Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


KEMOTERAPI DENGAN CA RECTI

Disusun Oleh :

Annisa April Liana, S.Kep

Nim : P2305108

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS


WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM PROFESI NERS 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman menyebabkan perubahan pada pola hidup
masyarakat seperti kebiasaan konsumsi fast food, paparan zat kimia dan
kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan penyakit, salah satunya kanker.
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang
ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang
kemudian dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar
ke organ lain (WHO, 2017) dalam (Gentry, 2017). Karakteristik dan pola
hidup masyarakat yang tidak sehat menjadi tantangan dalam pengendalian
kanker dan berdampak pada peningkatan prevalensi kanker yang tidak
terkendali. Salah satu jenis kanker dengan faktor risiko terkait perilaku yang
tidak sehat adalah kanker kolorektal (Dirseciu, 2017).
Kanker kolorektal adalah kanker yang terdapat pada kolon dan rektum.
Kanker ini disebut kanker kolon atau kanker rektum bergantung dari mana
kanker tersebut berawal. Kanker kolon dan kanker rektum sering digabungkan
bersama karena memiliki banyak kesamaan (American Cancer Society, 2015)
dalam (Harahap, 2019). Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan
pada rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama
kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2011). Rektum merupakan
bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan terletak di dalam rongga panggul di
tengah tulang pinggul. Rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem
pencernaan yang disebut dengan traktus gastrointestinal (Oliver, 2013)
Kanker rektum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi didunia dengan
presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah seluruh penderita kanker
diseluruh dunia, dan kanker kedua dengan jumlah kematian 9.2% atau
880.792 di tahun 2018 . Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di
Asia dengan 43.324 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum
adalah kanker yang sering terjadi baik pada pria dan wanita , prevalensi tahun
2013 sampai 2018 terjadi 32.069 kasus dengan 14.112 kasus baru di tahun
2018 (The Global Cancer Observatory, 2019).
Faktor risiko secara gris besar terbagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi adalah usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga
(Rahdi DR, 2015). Lebih dari 30% kasus kanker rektum di Indonesia
ditemukan pada pasien yang berusia 40 tahun atau lebih muda ( American
Cancer Society, 2015 dalam (Dirseciu, 2017). Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi seperti aktivitas fisik, diet, merokok, konsumsi alkohol, dan
diabetes. Aktivitas fisik reguler dan diet sehat membantu menurunkan risiko
kanker rektal. Merokok, konsumsi alkohol, dan diabetes memiliki hubungan
terhadap peningkatan kejadian kanker rektal. (Khosama, 2015) dalam
(Harahap, 2019).
Kanker rektum stadium dini tidak ada gejala yang jelas, namun setelah
penyakit berkembang ketingkat lanjut akan timbul gejala klinis. Tanda iritasi
usus seperti sering buang air besar, diare atau konstipasi dan nyeri pada
abdomen. Tumor yang sudah mengalami ulserasi akan terjadi pendarahan dan
akan terlihat dari warna feses yang bercampur dengan darah seperti selai
hitam. Masa di abdomen akan terus tumbuh hingga batas tertentu didaerah
abdomen sehingga pada pemeriksaan palpasi akan mudah teraba (Desen,
2011).
Maka dibutuhkan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut penatalaksanaan pada kanker rektum terdiri dari penatalaksanaan
bedah dan penatalaksanaan medis. Pembedah yang dilakukan pada ca rektum
yaitu dengan kolostomi. (Suratun & Lusianah,
2010). Komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi.
Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi (akibat ketidak
patenan irigasi stoma), retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit.
Kemudian setelah dilakukannya pembedahan dengan kolostomi dan
penentuan stadium dilanjutkan dengan cara kemoterapi (Brunner, 2013).
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang sering digunakan,
dengan segala manfaatnya tentu terapi ini juga mempunyai beberapa efek
samping, di antaranya yaitu: rasa lemas dan lemah, mual muntah, rambut
rontok, mudah terserang infeksi, seperti influenza, anemia atau kadar
hemoglobin darah rendah, terkadang mudah terjadi perdarahan, contohnya
pada gusi sehabis sikat gigi, sariawan, nafsu makan menurun, sembelit atau
malah diare (Fadhil, 2018).
B. Tujuan Umum
1. Tujuan umum
Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien kemoterapi dengan
ca recti
2. Tujuan khusus
a) Untuk menjelaskan pengkajian keperawatan pada pasien kemoterapi
dengan ca recti
b) Untuk menjelaskan penegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
kemoterapi dengan ca recti
c) Untuk menjelaskan penyusunan intervensi keperawatan pada pasien
kemoterapi ca recti
C. Manfaat
Mampu menjelaskan tindakan keperawatan pada klien yang menjalankan
kemoterapi dengan ca recti meliputi pengkajian, diagosa, dan menjelaskan
intervensi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas didalam
permukaan usus besar atau rektum (Dyayadi MT, 2009). Kanker rektum
merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus
menyerang bagian rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel
dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2011). Kanker
rektum adalah pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada daerah rektum
(Sodikin, 2011).
B. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyebab Kanker rektum masih belum diketahui pasti,namun telah
dikenali beberapa faktor predisposisi. Faktor predisposisi lain mungkin
berkaitan dengan kebiasaan makan. Hal ini karena Kanker rektum terjadi
serkitar sepuluh kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang
mengkonsumsi lebih banyak makanan mengandung karbohidrat murni dan
rendah serat,dibandingkan produk primitif (Misalnya,di Afrika) yang
mengkonsumsi makanan tinggi serat (Arderson S, 2006).
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut
(Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010) sebagai
berikut:
1. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, (Price Sylvia
A, 2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya karbohidrat
refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak,
dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat
juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam
feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan
mukosa usus bertambah lama.
2. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
3. Polip (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan
sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.
4. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada rectum
(misalnya colitis ulcerativa) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar.
5. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker kolorectal dapat terkena kanker
kolorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat
risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker rektum.
6. Riwayat kanker rektal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka kemungkinan
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker pada usia
muda.
7. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi
yang sering.
8. Usia di atas 50
Kanker rektum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih
dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia
50 tahun ke atas.
C. Klasifikasi
Dokter membagi kanker kolorektal berdasarkan stadium berikut

