Anda di halaman 1dari 12

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “D” DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN : TUMOR RECTO SIGMOID

DIANITA SAFITRI
742003.S.22051

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGAN

CA COLON

Kanker kolon menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir dari sistem
Pencernaan. Insiden kanker kolorektal di seluruh dunia menempati urutan ketiga
1360 dari 100.000 penduduk 9,7%, keseluruhan laki-laki dan perempuan
Menduduki peringkat keempat penyebab kematian 694 dari 100.000 penduduk
8,5%, jika tidak ditangani dapat mengakibatkan komplikasi penyumbatan usus
Besar dan tindakan penanganan berupa pembedahan serta kemoterapi.
Penelitian Ini bertujuan mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada
pasien dengan ca Colon. Penelitian ini menggunakan metode literature review
dengan pendekatan
Asuhan keperawatan pada dua kasus pasien dengan ca colon. Instrumen
Pengambilan data menggunakan format keperawatan medikal bedah melalui
Proses keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan Dan evaluasi. Analisa dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi
dikaitkan dengan Konsep teori. Teknik pengumpulan data menggunakan studi
literature. Hasil analisa data pengkajian kedua kasus ca colon didapatkan
masalah Yang sama, gangguan pola tidur. Pada kedua pasien ditemukan 3
masalah Keperawatan yang sudah sesuai SDKI. Rencana keperawatan belum
menggunakan SIKI dan SLKI. Pelaksanaan keperawatan kedua pasien sesuai
dengan Perencanaan yang disusun. Terjadi peningkatan status kesehatan pada
pasien 1 Yaitu teratasinya 3 masalah keperawatan. Sedangkan pasien 2
peningkatan status Kesehatan yaitu teratasinya 2 masalah keperawatan
gangguan pola tidur dan resiko Infeksi.
Dapat disimpulkan bahwa data pasien ditemukan adanya kesenjangan dan
Kurangnya penggalian terhadap keluhan pasien sehingga masih terdapat data
Kurang menunjang. Kedepannya diharapkan agar dalam melakukan pengkajian
Secara menyeluruh dengan tepat dan akurat. Serta dalam pengolahan data lebih
Teliti lagi agar asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik sesuai
kebutuhan Pasien.
Kata Kunci : Ca Colon, Kemoterapi, Asuhan Keperawatan

