Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Peri Anestesi Pada Kasus Ca Colorectal

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Evidence Based Practice Yang
Diampuh Oleh Wilis Sukmaningtyas, S.ST., S.Kep., Ns., M.Kes

Di Susun Oleh :

Kelompok 4, Kelas 4B

Muhammad Fauzan Muyassar : 200106102

Muhammad Zulhaq Nurul Aqsha Soamole : 200106106

Novita Ismayani : 200106114

Ocha Pranata : 200106118

Pitri Sarumpaet : 200106122

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Manajemen
preoperative pada pasien kanker kolorektal" dengan tepat waktu. Makalah disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evidence Based practice Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang manajemen anestesi pada pasien
dengan ca colorectera bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Wilis Sukmaningtyas, S.ST.,
S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dosen pengampu. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 04 April 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
ISI.............................................................................................................................6
2.1 Ca Colorecteral ( Kanker Usus Besar)...........................................................6
a. Pengertian.....................................................................................................6
b. Etiologi.........................................................................................................6
c. Manifestasi Klinis.........................................................................................7
d. Diagnosa.......................................................................................................7
2.2 Analisis Management Anestesi pada jurnal...................................................8
a. Pendahuluan..................................................................................................8
b. Metode dan Bahan........................................................................................9
c. Hasil dan Pembahasan..................................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................11
3.2  Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh


penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada
pasien kanker di dunia. Menurut American Cancer Society, kanker kolorektal
adalah kanker ketiga terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian
ketiga terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat. Pada tahun 2014
terdiagnosis pasien dengan kanker kolorektal sebesar 136.830 dan 50.130
diantaranya meninggal karena penyakit ini.
Dari data Globocan 2012, didapatkan insidensi kanker kolorektal di
Indonesia merupakan keganasan ketiga setelah kanker payudara dan kanker
paru. Kanker kolorektal juga menjadi penyebab kematian ketiga dari seluruh
kasus kematian akibat keganasan. Kanker kolorektal dapat diklasifikasikan
menjadi kanker kolon kanan dan kanker kolon kiri. Pembagian ini
berdasarkan embriologi kolon, yaitu kolon kanan yang terdiri dari caecum,
kolon ascenden, fleksura hepatica dan 2/3 kolon transversum serta kolon kiri
yang terdiri dari 1/3 distal kolon transversum, fleksura lienalis, kolon
descenden, kolon sigmoid dan rectum.
Distribusi lokasi tumor pada keganasan kolorektal menunjukkan bahwa
lokasi tumor yang tersering adalah rektum. Tanda dan gejala kanker
kolorektal sangat bervariasi dan tidak spesifik bergantung pada lokasi tumor.
Tanda dan gejala klinis kanker kolorektal berbeda antara kolon kanan, kolon
kiri, dan rektum. Pada kanker kolon kanan jarang terjadi stenosis karena feses
masih cair. Gejala umumnya adalah dispepsia, kelemahan umum penurunan
berat badan dan anemia.
Pada kanker di kolon kanan didapatkan masa di perut kanan bawah.
Nyeri pada kanker di kolon kanan bersifat samar-samar. Tumor pada kolon
kiri menyebabkan perubahan pola defekasi seperti konstipasi. Makin ke distal
letak tumor, feses makin menipis atau seperti kotoran kambing dan disertai
darah segar. Tumor pada rectum sering disertai darah dan lendir. Tenesmi
merupakan gejala yang biasa didapat pada karsinoma rektum. Kanker
kolorektal bermula dari lesi prekanker yang dapat diangkat. Deteksi dini pada
stadium awal lesi dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas keganasan ini.
Kolonoskopi masih menjadi alat deteksi yang signifikan pada kanker
kolorektal. Selain itu, untuk membantu diagnosis diperlukan pemantuan
petanda atau marker yang tidak invasif untuk mendeteksi kanker kolorektal
lebih awal. Saat ini pemeriksaan biokimia sangat membantu penatalaksanaan
pasien kanker, termasuk diantaranya kanker kolorektal.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu ca colorecteral dan bagaimana bisa terjadi ca colorecteral?


b. Bagaimana manajemen anestesi ( Pre,intra dan post) pada pasien dengan
ca colorecteral?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui ca colorecteral dan kejadian yang menyebabkan ca


colorecteral
b. Untuk mengetahui manajemen Anestesi pada pasien ca colorecteral
BAB II

ISI

2.1 Ca Colorecteral ( Kanker Usus Besar)

a. Pengertian

Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari


jaringan epitel dari kolon atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada
tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rektum
adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut juga
traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada dibagian proksimal
usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm di atas anus. Kolon
dan rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan
membuang zat-zat yang tidak berguna.

b. Etiologi

Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui.


