oleh
Kelompok 5/Kelas C-2016
Anindianti sukma 162310101133
Erwindyah Nur. W 162310101163
Sukma Ningrum 162310101194
Galuh Yulia A. P 162310101226
M. Rizqon Ni’amullah 162310101236
Muhammad Musyafa F.S 162310101242
Syinthia Purnama Asyura 162310101247
Dies Rut S. 162310101260
i
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah
mengenai “Emergency Medical Service systems in Japan” untuk memenuhi Tugas
Makalah Keperawatan Gawat Darurat ini tepat pada waktunya. Dalam pembuatan
makalah ini penulis menemukan beberapa kesulitan dan hambatan akan tetapi
berkat semangat dan arahan serta bimbingan dari berbagai pihak kami mampu
menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada :
2. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan semangat serta dukungan pada
kami dalam menyelesesaikan makalah.
Pemakalah mengakui bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu Pemakalah sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, guna
untuk kesempurnaan tugas makalah ini agar bermanfaat bagi kami dan pembaca
pada umumnya.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Prakata.....................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................3
BAB 2. KONSEP SISTEM..................................................................... 4
2.1 Alur Koordinasi Sistem/SOP..................................................... 4
2.2 Sistem Informasi........................................................................ 5
2.3 Sistem Transportasi.................................................................... 8
BAB 3. PEMBAHASAN..........................................................................10
3.1 Kelebihan dan Kekurangan........................................................10
3.2 Penanganan yang dapat di adopsi ke Indonesia.........................11
BAB 4. PENUTUP .................................................................................13
4.1 Kesimpulan................................................................................13
4.2 Saran...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................15
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
juga berbahaya untuk dihuni karena dapat beresiko tanah longsor. Jepang
termasuk salah satu negara berpenduduk terpadat di dunia.
Jumlah kematian lalu lintas di jalan terus mengalami peningkatan
mencapai 1, 35 juta pada tahun 2016 (WHO, 2018). Cidera akibat kecelakaan lalu
lintas saat ini menjadi penyebab utama kematian bagi anak-anak dan remaja
berusia 5-29 tahun karena sebagian besar telah mengabaikan keselamatan jalan.
Beban kecelakaan secara tidak proporsional ditanggung oleh pengguna jalan yang
tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2013
dan 2016 di negara berpenghasilan rendah tidak terdapat pengurangan jumlah
kematian lalu lintas, sementara itu beberapa pengurangan kematian terdapat di 48
negara yang berpenghasilan menengah dan tinggi. Namun, seiring
berkembangnya zaman hal tersebut dapat dicapai melalui pendekatan terintegrasi
yang mencakup penerapan dan penegakan langkah-langkah efektif seperti standar
keselamatan untuk jalan dan kendaraan dan adanya undang-undang untuk
mengurangi perilaku berisiko tinggi (WHO, 2018). Pemerintah telah membuat
undang-undang sebagai strategi penting untuk meningkatkan keselamatan jalan,
dimana undang-undang tersebut sudah di berlakukan di 149 negara. Sementara itu
masih terdapat negara yang kekurangan undang-undang secara tepat untuk
menangani risiko seperti ngebut, mengemudi sambil minum, penggunaan helm.
Di Indonesia sistem layanan medis darurat (EMS) masih belum
dikembangkan secara komprehensif. Sistem layanan medis darurat (EMS)
dikembangkan sesuai dengan keadaan serta kebutuhan di masing-masing negara.
Kementerian kesehatan di Indonesia baru-baru ini mengenalkan 119 sebagai
nomor darurat bagi masyarakat Indonesia untuk mengaktifkan respon ambulan
terhadap situasi medis atau dalam keadaan darurat. Di Indonesia tidak terdapat
pendidikan perawatan pra rumah sakit khusus untuk para perawat yang melayani
ambulan.