(Suratun & Lusianah, 2014) :

1. Stadium 0 : kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di

kolon atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk kanker

kolorektal stadium 0.

2. Stadium I : Tumor telah tumbuh kedinding dalam kolon atau rektum.

Tumor belum tumbuh menembus dinding.

3. Stadium II : Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus

dinding kolom atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang

jaringan disekitarnya, tapi sel-sel kanker belum menyebar ke kelenjar

getah bening.

4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar pada mereka yang

berusia tua. Lebih dari 90% orang yang menderita penyakit ini di

diagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

5. Stadium IV : kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain,

misalnya hati atau paru-paru.

6. Kambuh : Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi

kambuh kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak

terdeteksi. Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau

rektum, atau dibagian tubuh yang lain.

D. Tanda dan Gejala


Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling
umum. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui
penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan (Suratun &
Lusianah, 2014).
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri
dangkal abdomen dan melena (feses berwarna hitam). Gejala yang sering
dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan
obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi)
serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan
lesi rektum adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi, diare bergantian, tenesmus, feses berdarah, serta nyeri hebat pada
lipat paha, labia, skrotum, tungkai atau penis
(Lusianah & Suratun, 2014).
E. Patofisiologi
Kanker rektum terutama (95%) adenokarisinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar
kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) (Suratun & Lusianah, 2014).
Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur
dan fungsi sel menjadi bersifat maligna. Maligna merupakan peroses
perubahan sel normal menjadi sel kanker. Transformasi maligna diduga
mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler yaitu inisiasi merupakan
perubahan dalam bahan genetika yang memicu sel menjadi ganas, promosi
yaitu perubahan sel menjadi ganas dan progresi yaitu tahap akhir terbentuknya
sel kanker (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010) dalam (Rusdiati,
2020).
KEMOTERAPI

