Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dala kelompok
penyakit tidak menular (Non-communicable disease atau NCD). NCD merupakan
penyebab kematian terbesar di dunia. Kanker kolorektal merupakan keganasan
yang terjadi di kolon atau rektum. World health organization (WHO,2015),
menjelaskan bahwa kanker kolorektal menempati urutan ketiga dari lima macam
kanker yang paling sering terjadi pada laki-laki sejak tahun 2012 setelah kanker
paru dan prostat, sedangkan pada wanita kanker kolorektal menempati urutan
kedua dari lima macam kanker yang paling sering menyerang wanita setelah
kanker payudara. WHO juga menyebutkan bahwa kanker kolorektal menempati
urutan keempat penyebab kematian dengan jumlah kasus kematian sebanyak
694.000 pada tahun 2012. The American Cancer Society mengestimasi jumlah
kasus kanker kolorektal tahun 2016 di US sebanyak 39.220 kasus baru untuk
kanker rektal.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas,2013), prevalensi kanker di
indonesia yaitu 1,4 per 1.000 penduduk. Berdasarkan riset tersebut juga diketahui
bahwa kanker menempati urutan ketujuh sebagai penyebab kematian akibat
penyakit di Indonesia setelah stroke, tuberculosis, hipertensi, cidera, perinatal, dan
diabetes mellitus. Berdasrkan buletin pusat data dan informasi kementrian
kesehatan RI (2015), kanker kolorektal menjadi penyebab kematian sebanyak
17,2% dan penambahan kasus baru sebanyak 8,4% setiap tahunnya.
Kanker kolorektal dapat terjadi akbat beberapa faktor resiko sebagai
berikut: diet tinggi lemak, tinggi protein, dan rendah serat, usia lebih dari 50
tahun, riwayat adenoma atau kanker klorektal, riwayat merokok, riwayat minum
beralkohol, kurang latihan aktifitas fisik, penyakit lain seperti kolitis ulseratif, dan
chron’s disease (Black & Hawks, 2009).
Rata-rata pasien yang di rawat dengan kanker kolorektal datang dengan
keluhan BAB berdarah dan perubahan pola BAB, penurunan hemoglobin atau
anemia, lemas, dan keluhan nyeri berat. Penatalaksanaan pada pasien-pasien
tersebut akan lebih efektif dengan kolaborasi perawatan dari segi medis,
Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS
2

pembedahan, keperawatan, dan diet sesuai dengan kondisi klinis pasien dan
stadium kanker yang diderita. Penatalaksanaan pada pasien kanker kolorektal,
terutama kanker rektum terintegrasi dari mulai perawatan pre pembedahan hingga
pasca pembedahan. Black dan Hawks (2009), menjelaskan perawatan pasca
pembedahan pada pasien kanker kolorektal yang mendapatkan kolostomi harus
meliputi manajemen pada diet, perawatan luka, manajemen eliminasi, penanganan
nyeri, latihan aktivitas dan pemberian edukasi terkait perawatan pasca operasi.
Pucciani (2011), menjelaskan bahwa pasien dengan tumor atau kanker
rektal rendah dapat diselamatkan dengan sphincter-saving operations. Namun
untuk pasien dengan operasi metode low anterior resection (LAR) atau colonaal
anastomosis (CAA) dengan atau tanpa kemo-radioterapi memiliki resiko minimal
25-30% mengalami gangguan defekasi pasca operasi yang dinamakan anterior
resection syndrome dengan gejala inkontinensia fekal.
Manggarsari (2013), menjelaskan bahwa pasien perlu mendapatkan
intervensi perawatan stoma dan irigasi kolon sebagai pengelolaan kasus pasca
pembedahan pasien dengan kanker kolorektal. Dalam laporan pengelolaan pasien
Manggarsari juga merekomendasikan perlunya edukasi terkait diet yang
dibutuhkan pasien yang memiliki stoma serta kebutuhan aktivitas atau latihan
pasien.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker rektum?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kanker rektum?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Diharapkan penulis dapat memberikan informasi mengenai kanker rektum dan
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker rektum di RSPAD
Gatot Soebroto
2. Tujuan khusus
Penulis dan pembaca dapat mengerti tentang:
a. Definisi kanker rektum
b. Anatomi dan fisiologi kanker rektum
c. Etiologi kanker rektum

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


3

d. Patofisiologi kanker rektum


e. Pathway kanker rektum
f. Manifestasi klinik kanker rektum
g. Pemeriksaan penunjang kanker rektum
h. Pengkajian pada pasien dengan kanker rektum
i. Analisa data kanker rektum
j. Diagnosa keperawatan kanker rektum
k. Asuhan keperawatan kanker rektum

D. Manfaat penulisan
1. Bagi Pasien
Akan memberi informasi bagi pasien mengenai penjelasan kanker rektum,
pengobatan dan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Pasien dapat
menerima pelayanan kesehatan yang lebih baik sehubungan dengan
meningkatnya perhatian terhadap kualitas hidup.
2. Bagi pelayanan keperawatan
Penulisan ini bermanfaat bagi perawat khususnya yang bekerja di unit
rawat bedah sesuai dengan peranannya sebagai edukator atau memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga dengan kanker rektum pemilihan diet dan
penerapan latihan. Selain itu sesuai dengan peran perawat yang lainnya yaitu
pemberi pelayanan untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien kanker
rektum
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi sumber informasi kesehatan, pengetahuan dan bahan
masukan dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa khususnya pada mata
kuliah keperawatan medikal bedah.

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


4

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kanker kolon suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/ neoplasma yang
muncul dari jaringan ephitel dari kolon (Haryono, 2010). Kanker kolorektal
ditunjukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan
rectum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut
traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian proksimal usus
besar dan rektum dibagian distal sekitar 5-7 cm diatas anus. Kolon dan rektum
merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran gastrointestinal di mana
fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat
yang tidak berguna (Penzzoli dkk, 2007).
Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada
jaringan ephitelial dari colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah
adenokarsinoma yang berkembang dari polip adenoma (Wijaya dan Putri, 2013).
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di
gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale,2000)

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


5

Ca Kolorectal merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian rekti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel
epitel yang tidak terkendali (Black & Hawks, 2014). Kanker rekti adalah kanker
yang berasal dalam permukaan rektum/rectal. Umumnya kanker kolorektal
berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas, terdapat adenoma atau
berbentuk polip.

B. Anatomi Fisiologi

Secara anatomi, usus besar (kolon) manusia seperti terlihat pada gambar di bawah
ini, yakni terdiri dari sekum, usus buntu, kolon ascenden, kolon transversum,
kolon descenden, rektum, dan anus. Dengan panjang kira-kira 1,5 m terbentang
dari ujung distal ileum hingga anus, usus besar ini memiliki fungsi mengabsorbsi
air dan garam dan membentuk feses (Sanders, Scanlon, 2007) .

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


6

Diyono (2013).

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada
mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang
(transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian
kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan
"kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".

Anatomi Usus dapat dibagi menjadi dua yaitu anatomi Makroskopi dan
Mikroskopi sebagai berikut :

1. Anatomi Makroskopis Usus

Usus besar menutupi usus kecil melalui 3 sisi dan berjalan dari katub
ileosekal menuju anus. Diameternya lebih besar dari usus kecil (oleh karena
itu disebut usus besar), tapi lebih pendek. Fungsi utamanya adalah
mengabsorbsi air dari sisa-sisa makanan yang dicerna dan mengeluarkannya
dalam bentuk semisolid.