A. KERANGKA TEORI
1. Definisi Tumor rectosigmoid
Tumor rectosigmoid adalah sejenis tumor atau pertumbuhan abnormal yang
terjadi di area rectosigmoid dalam saluran pencernaan. Tumor adalah pertumbuhan
abnormal jaringan yang dapat bersifat ganas (kanker) atau jinak (non-kanker). Tumor
dapat berkembang diberbagai bagian tubuh, termasuk di dalam saluran pencernaan.
Kanker kolorektal adalah kanker yang terdapat pada kolon dan rektum.
Kanker ini disebut kanker kolon atau kanker rektum bergantung darimana kanker
tersebut berawal. Kanker kolon dan kanker rektum sering digabungkan bersama
karena memiliki banyak kesamaan (American Cancer Society, 2015) dalam
(Harahsap, 2019). Kanker rektum merupakan salah satu dari keganasan pada rektum
yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel dimana lama kelamaan timbul nekrose
dan ulkus (Nugroho, 2011). Rektum merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar
dan terletak di dalam rongga panggul di tengah tulang pinggul. Rektum adalah bagian
dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut dengan traktus gastrointestinal
(Oliver, 2013).
Kanker rektum adalah kanker ketiga yang banyak terjadi didunia dengan
presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah seluruh penderita kanker diseluruh
dunia, dan kanker kedua dengan jumlah kematian 9.2% atau 880.792 di tahun 2018 .
Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi 1.021.005 kasus di Asia dengan 43.324 kasus baru
setiap tahunnya. Di Indonesia, kanker rektum adalah kanker yang sering terjadi baik
pada pria dan Wanita, prevalensi tahun 2013 sampai 2018 terjadi 32.069 kasus dengan
14.112 kasus baru di tahun 2018 (The Global Cancer Observatory, 2019).
Kanker rektum stadium dini tidak ada gejala yang jelas, namun setelah
penyakit berkembang ketingkat lanjut akan timbul gejala klinis. Tanda iritasiusus
seperti sering buang air besar, diare atau konstipasi dan nyeri pada abdomen. Tumor
yang sudah mengalami ulserasi akan terjadi pendarahan dan akan terlihat dari warna
feses yang bercampur dengan darah seperti selai hitam. Masa di abdomen akan terus
tumbuh hingga batas tertentu didaerah abdomen sehingga pada pemeriksaan palpasi
akan mudah teraba (Desen, 2011).
2. Etiologi
Penyebab Kanker rektum masih belum diketahui pasti,namun telah dikenali
beberapa faktor predisposisi. Faktor predisposisi lain mungkin berkaitan dengan
kebiasaan makan. Hal ini karena Kanker rektum terjadi serkitar sepuluh kali lebih
banyak pada penduduk wilayah barat yang mengkonsumsi lebih banyak makanan
mengandung karbohidrat murni dan rendah serat,dibandingkan produk primitif
(Misalnya,di Afrika) yang mengkonsumsi makanan tinggi serat (Arderson S, 2006).
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut
(Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010) sebagai berikut:
a. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, (Price
Sylvia A, 2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya karbohidrat
refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi
garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana
sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga
menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang
bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak
zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
b. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah
steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
c. Polip (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum,
dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi
kanker.
d. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada rectum
(misalnya colitis ulcerativa) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih
besar.
e. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker kolorectal dapat terkena
kanker kolorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat
kanker di indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker rektum.
f. Riwayat kanker rektal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka
kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena kanker
pada usia muda.
g. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang
sering.
h. Usia di atas 50
Kanker rektum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih
dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50
tahun ke atas.
3. Pathway Ca Rektum
4. Patofisiologi
Kanker Rektum terutama (95%) adenokarisinoma (muncul dari lapisan epitel
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke
hati) (Oliver, 2013).
Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada struktur dan
fungsi sel menjadi bersifat maligna. Maligna merupakan peroses perubahan sel
normal menjadi sel kanker. Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga
tahapan proses seluler yaitu inisiasi merupakan perubahan dalam bahan genetika yang
memicu sel menjadi ganas, promosi yaitu perubahan sel menjadi ganas dan progresi
yaitu tahap akhir terbentuknya sel kanker (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010)
5. Manifestasi Klinis
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi
atau perdarahan rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit,
dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah
(Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010):
a. Perubahan kebiasaan defekasi
b. Terdapat darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
c. Gejala anemia tanpa diketahui penyebabnya
d. Anoreksia
e. Penurunan berat badan tanpa alasan
f. Keletihan
g. Mual dan muntah-muntah
h. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya setelah BAB
i. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
j. Perut sering terasa kembung atau keram perut
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya konstipasi), serta
feses berdarah. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf,
pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala pada tungkai atau perineum,
hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih
dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Semua karsinoma
kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau
invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional, terkadang bisa terjadi
perforasi dan menimbulkan abses peritoneum (Fauziyyah, 2015).
6. Pemeriksaan Diagnostic
Ada enam diagnosis lain untuk mendeteksi kanker rektum, yaitu:
a. Kolonoskopi
Kolonoskopi memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam seluruh
rektum dan kolon saat pasien dibius. Seorang colonoscopist adalah seorang
dokter yang berspesialisasi dalam melakukan tes ini.
Jika kanker rektum ditemukan, diagnosis lengkap yang secara akurat
menggambarkan lokasi dan penyebaran kanker mungkin tidak mungkin
sampai tumor diangkat dengan operasi.
b. Pengujian Molekuler terhadap Tumor
Dokter mungkin merekomendasikan menjalankan tes laboratorium
pada sampel tumor untuk mengidentifikasi gen spesifik, protein, dan faktor
lain yang unik untuk tumor. Hasil dari tes ini dapat membantu menentukan
pilihan perawatan.
c. Tes Darah
Karena kanker ini sering menyebabkan perdarahan, pengidap penyakit
ini dapat memicu anemia. Tes jumlah sel darah merah dalam darah merupakan
bagian dari hitung darah lengkap yang dapat mengindikasikan bahwa
perdarahan mungkin terjadi.
d. Pemindaian Tomografi Komputer (CT atau CAT)
CT scan mengambil gambar bagian dalam tubuh menggunakan sinar X
yang diambil dari berbagai sudut. Komputer menggabungkan gambar-gambar
ini menjadi gambar tiga dimensi yang mendetail yang menunjukkan adanya
kelainan atau tumor.
CT scan dapat digunakan untuk mengukur ukuran tumor. Terkadang
pewarna khusus yang disebut media kontras diberikan sebelum pemindaian
untuk memberikan detail gambar yang lebih baik.
Zat warna ini dapat disuntikkan ke dalam pembuluh darah pasien atau
diberikan sebagai pil atau cairan untuk ditelan. CT scan juga dapat memeriksa
penyebaran kanker ke paru-paru, hati, dan organ lainnya.

