Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

LEUKEMIA

Dosen Pengajar:
Ns. Nurpadila, M. Kep

Oleh:
Nama : Nuratika
Nim : A.1. 20.1192
Kelas :A
Prodi : S.1 Keperawatan

STIKES MARENDENG MAJENE


TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami selaku penulis untuk menyelesaikan asuhan keperawatan ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan yang berjudul (Leukemia)
tepat waktu.

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah I (Leukemia) disusun guna memenuhi tugas Ibu
Ns. Nurpadila, M. Kep di Kampus STIKES Marendeng Majene. Selain itu, kami juga
berharap agar asuhan Keperawatan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Nurpadila, M. Kep
Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan asuhan keperawatan ini.

Kami menyadari Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan tulisan ini.

Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang kami tekuni. Juga dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Majene, 20 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1

C. Tujuan……………………………………………………………………………………..1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………….3

A. Defenisi…………………………………………………………………………………..3

B. Klasifikasi………………………………………………………………………………..4

C. Etiologi…………………………………………………………………………………...5

D. Patofisiologi ……………………………………………………………………………..6

E. Manifestasi Klink ……………………………………………………………………….8

F. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………….10

G. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………..12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………………………………14

A. Pengkajian...………………………………………………………………………………14

B. Diagnosa…………………………………………………………………………………..16

C. Luaran dan Intervensi……………………………………………………………………..18

D. Implementasi……………………………………………………………………………...20

E. Evaluasi…………………………………………………………………………………...20

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………………21

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..21

B. Saran………………………………………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia adalah penyakit keganasan organ pembentuk darah. American Cancer

Society memperkirakan bahwa pada tahun 2007, sekitar 44.240 kasus baru leukemia akan

terdiagnosis, dan sekitar 21.790 kematian berhubungan dengan penyakit ini. Leukemia adalah

keganasan paing umum pada anak-anak dan dewasa muda. Separuh dari keseluruhan leukemia

diklasifikasikan sebagai akut, dengan onset cepat dan progresif penyakit mengakibatkan 100%

kematian dalam beberapa hari sampai beberapa bulan tanpa terapi yang tepat. Sisanya

diklasifikasikan sebagai kronis memiliki perjalanan lebih lambat. Pada anak-anak, 80%

eukimia adalah limfositik dan 20% adalah nonlimfositik. Pada orang dewasa, persentasenya

terbalik, dengan 80% nonlimfositik (Susan Newton).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam Asuhan Keperawatan Medikal Bedah I ini, yakni sebagai

berikut:

1. Defenisi Leukemia

2. Klasifikasi Leukemia

3. Etiologi Leukemia

4. Patofisiologi Leukemia

5. Manifestasi Klink Leukemia

6. Pemeriksaan Penunjang Leukemia

7. Penatalaksanaan Leukemia

8. Patoflow

C. Tujuan

Asuhan keperawatan ini disusun demi keperluan pembelajaran bagi mahasiswa

STIKES Marendeng Majene khususnya Prodi Keperawatan semester tiga dalam pembelajaran

tentang salah satu gangguan sistem hematologi yakni leukemia. Sehingga membantu
mahasiswa dapat lebih jauh lagi mengerti dan memahami tentang topik pembelajaran ter sebut.

Medikal Bedah I.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Leukimia adalah penyakit keganasan organ pembentuk darah. American cancer society

memperkirakan bahwa pada tahun 2007 sekitar 44.240 kasus baru leukemia akan

terdiagnosis, dan sekitar 21.790 kematian berhubungan dengan penyakit ini. leukemia

adalah keganasan paling umum pada anak-anak dan dewasa muda. Separuh dari

keseluruhan leukemia diklasifikasikan sebagai akut, dengan onset cepat dan progresif

penyakit mengakibatkan 100% kematian dalam beberapa hari sampai beberapa bulan tanpa

terapi yang tepat. Sisanya diklasifikasikan sebagai kronis, memeiliki perjalanan lebih

lambat. Pada anak-anak, 80% leukimia adalah limfositik dan 20% adalah non limfositik.

Pada orang dewasa, persentasenya terbalik, dengan 80% non limfositik. (black dan hawks,

2009)

B. Klasifikasi

Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel

asal yaitu:

1. Leukemia akut

Leukemia akut adalah keganasan primer sussum tulang yang berakibat terdesaknya

komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan

penyebaran organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa

pengobatan penderita akan meninggal rata-rata 4-6 bulan (Amin & Hardhi, 2015).

a. Leukemia Limfostik Akut (LLA); LLA merupakan jenis leukemia dengan

karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem

limfopoetik yang mengakibatkan organomegali ( pembesaran organ dalam ) dalam

kegagalan organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada

umur dewasa (18%). Insuden LLA akan mencapai puncakna pada umur 3-7 tahun.