Transportasi darurat pra rumah sakit Jepang awalnya di kembangkan di
Yokohama pada tahun 1933 di bawah naungan layanan pemadam kebakaran
setempat. Tahun-tahun sebelum perang dunia II pemerintah Jepang menetapkan
perundang undangan otonomi yang memungkinkan pemerintah daerah
2
menyediakan pra- Rumah sakit. Pada pertengahan tahun 1960 mengalami
peningkatan angka kejadian kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Pada saat
undang-undang pertama hanya 214 kota menyediakan layanan transportasi pra
rumah sakit. Akan tetapi, pada tahun 1991 naik menjadi 3.066 yang mencakup
99,3 % dari populasi. Ketika sistem Emergency Medical Service (EMS) di Jepang
mulai berkembang, ruang lingkup perawatan darurat pra rumah sakit mengalami
banyak perubahan. Pada tahun 1966, 42% yang diangkut menggunakan ambulan
adalah pasien trauma dan pada tahun 2003 sebanyak 26,4% adalah pasien trauma
serta 58% menderita penyakit akut. Perawatan darurat untuk pasien penyakit akut
digambarkan sebagai tujuan utama emergency medical service (EMS).
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Emergency Medical Service
b. Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari penggunaan sistem Emergency
Medical Service di Jepang
c. Mengetahui bagaimana alur penyelenggaraan sistem penanggulangan
gawat darurat di Jepang
1.4 Manfaat
Untuk mengembangkan pengetahuan terkait dengan sistem penanggulangan
gawat darurat (SPDGT) yang ada di Jepang
3
BAB 2. KONSEP SISTEM
4
ambulan. Warga dapat menghubungi 119 apabila menemui keadaan emergency.
Telepon yang dikirim akan diterima di pemadam kebakaran regional. Setelah
menghubungi 911, yang harus dilakukan adalah:
a. Beri tahu operator apakah Anda memanggil ambulans atau karena kebakaran.
b. Laporkan gejala atau kondisi cedera Anda, serta apa yang terjadi.
c. Jelaskan lokasi sedetail mungkin, dan beri mereka nama Anda. Jangan tutup
telepon sampai Anda yakin pengirim tahu alamat Anda. Jika perlu, cari
bantuan dari tetangga atau orang yang lewat.
d. Ketika mendengar sirene ambulans, pergilah menemui mereka.
5
Untuk memanggil ambulans di Jepang, nomor dadrurat yang harus
menghubungi adalah 119. Nomor ini akan terhubung ke pusat panggilan
pemadam kebakaran yang dapat mengirim ambulans dan responden lain yang
diperlukan. Nomor ini dapat dihubungi di mana saja di Jepang, karena tersedia
secara nasional.
Pada April 2011, Jepang menyebarkan perangkat tablet di setiap ambulans
di prefektur Saga dan memulai sistem jaringan informasi yang menghubungkan
perangkat-perangkat ini. Ini merupakan sistem informasi kesehatan darurat
prefektur Saga, yang disebut "99 Saga Net".
6
penerimaan institusi medis dalam area layanan ambulan sendiri, sistem ini
memungkinkan siapa pun untuk mendapatkan informasi tentang institusi medis
bahkan di luar area layanan ambulans dengan kemampuan setidaknya menyamai
ambulan veteran anggota kru.
7
Selain fungsi khusus semacam ini untuk digunakan oleh individu terkait
saat mengangkut pasien darurat, sistem ini juga menyediakan layanan kepada
penduduk setempat seperti layanan registrasi "my home" yang memungkinkan
mereka untuk mencari pelayanan medis di lingkungan mereka.
8
tanpa pergi ke rumah sakit. # 7119 adalah saluran saran telepon yang
dikelola perawat 24 jam, yang bertujuan untuk merujuk penelepon ke
layanan yang paling tepat, atau untuk memberi mereka nasihat tentang
cara merawat kondisi mereka.” (Morimura , 2011)
4 Jika terdapat bencana dan keadaan darurat yang lain, dapat menghubungi
171, yang dijalankan oleh Sistem Informasi Bencana Nasional yang
dioperasikan oleh pemerintah nasional untuk memberikan / bertukar info
tentang dampak / kerusakan bencana dan sumber daya rumah sakit yang
tersedia.