Penelitian saat ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi
terbesar untuk kanker kolorektal. Mutasi dari gen Adenomatous Polyposis
Coli (APC) adalah penyebab Familial Adenomatous polyposis (FAP),
yang mempengaruhi individu membawa resiko hampir 100%
mengembangkan kanker usus besar pada usia 40 tahun.14 Banyak faktor
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal, diantaranya
adalah :
 Diet tinggi lemak, rendah serat.
Salah satu faktor risiko meningkatnya angka kejadian karsinoma
kolorektal adalah perubahan diet pada masyarakat. Diet rendah serat
dan tinggi lemak diduga meningkatkan risiko karsinoma kolorektal.
Sejumlah penelitian epidemiologi menunjukkan diet tinggi serat
berkolerasi negatif dengan risiko kanker kolorektal. Seseorang dengan
asupan rendah serat mempunyai risiko 11 kali lebih besar terkena
karsinoma kolorektal dibandingkan dengan tinggi serat. Sedangkan
asupan serat harian rata-rata orang Indonesia masih rendah sebesar
10,5 g/hari.
Serat memberikan efek protektif dari sel kanker dengan
mempercepat waktu kontak antara karsinogen dan usus besar saat
penggumpalan feses, sehingga menipiskan dan menonaktifkan
karsinogen. Efek protektif juga diperoleh dari antioksidan pada sayur
dan buah. Selain itu, asam lemak rantai pendek hasil fermentasi serat
meningkatkan diferensiasi sel atau menginduksi apoptosis.
 Usia lebih dari 50 tahun
Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker
kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat. Familial
polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome. Pada semua
pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi
kanker rectum
 Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome,
Peutz-Jeghers syndrome dan Muir syndrome.
 Gaya hidup.
Kurang olahraga, kurang asupan serat dan buah-buahan,
konsumsi minuman beralkohol, obesitas atau berat badan berlebih,
dan merokok meningkatkan risiko kanker kolorektal.
 Radioterapi.
Paparan radiasi pada area perut meningkatkan risiko kanker
kolorektal.
 Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).

c. Manifestasi Klinis

Gejala umum dari kanker kolorektal ditandai oleh perubahan


kebiasaan buang air besar. Gejala tersebut meliputi:
- Diare atau sembelit
- Perut terasa penuh
- Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses.
- Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya.
- Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau
kembung.
- Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
- Merasa sangat lelah sepanjang waktu.
- Mual dan Muntah

d. Diagnosa

Dalam menegakkan diagnosis kanker kolorektal dapat dilakukan


secara bertahap, antara lain melalui anamnesis yang tepat, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, baik
dari laboratorium klinik maupun laboratorium patologi anatomi.
Selanjutnya pemeriksaan penunjang berupa pencitraan seperti foto polos
atau dengan kontras (barium enema), kolonoskopi, CT Scan, MRI, dan
Ttransrectal Ultrasound juga diperlukan dalam menegakkan diagnosis
penyakit ini.13 Sekitar 70–75% kanker kolorektal terletak pada daerah
rektosigmoid. Keadaan ini sesuai dengan lokasi polip kolitis ulserativa di
mana hampir 95% lokasi polip kolitis ulseratif berada di daerah rektum.
Sekitar 10% kasus kanker kolorektal terletak pada daerah sekum dan 10%
pada daerah kolon asendens .
Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum.
Tipe polipoid atau vegetatif tumbuh menonjol ke dalam lumen usus dan
berbentuk bunga kol ditemukan terutama di sekum dan kolon asendens.
Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan
gejala obstruksi, terutama ditemukan di kolon desendens, sigmoid, dan
rektum. Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis di bagaian sentral terdapat
di rektum. Pada tahap lanjut sebagian besar karsinoma kolon mengalami
ulserasi menjadi tukak maligna. Gejala yang biasa timbul akibat
manifestasi klinik dari karsinoma kolorektal dibagi menjadi 2, yaitu gejala
Sub akut dan gejala akut.