Tanpa pengobatan sebgian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis

terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sum-sum tulang belakang (Amin &

Hardhi, 2015).
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA); merupakan leukemia yang mengenai sel stem

hematopoetik yang akan akan berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA

merupakan Leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Lebih sering

ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).

Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan

durasi gejala yang singkat (Amin & Hardhi, 2015).

2. Leukemia kronik

Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik

dari salah satu yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi (Amin &

Hardhi, 2015).

a. Leukemia limfositik Kronis (LLK); LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B

( jarang pada limfosit T). perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan

akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur

panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu

yang berusia 50-70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki (Amin &

Hardhi, 2015).

b. Leukemia Granulositik/ miolositik Kronik (LGK/LMK); LGK/LMK adalah

gangguan mieloliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel myeloid ( sel

granulosit) yang relative matang. LGKLMK mencakup 20% leukemia yang paling

sering dijumpai pada orang dewasa usia pertenganan (40-50 tahun). Abnormalitas

genetiik yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada 90-95%

penderita LGK/LMK. Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninngal stelah

memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastok yaitu produksi berlebihan sel

muda leukosit , biasanya berupa mieloblas/promiolosit, disertai produksi meutrofil,

trombosit dan sel darah merah yang amat kurang (Amin & Hardhi, 2015).

C. Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi terdapat faktor yang menyebabkan

terjadinya leukemia yaitu:

1. Factor genetic; virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell

Leukemia-Lhymphoma Virus/HLTV)
2. Radiasi

3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylsbestrol,

4. Factor herediter, misalnya pada kembar monozigot.

5. Kelainan kromosom, miisalnya pada down syndrome.

Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih, penyebab dari sebagian besar jenis

leukemia tidak diketahui, pemaparan terhadap penyiaran (radiasi) dan bahan kimia

tertentu misalnya (benzene) dan pemakaian obat anti kanker, meningkat rsiko

terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya

syndrome down dan sindroma fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia (Amin &

Hardhi, 2015).

D. Patofisiologi

Di dalam sum-sum tulang normal, pengaturan efisien menjamin bahwa polifersi sel

dan maturasi tergolong adekuat untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Sel induk (stem

cell) pluripoten melakukan deferiseansi sepanjang jalur myeloid, eritroid, atau limfoid saat

terdapat factor pertumbuhan. Pada leukemia, pengendalian hilang atau abnormal.

Leukemia adalah poliferasi tidak terkontrol. Kekurangan control ini menyebabkan sum-

sum tulang normal digantikan oleh leukosit tidak matang dan leukosit yang tidak

terdiferensiasi, atau sel blast (figure 79-1). Leukosit yang tidak matang atau abnormal

kemudian bersirkulasi di dalam darah dan menginfiltrasi organ pembentuk darah (hati,

limfa, dan nous limfe) serta tempat lainnya di seluruh tubuh (Susan Newton).

1. Leukimia akut

Leukemia akut disebabkan oleh hambatan di dalam diferensiasi sel dalam lapisan sel

hematopietik. Akibatnya adalah akumulasi sel imatur, sel non fungsional atau blast di

dalam sum-sum tulang atau di dalam organ lainnya. LLA sering terjadi pada anak

(rata-rata usia 10 tahun). Leukemia nonlimfostik akut (LNLA), juga disebut sebagai

leukemia myeloid akut (LMA), lebih sering pada orang dewasa (rata-rata usia 65

tahun) (Susan Newton).

Leukemia merupakan gangguan klonal berat pada sel tunggal yang mengalami

transformasi, dan sel leukemik selanjutnya berploriferasi. Paradox yang menarik


adalah bahwa leukemia tampak membelah lebih lambat dan lebih lama untuk

menyintesis DNA disbanding melakukan prokursor darah lainnya (Susan Newton).

Leukemia akut tidak disebabkan oleh proliferasi seluluer yang cepat tetapi cenderung

disebkan oleh penyumbatan precursor sel darah (Susan Newton).