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


7

Pada hampir seluruh panjangnya, usus besar memiliki tiga keunikan


yang tidak terdapat pada organ tubuh lainnya; taenia coli, haustra dan
appendik epiploica. Kecuali pada bagian ujung terminalnya, bagian
longitudinal dari lapisan otot direduksi menjadi 3 barisan otot polos
disebut taenia coli (artinya pita dari kolon). Adanya variasi dari dinding
usus besar membentuk suatu kantongan yang disebut haustra (artinya
menggambarkan variasi). Dan terakhir sangat jelas adalah appendik
epiploika, suatu lapisan lemak kecil dari peritonium viseralis yang
menggantung pada permukaan kolon. Kegunaannya belum diketahui.
Kolon memiliki 4 seksi yakni:

1. Seksi pertama adalah kolon asenden. Dimulai dari usus kecil


melekat pada kolon dan naik ke atas menuju bagian kanan dari
abdomen.
2. Seksi kedua adalah kolon transversum yang melewati tubuh dari kanan
ke sisi kiri.

3. Seksi ketiga adalah kolon desenden menuju ke bawah.

4. Seksi terakhir adalah kolon sigmoid dimana disebut demikian oleh


karena bentuknya yang seperti huruf S. Kolon sigmoid bergabung
dengan rektum, pada akhirnya bergabung dengan anus atau
spingter tempat feses keluar dari tubuh.

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


8

Usus besar memiliki beberapa subdivisi yakni: sekum, appendik, kolon,


rektum, dan ujung dari anus. Adanya kantong seperti sekum (artinya ujung
buta) yang mulai dari katub ileosekal hingga sisi kanan fossa iliaka, adalah
bagian pertama usus besar. Yang menempel pada bagian posteromedial dari
permukaan adalah bentuk seperti cacing yakni appendik vermiformis.
Appendik memiliki massa dari jaringan limfa yang merupakan bagian dari
MALT (mucosa associated lymphatic tissue) memiliki hubungan yang sangat
erat dengan sistem imun tubuh. Namun ia memiliki infrastruktur yang penting
yaitu suatu struktur yang memberikan lokasi ideal bagi bakteri untuk
berakumulasi dan berkembang biak.

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


9

Pada pelvis setinggi vertebra sakralis ketiga, kolon sigmoid bergabung


dengan rektum lalu berjalan dari posteroinferior di depan sakrum. Secara natural
orientasi dari rektum diperiksa dengan jari melalui dinding rektum anterior. Hal
ini disebut eksaminasi rektal (rektal = lurus). Selain itu rektum memiliki kurva
lateral tiga buah, dimana di bagian internal ditampilkan sebagai lapisan
transversal disebut katub rektal. Katub ini memisahkan feses dari flatus yang
menghentikan feses dan membuat gas saja yang keluar. Bagian anus yang
terakhir dari usus besar terletak eksternal pada kavum abdominopelvis. Kira-kira
3 cm panjangnya dengan saluran anus berawal dari rektum mempenetrasi
muskulus levator ani dari pelvis dan membuka kebagian badan eksterior dari
anus. Saluran anal memiliki dua buah spingter, yaitu spingter internal tidak
disadari (involuntari) dan spingter ekternal yang terdiri dari otot skeletal.
Spingter bekerja seperti dompet yang membuka dan menutup anus kecuali pada
saat defekasi.

2. Anatomi Mikroskopis Usus

Dinding dari usus besar berbeda dengan usus kecil. Mukosa kolon terdiri
dari epitel simple columnar kecuali pada saluran anal. Oleh karena makanan
diserap sebelum memasuki usus besar makanya tidak didapati plika sirkular,
villi dan juga tidak ada sel yang menghasilkan enzim pencernaan. Namun
mukosanya lebih tebal, kriptanya lebih dalam dan terdapat sel goblet yang
banyak dalam kriptanya. Lubrikasi dihasilkan oleh sel goblet untuk

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


10

mempermudah pengeluaran feses dan melindungi dinding usus dari asam yang
mengiritasi dan gas yang dilepaskan dari bakteri di kolon.
Mukosa dari saluran anal sedikit berbeda. Pada daerah ini sering terjadi
abrasi. Hal ini bergantung dari lipatan yang panjang yakni anal columns dan
memiliki epitel stratified skuamous. Sinus anal berhenti pada anal columns,
mengeluarkan mukus apabila ditekan oleh feses yang membantu
mengosongkan kanal anal. Garis horizontal yang menghubungkan bagian
margin inferior dari sinus anal disebut linea pectinate. Mukosa superior pada
garis ini disarafi oleh sensori visceral fiber dan relatif tidak sensitif pada sakit.
Area inferior dari linea ini sangat sensitif pada rasa sakit, merefleksikan rasa
sakit pada serabut somatik sensorik. Dua buah pleksus superfisial dihubungkan
dengan anal kanal, satu dengan anal columns dan lainnya dengan anus. Jika
adanya vena yang mengalami inflamasi, maka akan timbul varikositis disebut
hemoroid.

Berbeda dengan regio proksimal usus besar, tidak terdapat haustra pada
rektum dan anal canal. Sejalan dengan kemampuannya meregenerasikan
kontraksi untuk memberikan peran ekspulsif pada defekasi, otot rektum
berkembang sangat baik.

Karsinoma lain yang tumbuh pada kolon dan rektum adalah :

1. Karsinoid tumor

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


11

Yang memproduksi hormon yang mengatur perkembangan sel di usus.

2. Tumor Stroma Gastro Intestinal (GIST)

- Berasal dari dinding kolon dari “interstitial cell of cajal“

- Saat ini GIST dianggap sebagai tumor maligna meskipun histologinya terlihat
kadang-kadang benigna.
- Dapat ditemukan diseluruh saluran cerna

- Jarang di kolon

3. Limfoma

- Karsinoma sistem imun

- Timbul di nodus limfatikus atau follikel limfa mukosa usus

- Dimulai dari kolon dan rektum

- Dapat dimulai dari organ lain juga

C. Etiologi
Adapun beberapa faktor yang menpengaruhi kejadian kanker kolorektal
menurut (Soebachman, 2011) yaitu :
1. Usia

Risiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia.


Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60 - 70 tahun. Jarang
sekali ada penderita kanker kolon yang usianya dibawah 50. Kalaupun ada,
bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker kolon
juga.
2. Polip
Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika polip
ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan penghilangan
tersebut akan bisa mengurangi risiko terjadinya kanker kolon di kemudian
hari.
3. Riwayat kanker
Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon ( bahkan
pernah dirawat untuk kanker kolon ) berisiko tinggi terkena kanker kolon

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


12

lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium


( indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki risiko
yang lebih besar untuk terkena kanker kolon.
4. Faktor keturunan / genetika
Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada keluarga
dekat. Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP ( Familial
Adenomatous Polyposis ) atau polip adenomatosa familial memiliki risiko
100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila FPA-nya tidak
diobati. Penyakit lain dalam keluarga adalah HNPCC ( Hereditary Non
Polyposis Colorectal Cancer ), yakni penyakit kanker kolorektal nonpolip
yang menurun dalam keluarga, atau sindrom Lynch.
5. Penyakit kolitis ( radang kolon ) ulseratif yang tidak diobati.
6. Kebiasaan merokok.
Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolon
dibandingkan dengan yang bukan perokok.
7. Kebiasan makan
Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan
sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut meningkatkan
risiko terjadinya kanker kolon. Mengapa? Sebab daging merah ( sapi dan
kambing ) banyak mengandung zat besi. Jika sering mengonsumsi daging
merah berarti akan kelebihan zat besi.
8. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna, apalagi
jika pewarnanya adalah pewarna nonmakanan.
9. Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung bahan
pengawet.
10. Kurangnya aktivitas fisik, Orang yang beraktivitas lebih banyak memiliki
risiko lebih rendah untuk terkena kanker kolon.
11. Berat badan yang berlebihan (obesitas ).
12. Infeksi virus tertentu seperti HPV (Human Papiloma Virus) turut andil dalam
terjadinya kanker kolon.
13. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu. Misalnya logam berat, toksin, dan
ototoksin serta gelombang elektromagnetik.