2.2 Analisis Management Anestesi pada jurnal.

a. Pendahuluan

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lebih dari 500 ribu kasus


kanker kolorektal terdaftar di dunia setiap tahun. Menurut National Cancer
Institute, terlepas dari semua tindakan yang diambil dalam perang
melawan kanker, tingkatnya secara statistik meningkat secara signifikan
setiap tahun. Di antara sepuluh bentuk nosologis utama dalam struktur
morbiditas onkologis di Ukraina, neoplasma ganas usus menempati
tempat ke-5 (6,3%) di antara pria dan tempat ke-4 (6,6%) di antara wanita.
Dalam struktur kematian akibat kanker pada populasi Ukraina, kanker
kolorektal menempati urutan ke-4 (6,3%) di antara populasi laki-laki dan
ke-2 di antara perempuan (8,7%). Sampai saat ini Pembedahan tetap
menjadi metode utama.
Penurunan yang signifikan dalam jumlah analgesik opioid dan
kualitas pereda nyeri pada pasien kanker akibat penggunaan teknik
regional merupakan masalah yang sangat relevan, karena keparahan efek
negatif obat narkotika, termasuk penekanan kekebalan dan resistensi
terhadap metastasis, menurun. Efek langsung dari agonis reseptor μ-opiat
pada perkembangan dan perkembangan kanker telah dibuktikan.
Ketertarikan untuk mempelajari sifat-sifat sevoflurane, yang baru-baru ini
meningkat karena efeknya pada hemodinamik (sistemik, mikrosirkulasi
dan sentral). membuatnya berguna untuk menganalisis struktur organ yang
terlibat langsung dalam reaksi terhadap pembedahan radikal untuk kanker
kolorektal.
Dengan mempertimbangkan fakta bahwa pemeriksaan ultrastruktural
langsung dari usus besar adalah alat yang paling akurat untuk menilai
perubahan patomorfologi dalam berbagai patologi, studi mikroskopis
elektron dari spesimen biopsi intraoperatif daerah usus besar. berdekatan
dengan zona kolorektal yang rusak secara neoplastik. , dalam varian yang
berbeda dukungan anestesi intervensi radikal.

b. Metode dan Bahan

Penelitian ini melibatkan 70 pasien yang dijadwalkan untuk operasi


radikal untuk kanker kolorektal. Kriteria inklusi adalah: persetujuan pasien
untuk berpartisipasi dalam penelitian yang memenuhi persyaratan National
Institutes of Health; risiko operasional dan anestesi ASA II – III;
kemungkinan perawatan bedah radikal; usia pasien adalah 60-75 tahun.
Pasien dibutakan menjadi dua kelompok klinis tergantung pada jenis
strategi manajemen anestesi. Kelompok 1 terdiri dari pasien (n = 35), yang
pemberian anestesinya dilakukan dalam bentuk anestesi intravena total
(TBVA). Penatalaksanaan anestesi pada pasien kelompok 2 (n = 35)
dilakukan dalam bentuk anestesi kombinasi menggunakan analgesia
epidural inhalasi dan berkepanjangan.

c. Hasil dan Pembahasan

1. Pre Anestesi
Pada persiapan Pre operasi
 Persiapan pra operasi untuk meningkatkan pemulihan setelah
operasi CR, tindakan klinis tradisional seperti persiapan usus
mekanis (MBP).
 Kemudian Konsumsi minuman dan karbohidrat minimal 2 jam
sebelum operasi dan liberalisasi kebijakan nihil institusional
mengenai konsumsi cairan bening sebelum operasi.
 Pemberian semua obat dalam bundel obat nyeri multimodal pra
operasi (termasuk gabapentin, acetaminophen, dan celecoxib).
2. Intra Anestesi
Pada operasi ca colorecteral dapat dilakukan 2 teknik anestesi.
 Teknik 1 pada operasi pemberian anestesinya dilakukan dalam
bentuk anestesi intravena total (TBVA): induksi dilakukan
dengan pemberian sibazon dalam perhitungan 0,4 mg / kg
intravena, natrium thiopental 5 mg / kg intravena, fentanil dalam
perhitungan 5 g / kg berat badan pasien secara intravena.
Myoplegia untuk intubasi trakea dicapai dengan pemberian
suksinilkolin intravena dengan kecepatan 2 mg / kg. Untuk
mempertahankan anestesi, sibazon digunakan dengan kecepatan
2,5 mg / kg / jam, fentanil 10 μg / kg / jam pada jam pertama
anestesi, 5 μg / kg / jam pada jam kedua, 3 μg / kg / jam pada jam
ketiga; intraoperatif, mioplegia dipertahankan dengan pemberian
pipcuronium bromide (arduan) dengan dosis 0,4 g / kg / jam.