Menghentikan
Pertumbuhan
Sel

Pre Kemoterapi Intra Kemoterapi Post Kemoterapi

Pemasangan
Klien khawatir Infus Adanya filtrasi obat Toksisitas
pencernaa
di jaringan sekitar n

MK : Ansietas MK : Resiko Stimulasi reseptor pada


Infeksi Kerusakan jaringan CNS di medulla
progresif ireversibel

Reflek mual & muntah


Muncul -tanda
tanda
ekstravasas
i MK : Nausea

MK : Resiko Gangguan
Intregitas Kulit Keengganan untuk
maka
n

MK : Resiko
Defisit Nutrisi

Menyerang-sel yang
sel
tumbuh dengan
cepat

Sel-sel folikel rambut

Kerontokan

MK : Gangguan
Citra Tubuh
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan kanker rektum, antara
lain (Suratun & Lusianah, 2014) :
1. Endoskopi
Endoskopi merupakan prosedur dignostik utama dan dapat dilakukan
dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau
dengan kolonoskopi total.
2. Enema barium dengan kontras ganda
Pemeriksaan enema barium yang dipilih adalah dengan kontras ganda
karena memberikan keuntungan seperti tingkat kberhasilanya sangat
tinggi.
3. CT colonography (pneumocolon CT)
Keunggulan CT colonography adalah:memiliki sensifitas tinggi di
dalam mendiagnosis kanker kolorektal dan dapat memberikan
informasi keadaan diluar kolon, termasuk untuk menentukan stadium
melalui penilaian invasi lokal, metastasis hepar, dan kelenjar getah
bening.
G. Penatalaksanaan
Dalam tatalaksana kanker rektum, radioterapi memiliki peran yang

penting di berbagai tahapan. Pemberian radiasi baik sebelum atau sesudah

pembedahan pada tumor yang resektabel, diharapkan dapat meningkatkan

kontrol lokal dan kesintasan dengan cara mengeradikasi sel-sel tumor

subklinis yang tidak dapat disingkirkan pada pembedahan. Sementara, radiasi

preoperatif pada tumor yang non-resektabel, yang diberikan sendiri atau

konkuren dengan kemoterapi, bertujuan untuk meningkatkan resektabilitas

tumor. Peran radiasi pada tumor letak rendah dapat meningkatkan preservasi

sfingter.
Pilihan dan rekomendasi terapi tergantung pada beberapa faktor, terapi

bedah merupakan modalitas utama untuk kanker stadium dini dengan tujuan

kuratif. Kemoterapi adalah pilihan pertama pada kanker stadium lanjut dengan

tujuan paliatif. Radioterapi merupakan salah satu modalitas utama terapi

kanker rektum. Saat ini, terapi biologis (targeted therapy) dengan antibodi

monoklonal telah berkembang pesat dan dapat diberikan dalam berbagai

situasi klinis, baik sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan modalitas

terapi lainnya. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2014)

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan modalitas utama dalam manajemen kanker

rektum. Pemilihan teknik pembedahan tergantung pada stadium dan

lokasi tumor pada rektum. Prinsip utama dari pembedahan pada kanker

rektum adalah pengangkatan seluruh tumor gross dan tumor yang

mikroskopik, dengan margin negatif pada bagian proksimal, distal dan

sirkumferensial. Bila dari pemeriksaan rectal touché/colok dubur ahli

bedah memutuskan bahwa sulit untuk mendapatkan margin negatif

karena fiksasi atau ekstensi tumor yang luas, maka tumor dikatakan tidak

resektabel. Untuk meningkatkan resektabilitas, dapat dilakukan radiasi

atau kemoterapi neoadjuvan sebelum reseksi.