14. Keniasaan mengonsumsi minuman beralkohol, khususnya bir. Usus


mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko terkena

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


13

kanker kolon.
15. Bekerja sambil duduk seharian. Misalnya para eksekutif, pegawai
administrasi, atau pengemudi kendaran umum.

D. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel
kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain
(paling sering ke hati) Japaries, 2013. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek
sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan
ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan
perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis
relativ baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseks
dilakukan, dan jauh lebih jelek telah terjadi mestatase ke kelenjr limfe
(Japaries,2013).
Menurut Diyono (2013), tingakatan kanker kolorektal dari duke sebagai berikut :
1. Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan kolon).
2. Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.
3. Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.
4. Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ lain.
5.
Pada perkembangan selanjutnya, The American Joint Committee on Cancer
(AJCC) memperkenalkan TNM staging system yang menempatkan kanker
menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV).

1. Stadium 0

Kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum yaitu pada mukosa
saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan
melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar ke bagian terluar
dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal
cancer.

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


14

3. Stadium II
Kanker telah menyebar keluar rektum ke jaringan terdekat namun tidak
menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh seperti hati, paru atau ovarium.
Disebut juga Dukes D rectal cancer.

Gambar 2.8. Stadium Ca Recti I-IV

CT Staging System for Rectal Cancer

Stadium Deskripsi
T1 Intraluminal polypoid mass; no thickening of bowel wall
T2 Thickened rectal wall >6 mm; no perirectal extension
T3a Thickened rectal wall plus invasion of adjacent muscle or organs
T3b Thickened rectal wall plus invasion of pelvic side wall or
abdominal wall
T4 Distant metastases, usually liver or adrenal

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


15

Modified from Thoeni (Radiology, 1981)

TNM/Modified Dukes Classification System

TNM Modified
Stadium Dukes Deskripsi
Stadium
T1 N0 M0 A Limited to submucosa
T2 N0 M0 B1 Limited to muscularis propria
T3 N0 M0 B2 Transmural extension
T2 N1 M0 C1 T2, enlarged mesenteric nodes
T3 N1 M0 C2 T3, enlarged mesenteric nodes
T4 C2 Invasion of adjacent organs
Any T, M1 D Distant metastases present
Modified from the American Joint Committee on Cancer (1997)

Gambar 2.9. Sistem Staging Ca Kolon dan Rektum menurut AJCC

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


16

Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui
beberapa cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan dinding
usus sampai keserosa dan lemak mesentrik, lalu sel kanker tersebut
akanmengenai organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih luas lagi
didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut
masuk melalui sistem sirkulasi, maka sel kanker tersebut dapat terus masuk ke
organ hati, kemudian metastase ke orgab paru-paru. Penyebaran lain dapat ke
adrenal, ginjal, kuli, tulang, dan otak. Sel kanker pu dapat menyebar ke daerah
peritoneal pada saat akan dilakukan reseksi tumor (Diyono, 2013).
Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis
villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya
jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis
tubular berstruktur seperti bola dan bertangkai, sedangkan jenis villous
berstuktur tonjolan seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini
tumbuh menyerupai bunga kol didalam kolon sehingga massa tesebut akan
menekan dinding mukosa kolon. Penekanan yang terus-menerus ini akan
mengalami lesi-lesi ulserasi yang

akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan, maka obstruksi


pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma tersebut
sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas (ascendens dan
transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini dikarenakan isi ( feses masih
mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat melewati lumen tersebut dengan
mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan lumen karena tonjolan massa).
Tetapi bila adenoma tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen yang
sempit (descendens atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak
dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi
tersebut dapat menjadi total atau parsial (Diyono, 2013).
Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks. Perubahan
genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan (adenoma)
untuk adenokarsinoma invasif. Rangkain peristiwa molekuler dan genetik yang
menyebabkan transformsi dari keganasan polip adenomatosa. Proses awal adalah
mutasi APC (adenomatosa Poliposis Gen) yang pertama kali ditemukan pada
individu dengan keluarga adenomatosa poliposis (FAP= familial adenomatous

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


17

polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting dalam aktivasi pnkogen c-
myc dan siklinD1, yang mendorong pengembangan menjadi fenotipe ganas
(Muttaqin, 2013).

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Keluhan utama pasien pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan
besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi
kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali sedikit
kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen usus lebih besar dari feses
masih encer. Gejala klinis sering brupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan
dan symptomatik anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat
badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan
pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan, mengecilnya
ukuran feses, dan komplikasi karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar
mengakibatkan obstruksi. Tumor pada rektum atau sigmoid bersifat lebih
infiltratif pada waktu diagnosis dari leksi proksimal, maka prognosisnya lebih
jelek (Kumar dkk, 2010).

Menurut Japaries (2013) Kanker usus besar dibagi menajadi dua stadium
yaitu :
1. Stadium dini
a. Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi : sering buang air
besar, diare atau obstipasi, kadang kala obstipasi dan diare silih berganti,
tenesmus, anus turun tegang, sering terdapat nyeri samar abdomen. Pasien
lansia bereaksi tumpul dan lamban, tidak peka

nyeri, kadang kala setelah terjadi perforasi tumor, peritonitis baru


merasakan nyeri dan berobat.
b. Hematokezia : tumor luka ulserasi berdarah, kadang kala merah segar atau
merah gelap, biasanya tidak banyak, intermitan. Jika posisi tumor agak
tinggi, darah dan feses becampur menjadikan feses mirip selai. Kadang
kala keluar lendir berdarah.
c. Ileus : ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus kolon sisi kiri
Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS
18

sering ditemukan . kanker kolon tipe ulseratif atau hiperplstik menginvasi


kesekitar dinding usus membuat lumen usus menyempit hingga ileus,
sering berupa ileus mekanik nontotal kronis, mula-mula timbul perut
kembung, rasa tak enak perut intermiten, borborigmi, obstipasi atau feses
menjadi kecil (seperti pensil atau tahi kambing) bahkan tak dapat buang
angin atau feses. Sedangkan ileus akut umumnya disebabkan karsinoma
kolon tipe infiltratif. Tidak jarang terjadi intususepsi dan ileus karena
tumor pada pasien lansia, maka pada lansia dengan intususepsi harus
memikirkan kemungkinan karsinoma kolon. Pada ileus akut maupun
kronik, gejala muntah tidak menonjol, bila terdapat muntah, mungkin usus
kecil (khususnya proksimal) sudah terinvasi tumor.
d. Massa abdominal. Ketika tumor tumbuh hingga batas tertentu didaerah
abdomen dapat diraba adanya massa, sering ditemukan pada koon belahan
kanan. Pasien lansia umumnya mengurus,