2. Leukemia kronis

Leukemia kronis disebabkan oleh ploriferasi tak beraturan sel hematopietik atau

gangguan kematian sel (apoptosis). Leukemia kronis diklasifikasikan sebagai LMK

atau LLk. LMK berasal dari sel induk pluripoten. Pada awalnya, sumsum adalah

hiperseluler dengan banyak sel normal. Secara khas, apusan darah perifer

menunjukkan leukotosis dan trombositosis dengan peningkatan produksi granulosit

(Susan Newton).

E. Manifestasi Klinik

Sebagian besar tanda dan gejala muncul akibat ketidakcukupan produksi sel darah

normal: Demam dan infeksi terjadi akibat neutrotopenia, kelemahan dan keletihan akibat

anemia, dan kecenderungan pendarahan akibat trombositopenia. Pendarahan mayor terjadi

ketika jumlah kurang 10.000mm3. tempat yang paling sering mengalami pendarahan

adalah pencernaan, paru, dan intrakarnial. (Brunner dan Suddarth, 2011)

Poliferasi sel-sel leukemik di dalam organ memicu beragam gejala tambahan;

nyeri akibat pembesaran hati atau limpa, hiperpalasia gusi, dan nyeri tulang akibat

perluasan sumsum tulang. (Brunner dan Suddarth, 2011)

Leukemia myeloid akut memiliki awitan tanpa peringatan; gejala muncul dalam

beberapa minggu atau beberapa bulan (Brunner dan Suddarth, 2011)

Darah perifer menunjukan penurunan jumlah eritrosit dan jumlah trombosit.

Jumlah leukosit rendah, normal, atau tinggi; persentase sel-sel normal biasanya

sangat menurun (Brunner dan Suddarth, 2011)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi: Adanya pensitopemia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan

gambara darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik

untuk leukimia.

2. Sum-sum tulang: Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang

menonton yang hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain

terdesak (apabila sekunder), ( Ilmu Kesehatan Anak;145)

3. Pemeriksaan lain.

 Biopsi limpa

 Kimia darah

 Cairan cerebrospinal

 Sitogenik

G. Penatalaksanaan

1. Kemoterapi.

a) Kemoterapi pada penderita LLA

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang

digunakan untuk semua orang ( Amin & Ardhi, 2015).

b) Kemoterapi pada penderita LMA

 Fase induksi; Fase induksi adalah regmin kemoterapi yang intensif, bertujuan

untuk mengeradikasi sel-selleukimia secara maksimal sehingga tercapai remisi

komplit ( Amin & Ardhi, 2015).

 Fase Konsolidasi; Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase

induksi.Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus

kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau

lebih besar dari pada dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan

pengobatan modern, angka remisi 50-70% tetapi angka rata-rata hidup masih 2

tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10% ( Amin & Ardhi,

2015).

c) Kemoterapi pada penderita LLK


Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan strategi terapi dan

prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:

 Stadium 0: limfositosis darah tepi dan sumsum tulang

 Stadium I: limfositosis dan limfadenopati

 Stadium II: limfositosis dan spenolemegali/hepatemegali

 Stadium III: limfositosis dan anemi (Hb<11gr/dl)

 Stadium IV: limfositosis dan trombositopenia ,100.000/mm Dengan /tanpa

gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat

konvesional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan

kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I

atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III

atau IV diberikan kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup ratar-rata adalah

sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan

stadium 0 atau I dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien

stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun ( Amin &

Ardhi, 2015).

d) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK

 Fase kronik;Busulfan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang mampu

menahan pasien bebas dari gejala atau jangka waktu yang lama. Regimen

dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis

LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transpalantasi sumsum tulang

( Amin & Ardhi, 2015).

 Fase Akselerasi;Sama dengan terapi leukimia akut, tetapi respons sangat

rendah( Amin & Ardhi, 2015).

2. Radioterapi.

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukimia .

3. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak

karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum
tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker ( Amin &

Ardhi, 2015).

4. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi -akibat yang ditimbulkan penyakit leukimia

dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukimia

dengan keluhan anemia,transfusi trombosit untuk mengatasi pendarahan antibiotik atau

mengatasi infeksi ( Amin & Ardhi, 2015).

H. Faktor Resiko

meskipun penyebab leukimia tidak diketahui, beberapa faktor resiko dihubungkabn

dengan leukimia, yakni

1. Faktor genetik

2. Paparan radiasi ion dan bahan kimia

3. Kelainan kongenital misalnya { syndrom down }

4. Adanya defisiensi imun primer dan infeksi dengan kuman T- cell leukimia

virus type 1 { HTLV-1}. { black dan hawks }


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Demografi

a. Usia : Lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2-5 tahun.