Secara umum, dikenal beberapa teknik reseksi pada kanker rektum yang

lazim digunakan, yaitu eksisi transanal untuk kanker rektum stadium dini,

yaitu tumor yang berukuran kecil (<3 cm), dalam jarak 8 cm dari anal

verge, berdiferensiasi baik dan kurang dari 30% sirkumferen lumen

rektum. Teknik lain adalah Low Anterior Resection (LAR) untuk tumor

letak tinggi yang masih memungkinkan preservasi sfingter, dan


Abdominoperineal Resection (APR) untuk tumor letak rendah dan sudah

melibatkan sfingter atau muskulus levator. Satu hal yang juga penting

adalah untuk preservasi syaraf otonom daerah pelvis agar meminimalisasi

terjadinya disfungsi seksual dan kandung kemih.

2. Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari

usus besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus

tidak bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena

gangguan fungsi anus. Tujuan kolostomi adalah untuk mengatasi proses

patologis pada kolon dista dan untuk proses dekompresi karena sumbatan

usus besar distal dan selalu dibuat pada dinding depan abdomen. Indikasi

kolostomi pada klien Ca rektum meliputi sumbatan di lumen rektum, anus

karena infeksi berat lama, fibrosis pasca infeksi, sumbatan diluar lumen

(proses infeksi pada pelvis), trauma anus-rektum. Kolostomi dibuat

berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa

macam tergantung dari kebutuhan klien. Kolostomi dapat dibuat secara

permanen maupun sementara (Suratun & Lusianah, 2014). Berikut jenis-

jenis kolostomi (Suratun & Lusianah, 2014):

a. Kolostomi permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila klien

sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena

adanya keganasan, perlengketan (adhesi), atau pengangkatan kolon

sigmoid atau rektum sehingga tidak memungkinkan feses melalui

anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel

b. Kolostomi temporer/sementara
Pembuatan kolostomi temporer biasanya untuk tujuan dekompresi

kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon

akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali.

Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang

dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barel.

3. Radioterapi

Modalitas radioterapi hanya berlaku untuk kanker rektum. Secara umum,

radiasi pada karsinoma rektum dapat diberikan baik pada tumor yang

resectable maupun yang non-resectable, dengan tujuan:

a. Mengurangi risiko kekambuhan lokal, terutama pada pasien dengan

histopatologi yang berprognosis buruk.

b. Meningkatkan kemungkinan prosedur preservasi sfingter.

c. Meningkatkan tingkat resektabilitas pada tumor yang lokal jauh atau

tidak resektabel.

d. Mengurangi jumlah sel tumor yang viable sehingga mengurangi

kemungkinan terjadinya kontaminasi sel tumor dan penyebaran melalui

aliran darah pada saat operasi.

Radiasi dapat dilakukan dengan teknik penyinaran lapangan

(anteroposterior) atau 4 lapangan (anteroposterior dan lateral kanan dan

kiri). Batas atas lapangan pada interspace lumbal 5 dan sakral 1. Batas

bawah lapangan 3-5 cm dibawah tumor. Lapangan lateral sampai posterior

sakrum untuk mencakup seluruh presacral space, batas anterior sampai 4

cm dari anterior rektum, dengan penyesuaian jika ada keterlibatan

ekstrarektum. Baker et al. (2012) melaporkan hasil studi dari German Rectal
Cancer Study Group yang membandingkan pemberian kemoradiasi pre-

operatif dan posto peratif pada kanker rektum T3-4 atau N+, bahwa

kemoradiasi pre-operatif memberikan overall survival 5 tahun sebesar 76%

dengan rekurensi lokal 6% dalam

4. Kemoterapi

Peran kemoterapi dalam tatalaksana kanker rektum adalah sebagai terapi

neoadjuvan pre-operatif, konkuren sebagai radiosensitizer dan adjuvan pasca

operatif. Pada tahap paliatif, kemoterapi merupakan pilihan utama terapi.