dinding abdomen relatif longgar, massa mudah diraba. Pada awalnya


massa bersifat mobil, setelah menginvasi sekitar menjadi infeksi.
e. Anemia, pengurusan, demam, astenia dan gejala toksik sistemik lain.
Karena pertumbuhan tumor menghabiskan nutrisi tubuh, perdarahan kronis
jangka panjang menyebabkan anemia; infeksi sekunder tumor
menyebabkan demam dan gejala toksik.
2. Stadium lanjut
Selain gejala lokal tersebut diatas, dokter harus memperhatikan tumo
adalah penyakit sistemik, pada fase akhir progresi kanker usus besar timbul
grjala stadium lanjut yang sesuai. Misal, invasi luas tumor dalam kavum
pelvis menimbulkan nyeri daerah lumbosakra, iskialgia dan neuralgia
obturatoria; ke anterior menginvasi mukosa vagina dan vesika urinaria
menimbulkan perdarhan pervaginam atau hematuria, bila parah dapat timbul
fistel rektovaginal, fistel rektovesikel; obstruksi ureter bilateral menimbulkan
anuria, uremia; tekanan pada retra menimbulkan retensi urin; asites, hambatan
saluran limfatik atau tekanan pada vena iliaka menimbulkan udem tungkai,
skrotal, labial; perforasi menimbulkan peritonitis akut, abses abdomen;
metastasis ke paru menimbulkan batuk, nafas memburu, hemoptisis;
metastasis ke otak menyebabkan koma; metastasis tulang menimbulkan nyeri
tulang, pincang dll. Akhirnya dapat timbul kakeksia, kegagalan sistemk

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


19

(Japaries, 2013).

F. Pemeriksaan penunjang

Menurut Casciato (2004) ada beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon yaitu :
1. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting
jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukanya
biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna (Casciato, 2004).
2. Carsinoembrionik Antigen (CEA) Screening
CEA adalah sebuah glikopretein yang terdapat pada permukaan sel yang
masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi
untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi
dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif dan nonspesifik untuk
bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal. Meningkatnya nilai
CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter.
Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium
lanjut dari penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun
konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen. Nilai CEA
serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah
pembedahan (Casciato, 2004).

Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA, namun tes
ini sering diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes CEA
sebelum opersai sangat berguna sebagai faktor prognosa dan apakah tumor
primer berhubungan dengan meningkatnya nilai CEA. Peningkatan nilai
CEA preoperatif berguna untuk identifikasi awal dari dari metastase karena
sel tumor yang bermetastase sering mengakibatkan naiknya nilai CEA
(Casciato, 2004).
3. Digital Rectal Examination
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,posterior, dan
anterior, serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan
mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum
dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas sebagai akibat

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


20

infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari


yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari
kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination
merupakan cara yang tidak dapat begitu saja diabaikan (Schwartz, 2005).

4. Barium Enema
Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras
varium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip
yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama fleksibel
sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif
pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada
pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi.
Risiko perforasi dengan menggunakan barium eneme sangat rendah, yaitu
sebesar 0,02% jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras
larut air harus digunakan dari pada barium enema. Barium peritonitis
merupakan komplikasi yang sangat serius yang dapat mengakibatkan
berbagai infeksi dan peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras
larut air tidak dapat menunjukan detail yang penting untuk menunjukam lesi
kecil pada mukosa kolon (Schwartz, 2005).
5. Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena
3% dari pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk
mempunyai polip premaligna (Casciato, 2004).
6. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh
mukosa kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat
mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk
dapat menunjukan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari
pemeriksaan kolonoskopi sebesar sebesar 94%, lebih baik dari pada barium
enema yang keakuratannya hanya sebesar 67% (Depkes, 2006).
Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi,
mengontrol perdarahan dan dilatasi dari struktur. Kolonoskopi merupakan
prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan,

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


21

komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada
pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk
mendiagnosis dan manajemen dari Inflamatory Bowel Disease, non akut
divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleedin, megakolon non
toksik, struktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada
kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan
komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi
merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik (Schwartz, 2005).

G. Penatalaksanaan umum
a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima
sebagai penangan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif untuk
kaker kolorektal. Pembedahan kuratif harus mengeksisi dengan batas yang
luas dan maksimal regional lymphadenektomi sementara mempertahankan
fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor dengan
minimum margin 5 cm bebas tumor (Casciato, 2004).
Menurut Haryono (2012), pembedahan merupakan tindakan primer pada
kira-kira 75% pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat
kuratif atau palliative. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat
dengan kolonoskop. Kolosotomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya
pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman
dalan membuat keputusan dikolon massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi
usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta
lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D.
Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah
menyebar dan mencangkup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak
dapat dilakukan.

b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-
ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara
pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi.

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


22

Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari
kanker (Henry Ford, 2006).

c. Kemotherapi
Kemoterapi dalam bahasa inggris (chemotherapy) adalah penggunaan
zat kimia untuk perawatan penyakit. Kemoterapi adalah penggunaan zat
kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini
hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan
untuk merawat kanker.

Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum


operasi, merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan
mengobati beberapa macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk
pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat
yang dapat menghambat proliferasi sel- sel kanker.
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel
kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak
merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain
untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada
sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi
kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali
dan cepat adalah ciri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu
bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di
sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi
mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping.
Tujuan pemberian kemoterapi : Pengobatan, Mengurangi massa
tumor selain pembedahan atau radiasi, Meningkatkan kelangsungan hidup
dan memperbaiki kualitas hidup, Mengurangi komplikasi akibat metastase.
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot,
bawah kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul).

Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain: Lemas, Mual dan
Muntah, Gangguan Pencernaan, Sariawan, Efek Pada Darah, Otot dan Saraf,
Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna, dan Produksi Hormon.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah
kematian penderita kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap
Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS
23

akhir / metastase, tindakan kemoterapi hanya mampu menunda kematian


atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara waktu.

H. Fokus Keperawatan
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013), diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Data Demografi
1) Kanker klorektal sering ditemukan terjadi pada usia lebih dari 40
tahun.
2) Pada wanita sering ditemukan kanker kolon dan kanker rekti lebih
sering terjadi pada laki-laki.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon
dan kolitis ulseratif yang tidak teratasi.
2) Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar.

3) Die atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak
dan rendah serat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker yang
menyerang tubuh atau organ termasuk kanker kolorektal adalah diturunkan
sebagai sifat dominan.
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Klien mengeluh lemah, nyeri abdomen dan kembung.
2) Klien mengeluh perubahan pada defekasi : Buang Air Besar (BAB)
seperti pita, diare yang bercampur darah dan lendir dan rasa tidak
puas setelah buang air besar.
3) Klien megalami anoreksia, mual, muntah dan penurunn berat badan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Mata : konjungtiva subanemis / anemis.
2) Leher : distensi vena jugularis (JVP).
3) Mulut : mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah – pecah dan bau
yang tidak enak.
4) Abdomen : distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunn bising

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


24

usus dan kembung.


5) Kulit : turgor kulit buruk, kering (dehidrasi / malnutrisi.

f. Pengkajian Fungsional Gordon


1) Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa gelisah


dan ansietas, tidak tidur semalaman karena diare, pembatasan
aktivitas / kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
2) Pernafasan : nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang
dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi menurun.
3) Sirkulasi
Tanda : Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi dan nyeri), hopotensi, kulit/membran : turgor buruk, kering,
lidah pecah-pecah, (dehidrasi/malnutrisi).
4) Integritas Ego
Gejala : ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Faktor stress akut/kronis : misal hubungan dengan keluarga /
pekerjaan, pengobatan yang mahal.
Tanda : menolak, perhatian yang menyempit, depresi.
5) Eliminasi
Gejala : tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau.
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering
tak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali/hari), perasaan tidak
nyaman/tidak puas, deteksi berdarah/ mukosa dengan atau tanpa
keluar feses.

Tanda : menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya


peristaltik yang dapat dilihat, oliguria.
6) Makan / Cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak
toleran terhadap diit/sensitif (misal : buah segar/massa otot,
kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buru, membran mukosa pucat,

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


25

luka, inflamasi rongga mulut.


7) Hygine
Tanda : ketidakmampuan melakukan perawatan diri, stomatitis,
menunjukan kekurangan vitamin.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah.
9) Keamanan
Gejala : adanya riwayat polip, radang kronik viseratif.
10) Muskuloskeletal : penurunan kekuatan otot, kelemahan dan malaise
(diare, dehidrasi, dan malnutrisi).
11) Seksualitas
Gejala : tidak bisa melakukan hubungan seksual/ frekuensi menurun.
12) Interaksi Sosial
Gejala : masalah hubungan / peran sehubungan dengan kondisi
ketidakmampuan aktif dalam sosial

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


I. Pathway

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


J. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Konstipasi

3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan

4. Gangguan citra tubuh

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


BAB III

PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DIRI
a. KLIEN
1) Nama : Tn. Y
2) TanggalLahir : 29/11/1968
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SLTA
6) Pekerjaan : KaryawanSwasta
7) Alamat : Jl. Nusa Indah 1, Bojong Sari
8) Status Perkawinan : Menikah
9) Sumber Informasi : Pasien dan anak pasien
10) Tanggal pengkajian : 21/10/2019
11) Tanggal Masuk : 29/09/2019
12) No RM : 949180
13) Diagnosa Medis : Ca Rectum

b. PENANGGUNG JAWAB
1) Nama : Nn. V
2) Umur : 25thn
3) Alamat : Jl. Nusa Indah 1, Bojong Sari
4) Pekerjaan : Pegawai Swasta

5) Hubungan dengan klien : Anak

2. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhanutama saat pengkajian:

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


Pasien mengatakan sakit perut pada bagian kiri bawah dan pasien belum bisa
BAB sejak 3 hari SMRS.

b. Riwayat penyakit sekarang :


Anak pasien mengatakan bahwa bahwa pada tanggal 27 september pasien
mengeluh sakit perut dan tidak bisa BAB, pasien mencoba pergi ke klinik dokter
terdekat dari rumahnya, pasien di diagnosa TB usus dan minum resep dari
dokter klinik tersebut, namun setelah 2 hari rutin minum obat tersebut, sakit
perut pada pasien semakin hebat dan perut pasien menjadi sangat keras dan tidak
kunjung BAB. Akhirnya, keluarga pasien dan pasien memutuskan untuk berobat
ke IGD RSPAD dan di diagnosa bukan TB usus melainkan Ca Rectum. Pasien
mengerang kesakitan karena nyeri pada perut skala 4. IGD RSPAD memberikan
cairan RL 500 cc dengan 20 tpm, Ketorolac 30 mg per-IV dan Ranitidine 50 mg
per-IV. Setelah itu, pasien dipindahkan ke ruangan 414 lt. 4 Paviliun Eri
Soedewo.

c. Riwayat Penyakit dahulu:

Tidak ada riwayat penyakit dahulu

d. Genogram

Paru-paru

27thn
25thn 15thn

Keterangan:
= laki-laki meninggal = garis pernikahan

= perempuan meninggal = klien

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


= laki-laki = tinggal serumah

= perempuan = garis keturunan

Interpretasi:

Penyakit keturunan : Adanya riwayat penyakit kanker paru dari ayah mertua pasien.

Penyakit menular : Tidak ada.

3. PENGKAJIAN SAAT INI


a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Persepsi tentang kesehatan diri
Pasien menyesal tidak merawat dirinya dengan baik semasih sehat dan ingin yang
terbaik untuk kondisi kesehatannya saat ini, supaya cepat kembali pulang
kerumah dan berkumpul bersama keluarga.
2) Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya Pasien
tidak mengerti tentang kondisi dan penyakitnya saa tini.
3) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan

a) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat ?


Pasien tidak melakukan diet yang adekuat, pasien suka memakan mie
instan, sekarang pasien hanya dapat makan melalui NGT.

b) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi


Pasien tidak pernah melakukan check up kesehatan jika tidak ada gejala
sakit.

c) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan

a) Yang dilakukan bila sakit


Jika sakit biasanya pasien mencoba minum obat dari obat warung, jika
tidak sembuh akan mencoba ke klinik dokterter dekat dari rumah.

b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit ?


Pasien pergi ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


c) Kebiasaan hidup
(konsumsi jamu/alkohol/rokok/kopi/kebiasaan olahraga)

Merokok : 1 pak/hari, lama : sudah dari pasien SMP

Alkohol : tidak pernah.

Kebiasaan olahraga, jenis : lari sore, frekwensi : jarang-jarang

a. Polanutrisi/ metobalik
1) Intake makan

Sebelummasuk RS Selama di RS

a. Keluhan e. Keluhan
Tidak ada Tidak napsu makan

b. Frekuensi f. Frekuensi
1-2x/hari 3x/hari + 2x selingan

c. Menu g. Menu
Nasi + ikan + mie instan + Sesuai ahli gizi RSPAD
sayur

d. Riwayat alergi makanan h. Riwayat alergi makanan


Tidak ada Tidak ada

2) Intake minum
Sebelummasuk RS Selamadirawat di RS

a. Keluhan a. Keluhan
Tidak ada Tidak ada

b. Frekuensi
5-6 gelas/hari
b. Frekuensi
8-9 gelas/hari

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


c. Jenis minuman
Air mineral, kopi dan soda
c. Jenis minuman
Air mineral

d. Riwayat alergi minuman


Tidak ada
d. Riwayat alergi minuman
Tidak ada

b. Pola eliminasi
1) Buang air besar (BAB)

Sebelum masuk RS Selama di RS

a. keluhan BAB a. keluhan BAB


Tidak bisa BAB sudah seminggu tidak dapat BAB
b. Frekuensi
b. Frekuensi -
- c. Konsistensi
c. Konsistensi Keras
Keras
d. Warna
d. Warna Cokelat pucat
Hitam e. Bau
e. Bau Sangat bau
Berbau khas f. Menggunakan alat bantu atau
f. Menggunakan alat bantu atau obat?
obat? Tidak memakai
Tidak memakai

2) Buang air kecil (BAK)

Sebelumdirawat di RS Selama di rawat d RS

a. keluhan BAK a. keluhan BAK

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


Tidak ada Tidak ada
b. Frekuensi b. Frekuensi
5-6x/hari 2000 cc/8 jam
c. Konsistensi
c. Konsistensi
Normal
Normal

d. Warna
d. Warna
Kuning bening
Kuning keruh

e. Bau
e. Bau
Berbau khas
Bau obat

f. Menggunakan alat bantuan


f. Menggunakan alat bantuan
atau obat?
atau obat?
Tidak memakai
Cateter urine

c. Pola aktifitas dan latihan


Klien mengatakan sejak tumor di kaki kanan membesar, aktivitas klien di bantu
oleh keluarga dan keterbatasan gerakan motoric karena kelemahan pada kaki
kanan.

Kemampuan Selama di rumah sakit


perawatandiri 0 1 2 3 4

Makan, minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilitas di tempat 
tidur

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


Berpindah 

Ambulasi/ROM 

Keterangan :

0 :Mandiri
1 :Dengan bantuan alat
2 :Dibantu orang lain
3 :Dibantu orang lain danalat
4 :Tergantung total

d. Polatidurdanistirahat
Sebelumsakit Selamadirawat di RS

a. Keluhan a. Keluhan
Tidakada Sulittidurkarenasakitperutdangelisah

b. Kualitas b. Kualitas
Baik Kurangbaik

c. Kuantitas c. Kuantitas
3-4 jam 6 jam

d. Perasaan setelah bangun


Segar d. Perasaan setelah bangun
Tidak segar

e. Pola perceptual
1) Penglihatan: Baik, tidak ada masalah.

2) Pendengaran: Baik, tidak ada masalah.

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


3) Pengecapan: Baik, tidak ada masalah.

4) Penciuman: Baik, tidak ada masalah.

5) Sensasi: Baik, tidak ada masalah.

f. Pola seksualitas dan reproduksi


Tidak terkaji
g. Pola persepsi diri
Pasien merasa sedih tidak bisa melakukan aktivitas seperti sedia kala.

h. Pola peran hubungan


Pasien merasa menyusahkan keluarga karena harus membuat keluarganya
menjadi susah karena pasien.
i. Pola menejemen koping stres
Pasien lebih senang memendam perasaannya.
j. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien rajin ibadah dan mendengarkan lagu-lagu rohani.

b. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum: Compos Mentis


b. BB : 66,5 kg; TB: 167 cm ; IMT : 23,8
c. Kesadaran :
GCS E4 M5 V6
d. Vital Signs
TD : 134/96mmHG
N : 114 kali/menit
RR : 18 kali/menit
T : 36,2 oC

e. Kepala

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


1) Bentuk : Kepala simetris dan tidak ada nyeri tekan.
2) Rambut :Rambut tipis, berwarna hitam namun sudah mulai banyak
rambut putih dan terdistribusi merata.
3) Wajah :
Simetris, tidak ada laserasi dan tidak ada nyeri tekan.
4) Mata :
Simetris, tidakada edema, tidak ada nyeri tekan, pupil isokor, konjungtiva
ananemis dan sclera ikterik.
5) Telinga
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidakada cerumen telinga yang keluar.
6) Hidung
Simetris, tidak ada kemerahan atau luka di area hidung, salah satu lubang
hidung terpasang NGT, keadaan hidung sedikitkotor, tidak ada obstruksi
tulang hidung.
7) Mulut
Keadaan bibir kering, warna agak hitam, keadaan dalam mulut bersih dan
tidak memakai gigi palsu, ada 6 gigi yang sudah tanggal.
8) Leher
Simetris, tidak ada edema pada bagian kelenjar tiroid, nadi karotis teraba
kuat, dan tidak ada distensi vena jugularis.
9) Thorax
I : Simetris dan tidak ada laserasi.

P : Tidak ada nyeri tekan dan teraba taktil fremitus sangat pasien
mengatakan tujuh puluh tujuh.

P : Batas suarasonor pada atas ICS 2, bawah ICS 7, kanan dan kiri pada mid
axilla.

A : Pada saat pasien menarik napas terdengar suara vesicular dan saat
mengeluarkan napas terdengar suara bronchiale.

10) Jantung

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


I :Tidak ada bendungan vena pada dinding dada, dan ictus cordis terlihat
saat pasien berbaring.
P :Tidak ada nyeri tekan dan iktuscordis teraba pada midklavikula ICS 5.
P : Batas suarapekakpadaatas ICS 3, bawah ICS 5, kanan sternum,
kirimidaxilla.
A :Terdengar bunyi S1 saat katup mitral dan tricuspid menutup dan bunyi
S2 saat katup aorta dan pulmonal menutup.
11) Abdomen
I : Perut membesar dan tidak ada laserasi.
A :Bunyi suara bising usus 4x/menit pada tiap kuadrannya.
P :Perut sakit saat disentuh, terdapat balutan luka post op di kuadran kiri
bawah dan perut masih keras.
P : Bunyi timpani pada keempat kuadran.

12) Genetaliadan perianal


I : Tidak terkaji

13) Kulit dan Ekstremitas


a. Ekstremitas atas :Ekstrimitas atas bergerak aktif dan dapat menahan
tahanan perawat dan teraba berkeringat dingin.

b. Ekstremitas bawah :
Ektrimitas bawah bergerak aktif tapi tidak seaktif ekstrimitas atas dan
dapat menahan tahanan perawat dan teraba hangat.

c. Kekuatanotot
5 5
5 5

c. PROGRAM TERAPI

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


a. Oral
-
b. Injeksi
1) Ceftriaxone 1x2 g/jam via IV
2) OMZ 1x1 mg/jam via IV
3) Tramadol 3x1 mg/jam via IV
4) Kalnex 3x1 mg/jam via IV (anti-perdarahan)
5) Ca Gluconat 3x1mg/jam via IV
6) Neostigmine 2x1 mg/jam via IM/SC (impuls saraf dan pergerak kanotot)
c. Infus
1) RL 500 cc dengan 20 tpm
d. Rencana tindakan: Perawatan luka tiap satu hari sekali.

d. PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK

Nama Pasien/ Umur : Tn. Y / 50 tahun

Tanggal Lahir : 29-11-1968

Tanggal Pemeriksaan : 07-10-2019/ 21:25:20

JENIS HASIL NILAI RUJUKAN


02-10-2019 Saat ini
PEMERIKSAAN
02:35:04
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Hemoglobin 10.1 9.6* 13.0-18.0 g/dL
Hematokrit 30 28* 40-50%
Eritrosit 3.7 3.5* 4.3 – 6.0 juta/⊔L
Leukosit 19100 30180* 4.800 – 10.800 /⊔L
Trombosit 44900 40200* 150.000 – 400.000
Hitung jenis
 Basofil 0 0-1 %