Jenis leukemia ( limfositik myeloid akut ).lebih sering di temukan

pada anak umur 15th .

b. Ras : Lebih banyak terkena pada anak kulit putih

c. Lingkungan : Banyak polutan

d. Jenis kelamin : sering menyerang kaum laki-laki.

Data fokus

e. Aktivitas

Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan

aktivitas biasanya.

Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.

f. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi

Tanda : Takikardi, membran mukosa pucat, dan tanda perdarahan serebral.

g. Eliminasi

Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang pada tisu, feses hitam,

darah pada urin, penurunan haluaran urin

h. Integritas ego

Gejala : Perasaan tak berdaya / tidak ada harapan.

Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan alam perasaan.

i. Nutrisi dan cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah, penurunan berat badan,

faringitis disfagia.

Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali, hepatomegali,

ikterik, hipertrofi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia


monositik.

j. Neuro sensori

Gejala : Penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau, kurang konsentrasi,

kebas, kesemutan.

Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.

k. Nyeri atau kenyamanaan

Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, nyeri tekan

eksternal, kram otot.

Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah, focus pada diri sendiri.

l. Pernafasaan

Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal Tanda : Dispnue, takhipnea, batuk,

ronkhi.

m. Keamanan

Gejala : Riwayat saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan spontan

tak terkontrol dengan trauma minimal.

Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan gusi epistaksis,

pembesaran nodul limfe (sehubungan dengan invasi jaringan).

Data Penunjang

n. Hitung darah lengkap :


i. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.

ii. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/mm ).

iii. Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan sel

darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel blast

leukemia.

o. Pemeriksaan sel darah tepi :

Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga dapat

menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel yang beredar.

p. Asam urat serum / urine : mungkin meningkat

q. Biopsi sumsum tulang :

Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih dari sel darah
putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast, dengan prekusor

eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun.

r. Biopsi nodus limfa :

Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang

berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal dan granulosit.

(Doengoes, 2000)

B. Diagnosa
1. Risiko infeksi d.d penyakit kronis, efek prosedur invasif, malnutrsi,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan sekunder
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
imobilitas, tirah baring, kelemahan, dan gaya hidup monoton d.d dispnea saat /
setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah dan
mengeluh lelah
3. Pola napas tidak efektif b.d imaturitas neurologis, penurunan energi, obesitas,
syndrom hipoventilasi, efek agen farmakologis d.d dyspnea, ortopnea.
4. Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis, kerusakan sistem saraf, penekanan
saraf, gangguan fungsi metabolik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah,
tidak mampu menuntaskan aktivitas, pola tidur berubah, dan anoreksia.
5. Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit ( misalnya
infeksi, kanker ), peningkatan laju metabolisme, aktivitas berlebihan d.d suhu tubuh
diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit tersa hangat