Pemberian kemoterapi neoadjuvan secara bersamaan/konkuren dengan

radioterapi merupakan rekomendasi pilihan terapi bagi kanker rektum

stadium lanjut lokal.

Pasien dengan kanker rektum stadium II-III berisiko tinggi untuk mengalami

kekambuhan lokal dan sistemik. Terapi adjuvan harus bertujuan

menanggulangi kedua masalah tersebut. Sebagian besar penelitian tentang

pemberian radioterapi pra- dan pasca bedah saja dapat menurunkan angka

kekambuhan lokal tetapi tidak bermakna dalam angka kesintasan. Pemberian

5-FU bersama radioterapi adalah efektif dan dapat dianggap sebagai terapi

standar, dimana pengobatan neoajuvan kombinasi radiasi dan kemoterapi

sebelum pembedahan juga menghasilkan angka kegagalan lokal (local

failure rates) yang lebih rendah, disamping sasaran pengobatan lain seperti

masa bebas penyakit dan kesintasan secara keseluruhan.

Kemoterapi baik secara tersendiri maupun bersama dengan radioterapi, yang

diberikan sesudah pembedahan, merupakan salah satu modalitas pengobatan

pada kanker rektum. Dalam beberapa tahun terakhir ini, sudah banyak
kemajuan yang dicapai pada kemoterapi untuk kanker rektum. Beberapa

dekade ini hanya menggunakan 5fluorouracil (5-FU) – disusul oleh

kehadiran asam folinat /leukovorin (folinic acid/FA/LV) sebagai kombinasi.

Selanjutnya, pemilihan obat diperluas dengan diterimanya irinotecan sebagai

terapi lini pertama pada tahun 1996, oxaliplatin pada tahun 2004 dan

capecitabine (tahun 2004) sebagai pengganti oral kombinasi 5-FU/FA.

Serangkaian penelitian klinik acak terkontrol menyimpulkan bahwa

pengobatan kanker rektum pasca bedah dengan 5-FU/LV selama 6 bulan

sesudah bedah kuratif adalah standar pada kanker rektum stadium III dan

bahwa penderita berusia lanjut mendapat pendekatan kemoterapi yang sama.

Pemberian kemoterapi tersebut secara dua-mingguan (protokol de Gramont)

mempunyai efek yang tidak berbeda bermakna dengan pemberian bulanan

melalui bolus 5 hari berturut-turut (protokol Mayo), yang ternyata lebih

toksik.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Dermawan,

2012).

a. Pengumpulan Data

1) Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,

tempat tinggal

2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya

keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran

3) Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita

pasien dengan timbulnya kanker rektum.

4) Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang mengalami

penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang

mengalami penyakit kronis lainnya

5) Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien dengan

anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat

sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit

yang dideritanya, dan bagaimana pasien menggunakan koping

mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

b. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual


1) Pola Nutrisi

Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja
yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi
makanannya.

2) Pola Eliminasi

Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah keluar


darah atau tidak, keras, lembek, cair ?

3) Pola personal hygiene

Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau


tidak, menyikat gigi.

4) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan istirahat tidur berapa jam? Kebiasaan – kebiasaan sebelum


tidur apa saja yang dilakukan?

5) Pola aktivitas dan latihan

Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar


kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan
sekitarnya.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,


ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).

7) Hubungan peran

Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-teman


sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat?

8) Pola persepsi dan konsep diri

Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,


kebersamaan dengan keluarga.

9) Pola nilai kepercayaan


Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama
yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh
terhadap perintah dan larangan-Nya.

10) Pola reproduksi dan seksual

Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan


keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.

c. Riwayat pengkajian nyeri

P: Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias


memperberat? apa yang bias mengurangi?

