Anda di halaman 1dari 2

Sirkumsisi atau yang lebih dikenal dengan istilah sunat di Indonesia adalah

prosedur bedah untuk membuang atau memotong kulit (kulup) yang menutupi penis,
yang terdiri dari jaringan otot dan pembuluh darah. Ketika kulup dibuang, pembukaan
uretra (uretra luar atau lubang kencing) dan glans penis (kepala penis) akan
tersingkap. Sunat bukan prosedur yang wajib untuk dilakukan. Namun kenyataanya,
beberapa tahun terakhir ini, persentasi sunat di Amerika Aerikat mengalami
penurunan, dari 82% ditahun 1960 hingga 77% di tahun 2010. Dsisi lain, penelitia
terbaru menyatakan bahwa sunat memiliki banyak manfaat. Laporan yang
dikeluarkan oleh Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat
(CDC) menyatakan bahwa kulup cenderung meningkatkan resiko infeksi HIV, karena
kulup dapat mendorong peningkatan cairan yang berpotensi sebagai jalan masuk
patogen seperti HIV.

Sirkumsisi merupakan proses membuang prepusium sehingga gland penis


menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak
dikerjakan diseluruh dunia baik dikerjakan dokter, para medis mauapun dukun sunat.
Sirkumsisi sangat bermanfaat bagi kesehatan pria, pria yang di sirkumsisi resiko HIV
dan virus lain termasuk beberapa infeksi menular seksual bakteri jauh lebih rendah
dibandingkan pria yang tidak disirkumsisi. Manfaat sirkumsisi tidak hanya bagi pria
tetapi juga bermanfaat bagi wanita. Wanita yang disirkumsisi resiko terkena kanker
serviks dan infeksi HPV dam klamidia juga jauh lebih rendah.

Secara medis, selain mencegah penularan HIV, sirkumsisi juga mencegah


penumpukan smegma (zat lengket berwarna putih, berbau tak sedap yang bercampur
dengan bakteri dan sisa-sisa urin). Pria yang disunat lebih higienis, pada masa tua
lebih mudah merawat bagian tersebut. Sunat juga dapat mengurangi sisa-sisa kotoran
yang ada di sekitar kepala penis dan lipatan kulit yang agak sempit 

Bukti-bukti kuat bahwa sirkumsisi menurunkan resiko penularan HIV telah dipelajari
sejak lama. Negara-negara muslim dimana hampir semua laki-laki disirkumsisi pada
masa kanak-kanak, memiliki angka HIV yang rendah. Bukti ini juga menunjukkan
bahwa laki-laki yang disirkumsisi memiliki resiko lebih rendah terkena herpes
genitalis, sifilis, gonorrhea, dan beberapa penyakit seksual menular lainnya yang
memfasilitasi infeksi HIV.5 Penelitian klinis yang dilakukan oleh tim peneliti dari
Prancis dan Afrika Selatan menunjukkan bahwa laki-laki yang disirkumsisi memiliki
resiko tertular HIV melalui hubungan heteroseksual 60% lebih rendah dibandingkan
dengan yang tidak disirkumsisi. Dua penelitian serupa di Afrika menunjukkan hasil
yang semakin menguatkan. Bahkan sedemikian meyakinkannya, membuat United
States National Institute of Health menghentikan penelitian lebih cepat dari rencana.

Dalam sebuah penelitian di Kisumu, Kenya, yang melibatkan 2.784 laki-laki,


disimpulkan bahwa lelaki yang disirkumsisi memiliki kemungkinan 53% lebih
rendah untuk terkena HIV dibandingkan dengan mereka yang tidak disirkumsisi.
Penelitian lain di Rakai, Uganda, menunjukkan bahwa resiko terkena HIV 48% lebih
rendah pada laki-laki yang disirkumsisi dibanding yang tidak.

Penelitian berbeda di Uganda yang melibatkan 343 pasangan, dimana pria


menyebabkan infeksi pada pasangannya. Hasil yang didapat menunjukkan sejumlah
299 wanita yang terinfeksi HIV berasal dari pasangan yang tidak disirkumsisi dan
hanya 44 wanita yang terinfeksi berasal dari pasangan yang telah disirkumsisi.

Anda mungkin juga menyukai