Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN CHOLANGITIS

1. DEFINISI
Kolangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu
disebabkan infeksi bakteri pada lumen steril.

Cholangitis merupakan infeksi bakteri dari sistem duktus bilier, yang


bervariasi
tingkat keparahannya dari ringan dan dapat sembuh sendiri sampai berat dan dapat
mengancam nyawa.

Kolangitis akut merupakan superimposa infeksi bakteri yang terjadi pada


obstruksi saluran bilier, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu, namun dapat
pula
ditimbulkan oleh neoplasma ataupun striktur.

Kolangitis adalah suatu infeksi bakteri akut pada sistem saluran empedu.
Charcot
ditahun 1877 menjelaskan tentang keadaan klinis dari kolangitis, sebagai trias, yaitu
demam, ikterus dan nyeri abdomen kuadran kanan atas, yang dikenal dengan
Charcot triad. Charcot mendalilkan bahwa empedu stagnan karena obstruksi
saluran empedu menyebabkan perkembangan kolangitis.

Kolangitis adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang
tersumbat
baik secara parsial atau total; sumbatan dapat disebabkan oleh penyebab dari dalam
lumen saluran empedu misalnya batu koledokus, askaris yang memasuki duktus
koledokus atau dari luar lumen misalnya karsinoma caput pankreas yang menekan
duktus koledokus, atau dari dinding saluran empedu misalnya kolangio-karsinoma
atau striktur saluran empedu.

2. ETIOLOGI
Kholangitis Akuta adalah inflamasi pada sistem bilier akibat adanya infeksi
dan hambatan aliran empedu. Penyebab Kholangitis tersering adalah batu primer
pada ductus choledochus yang disebabkan oleh infeksi, stasis empedu, striktur dan
parasit (recurrent pyogenic cholangitis).

Etiologi Kholangitis:
Choledocholithiasis
Striktur sistem bilier
Neoplasma pada sistem bilier
Komplikasi iatrogenik akibat manipulasi CBD (Common Bile Duct)
Parasit : cacing Ascaris, Clonorchis sinensis
Pankreatitis kronis
Pseudokista atau tumor pancreas
Stenosis ampulla
Kista Choledochus kongenital atau penyakit Caroli
Sindroma Mirizzi atau Varian Sindroma Mirizzi
Diverticulum Duodenum

3. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal sistem bilier steril dan aliran cairan empedu tidak
mengalami hambatan sehingga tidak terdapat aliran balik ke sistem bilier. Kholangitis
terjadi akibat adanya stasis atau obstruksi di sistem bilier yang disertai oleh bakteria
yang mengalami multiplikasi. Obstruksi terutama disebabkan oleh batu CBD ,
striktur, stenosis, atau tumor , serta manipulasi endoskopik CBD. Dengan demikian
pasase empedu menjadi lambat sehingga bakteri dapat berkembang biak setelah
mengalami migrasi ke sistem bilier melalui vena porta, sistemlimfatik porta ataupun
langsung dari duodenum. Oleh karena itu akan terjadi infeksi secara asenderen
menuju duktus hepatikus, yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan intrabilier
yang tinggi dan melampaui batas 250 mm H20. Oleh karena itu akan terdapat aliran
balik empedu yang berakibat terjadinya infeksi pada kanalikuli biliaris, vena hepatika
dan limfatik perihepatik, sehingga pada gilirannya akan terjadi bakteriemia yang bisa
berlanjut menjadi sepsis (25-40%). Apa bila pada keadaan tersebut disertai dengan
pembentukan pus maka terjadilah Kholangitis supurativa.

Terdapat berbagai bentuk patologis dan klinis kholangitis yaitu :


1. Kholangitis dengan cholecystitis Tidak ditemukan obstruksi pada
sistem bilier, maupun pelebaran dari duktus intra maupun ekstra hepatal.
Keadaan ini sering disebabkan oleh batu CBD yang kecil, kompresi oleh
vesica felea / kelenjar getah bening / inflamasi pankreas, edema/spasme
sphincter Oddi, edema mukosa CBD, atau hepatitis.
2. Acute Non Suppurative Cholangitis : Terdapat baktibilia tanpa pus pada
sistem bilier yang biasanya disebabkan oleh obstruksi parsial.
3. cute suppurative cholangitis: CBD berisi pus dan terdapat bakteria,
namun tidak terdapat obstruksi total sehingga pasien tidak dalam keadaan
sepsis.
4. Obstructive Acute Suppurative Cholangitis : Terjadi obstruksi total
sistem bilier sehingga melampaui tekanan normal pada sistem bilier yaitu
melebihi 250 mm H20 sehingga terjadi bakterimia akibat reflluk cairan
empedu yang disertai influs bakteri ke sistem limfatik dan vena hepatika.