Q: QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala


dirasakan

R: Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?

S: Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala


berapah?

T: Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan? tiba-
tiba atau bertahap? seberapa lama gejala dirasakan?

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis,


suhu

37,5 C, nadi 60

2) 100X/ menit, RR 16-20x / menit tensi 120/ 80 mmHg.

3) Pemeriksaan head totoe

a) Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi: Rambut dan kulit
kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan

b) Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bauh ?

c) Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak mata,

adanya benda asing, skelera putih ?

d) Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi akibat

trauma?
e) Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering?

f) Bibir: Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering?

g) Rahang: Perlukaan, stabilitas ?

h) Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman

atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada

resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan . Diagnosa keperawatan

merupakan bagian vital dalam menentukanasuhan keperawatan yang sesuai

untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2016):

Pre kemoterapi

a. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan Intra kemoterpi


b. Risiko gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif
c. Risiko Infeksi d.d efek prosedur invasive

Post kemoterapi

a. Nausea b.d efek agen farmakologis ( kemoterapi )


b. Gangguan citra tubuh d.d efek tindakan/pengobatan
c. Risiko deficit nutrisi d.d factor psikologis ( keengganan untuk makan )
Intervensi pre kemoterapi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas I.09314
b.d tindakan keperawatan Terapi Relaksasi I.09326
ancaman diharapkan tingkat Observasi :
mengalami ansietas pasien menurun 1.1 Identifikasi saat tingkat
kematian dengan Kriteria hasil : ansietas berubah
D.0080 L.09093 1.2 Monitor tanda-tanda
a. Pasien ansietas
mengungkapkan 1.3 Identifikasi teknik
kebingungannya cukup relaksasi yang pernah
menurun (4) digunakan
b. Pasien 1.4 Identifikasi kesediaan
mengatakan ,kemampuan dan
kekhawatirannya cukup penggunaan teknik
menurun (4) sebelumnya
c. Anoreksia Terapeutik :
menurun(5) 1.5 Motivasi pasien untuk
Skala diatas dari rentang mengidentifikasi situasi
1-5 (meningkat- yang memicu
menurun) kecemasan
d. Tanda-tanda vital 1.6 Ciptakan lingkungan
tekanan darah membaik yang tenang, anjurkan
(5) menggunakan pakaian
e. Kontak mata yang longgar
1.7 Gunakan relaksasi
pasien membaik (5)
sebagai penunjang dengan
f. Orientasi
analgetik atau tindakan
pasien membaik
medis lain Edukasi :
(5) 1.8 Anjurkan mengambil
Kriteria d,e,f dari posisi nyaman
rentang 1-5 (memburuk- 1.9 Anjurkan keluarga untuk
membaik) tetap bersama
pasien, jika perlu
Intervensi intra kemoterapi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
2. Resiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
infeksi d.d tindakan keperawatan I.14539
Efek diharapkan kemampuan Observasi :
prosedur control risiko L.14128 a. Monitor tanda dan
invasive meningkat dengan gejala infeksi local
D.0142 kriteria hasil: dan sitemik
a. kemampuan mencari Terapeutik :
informasi tentang faktir 2.2 Batasi pengunjung
risiko meningkat (5) bila perlu
b. kemampuan b. Cuci tangan sebelum
mengidentifikasi factor dan setelah tindakan
risiko meningkat (5) keperawatan
c. kemampuan c. Pertahankan tehnik
melakukan strategi aseptic pada pasien
control risiko meningkat beresiko tinggi
(5) Edukasi :
d. komitmen terhadap d. jelaskan tanda dan
strategi meningkat (5) gejala infeksi
skala diatas dari rentang e. ajarkan cara
1-5 ( menurun- mencuci tangan
meningkat) dengan benar
f. ajarkan cara
memeriksa kondisi
area sekitar
kolostomi
g. anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
3. Risiko Setelah dilakukan tindakan
gangguan keperawatan diharapkan Edukasi pencegahan
integritas kemampuan control risiko infeksi I.12406
kulit b.d untuk mencegah meningkat Observasi:
bahan kimia dengan Kriteria hasil : 3.1 Priksa kesiapan dan
iritatif L.14128 deteksi dini infeksi pada
D.0139 1) Kemampuan pasien beresiko
mencari informasi Terapeutik:
tentang 3.2 Siapkan materi,
Factor resiko media tentang factor-
meingkat(5) faktor penyebab, cara
2) Kemampuanuntuk identifikasi dan
men gidentifikasi pencegahan resiko infeksi
faktor resiko meningkat di rumah sakit
(5) 3.3 Jadwalkan waktu
yang tepat untuk
3) Kemampuan
memberikan pendidikan
menghindari faktor kesehatan sesuai
resiko meningkat (5) kesepakatan dengan
4) Penggunaan pasien dan keluarga
fasilitas pendukung 3.4 Berikan kesempatan
meningkat (5) untuk bertanya
5) Penggunaan Edukasi:
sistem pendukung 3.5 Jelaskan tanda gejala
infeksi local dan sistemik
meningkat (-) 3.6 Anjurkan mengikuti
Skala diatas tindakan pencegahan
menggunakan rentang 1- sesuai kondisi
5 (menurun-meningkat)