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


 Eosinofil 0* 1-3%
 Neutrofil 90* 50-70%

 Limfosit 2* 20-40%

 Monosit 8 2-8%

MCV 81 79* 80-96 fL

MCH 28 27 27-32 pg

MCHC 34 34 32-36 g/dL

RDW 16.40* 11.5-14.5 %

KIMIA KLINIK :
Albumin 2.7* 3.5-5.0 g/dL

Ureum 34 24 20 – 50 mg/dL

Kreatinin 0.60 0.54 0.5 – 1.5mg/dL

eGFR 117.23 122.42

Kalsium (Ca) 6.9 7.8* 8.6-10.3 mg/dL

Glukosa darah (Sewaktu) 152 96 70-140 mg/dL

Natrium (Na) 139 132* 135-147 mmol/L

Kalium (K) 4.5 3.7 3.5-5.0 mmol/L

Klorida (Cl) 102 94* 95 – 105 mmol/L

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK

Nama Pasien/ Umur : Tn. Y / 50 tahun

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


Tanggal Lahir : 29-11-1968

Tanggal Pemeriksaan : 15-10-2019/ 09:05:13

JENIS HASIL NILAI RUJUKAN


11-10-2019 Saat ini
PEMERIKSAAN
10:58:34
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Hemoglobin 11.2 11.3* 13.0-18.0 g/dL
Hematokrit 31 31* 40-50%
Eritrosit 4.0 4.0* 4.3 – 6.0 juta/⊔L
Leukosit 28390 39610* 4.800 – 10.800 /⊔L
Trombosit 260000 35000 150.000 – 400.000
Hitung jenis
 Basofil 0 1 0-1 %
 Eosinofil 0 0* 1-3%

 Batang 4 3 50-70%

 Segmen 89 90* 20-40%


2 2* 2-8%
 Limfosit
5 4 80-96 fL
 Monosit
78 77* 80-96 fL
MCV
28 28 27-32 pg
MCH
36 37* 32-36 g/dL
MCHC
16.50 17.10* 11.5-14.5 %
RDW
KIMIA KLINIK :
2.4 2.3* 3.5-5.0 g/dL
Albumin
21 32 20 – 50 mg/dL
Ureum
0.53 0.55 0.5 – 1.5mg/dL
Kreatinin
123.37 121.50
eGFR
7.5 7.1* 8.6-10.3 mg/dL
Kalsium (Ca)
143 156* 70-140 mg/dL
Glukosa darah (Sewaktu)
135 133* 135-147 mmol/L
Natrium (Na)
3.2 3.4* 3.5-5.0 mmol/L
Kalium (K)

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


Klorida (Cl) 94 96 95 – 105 mmol/L

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK

Nama Pasien/ Umur : Tn. Y / 50 tahun

Tanggal Lahir : 29-11-1968

Tanggal Pemeriksaan : 16-10-2019/ 05:58:27

JENIS HASIL NILAI RUJUKAN


15-10-2019 Saat ini
PEMERIKSAAN
09:05:13
KIMIA KLINIK :
Analisa Gas Darah :
 pH 7.540* 7.37 – 7.45
 pCO2 30.2* 33 – 44 mmHg

 pO2 83.3 71 – 104 mmHg

 Bikarbonat 26.1 22 – 29 mmol/L

(HCO3) 4.6 (-2) – 3 mmol/L

 Kelebihan Basa 96.6 94-98 %

(BE)
 Saturasi O2

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK

Nama Pasien/ Umur : Tn. Y / 50 tahun

Tanggal Lahir : 29-11-1968

Tanggal Pemeriksaan : 16-10-2019/ 05:58:27

JENIS HASIL NILAI RUJUKAN


15-10-2019 Saat ini
PEMERIKSAAN

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


09:05:13
KIMIA KLINIK :
Albumin 2.3 4.6 3.5 – 5.0 g/dL

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK

Nama Pasien/ Umur : Tn. Y / 50 tahun

Tanggal Lahir : 29-11-1968

Tanggal Pemeriksaan : 17-10-2019/ 09:48:00

JENIS HASIL NILAI RUJUKAN


16-10-2019 Saat ini
PEMERIKSAAN
05:58:27
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Hemoglobin 11.1* 13.0-18.0 g/dL
Hematokrit 31* 40-50%
Eritrosit 4.1* 4.3 – 6.0 juta/⊔L
Leukosit 32290* 4.800 – 10.800 /⊔L
Trombosit 353000 150.000 – 400.000
Hitung jenis
 Basofil 0 0-1 %
 Eosinofil 0* 1-3%

 Batang 3 50-70%

 Segmen 93* 20-40%


2* 2-8%
 Limfosit
2 80-96 fL
 Monosit
76* 80-96 fL
MCV
27 27-32 pg
MCH
36 32-36 g/dL
MCHC
17.60* 11.5-14.5 %

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


RDW
KIMIA KLINIK : 24 20 – 50 mg/dL
Ureum 0.56 0.5 – 1.5mg/dL
Kreatinin 120.61
eGFR 7.1* 8.6-10.3 mg/dL
Kalsium (Ca) 135 135-147 mmol/L
Natrium (Na) 3.5 3.5-5.0 mmol/L
Kalium (K) 98 95 – 105 mmol/L
Klorida (Cl) 75 70-140 mg/dL
Glukosa darah (Sewaktu)

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS: klien mengeluh sakit pada Nyeri Akut Ca Rektum
daerah rektal,
klien tampak meringis
menahan sakit. Obstruksi rektum
 
DO: klien tampak lemah, wajah
meringis, skala nyeri 4 Iritasi saat BAB

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


Nyeri akut
2. DS: klien mengeluh tidak BAB Konstipasi Ca Rektum
seminggu SMRS
klien tampak meringis
menahan sakit. Perubahan defekasi
 
DO: klien tampak merigis, feses
klien berwarna coklat pucat, konstipasi
kosistensi keras, feses sangat
bau
3. DS: klien mengatakan tidak nafsu Resiko Ca Rektum
makan. ketidakseimbangan
  volume cairan
DO: klien tampak lemah, BAK Perubahan defekasi
warna kuning pekat 200 ml/8
jam
Diare

Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


1. 00132 Nyeri akut Tujuan : 1400 Domain I fisiologis :
Setelah dilakukan komplek
Definisi : pengalaman asuhan keperawatan Kelas II € peningkatan
sensori dan emosional tidak selama 1x8 jam kenyamanan fisik
menyenangkan berkaitan volume cairan
dengan kerusakan jaringan seimbang Menejemen nyeri
actual dan potensial, atau Domain IV 1. tentukan dampak nyeri
yang digambarkan sebagai pengetahuan tentang terdapat kualitas kualitas
kerusakan. Awitan yang kesehatan & perilaku hidup klien (misalnya,
tiba-tiba atau lambat dengan Kelas II (Q) tidur, nafsu makan,
intensitas ringan hingga Perilaku sehat aktivitas, kognitif,
berat, dengan berakhirnya 1603 Dengan kriteria suasana hati hubunganm
dapat dandiantisipasi atau hasil : kinerja kerja, dan
diprediksi, dan dengan 1. kenali kapan nyeri tanggung jawab peran).
durasi kurang dari 3 bulan terjadi 2. Control factor
2. jelaskan factor- lingkungan yang
Batasan karakteristik : faktor penyebab mungkin menyebabkan
- perubahan selera makan 3. gunakan obat respon
- preubahan pada analgetik dan non ketidaknyamanan pasien
parameter fisiologis anageltik (misalnya, temperature,
- diaforesis 4. laporan nyeri ruangan, pemecahan,
- perilaku distraksi yang terkontrol suara)
- bukti nyeri dengan 3. Pilih dan terapkan
mengunakan standar berbagai cara
daftar periksa nyeri (farmakologi,
untuk pasien yang tidak nonfarmokologi,
dapat interpersonal) untuk
mengungkapkannya mringankan nyeri
- perilaku ekspresif 4. Observasi tanda-tanda
- ekspresi wajah nyeri non verbal dari

