Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN SEHAT MENTAL DENGAN

TAHAP TUMBUH KEMBANG DEWASA

Oleh

Syinthia Purnama Asyura, S.Kep


NIM 202311101127

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

1. Latar Belakang
Masa dewasa pertengahan (madya) atau yang disebut juga usia setengah
baya dalam terminologi kronologis yaitu berkisar antara usia 40-60 tahun
yang merupakan periode panjang dalam rentang kehidupan manusia diamana
pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental. Pada
masa ini ditandai oleh adanya perubahan fisik, mental serta perubahan minat
dan merupakan masa kritis dimana baik generativitas/kecenderungan untuk
menghasilkan dan stagnansi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan
dominan. Pada masa ini individu akan melakukan penyesuaian dirinya secara
mandiri terhadap kehidupan dan harapan sosial. Kebanyakan seseorang telah
mampu menentukan masalah-masalah dengan cukup baik sehingga menjadi
cukup stabil dan matang secara emosional.

Masa dewasa madya menyangkut pribadi dan sosialnya antara lain masa
transisi dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku
masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-
ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatiannya kepada agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya dan terkadang minat perhatiannya
kepada agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

Kondisi pada usia akhir dewasa madya adalah penyesuaian secara radikal
terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan
berbagai perubahan fisik, serta sejumlah penyesuaian yang harus dilakukan di
rumah, pekerjaan dan berbagai aspek sosial kehidupan seseorang maka fase
ini sangat rentan dengan masalah gangguan kesehatan mental. Akan tetapi
untuk melakukan koping yang efektif disetiap individu mempunyai berbagai
macam kegiatan yang bermanfaat pada usia dewasa tengah ini yaitu dengan
melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti, mengikuti pengajian, mendidik
anak dengan baik, mampu mengontrol emosi, mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan cara konstruktif dan menjaga kesehatan.
1. Kesehatan Jiwa
Menurut WHO Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sejaters secara fisik,
sosial dan mental yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kecacatan. Individu dapat dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik,
mental, sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi
tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang timbul sehingga
memungkinkan individu untuk hidup produktif dan mampu melakukan hubungan
sosial yang memuaskan.Kesehatan jiwa bukan hanya tidak adanya gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan jiwa yang mencerminkan kedewasaan dari
kepribadian yang bersangkutan (Ayuwatini dan Ardiyanti, 2018).

Berdasarkan (Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan


Mental, 2014) menyebutkan bahwa Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.

2. Ciri-ciri Sehat Jiwa


Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan dan kondisi yang
memungkina perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal
dan yang selaras dengan perkembangan orang lain. Seseorang yang sehat jiwa
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merasa senang terhadap dirinya
a. Mampu menghargai situasi
b. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
c. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai dirinya scara realistis, tidak berlbihan dan tidak pula
merendahkan
2. Nyaman berhubungan dengan orang lain
a. Mampu mencintai orang lain
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargao pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kleompok
e. Tidak “mengakali” orang lain, tidak juga membiarkan orang lain
“mengakali” dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Menerima tanggungjawab
d. Merancang masa depan
e. Menerima ide dan pengalaman baru
f. Puas dengan pekerjaannya/tugasnya

Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa sehat jiwa bukan


sekedar bebas dari gangguan jiwa tetapi juga memiliki :

1. Perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup


2. Sikap yang dapat menerima orang lain sebagaimana adanya
3. Sekap positif terhadap diri sendiri maupun orang lain
4. Dapat mempercayai orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu
kelompok
5. Memaknai kehidupan ini dengan sangat berarti.
3. Tahap Tumbuh Kembang Dewasa
a. Dewasa Awal (18-40 tahun)
Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri
pada suatu hidup yang baru. Berkisar antara umur 21 sampai 40 tahun
(Maulidya dkk., 2018).
b. Dewasa Madya (40-60 tahun)
Masa dewasa madya mencakup waktu yang lama dalam rentang hidup.
Pada masa dewasa madya, individu melakukan penyesuaian diri secara
mandiri terhadap kehidupan dan harapan sosial. Kebanyakan orang telah
mampu menentukan masalah-masalah mereka dengan cukup baik
sehingga menjadi cukup stabil dan matang secara emosinya.
Ada berbagai perubahan yang terjadi pada masa dewasa tengah (madya)
diantaranya yaitu (Oliver, 2013):
1. Perubahan biologis
Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang paling
menyusahkan dan paling tampak dalam masa dewasa tengah. Daya
akomodasi mata mengalami penurunan paling tajam antara usia 40-59
tahun menilai bahwa menopause sebagai pengalaman positif, bahwa
mereka tidak lagi harus kuatir tentang kehamilan atau periode
menstruasi, atau perasaan netral tentang semua hal. Hanya tiga persen
yang berkata menyesal mencapai menopause. Kecuali untuk beberapa
gejala sementara yang menyusahkan seperti semburan panas,
berkeringat, dan ketidakteraturan menstruasi, sebagian besar
perempuan secara sederhana berkata bahwa menopause bukan lagi
persoalan yang begitu penting, seperti yang diributkan oleh banyak
orang.
2. Perkembangan kognitif
Berbagai kemunduran dalam daya ingat terjadi selama masa dewasa
tengah, walaupun strategi-strategi dapat digunakan untuk mengurangi
kemunduran tersebut. Kekurangan yang lebih besar terjadi dalam
memori jangka panjang (long term) dari pada dalam memori jangka
pendek (short term). Proses-proses seperti organisasi dan
pembayangan dapat digunakan untuk mengurangi kemunduran daya
ingat.
3. Karir dan kerja
Sebagian besar kemajuan karir terjadi pada awal dalam kehidupan
orang dewasa, sekitar usia 40 hingga 45 tahun. Kepuasan kerja
mengalami peningkatan secara konsisten sepanjang kehidupan. Dari
usia 20 hingga 60 tahun, bagi orang dewasa lulusan perguruan tinggi
dan bukan lulusan perguruan tinggi. Suatu pola kerja yang terus
menerus lebih umum di antara laki-laki dari pada di antara perempuan.
Meskipun laki-laki berpenghasilan rendah pola kerjanya lebih tidak
stabil dari pada laki-laki dengan penghasilan rata-rata (middle
income). Hal biasa jika perempuan kembali pada pekerjaan dengan
alasan bukan uang.
Hanya sekitar 10% dari orang Amerika Serikat yang mengalami
perubahan pekerjaan dalam paruh kehidupan. Sebagian karena mereka
dipecat, lainnya karena motivasi mereka sendiri. Dalam paruh
kehidupan, kita sering kali mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan
kita dalam artian berapa banyak waktu yang masih dimiliki dalam
suatu pekerjaan.
4. Perkembangan psikososial
Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih
luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam
beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan
tersebut tidak disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik dan kognitif
yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga
danpekerjaan. Selama periode ini orang melibatkan diri secara khusus
dalam karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson,
perkembangan psikososial selama masa dewasa ini ditandai dengan
dua gejala penting, yaitu keintiman dan generativitas.
5. Waktu luang
Individu pada masa dewasa tengahtidakhanya butuh untuk belajar
bekerja dengan baik, tetapi juga butuh belajar menikmati waktu luang.
Paruh kehidupan mungkin suatu waktu khusus yang penting untuk
waktu luang karena persiapan untuk suatu pengunduran diri dari
aktivitas.
6. Agama
Banyak orang yang berusia madya, baik pria ataupun wanita yang
tertarik pada kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan, dari pada
yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih muda. Walaupun
keinginan ini mungkin bukan karena alasan keagamaan. Banyak orang
usia madya, terutama wanita yang karena mempunyai banyak waktu
luang menganggap bahwa kegiatan keagamaan atau sosial dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa ini, kematangan
spiritual dan moral mendorong individu untuk mengasihi dan melayani
orang lain dengan baik. Seseorrang yang telah berkembang
pertumbuhan moral dan spiritualnya akan lebih pandai dan lebih
tenang dalam menghadapi berbagai masalah dan kesulitan hidup yang
menimpa dirinya.
c. Dewasa Akhir
Usia lanjut ialah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur 60 tahun sampai akhir hayat, yang ditandai oleh adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya
adalah perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan fisik,
perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem saraf, dan
penampilan (Maulidya dkk., 2018).
4. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengambilan data yang dilakukan pertama kali
setelah pasien masuk. Pada hal ini perawat hanya bisa mengumpulkan data
yang bersifat desriptif, singkat, dan lengkap. Pengkajian tidak mencakup
kesimpulan atau pernyataan interpratif yang tidak didukung oleh data.
a. Data demografi
Meliputi nama, tempat tanggal lahir klien, pendidikan, alamat, serta
data lainnya yang perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, riwayat
penyakit dan riwayat pengobatan yang pernah dialami oleh klien.
b. Pengkajian Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala rambut,
mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler,
musculoskeletal dan neurologis klien. Pemeriksaan fisik lengkap saat
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik
terhadap perilaku klien
c. Status mental
Pemeriksaan status mental klien bermanfaat untuk memberikan
gambaran mengenai fungsi ego klien. Perawat membandingkan
perilaku dengan tingkat fungsi ego klien dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu status mental klien perlu dikaji setiap waktu dengan suasana
santai bagi klien.
Pemeriksaan status mental meliputi: keadaan emosi, proses berfikir
dan isi pikir, halusinasi dan persepsi, cara berbicara dan orientasi,
keinginan untuk bunuh diri dan membunuh. Pengkajian terhadap
hubungan interpersonal klien dilihat dalam hubungannya dengan
orang lain yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan
usia.
d. Riwayat personal dan keluarga
Faktor pencetus masalah, tumbuh kembang klien, biasanya
dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk
mengerti perilaku klien dan membantu menyusun tujuan asuhan
keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting
dari pengkajian melalui pengalihan fokus dari klien sebagai individu
ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga di beri kesempatan untuk
mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan
oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
Terdapat diagnosa yang mungkin muncul pada asuhan keperawatan sehat
yaitu :
1. Kesiapan peningkatan konsep diri
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga
3. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1 Kesiapan Setelah dilakukan asuhan Promosi Koping