Intervensi post kemoterapi


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
4 Nausea b.d Setelah dilakukan Menejemen Mual
efek agen tindakan keperawatan I.03117
farmakolog diharapkan tingkat Observasi :
is D.0076 nausea pasien menurun 4.1Identifikasi
dengan Kriteria hasil : pengalaman mual
4.2 Identifikasi
L.08065 pengalaman mual
1) Nafsu makan terhadap kualitas hidup
(nafsu makan)
cukup meningkat (4)
Skala diatas 4.3 Monitor mual
menggunakan rentang Terapeutik :
1-5 (menurun- 4.4 Kendalikan factor
meningkat) lingkungan penyebab Mual
2) Keluhan 4.5 berikan makanan
mual cukup dalam jumalh kecil dan
menurun (4) menarik
3) Perasaan asam Edukasi :
dimulut menurun (5)4.6 Anjurkan istirahat dan
menggunakan rentang tidur yang cukup
1-5 (meningkat- 4.7 anjurkan sering
membersihkan mulut,
menurun)
kecuali jika merangsang
4) Pucat cukup mual
membaik (4) Kolaborasi :
4.6Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu

5 Gangguan Setelah dilakukan Promosi citra tubuh


citra tubuh b.d tindakan keperawatan I.09305
efek diharapkan presepsi Observasi :
tindakan/pe tentang penampilan 5.1 Identifi-kasi harapan
ngobatan pasien meningkat citra tubuh
dengan Kriteria hasil : berdasarkan tahapan
D.0083
L.09067 perkembanga
1) Melihat bagian 5.2 Monitor frekuensi
tubuh meningkat (5) pasien mengkritik
2) Verbalisasi terhadap dirinya
kecacatan bagian sendiri
tubuh meningkat (5) Terapeutik :
Skala diatas 5.3 Diskusikan tentang
menggunakan rentang perubahan tubuh
1-5 (menurun- dan fungsinya
meningkat) 5.4 diskusikan kondisi
3) Pasien stress yang mempengaruhi
mengungkapan citra tubuh(mis: luka,
perasaan negative pembedahan)
tentang perubahan Edukasi :
tubuhnya menurun (5) 5.5 Jelaskan kepada
4) Verbalisasi pada pasien dan keluarga
perawatan
penolakan/reaksi
perubahan citra
orang lain menurun tubuh
(5) 5.6 Anjurkan
5) Focus pada mengungkapkan
penampilan masa gambaran diri terhadap
lalu menurun (5) citra tubuh
Poin 3,4,5 5.7 Latih peningkatan
menggunakan skala 1- penampilan
5 (meningkat-
menurun)
6) Hubungan
sosial membaik
Poin 6 menggunakan
skala 1-5 ( memburuk-
membaik )
6 Resiko defisit Setelah dilakukan Menejemen Gangguan
nutrisi d.d tindakan keperawatan makanan I.03111
keengganan diharapkan keadekuatan Manajemen nutrisi
untuk makan asupan nutrisi membaik I.03119
D.0032 dengan kriteria hasil : Observasi :
L.03030 6.1 Monitor asupan dan
1) Porsi makan keluarnya makanan
yang dihabiskandan cairan serta
cukup meningkat (4 ) kebutuhan kalori
2) Pasien 6.2 identifikasi makanan
mengungkapkan yang disukai
keinginan untuk Terapeutik :
meningkatkan nutrisi 6.3 Timbang berat
cukup meningkat (4) badan secara rutin
skala diatas 6.4 Berikan penguatan
menggunakan rentang positif terhadap
keberhasilan target dan
nilai 1-5 ( menurun- prubahan prilaku