Apabila bakteriemia berlanjut maka akan timbul berbagai komplikasi yaitu


sepsis berlarut, syok septik, gagal organ ganda yang biasanya didahului oleh gagal
ginjal yang disebabkan oleh sindroma hepatorenal, abses hati piogenik (sering
multipel) dan bahkan peritonitis. Jika sudah terdapat komplikasi, maka prognosisnya
menjadi lebih buruk. Beberapa kondisi yang memperburuk prognosis adalah Umur,
Febris, Lekositosis, Syok Septik, Kultur darah (+), Gangguan sistem phagositosis,
Immunosuppresi, Adanya Neoplasma hepar, Obstruksi intrahepatal multiple, Penyakit
hepar kronis, Abses hepar.
4. TANDA DAN GEJALA
Seseorang yang menderita cholangitis biasanya akan mengalami gejala-gejala berupa:
Nyeri pada perut atas bagian tengah atau kanan
Warna tinja cokelat tua (warna tanah liat)
Warna urine menjadi gelap
Mual
Muntah
Demam
Badan menggigil
Kulit menguning (penyakit kuning) yang dapat hilang timbul

Bentuk nyeri akibat cholangitis bervariasi, ada yang terasa tajam, tumpul, atau
menyerupai kram. Selain pada perut bagian tengah atau kanan, kadang-kadang nyeri
bisa terasa sampai punggung dan bagian bawah tulang belikat kanan.

Cholangitis bisa diderita oleh siapa saja, baik laki-laki atau perempuan.
Sebagian besar kasus terjadi pada usia 50-60 tahun. Pada kondisi yang parah,
cholangitis berisiko menyebabkan kematian jika diabaikan atau tidak ditangani secara
benar. Tingkat kematian akibat cholangitis dilaporkan berkisar antara 13-88 persen.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologis
USG, Kolesistografi oral, ERC
Foto polos abdomen

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Setiap pasien dengan ikterus apapun penyebabnya yang disertai demam harus
diwaspadai akan keberadaan cholangitis akut.
Pada pasien ini segra dilakukan pemeriksaan USG abdomen. USG adalah
tindakan yang pertama kali dilakukan untuk mengetaui batu empedu. Adanya
pelebaran saluran empedu baik ekstra maupun intra mengkonfirmasi adanya
cholangitis akut
Lakukan ERCP untuk mengetahui penyebab obstruksi dan setinggi apa
obstruksi tersebut dan setinggi apa pada saluran empedu
Pemeriksaan laboratorium menunujukkan leukositosi , peningkatan yang
menyolok dan fosfatase alkali GGT nilirubin, biasanya meningkat. Sebagian
kecil normal atau sedikit meningkat, SGOT/SGPT dapat meningkat
Tindakan utama adalah melancarkan aliran bilier untuk mengatasi infeksi serta
untuk memperbaiki fungsi hati
Pemilihan antibiotika secara tepat.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CHOLANGITIS

A. PENGKAJIAN
Identitas
Keluhan utama
Pada penderita kolangitis, klien mengeluh nyeri perut kanan atas nyeri tidak
menjalar /menetap, nyeri pada saat menarik nafas dan nyeri seperti ditusuk
tusuk
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat medis pasien mungkin dapat membantu contohnya riwayat
dari keadaan berikut dapat meningkatkan resiko cholangitis, seperti :
- Batu kandung empedu atau batu saluran empedu
- Pasca cholecystectomy
- Manipulasi endoskopik atau ERCP cholangiogram
- Riwayat cholangitis sebelumnya
- Riwayat HIV/AIDS: choalngitis yang berhubungan dengan aids
memliki ciri edema bilier ekstrahepatik ulserasi dan obstruksi
bilier
Riwayat penyakit sekarang
Banyak pasien yang datang dengan ascending cholangitis tidak
memiliki gejala klasik tersebut. Sebagian besar pasien mengeluh nyeri
abdomen kuadran lateral atas. Gejala lain yang dapat terjadi meliputi:
jaundice, demam, menggigil dan kekakuan, nyeri abdomen tinja yang
acholis.
Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apabila klien mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus, hipertensi, anemia.
Pemeriksaan fisik
System pernafasan
Inspeksi : dada tampak, pernafasan dangkal klien tampak gelisah
Palpasi : vocal vremitus teraba merata
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan (ronchi, wheezing)
System kardiovaskuler
Terdapat takikardi dan diaphoresis
System neurologi
Tidak terdapat gangguan pada system neurologi
Sistem pencernaan
Inspeksi : tampak ad distensi abdomen diperut kanan atas klien
mengeluh mual muntah
Auskultasi : peristaltic usus 5-12x / menit flatulensi
Perkusi : adanya pembengkakan di abdomen atas/ kuadran kanan atas
nyeri tekan epigastrium
System eliminasi
Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat
System integument
Terdapat ikterik/jaundice dengan kulit berkeringat dan gatal
System musculoskeletal
Terdapat kelemahan otot karena gangguan produksi ATP

