Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

Menggunakan masker setiap kali kontak dengan pasien


Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi

Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai ketentuan


Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Intervensi :

Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas


sehari-hari

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan

Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi

Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

3. Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Intervensi :

Pantau tanda-tanda perdarahan


Rasional : Mengetahui tanda-tanda perdarahan
Anjurkan keluarga untuk memberitaukan apabila ada tanda perdarahan
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Anjurkan keluarga untuk pergerakan pasien
Rasional : Keterlibatan keluarga dapat membantu untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut
Kolaborasi dalam monitor trombosit

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui feses
dan muntah serta intake terbatas (mual)

Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan cairan melalui feses

Pasien tidak mengalami mual dan muntah

Intervensi :

Kaji tanda-tanda dehidrasi


Rasional : Untuk mengetahui tindakan ang akan dilakukan

Berikan cairan oral dan parinteral


Rasional : sebagai upaya untuk mengatasi cairan yang keluar
Pantau intake dan output
Rasional : dapat mengetahui keseimbangan cairan
Kolaborasi Pemberian obat anti diare
Rasional : menghentikan diare
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi :

Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera

Hindari mengukur suhu oral

Rasional : untuk mencegah trauma

Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa

Rasional : untuk menghindari trauma

Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat.

Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan

Gunakan pelembab bibir

Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

Berikan diet cair, lembut dan lunak

Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak

Inspeksi mulut setiap hari

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia

Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa

Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis


Berikan analgetik

Rasional : untuk mengendalikan nyeri

6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek
samping kemoterapi dan atau stomatitis Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Intervensi :

Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan asi


Rasional : Mempertahankan asupan nutrisi
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : Karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
Timbang berat badan pasien
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori.
Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian nutrisi
Rasional : Membantu proses penyembuhan dalam kebutuhan nutrisi
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak.

Intervensi :

Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi

Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses
vena.

Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi

Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat

Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

Rasional : sebagai analgetik tambahan

Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri


8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.

Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

Intervensi :

Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal.

Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi

Ubah posisi dengan sering

Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit

Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit

Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada
beberapa agen kemoterapi

Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering

Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit

Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi

Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif


Intervensi :

Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak
sebelum rambut mulai rontok.

Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut.


Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin.

Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus.

Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya
agak berbeda.

Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru.

Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi,
tata rias, dan pakaian yang menarik.

Rasional : untuk meningkatkan penampilan

10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi.

Intervensi :

Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak

Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu

Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff

Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan

Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani
kehidupan yang normal

Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal

Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa
dan prospek anak untuk bertahan hidup

Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis.

Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan.

Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur


Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga

11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak.

Intervensi :

Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga

Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap
apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya.

Berikan kontak yang konsisten pada keluarga.

Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi.

Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal

Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan

Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain

Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami

12. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan jumlah leukosit


Intervensi keperawatan
Tujuan : peningkatan suhu tubuh dapat teratasi dengan Sb:36oC
Observasi tanda vital
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
Anjurkan keluarga untuk memberi pasien minum
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
Berikan kompres air hangat
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu
tubuh.
Kolaborasi dalam pemberian obat

Rasional :Mempercepat penurunan suhu tubuh


IV. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan
baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
D.L.2004:hal.331).

V. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada
klien dengan leukemia adalah :

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan
toleransi aktifitas.

c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

f. Masukan nutrisi adekuat

g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

h. Kulit tetap bersih dan utuh

i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak
tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan


pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan
rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga
mendapat dukungan yang adekuat.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien

Nama anak : An.F

Tanggal masuk : 17-04-2013

No. RM : 15. 27. 92

Tempat/tgl lahir : Bekasi /03-10-2011

BB/TB saat lahir : 10,5 Kg/76 cm

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak Ke : 2 (dua) dalam keluarga

2. Identitas Orang Tua

Nama ayah : Tn. R

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SMA

Nama ibu : Ny.

Pekerjaan : Ibu RT

Pendidikan :

: Grama Puri Persada 12/46 RT RW 005/10, Sukajaya, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat

Medis : Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL).

3. Keluhan saat masuk

Alasan masuk ke RS : An.F kelihatan lesu, lemas dan pucat disertai flu, batuk dan perut
bengkak.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

a. Prenatal:

Ibu mengatakan selama hamil An. F, ia tidak mengalami kelainan dan gizinya cukup.

b. Intranatal:

Ibu mengatakan, An.F lahir dengan normal. Lahir dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir
2800 gram dan panjang badan 48 cm. Saat lahir, An. F menangis spontan.

c. Postnatal:

Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah melahirkan. Kondisinya normal.

5. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Penyakit yang diderita sebelumnya :

Ibu mengatakan, An.F tidak pernah menderita penyakit yang serius hanya flu dan batuk

b. Pernah dirawat di RS :

Ibu mengatakan An.F belum pernah di rawat di RS

d. Alergi :

An. F tidak memiliki riwayat alergi.

e. Kecelakaan :

An.F tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya. Kalaupun jatuh, An.F tidak sampai
mengalami luka berat.

f. Riwayat imunisasi :

I II III
BCG 1BLN 2BLN 3BLN

DPT 1BLN 2BLN 3BLN

POLIO 9BLN

CAMPAK 1BLN

HEPATITIS B 0BLN 2BLN 6BLN

6. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Tanggal 23 April 2013 kemaren, An.F telah mendapatkan kemo terapi. Saat pengkajian tanggal 30
April 2013, An. F sedang demam, akral panas, suhu 39,9oC, diare 2x, An.F tidak mau makan,
perutnya kembung. Setelah diberi makan, An.F muntah. Anak berada dalam ruangan tertutup dengan
tirai, keluarga harus menggunakan masker apabila mendekati pasien, An.F malas makan dan minum.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu An.F mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit turunan yang seperti dialami
oleh An. F

8. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Kemandirian dan bergaul :

Sebelum sakit, An. F mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti bermain-main. Tapi semenjak
sakit, An. F sudah tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam
bermain.

b. Motorik :

Umur 3 bulan, An. F sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bisa duduk, umur 9 bln berdiri dan
umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan.

c. Kognitif dan bahasa :

Umur 1 tahun 6 bulan ini, An. F sudah bisa memahami perintah dari orang lain, An.F mengerti apa
yang ditanyakan orang padanya. Perkembangan bahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan

d. Psikososial :
Saat pengkajian, An.F mau tidak bisa berinteraksi dengan orang lain selain orangtua bila di dekati
anak F langsung menangis.

9. Riwayat Sosial

a. Yang mengasuh klien :

Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)

b. Hubungan dengan anggota keluarga :

Hubungan Ank F dengan anggota keluarganya sangat dekat.

c. Hubungan dengan teman sebaya :

Sebelum sakit, An.F berteman dan bermain dengan teman sebayanya.

d. Pembawaan secara umum :

Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah(anak tidak sinroma down)

e. Lingkungan rumah :

- Luas rumah 8 x 10 m

- Ventilasi cukup, penerangan cukup

- Pakai sumur gali- Sampah dibakar

- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10 m

- Lingkungan rumah dekat dengan pembuangan limbah berjarak 20 kg

10. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : sadar/compos mentis

b. TB/BB (cm) : 78 cm/ 10.5 kg

c. Kepala : 46 cm

1) Rambut :

- Kebersihan = (bersih)
- Warna = (hitam)

- Tekstur = (kasar)

- distribusi rambut = (merata)

- Kuat/mudah tercabut = ( kuat )

d. Mata :

1) Sklera : Normal/non ikterik

2) Konjungtiva : anemis

e. Telinga :

1) Simetris : ya

2) Serumen : tidak ada

3) Pendengaran : Baik

f. Hidung :

1) Simetris :ya

2) Sekret :tidak

g. Mulut:

1) Kebersihan(bersih).

2) Warna(merah)

3) Kelembaban(lembab),

h. Lidah :baik

i. Gigi : baik

j. Jantung : -

k. Paru-paru : -

l. Perut : kembung
m. Punggung :bentuk normal

n. Ekstremitas :Kekuatan dan tonus otot baik

o. Genitalia : baik

p. Kulit : baik

1) Tampak pucat

2) Warna :sawo matang

3) Turgor :kering

q. Pemeriksaan Neurologis : an.F dalam kondisi sadar/compos mentis

Aye : 4

Verbal : 5

Motorik : 6

XIII. Pemeriksaan Penunjang

a.

TGL 28/04/2013

HB : 7,2g/dl

Leukosit:0,630 µl

Trombosit: 1000 µl

Eritrosit: 2.64103/µl

Hematokrit: 20.7

Anda mungkin juga menyukai