membaik) 6.5 lakukan oral hygiene
3) Perasaan cepat sebelum makan
kenyang sedang (3) 6.6 sajikan makanan
4) Rambut secra menarik dan suhu
rontok cukup yang sesuai
menurun(4) Edukasi :
Poin 3,4 menggunakan 6.4 Ajarkan pengaturan
rentang nilai 1-5 diet yang tepat
( meningkat-menurun) Kolaborasi :
5) Frekuensi 6.5 Kolaborasi dengan
makan cukup ahli gizi tentang
membaik(5) target berat badan,
6) Nafsu makan kebutuhan kalori
cukup membaik (4) dan pilihan
7) Membrane makanan
mukosa membaik
(5)
Poin 5,6 dan 7
menggunakan rentang
nilai 1-5 ( memburuk-
membaik )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan
dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol (American Cancer
Society, 2018). World Health Organization (2018) menyatakan bahwa angka
kanker sudah mencapai 18,1 juta kejadian kanker global dan 9,6 juta
kematian akibat kanker di dunia. Prevalensi kanker pada semua tingkat usia
di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792
orang (Kementerian kesehatan RI, 2015).
Penyakit kanker memiliki dampak terhadap fisik dan psikologis. Menurut
Kashani, Vaziri, Akbari, Jamshidifar, dan Sanaei (2014) mengatakan
meskipun kini pendeteksian kanker sudah berkembang dengan pesat, namun
insidensi kanker merupakan stressor paling berpengaruh bagi penderitanya
dan hal ini berhubungan terhadap persepsi masyarakat mengenai penyakit
kanker yang identik dengan kematian, rasa sakit dan penderitaan. Liao et al,
(2012) menyatakan diagnosis dan pengobatan kanker berdampak signifikan
terhadap kesejahteraan fisik, psikologis, dan sosial, terutama pada pasien
kanker yang mendapatkan pengobatan kemoterapi.

B. Saran

Untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kemoterapi,


maka pengkajian yang lengkap dan dilakukan tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan rencana keperawatan yang sesuai dengan keadaan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Desmawati. (2019). Teori Model Konseptual Keperawatan.

DKK Balikpapan. (2018). Profil Kesehatan Kota Balikpapan Tahun 2018.


Balikpapan : Dinas Kesehatan Kota.

Bambang, Purnomo, dkk. 2012. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta :


Badan Penerbit IDAI.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume


3. Jakarta : EGC.

Gale, Danielle dan Jane Charette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
Jakarta : EGC. http://id.wikipedia.org/wiki/Kemoterapi

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2022. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Cetakan III. Jakarta : DPP
PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Nuranif & Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose


medis NANDA NIC NOC Jilid I. Yogyakarta ; Mediasi

Anda mungkin juga menyukai