Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan
Yang dibimbing oleh :
Dra. Amy Tenzer, M. S dan Siti Imroatul Maslikah, S. Si, M. Si
Disusun Oleh :
Uswatun Khasanah
130341614803 / Offering B / S1 Pendidikan Biologi
BAB I
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi dan Klasifikasi Leukemia Myelostik kronik
Leukemia adalah suatu penyakit malignan yang mengenai sumsum
tulang dan sistem getah bening (lymphatic). (Hockenberry.2003 &
Wong.2001)
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk system
hematopoetik yang mengakibatkan proliferasi sel-sel darah putih tidak
terkontrol dimana sel-sel darah tersebut dibentuk dan ditandai dengan
proliferasi sel-sel imatur abnormal. Keberadaan sel-sel ini mempengaruhi
produksi sel-sel darah normal lainnya. (Gale.1999)
Chronic Myeloid Leukemia (CML) adalah penyakit klonal sel induk
pluripoten dan digolongkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif
(Hoffbrand et.al., 2005).
CML merupakan neoplasma pada sel tunas hematopoietik yang
berpotensi menimbulkan proliferasi progenitor granulositik.(Robbins &
Cotran, 2009).
CML merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh elevasi yang
cukup besar dari jumlah leukosit darah, tanpa akumulasi dari segala bentuk
dan belum menghasilkan granulosit matang (Athens, 2004).
CML merupakan leukemia kronik dengan gejala yang timbul perlahan
lahan dan sel leukemia berasal dari transformasi sel induk myeloid. CML
termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari pluripotent stem cell dan
tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif (myeloproliferative
disorders)(Bakta, 2007).
Penyakit ini mencakup sekitar 15% leukemia dan dapat terjadi pada
semua usia (Hoffbrand, 2005).
CML mencakup enam tipe leukemia yang berbeda, tetapi sejauh ini
tipe yang paling umum adalah chronic myeloid leukemia yang disertai
dengan kromosom Philadelphia (Ph).
Nama lain untuk leukemia myeloid kronik adalah
1. Chronic myelogenous leukemia (CML).
2. Chronic myelocytic leukemia (CML) (Bakta, 2007).
Klasifikasi Leukimia Myelostik Kronik :
leukemia, CGL)
Leukemia myeloid kronik, Ph negatif (CML, Ph-) Kurang dari 5% pasien
yang memiliki gambaran mengesankan CML, tidak mempunyai kromosom
Ph dan translokasi BCR ABL. Pasien pasien ini biasanya mempunyai
gambaran hematologik yang khas untuk mielodisplasia dan prognosis
500.000 /mm3) dapat dijumpai pada anak-anak. Pemeriksaan hapusan darah tepi
dijumpai seluruh stadium diferensiasi sel seperti myeloblas dan promileosit yang
umumnya dibawah 15%, serta tidak dijumpai hiatus leukemikus. Juga dijumpai
peningkatan absolut basofil dan eosinofil.
Pemeriksaan sumsum tulang dijumpai hiperselular dengan granulositosis
(sering diikuti megakariositik), maturasi granulosit lebih matur disertai basofilia
dan eosinofilia. Myelofibrosis umumnya jarang dijumpai pada fase kronik, dan
dapat dijumpai pada 30-40% penderita. Juga dapat dijumpai lipid-laden histiosit
atau gaucher sel atau sea blue histiosit. Pada pemeriksaan serologi dapat dijumpai
peningkatan asam urat, laktik dehidrogenase, vitamin B12 dan vitamin B12
binding protein. Kelainan granulosit dapat diketahui dengan adanya penurunan
aktivitas leukosit alkalin fosfatase (LAP) dengan pemeriksaan sitokimia.
Diagnosis banding LMK fase kronik reaksi lekemoid, LMK tipe juvenil dan
penyakit myeloproliferatif lain. Pada lekemoid, splenomegali biasanya tidak
menonjol, aktivitas LAP meningkat tinggi, Ph kromosom negatif, leukositosis
dan splenomegali tidak sehebat LMK dan melibatkan organ seperti kulit dan
kelenjar limpa. Penyakit myeloproliferatif dibedakan dari LMK dengan
2.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Leukemia Myelostik Kronik/CML merupakan leukemia kronik dengan gejala
yang timbul perlahan lahan dan sel leukemia berasal dari transformasi sel induk
myeloid. CML termasuk kelainan klonal (clonal disorder) dari pluripotent stem
cell
dan
tergolong
sebagai
salah
satu
kelainan
mieloproliferatif
(myeloproliferative disorders).
Radiasi ion, virus dan bahan-bahan kimia merupakan faktor penyebab
patogenesis terjadinya leukemia Myelostik Kronik. Secara skematis perubahanperubahan yang terjadi mulai dari masa inisiasi preleukemia dan akhirnya menjadi
leukemia.
Dalam perkembangannya, Leukemia Myelostik Kronik bertahap dalam 3 fase,
yaitu : Fase Kronik, Fase Akselerasi dan Fase Blass.
Penyakit ini disebabkan oleh adanya kelainan kromosom pada sumsum tulang.
Perubahan aktivitas tirosin kinase yang menyebabkan terjadinya transformasi
selular yang mendasari timbulnya Leukemia Myelocid Kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I.M. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Druker et.al. 2006. Five-Year Follow-up of Patients Receiving Imatinib for
Chronic Myeloid Leukemia. The New England Journal Medicine 2006 :
355:2408-17.
Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss, P.A.H. 2005. Kapita Selekta Hematologi.
Jakarta: EGC
Robbins & Cotran., 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit (ed.7). Jakarta:
EGC.
Bangun, Meidiana.2012.Analisis Faktor Kejadian Relapse Pada Anak Dengan
Leukimia.Depok: