LEUKEMIA
Dosen Pengajar:
Ns. Nurpadila, M. Kep
Oleh:
Nama : Nuratika
Nim : A.1. 20.1192
Kelas :A
Prodi : S.1 Keperawatan
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami selaku penulis untuk menyelesaikan asuhan keperawatan ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan yang berjudul (Leukemia)
tepat waktu.
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah I (Leukemia) disusun guna memenuhi tugas Ibu
Ns. Nurpadila, M. Kep di Kampus STIKES Marendeng Majene. Selain itu, kami juga
berharap agar asuhan Keperawatan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Nurpadila, M. Kep
Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan asuhan keperawatan ini.
Kami menyadari Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan tulisan ini.
Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang kami tekuni. Juga dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
C. Tujuan……………………………………………………………………………………..1
A. Defenisi…………………………………………………………………………………..3
B. Klasifikasi………………………………………………………………………………..4
C. Etiologi…………………………………………………………………………………...5
D. Patofisiologi ……………………………………………………………………………..6
F. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………….10
G. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………..12
A. Pengkajian...………………………………………………………………………………14
B. Diagnosa…………………………………………………………………………………..16
D. Implementasi……………………………………………………………………………...20
E. Evaluasi…………………………………………………………………………………...20
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………………21
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..21
B. Saran………………………………………………………………………………………21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Society memperkirakan bahwa pada tahun 2007, sekitar 44.240 kasus baru leukemia akan
terdiagnosis, dan sekitar 21.790 kematian berhubungan dengan penyakit ini. Leukemia adalah
keganasan paing umum pada anak-anak dan dewasa muda. Separuh dari keseluruhan leukemia
diklasifikasikan sebagai akut, dengan onset cepat dan progresif penyakit mengakibatkan 100%
kematian dalam beberapa hari sampai beberapa bulan tanpa terapi yang tepat. Sisanya
diklasifikasikan sebagai kronis memiliki perjalanan lebih lambat. Pada anak-anak, 80%
eukimia adalah limfositik dan 20% adalah nonlimfositik. Pada orang dewasa, persentasenya
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Asuhan Keperawatan Medikal Bedah I ini, yakni sebagai
berikut:
1. Defenisi Leukemia
2. Klasifikasi Leukemia
3. Etiologi Leukemia
4. Patofisiologi Leukemia
7. Penatalaksanaan Leukemia
8. Patoflow
C. Tujuan
STIKES Marendeng Majene khususnya Prodi Keperawatan semester tiga dalam pembelajaran
tentang salah satu gangguan sistem hematologi yakni leukemia. Sehingga membantu
mahasiswa dapat lebih jauh lagi mengerti dan memahami tentang topik pembelajaran ter sebut.
Medikal Bedah I.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Leukimia adalah penyakit keganasan organ pembentuk darah. American cancer society
memperkirakan bahwa pada tahun 2007 sekitar 44.240 kasus baru leukemia akan
terdiagnosis, dan sekitar 21.790 kematian berhubungan dengan penyakit ini. leukemia
adalah keganasan paling umum pada anak-anak dan dewasa muda. Separuh dari
keseluruhan leukemia diklasifikasikan sebagai akut, dengan onset cepat dan progresif
penyakit mengakibatkan 100% kematian dalam beberapa hari sampai beberapa bulan tanpa
terapi yang tepat. Sisanya diklasifikasikan sebagai kronis, memeiliki perjalanan lebih
lambat. Pada anak-anak, 80% leukimia adalah limfositik dan 20% adalah non limfositik.
Pada orang dewasa, persentasenya terbalik, dengan 80% non limfositik. (black dan hawks,
2009)
B. Klasifikasi
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel
asal yaitu:
1. Leukemia akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sussum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan
penyebaran organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa
pengobatan penderita akan meninggal rata-rata 4-6 bulan (Amin & Hardhi, 2015).
kegagalan organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada
umur dewasa (18%). Insuden LLA akan mencapai puncakna pada umur 3-7 tahun.