peningkatan konsep keperawatan, diharapkan (I.09312)
diri (D.0089) konsep diri membaik Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi
1. Verbalisasi kegiatan jangka
kepuasan terhadap pendek dan jangka
diri meningkat panjang sesuai
2. Verbalisasi tujuan
kepuasan terhadap 2. Identifikasi
harga diri kemampuan yang
meningkat dimiliki
3. Identifikasi
3. Verbalisasi kebutuhan dan
kepuasan terhadap keinginan terhadap
keterbatasan diri dukungan sosial
meningkat Terapeutik
4. Hubungan yang 4. Diskusikan
efektif meningkat perubahan peran
yang dialami
5. Strategi koping 5. Motivasi untuk
efektif meningkat menentukan
harapan yang
realistis
6. Tinjau kembali
kemampuan dalam
pengambilan
keputusan
7. Mmotivasi terlibat
dalam kegiatan
sosial
8. Dukung
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
Edukasi
1. Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki
kepentingan dan
tujuan sama
2. Anjurkan
penggunaan
sumber spiritual
Jika perlu
3. Anjurkan keluarga
terlibat
4. Latih penggunaan
teknik relaksasi
5. Melatih
keterampilan
sosial sesuai
kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Ayuwatini, S. dan Y. Ardiyanti. 2018. Overview of community mental health. Jurnal


Keperawatan. 6(1):60–63.

Maulidya, F., M. Adelina, dan F. Alif Hidayat. 2018. Periodesasi perkembangan


dewasa. Journal of Chemical Information and Modeling. 53(9):1689–1699.

Oliver, J. 2013. Masa perkembangan dewasa tengah. Journal of Chemical


Information and Modeling. 53(9):1689–1699.

Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Mental. 2014. Undang


- undang republik indonesia tentang kesehatan mental no. 18 tahun 2014.
Undang - Undang Tentang Kesehatan Jiwa. (1):2.

Anda mungkin juga menyukai