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


- sikap tubuh melindungi ketidaknyamanan,
- putus asa terutsms psds klirn ysng
- fokus menyempit mrngslsmi kesulitan
- sikap melindungi area berkomunikasi
nyeri
- perilaku protektif
- laporan tentang perilaku
nyeri / perubahan
aktivitas
- dilatasi pupil
- focus pada diri sendiri
- keluhan tentang
intensitas mengunakan
standar skala nyeri
- keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan mengunakan
standar instrument nyeri
Faktor yang berhubungan
- agens cedera biologis
- agens cedera kimiawi
- agens cedera fisik

2. 00011 Konstipasi Tujuan : Domain I fisiologis : dasar


Setelah dilakukan Kelas II (B) Menejemen
Definisi : penurunan asuhan keperawatan eliminasi
frekuensi normal defekasi selama 1x8 jam
yang disertai kesulitan atau 0501 Domain II Menejemen
pengeluaran feses tidak Kesehatan fisiologi 4130 konstipasi/impaksi
tuntas dan atau fese yang Kelas II (F) 1. monitor tanda dan gejala

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


keras, kering dan banyak Eliminasi konstipasi
Dengan kriteria : 2. monitor bisisng usus
Batasan karakteristik : - pola eliminasi 3. monitor (hasil produksi)
- nyeri abdomen - control gerakan pergerakan usus (feses),
- nyeri tekan abdomen usus meliputi frekuensi,
dengan tekan teraba - warna feses kosistensi, bentuk,
resistensi otot - jumlah fese untuk volume dan warna,
- nyeri tanpa tekan diet dengan cara yang tepat
abdomen dengan tekan - feses lembut 4. monitor tanda dan gejala
teraba resistensi otot dalam berbentuk trejadinya rupture usus
- anoreksia - kemudahan BAB dan atau peritonitis
- penampilan tidak khas - tekanan sfingter 5. jelaskan penyebab dari
pada lansia - otot untuk masalah dan
- borborogmi mengeluarkan rasionalisasi tindakan
- darah merah pada feses feses pada pasien
- perubahanpad pola - pengeluaran feses 6. identifikasi factor-faktor
defekasi tanpa bantuan (misalnya, pengobatan,
- penurunan frekuensi - suara bisisng usus tirah baring dan diet)
defekasi - lemak dalam feses yang menyebabkan
- penurunan volume feses - darah dala feses konstribusi pada
- distensi abdomen - muskus dalam terjadinya konstipasi
- keletihan feses 7. dukung peningkatan
- feses keras dan - konstipasi asupan cairan, jika tidak
berbentuk - diare ada kontra indikasi
- sakit kepala - penyalahgunaan 8. evaluasi jenis
- bisisng usus hiperaktif alat bantu pengobatan yang
- bisisng usus hipoaktif eliminasi memiliki efek samping
- tidak dapat defekasi - nyeri pada saat pada gastrointestinal
- peningkatan tekanan BAB 9. intruksi pasien /
intraabdomen keluarga akan

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


- tidak dapat makan pengunaan laksatif yang
- feses cair tepat
- nyeri pada saat defekasi 10. evaluasi catat asupan
- massa abdomen yang untuk apa saja nutrisi
dapat diraba (yang telah dikosumsi)
- massa rektal yang dapat 11. lakukan enma atau
diraba irigasi, dengan tepat
- perkusi abdomen pekak 12. ajarkan pasien/keluarga
- rasa penuh rektal menegenai proses
- sering flatus pencernaan normal.
- adanya feses lunak,
seperti pasta di dalam
rectum
- mengejan pada saat
defekasi
- muntah
Faktor yang berhubungan
- kelemahan otot abdomen
- rata-rata aktivitas harian
kurang dari yang
dianjurkan menurut
gender dan usia
- konfusi
- penurunan motilitas
traktus gastrointestinal
- dehidrasi
- depresi
- perubahan kebiasaan
makan
- gangguan emosi

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


- kebiasaan menekan
dorongan defekasi
- kebiasaan makan buruk
- hygiene oral tidak
adekuat
- kebiasaan toleiting tidak
adekuat
- asupan serat kurang
- asupan cairan kurang
- kebiasaan defekasi tidak
teratur
- obesitas
- perubahan lingkungan
baru
Kondisi terkait
- ketidakseimbangan
elektrolit
- hemoroid
- penyakit hischprung
- ketidkadekuatan gigi
gellugi
- garam besi
- gangguan neurologis
- obstruksi usus pasca-
bedah
- kehamilan
- pembesaran prostat
- abses rektal
- fisura anal rektal
- striktul anal rektal

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


- prolapse rektal
- ulkus rektal
- rektokel
- tumor

3. 00025 Resiko Tujuan : Domain I fisiologis :


ketidakseimbangan Setelah dilakukan komplek
volume cairan asuhan keperawatan Kelas II (N) menejeman
selama 1x8 jam perfusi jaringan
Definisi : rentan terhadap 0601 Domain II
penurunan, peningkatan Kesehatan fisiologi 4130 Monitor cairan
atau pergeseran cepat cairan Kelas II (G) 1. Kaji status cairan :
intraveskuler, interstisial, Keseimbangan timbang berat badan,
dan/atau intraseluler lain, cairan keseimbangan masukan
yang dapat menganggu Dengan kriteria : dan haluaran, tugor
kesehatan. Ini mengacu - Terbebas dari kulit dan adanya edema
pada kesehatan, edema, efusi, 2. Batasi masukan cairan
peningkatan cairan tubuh, anasarka 3. Identifikasi sumber
atau keduannya. - Bunyi nafas potensial cairan
bersih, tidak 4. Jelaskan pada pasien
Faktor resiko : adanya dispnea dan keluarga rasional
- akan dikembangkan - Memelihara pembatasan cairan
tekanan sentral, 5. Kolaborasi pemberian
kondisi terkait : tekanan kapiler cairan sesuai terapi
- berkeringat paru, out jantung
- asietas dan vital sign
- luka bekar normal
- obstruksi intestinal - Penurunan urine
- pankreatitis output
- sepsis - Keseimbangan

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


- trauma intake dan output
- program pengobatan dalam 24 jam
- Tekanan vena
sentral dalam
batas normal
- Berat jenis urine
dalam batas
normal

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


Daftar Pustaka

Black, J. M, & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah edisi 8. Singapore:


Elsevier
Bulecheckk, G.M., Butcer, H.K. Dochterman, J.McC., Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification (6th Ed.). Missouri: Elsevier Mosby
Doenges E, Marilynn, dkk. (2010). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
perancanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 8. Jakarta : EGC
Herdman, T.H., Kamitsuru, S. (2014). NANDA international nursing diagnoses:
definitions & classification 2015–2017(10th Ed.). Oxford: Wiley Blackwell
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2006). Medical surgical nursing: Critical
thinking for collaborative care. (5th Ed). St. Louis: Elseveir Saunders.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC): Measurement of health outcomes (5th Ed.). Missouri:
Elsevier Mosby
Price & Wilson. (2012). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit volume 1.
Edisi 6. Jakarta: EGC
Sloane, E. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
Smeltzer,S.C., Burke,B.G., Hinkle,J.L & Cheever,K.H. (2010). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical surgical nursing. (12th Ed). Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.

Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS


Universitas Esa Unggul : Program Profesi NERS

Anda mungkin juga menyukai