Tanpa pengobatan sebgian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis
terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sum-sum tulang belakang (Amin &
Hardhi, 2015).
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA); merupakan leukemia yang mengenai sel stem
2. Leukemia kronik
dari salah satu yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi (Amin &
Hardhi, 2015).
a. Leukemia limfositik Kronis (LLK); LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B
( jarang pada limfosit T). perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur
panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu
yang berusia 50-70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki (Amin &
Hardhi, 2015).
gangguan mieloliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel myeloid ( sel
granulosit) yang relative matang. LGKLMK mencakup 20% leukemia yang paling
sering dijumpai pada orang dewasa usia pertenganan (40-50 tahun). Abnormalitas
memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastok yaitu produksi berlebihan sel
trombosit dan sel darah merah yang amat kurang (Amin & Hardhi, 2015).
C. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi terdapat faktor yang menyebabkan
1. Factor genetic; virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukemia-Lhymphoma Virus/HLTV)
2. Radiasi
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih, penyebab dari sebagian besar jenis
leukemia tidak diketahui, pemaparan terhadap penyiaran (radiasi) dan bahan kimia
tertentu misalnya (benzene) dan pemakaian obat anti kanker, meningkat rsiko
syndrome down dan sindroma fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia (Amin &
Hardhi, 2015).
D. Patofisiologi
Di dalam sum-sum tulang normal, pengaturan efisien menjamin bahwa polifersi sel
dan maturasi tergolong adekuat untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Sel induk (stem
cell) pluripoten melakukan deferiseansi sepanjang jalur myeloid, eritroid, atau limfoid saat
Leukemia adalah poliferasi tidak terkontrol. Kekurangan control ini menyebabkan sum-
sum tulang normal digantikan oleh leukosit tidak matang dan leukosit yang tidak
terdiferensiasi, atau sel blast (figure 79-1). Leukosit yang tidak matang atau abnormal
kemudian bersirkulasi di dalam darah dan menginfiltrasi organ pembentuk darah (hati,
limfa, dan nous limfe) serta tempat lainnya di seluruh tubuh (Susan Newton).
1. Leukimia akut
Leukemia akut disebabkan oleh hambatan di dalam diferensiasi sel dalam lapisan sel
hematopietik. Akibatnya adalah akumulasi sel imatur, sel non fungsional atau blast di
dalam sum-sum tulang atau di dalam organ lainnya. LLA sering terjadi pada anak
(rata-rata usia 10 tahun). Leukemia nonlimfostik akut (LNLA), juga disebut sebagai
leukemia myeloid akut (LMA), lebih sering pada orang dewasa (rata-rata usia 65
Leukemia merupakan gangguan klonal berat pada sel tunggal yang mengalami
Leukemia akut tidak disebabkan oleh proliferasi seluluer yang cepat tetapi cenderung
2. Leukemia kronis
Leukemia kronis disebabkan oleh ploriferasi tak beraturan sel hematopietik atau
atau LLk. LMK berasal dari sel induk pluripoten. Pada awalnya, sumsum adalah
hiperseluler dengan banyak sel normal. Secara khas, apusan darah perifer
(Susan Newton).
E. Manifestasi Klinik
Sebagian besar tanda dan gejala muncul akibat ketidakcukupan produksi sel darah
normal: Demam dan infeksi terjadi akibat neutrotopenia, kelemahan dan keletihan akibat
ketika jumlah kurang 10.000mm3. tempat yang paling sering mengalami pendarahan
nyeri akibat pembesaran hati atau limpa, hiperpalasia gusi, dan nyeri tulang akibat
Leukemia myeloid akut memiliki awitan tanpa peringatan; gejala muncul dalam
Jumlah leukosit rendah, normal, atau tinggi; persentase sel-sel normal biasanya
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi: Adanya pensitopemia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambara darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik
untuk leukimia.
2. Sum-sum tulang: Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang
menonton yang hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain
3. Pemeriksaan lain.
Biopsi limpa
Kimia darah
Cairan cerebrospinal
Sitogenik
G. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi.
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang
Fase induksi; Fase induksi adalah regmin kemoterapi yang intensif, bertujuan
Fase Konsolidasi; Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau
lebih besar dari pada dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan
pengobatan modern, angka remisi 50-70% tetapi angka rata-rata hidup masih 2
tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10% ( Amin & Ardhi,
2015).
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I
atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III
sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan
stadium 0 atau I dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien
stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun ( Amin &
Ardhi, 2015).
menahan pasien bebas dari gejala atau jangka waktu yang lama. Regimen
dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis
2. Radioterapi.
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum
tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker ( Amin &
Ardhi, 2015).
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi -akibat yang ditimbulkan penyakit leukimia
dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukimia
H. Faktor Resiko
1. Faktor genetik
4. Adanya defisiensi imun primer dan infeksi dengan kuman T- cell leukimia
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Demografi
a. Usia : Lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2-5 tahun.
Data fokus
e. Aktivitas
aktivitas biasanya.
f. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
g. Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang pada tisu, feses hitam,
h. Integritas ego
faringitis disfagia.
j. Neuro sensori
kebas, kesemutan.
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, nyeri tekan
l. Pernafasaan
Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal Tanda : Dispnue, takhipnea, batuk,
ronkhi.
m. Keamanan
Gejala : Riwayat saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan spontan
Data Penunjang
iii. Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan sel
darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel blast
leukemia.
Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih dari sel darah
putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast, dengan prekusor
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal dan granulosit.
(Doengoes, 2000)
B. Diagnosa
1. Risiko infeksi d.d penyakit kronis, efek prosedur invasif, malnutrsi,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan sekunder
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
imobilitas, tirah baring, kelemahan, dan gaya hidup monoton d.d dispnea saat /
setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah dan
mengeluh lelah
3. Pola napas tidak efektif b.d imaturitas neurologis, penurunan energi, obesitas,
syndrom hipoventilasi, efek agen farmakologis d.d dyspnea, ortopnea.
4. Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis, kerusakan sistem saraf, penekanan
saraf, gangguan fungsi metabolik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,
tidak mampu menuntaskan aktivitas, pola tidur berubah, dan anoreksia.
5. Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit ( misalnya
infeksi, kanker ), peningkatan laju metabolisme, aktivitas berlebihan d.d suhu tubuh
diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit tersa hangat
C. Intervensi
Diagnosa Luaran Intervensi
Risiko infeksi d.d Kriteria Hasil Observasi
penyakit kronis, efek 1. Nafsu makan 1. Identifikasi riwayat
prosedur invasif, malnutrsi, meningkat kesehatan dan riwayat
ketidakadekuatan 2. Kadar sel darah alergi
pertahanan tubuh primer putih membaik 2. Identifikasi status
dan sekunder
3. Nyeri menurun imunisasi setiap
4. Demam menurun kunjungan ke
pelayanan kesehatan
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan
sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik
aseotik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
Kolaborasi
1. Pemberian imunisasi
jika perlu
Intoleransi aktivitas b.d Kriteria Hasil Observasi
ketidakseimbangan 1. Saturasi oksigen 1. Identifikasi gangguan
antara suplai dan meningkat fungsi tubuh yamg
kebutuhan oksigen, 2. Kemudahan dalam mengakibatkan
imobilitas, tirah baring, melakukan aktivitas kelelahan
kelemahan, dan gaya sehari-haro 2. Identifikasi defisit
hidup monoton d.d meningkat tingkat aktivitas