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan iritasi lumen

C. INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih


Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24jam nyeri berkurang
Criteria hasil :
- Keadaan umum normal pasien tampak nyaman
- Nyeri berkurang pasien tampak rileks ditunjukkan dengan skala nyeri 1-3
- Pasien melakukan managemen nyeri saat nyeri kembali dating
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. BHSP
R/ dengan hubungan saling percaya mempermudah proses keperwatan
2. Observasi, catat lokasi dan skala nyeri dan karakter nyeri
R/ membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasitentang
kemajuan / perbaikan penyakit
3. Anjurkan pasien dalam posisi nyaman
R/ pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen
4. Anjurkan managemen nyeri distraksi relaksasi nafas dalam
R/ untuk melakukan koping pasien terhadap nyeri
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
R/ untuk mengatasi nyeri
6. Observasi tanda tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan pasien
7. Kaji respon pasien
R/ wajah menunjukkan perasaan yang dirasakan klien

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam suhu tubuh
kembali normal
Criteria hasil :
- Suhu tubuh kembali normal pasien nyaman
- Tanda vital dalam bats normal
- Pasien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi suhu tubuh
Intervensi :
1. BHSP
R/ dengan hubunga saling percaya mempermudah proses keperawatan
2. Observasi tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan pasien
3. Anjurkan menggunakan pakaian tipis dan minum air putih
R/ menggunakan pakaian tipis dan minum air putih yang banyak dapat
menurunkan panas
4. Anjurkan untuk melakukan kompres dingin pada daerah dada dan ketiak
R/ kompres dapat membantu menurunkan panas
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R/ antripiretik unutk menurunkan suhu
6. Kaji respon pasien
R/ wajah dapat menggambarkan apa yang dirasakan klien

3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24jam keseimbangan
nutrisi terpenuhi
Criteria hasil :
- Asupan nutrisi kembali seimbang
- Pasien menunjukkan energy yang adekuat
- Ttv dalam batas normal
- Mual muntah berkurang
Intervensi :
1. BHSP
R/ dengan hubungan saling percaya mempermudah proses keperawatan
2. Observasi tanda tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan pasien
3. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering
R/ untuk mencegah mual muntah
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian program diet
R/ setiap pasien mempunyai diet yang berbeda
5. Monitoring asupan gizi pasien
R/ mengetahui perkembangan nutrisi pasien
6. Kaji respon pasien
R/ menggambarkan apa yang dirasakan pasien

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan iritasi lumen


Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24jam pasien dapat tidur
dengan nyaman
Criteria hasil :
- Klien dapat tidur dengan nyaman
- TTV dalam batas normal
- Klien tidak pucat
- Kebutuhan tidur terpenuhi
Intervensi :
1. BHSP
R/ dengan hubungan saling percaya mempermudah proses keperawatan
2. Observasi tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan pasien
3. Anjurkan untuk mengatur posisi nyaman
R/ dengan posisi nyaman dapat membantu tidur
4. Anjurkan untuk relaksasi nafas dalam
R/ untuk merilekskan tubuh
5. Kaji respon pasien
R/ menggambarkan apa yang dirasakan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Nadia. 2016. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan.


http://documents.tips/documents/laporan-pendahuluan-dan-asuhan-keperawatan-
57835f828fea6.html. diakses pada 10 Mei 2017

Arsyad, Yuliazra. 2016. Cholangitis. http://documents.tips/documents/cholangitis-


571006a66489d.html. diakses pada 10 Mei 2017

2016. Cholangitis. http://www.alodokter.com/cholangitis. diakses pada 10 Mei 2017

Nurarif, A.H., dan Kusuma, H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic Noc. Jogjakarta: MediAction
R/ menggambarkan apa yang dirasakan pasien

Anda mungkin juga menyukai