Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan
bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan
atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisis yang saling bekerjasama secara
terpadu dan komprehensif integral (Sagala, 2012: 11 – 12). Slameto (2010) mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibedakan menjadi faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern meliputi: (1) Faktor jasmaniah; (2) Faktor jasmaniah meliputi
faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh siswa; (3) Faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar antara lain intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; (4)
Faktor kelelahan meliputi faktor kelelahan jasmani dan rohani. Agar siswa dapat belajar
dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Faktor
ekstern meliputi : (1) Faktor keluarga yaitu dimana siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga; (2) Faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; (3) Faktor masyarakat merupakan faktor
ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar. Hal-hal yang yang mempengaruhi belajar
siswa antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat
Menurut Rusman (dalam Setiyawan, 2017:10) model Problem Based Learning (PBL)
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena kemampuan siswa benar-benar dioptimalkan
melalui proses kerja kelompok yang sistematis. Dengan hal tersebut siswa akan terlatih
dengan proses pembelajaran, penguasaan materi, dan model pembelajaran yang sesuai.
Menurut Arends (Trianto: 2007), pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based
Learning) merupakan suatu pembelajaran di mana peserta didik mengerjakan permasalahan
yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan
percaya diri. Model pembelajaran PBL dalam penelitian ini terdiri dari 5 fase, yaitu
mengorientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik, membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil, dan
menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Salah satu masalah
yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan kelas menggunakan model PBL adalah
bagaimana mengenai siswa baik individu maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan
tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain, kecepatan tiap individu maupun
kelompok berbeda-beda. Kekurangan model Problem Based Learning (PBL) adalah (a)
persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (b) sulitnya mencari problem
yang relevan; (c) sering terjadi misskonsepsi; (d) konsumsi waktu, dimana model ini
memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan (Setiyawan, 2017:12 - 13).
Setiyawan, Heri. 2017. Pembelajaran Matematika Model PBL (Problem Based Learning)
pada Mata Pelajaran Matematika Materi Luas Bidang pada Siswa Kelas III SD. INOVASI.
19 (1): 12 – 14. Slameto. 2010. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.