dispnea saat / setelah 3. Keluhan lelah Terapeutik
aktivitas, merasa tidak menurun 1. Fasilitasi fokus pada
nyaman setelah 4. Dispnea saat atau kemampuan, bukan
beraktivitas, merasa setelah aktivitas defisit yang dialami
lemah dan mengeluh menurun 2. Sediakan lingkungan
lelah 5. Perasaan lemah nyaman dan rendah
menurun stimulus
3. Lakukan latihan
rentan gerak dan /
atau aktiv
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Jelaskan metode
akltivitas fisik sehari-
hari jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
2. Kolabirasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas jika sesuai
Pola napas tidak efektif Kriteria Hasil Observasi
b.d imaturitas neurologis, 1. Kapasitas vital 1. Monitor frekuensi,
penurunan energi, meningkat, irama, kedalaman
obesitas, syndrom 2. Tekanan ekspirasi dan upaya napas
hipoventilasi, efek agen dan inspirasi 2. Monitor pola napas
farmakologis d.d meningkta 3. Monitor saturasi
dyspnea, ortopnea 3. Dyspnea menurun oksigen
4. Ortopnea menurun 4. Monitor nilai AGD
5. Identifikasi pasien-
pasien yang
membutuhkan isolasi
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Tempatkan satu
pasien untuk satu
kamar
3. Pasang poster
kewaspadaan standar
di pintu kamar pasien
4. Dekontaminasi alat-
alat kesehatan
sesegera mungkin
setelah digunakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
3. Ajarkan kebersihan
tangan kepada
keluarga dan
pegunjung
4. Anjurkan keluarga
atau pengnjung
melapor sebelum ke
kamar pasien
Nyeri kronis b.d kondisi Kriteria Hasil Observasi
muskuloskeletal kronis, 1. Kemampuan 1. Identifikasi lokasi,
kerusakan sistem saraf, menuntaskan karakteristik, durasi,
penekanan saraf, aktivitas meningkat frekuensi, kualitas,
gangguan fungsi 2. Keluhan nyeri intensitas nyeri
metab0olik d.d mengeluh menurun 2. Identifikasi skala
nyeri, tampak meringis, 3. Gelisah menurun nyeri
gelisah, tidak mampu 4. Kesulitan tidur 3. Identikasi respon
menuntaskan aktivitas, menurun nyeri non verbal
pola tidur berubah, dan 5. Anoreksi menurun 4. Identifikasi teknik
anoreksia. relaksasi yang pernah
efektif digunakan
5. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan tekbik
sebelumnya
6. Mionitor respon
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
4. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hipertermi b.d dehidrasi, Kriteria Hasil Observasi
terpapar lingkungan 1. Kulit merah 1. Identifikasi penyebab
panas, proses penyakit 2. Akrosianosi hipertemi
( misalnya infeksi, meningkat 2. Monitor suhu tubuh
kanker ), peningkatan 3. Konsumsi oksigen 3. Monitor kadar
laju metabolisme, meningkat elektrolit
aktivitas berlebihan d.d 4. Takikardi meningkat 4. Monitor komplikasi
suhu tubuh diatas nilai 5. Takipnea meningkat akibat hipertemi
normal, kulit merah, 6. Hipoksia meningkat 5. Monitor tekanan
kejang, takikardi, 7. Suhu tubuh darah, frekuensi
takipnea, kulit tersa membaik pernapasan dan nadi
hangat 8. Suhu kulit membaik 6. Monitor warna dan
suhu kulit
7. Monitor dan catat
tanda dan gejala
hiportermia dan
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
3. Berikan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan tirah bari
ng
2. Jelakskan cara
pencegahan
hipotermi jarena
terpapar udara dingin
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian antipiretik
jika perlu
D. Implementasi
E. Evaluasi
Hasil akhir yang diharapkan:
1. Tidak menunjukkan bukti adanya infeksi
2. Tidak mengalami pendarahan.
3. Memperlihatkan mempran mukosa yang utuh.
4. Mendapatkan nnurisi yang optimal.
5. Melaporkan kepuasan dengan tingkat nyeri dan ketidaknyamanan
saat ini.
6. Mengalami lebih sedikit keletihan dan aktivitas meningkat.
7. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektroloit.
8. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
9. Mengatasi ansietas dan dukacita.
10. Tidak mengalami komplikasi (Brunner dan Suddarth, 2011)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit
multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
B. Saran
2. Bagi Mahasiswa
Black M, Joyce dan Hokanson, Jane. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis yang
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Pusat: Dewan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Pusat: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Pusat: Dewan
Brunner dan Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog Dalam
Terbitan