5 Mobil Dokter dikelola oleh Spesialis Darurat Bersertifikat, dokter muda
dilatih untuk menjadi CES, RN dengan pengalaman perawatan kritis, dan
terkadang oleh paramedis. Dokter yang mengelola mobil dokter
melakukan berbagai intervensi di tempat terjadinya situasi darurat"
6 Tanggap darurat dan transportasi disediakan oleh ambulans konvensional
di Jepang. Kadang-kadang brigade pemadam kebakaran akan membantu
petugas ambulans; dokter juga dapat dikirim dengan kendaraan reguler
untuk tiba lebih cepat dan mulai memberikan perawatan sambil menunggu
ambulans tiba.
7 Mengenai distribusi ambulans di Jepang:
Daerah dengan populasi <150.000 disediakan satu ambulans per
50.000 orang
Daerah dengan populasi> 150.000 disediakan tiga ambulans plus
satu ambulans tambahan untuk setiap 70.000 orang
8 Rumah sakit dikategorikan di Jepang untuk memungkinkan “personel
EMS dengan cepat mengangkut pasien ke fasilitas medis yang sesuai.
diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan berdasarkan sumber daya,
administrasi, staf, dan pendidikan. ”(Tanigawa, 368-9)
Fasilitas Darurat Utama Pasien berjalan
Fasilitas Darurat Sekunder Penyakit akut dan trauma
Fasilitas Darurat Tersier (“Pusat Darurat Menyelamatkan Nyawa”)
9
BAB 3. PEMBAHASAN
Kelebihan
Kekurangan
Kekurangan SPGDT di Jepang yaitu kurangnya ambulans yang
menyebabkan waktu kedatangan dan respon kurang cepat karena
terjadinya peningkatan volume panggilan darurat baru-baru ini. Tercatat
jumlah pengiriman ambulans di Jepang adalah 5,03 juta. Jumlah orang
yang diangkut rata-rata setiap harinuya dengan ambulans adalah 13.741.
Ini berarti tim ambulan dikirim setiap 6,3 detik. Jumlah orang yang
diangkut dengan ambulans sekitar 4,74 juta, artinya 1 dari 27 individu
dipindahkan ke sebuah rumah sakit dengan ambulans. Periode waktu
10
untuk ambulans untuk tiba di situs dari panggilan awal adalah sekitar 6,4
menit. Sehingga waktu kedatangan atau respon diharapkan meningkat.
3.2 PENANGANAN YANG DAPAT DIADOPSI DARI JEPANG KE
INDONESIA
Berbeda dengan Jepang, dalam system layanan medis darurat di Jepang, unit
ambulans biasanya terdiri dari kendaraan dan tidak kurang dari tiga teknisi medis
darurat (personel EMS). Jangka waktu yang diperlukan untuk ambulans untuk tiba
di lokasi adalah sekitar 6 menit. Sebagian besar rumah sakit memiliki 10 hingga
30 tempat tidur ICU dan rentang staf mulai dari beberapa dokter hingga lebih dari
30 dokter per pusat; namun fokus tetap pada perawatan luka bakar dan trauma
kecelakaan lalu lintas sebagai layanan paling bergengsi.
11
Peningkatan pelayanan alat, tenaga medis, dan tempat tidur yang memadai
di setiap rumah sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam
penanganan pasien khususnya pasien gawat darurat.
12
BAB 4. PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
13
4.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Boyle, M., Wallis, J dan Suryanto. 2016. Time to Improve Pre-Hospital Care in
Developing Countries. Australasian Journal of Paramedicine. 13 (3): 1-2.
WHO. 2018. Global Status Report on Road Safety 2018. WHO: Swizerland.
15