e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI menggunakan medan magnet, bukan sinar-X, untuk
menghasilkan gambar tubuh yang detail. MRI dapat digunakan untuk
mengukur ukuran tumor. Pewarna khusus yang disebut media kontras
diberikan sebelum pemindaian untuk membuat gambar yang lebih jelas.
Zat warna ini dapat disuntikkan ke dalam pembuluh darah pasien atau
diberikan sebagai pil atau cairan untuk ditelan. MRI adalah tes pencitraan
terbaik untuk menemukan di mana kanker kolorektal telah tumbuh.
f. Ultrasonografi
USG menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar organ
dalam untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar. Ultrasonografi
endorektal biasanya digunakan untuk mengetahui seberapa dalam kanker
rektum telah tumbuh dan membantu merencanakan perawatan.

(Cancer.Net. Diakses pada 2019. Colorectal Cancer: Diagnosis. Mayo Clinic. Diakses
pada 2019. Cancer.)

7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah. Tujuan utama
ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun nonkuratif. Tindak
bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf regional. Bila
sudah terjadi metastasis jauh, tumor primer akan di reseksi juga dengan maksud
mencegah obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri
(Sjamsuhidayat & de Jong, 2011).
b. Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar
melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak bisa
berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan fungsi
anus (Suratun & Lusianah, 2010)
c. Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan menggunakan x-ray
berenergi tinggi untuk membunuh sel karsinoma. Terdapat 2 cara pemberian
terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi internal. Radiasi eksternal
(external beam radiation therapy) merupakan penanganan dimana radiasi tingkat
tinggi secara tepat diarahkan pada sel karsinoma. Terapi radiasi tidak menyakitkan
dan pemberian radiasi hanya berlangsung menit (American Cancer Society, 2013).
d. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan sebagai terapi ajuvan,
neoaduvan atau paliatif. Terapi ajuvan direkomendasikan untuk kanker rektum
stadium II dan stadium III yang memiliki risiko tinggi (Komite Penanggulangan
Kanker Nasional, 2015)
8. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon dan
rektum yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Smeltzer
dan Bare, 2002) (Nursalam, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. S. A., Rafli, R., & Zeffira, L. (2019). Profil dan Kesintasan Penderita

Kanker Kolorektal di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Health & Medical

Journal, 1(1), 45–49. https://doi.org/10.33854/heme.v1i1.218

Bishehsari, F., Engen, P. A., Voigt, R. M., Swanson, G., Shaikh, M., Wilber, S.,… Khazaie,
K. (2019). Abnormal Eating Patterns Cause Circadian

Disruption and Promote Alcohol-Associated Colon Carcinogenesis. CMGH

Cellular and Molecular Gastroenterology and Hepatology, (November).


https://doi.org/10.1016/j.jcmgh.2019.10.011

Controversies, B., & Obstetrics, I. N. (2013). Prinsip Dasar Kemoterapi. Dinar, dr. A. (2017).
Telapak tangan dan kaki kebas setelah kemoterapi.

Dinarti & Yuli Muryanti. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan. 1–
172.

Firdaus, Y. (2017). Penatalaksanaan Pada Setiap Stadium Kanker Kolon. Fitriatuzzakiyyah,


Sinuraya, & Puspitasari. (2017). Cancer Therapy with

Radiation: The Basic Concept of Radiotherapy and Its Development in Indonesia. Indonesian
Journal of Clinical Pharmacy, 6(4), 311–320. https://doi.org/10.15416/ijcp.2017.6.4.311

Ilham, R., Mohammad, S., & Yusuf, M. N. S. (2019). Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Tentang Perawatan Paliatif. Jambura Nursing Journal,
1(2), 96–102. Kemenkes RI. (2019a). Faktor Risiko Kanker. 21(1), 1–9.

Kemenkes RI. (2019b). Kategori Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk

Indonesia. Retrieved from http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-


p2ptm/obesitas/tabel-batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt

Komite Penanggulangan Kanker Nasional. (2015). Panduan Penatalaksanaan

Kanker kolorektal. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal, 76.

Lubis, M. yamin, Abdullah, M., Hasan, I., & Suwarto, S. (2015). Probabilitas
Temuan Kanker Kolorektal pada Pasien Simtomatik Berdasarkan Unsur- Unsur ( APCS ).
2(2), 90–95.

Anda mungkin juga menyukai