C. Intervensi
Diagnosa Luaran Intervensi
Risiko infeksi d.d Kriteria Hasil Observasi
penyakit kronis, efek 1. Nafsu makan 1. Identifikasi riwayat
prosedur invasif, malnutrsi, meningkat kesehatan dan riwayat
ketidakadekuatan 2. Kadar sel darah alergi
pertahanan tubuh primer putih membaik 2. Identifikasi status
dan sekunder
3. Nyeri menurun imunisasi setiap
4. Demam menurun kunjungan ke
pelayanan kesehatan
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan
sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik
aseotik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
Kolaborasi
1. Pemberian imunisasi
jika perlu
Intoleransi aktivitas b.d Kriteria Hasil Observasi
ketidakseimbangan 1. Saturasi oksigen 1. Identifikasi gangguan
antara suplai dan meningkat fungsi tubuh yamg
kebutuhan oksigen, 2. Kemudahan dalam mengakibatkan
imobilitas, tirah baring, melakukan aktivitas kelelahan
kelemahan, dan gaya sehari-haro 2. Identifikasi defisit
hidup monoton d.d meningkat tingkat aktivitas
dispnea saat / setelah 3. Keluhan lelah Terapeutik
aktivitas, merasa tidak menurun 1. Fasilitasi fokus pada
nyaman setelah 4. Dispnea saat atau kemampuan, bukan
beraktivitas, merasa setelah aktivitas defisit yang dialami
lemah dan mengeluh menurun 2. Sediakan lingkungan
lelah 5. Perasaan lemah nyaman dan rendah
menurun stimulus
3. Lakukan latihan
rentan gerak dan /
atau aktiv
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Jelaskan metode
akltivitas fisik sehari-
hari jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
2. Kolabirasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas jika sesuai
Pola napas tidak efektif Kriteria Hasil Observasi
b.d imaturitas neurologis, 1. Kapasitas vital 1. Monitor frekuensi,
penurunan energi, meningkat, irama, kedalaman
obesitas, syndrom 2. Tekanan ekspirasi dan upaya napas
hipoventilasi, efek agen dan inspirasi 2. Monitor pola napas
farmakologis d.d meningkta 3. Monitor saturasi
dyspnea, ortopnea 3. Dyspnea menurun oksigen
4. Ortopnea menurun 4. Monitor nilai AGD
5. Identifikasi pasien-
pasien yang
membutuhkan isolasi
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Tempatkan satu
pasien untuk satu
kamar
3. Pasang poster
kewaspadaan standar
di pintu kamar pasien
4. Dekontaminasi alat-
alat kesehatan
sesegera mungkin
setelah digunakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
3. Ajarkan kebersihan
tangan kepada
keluarga dan
pegunjung
4. Anjurkan keluarga
atau pengnjung
melapor sebelum ke
kamar pasien
Nyeri kronis b.d kondisi Kriteria Hasil Observasi
muskuloskeletal kronis, 1. Kemampuan 1. Identifikasi lokasi,
kerusakan sistem saraf, menuntaskan karakteristik, durasi,
penekanan saraf, aktivitas meningkat frekuensi, kualitas,
gangguan fungsi 2. Keluhan nyeri intensitas nyeri
metab0olik d.d mengeluh menurun 2. Identifikasi skala
nyeri, tampak meringis, 3. Gelisah menurun nyeri
gelisah, tidak mampu 4. Kesulitan tidur 3. Identikasi respon
menuntaskan aktivitas, menurun nyeri non verbal
pola tidur berubah, dan 5. Anoreksi menurun 4. Identifikasi teknik
anoreksia. relaksasi yang pernah
efektif digunakan
5. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan tekbik
sebelumnya
6. Mionitor respon
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
4. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hipertermi b.d dehidrasi, Kriteria Hasil Observasi
terpapar lingkungan 1. Kulit merah 1. Identifikasi penyebab
panas, proses penyakit 2. Akrosianosi hipertemi
( misalnya infeksi, meningkat 2. Monitor suhu tubuh
kanker ), peningkatan 3. Konsumsi oksigen 3. Monitor kadar
laju metabolisme, meningkat elektrolit
aktivitas berlebihan d.d 4. Takikardi meningkat 4. Monitor komplikasi
suhu tubuh diatas nilai 5. Takipnea meningkat akibat hipertemi
normal, kulit merah, 6. Hipoksia meningkat 5. Monitor tekanan
kejang, takikardi, 7. Suhu tubuh darah, frekuensi
takipnea, kulit tersa membaik pernapasan dan nadi
hangat 8. Suhu kulit membaik 6. Monitor warna dan
suhu kulit
7. Monitor dan catat
tanda dan gejala
hiportermia dan
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
3. Berikan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan tirah bari
ng
2. Jelakskan cara
pencegahan
hipotermi jarena
terpapar udara dingin
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian antipiretik
jika perlu

D. Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

E. Evaluasi
Hasil akhir yang diharapkan:
1. Tidak menunjukkan bukti adanya infeksi
2. Tidak mengalami pendarahan.
3. Memperlihatkan mempran mukosa yang utuh.
4. Mendapatkan nnurisi yang optimal.
5. Melaporkan kepuasan dengan tingkat nyeri dan ketidaknyamanan
saat ini.
6. Mengalami lebih sedikit keletihan dan aktivitas meningkat.
7. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektroloit.
8. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
9. Mengatasi ansietas dan dukacita.
10. Tidak mengalami komplikasi (Brunner dan Suddarth, 2011)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel

imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit

dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia

trombositopenia. (Hidayat, 2006).

Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau

multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya

berakhir fatal. (Nursalam, 2005).

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan

dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan

hipertensi dan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran

2. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengalaman dalam memberikan asuhan

keperawatan dengan hipertensi di dunia keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Black M, Joyce dan Hokanson, Jane. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis yang

Diharapkan Edisi 8 Buku 3. Singapore: PT Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Pusat: Dewan

Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Pusat: Dewan Pengurus

Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Pusat: Dewan

Pengurus Pusat PPNI

Brunner dan Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog Dalam

Terbitan

Anda mungkin juga menyukai