 Teknik 2 dilakukan dalam bentuk anestesi kombinasi


menggunakan analgesia epidural inhalasi dan berkepanjangan.
Tusukan ruang epidural dilakukan pada tingkat L1 - L2, diikuti
dengan kateterisasi ruang epidural ke arah kranial: larutan 0,25%
disuntikkan secara epidural bupivacaine (longocaine) dalam
volume 12-15 ml yang mengandung 0,05 mg fentanil. Induksi
adalah disuntik dengan propofol 1,5-2,0 mg / kg dan fentanyl 5.0
g / kg, mioplegia - ditilin 2 mg / kg. Anestesi dipertahankan
menggunakan stasiun anestesi Leon (HEINEN, Austria), di mana
MAK sevofluran 0,5-0,6 dibuat dalam aliran campuran oksigen-
udara 0,8-1,0 L / menit dalam kombinasi dengan injeksi bolus
fentanil 0,2 mg / h

3. Post Anestesi
 Teknik 1,
Analgesia pasca operasi: dexketoprofen (dexalgin) 50 mgI / m3r
/ hari + analgesik opioid (morfin) untuk mencapai nilai skala analog
visual hingga 4 poin.
 Teknik 2,
Analgesia pasca operasi pada pasien kelompok ini dilakukan
dalam bentuk analgesia epidural 6-9 ml dari 0,125% bupivakain
isobarik (longokain), tergantung parameter antropometri dan
beratnya nyeri, setiap 4 jam. Kepatuhan terhadap strategi pemberian
cairan konservatif (didefinisikan sebagai <4 L cairan dalam periode
24 jam awal termasuk fase intraoperatif prosedur).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan pendekatan terintegrasi untuk perioperative manajemen anestesi


nasional pada pasien dengan kanker kolorektal harus mempertimbangkan
banyak masalah, khususnya, persiapan diagnosis lengkap organ dan sistem
pasien pada tahap persiapan untuk perawatan bedah; pemilihan bantuan
anestesi yang paling optimal selama intervensi, dengan mempertimbangkan
semua fitur dan perjalanan patologi yang menyertainya; penyediaan metode
teraman dalam hal metastasis dan penyembuhan usus yang dioperasi di
daerah anastomosis. Serta Manajemen anestesi yang diusulkan
memungkinkan untuk mengurangi jumlah komplikasi, panjang rata-rata hari
tidur, frekuensi pasien kembali ke unit perawatan intensif, dan kematian
pasca operasi.

3.2  Saran
Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan
dana sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami sebagai penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan benar serta mengacu pada sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.dari pembahasan yang
mengenai penyakit kanker kolorektal yang mengahadapi.masalah dari
diagnosis ,perawatan bedah dan lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

Fratila O.S. , Ilias T., Maghiar TT, Puscasiu M. Pusca-siu D. Ultrasonic


aspect of the colitis of the colitis of the colitis of the ulserativa // studis
universitatis vasile goldis arad. 2008.18. - p. 215-8.
Lennon FE, Moss J., Singleton PA. Re -μ-opioid ceptor in the development
of cancer: is there a direct effect? - anesthesiology. - 2012. - 116 (4) r.940-5. -
10.1097 / aln. 0b013e31824b9512.
Likhvantsev VV, Kozlova EM, Fedorov SA, mironen-ko AV, Selivanov
DD. Concentration alveolar minimum for respiratory depression -2011. -7 (3). -
r. 56-58.
Mathew B., Lennon FE, Siegler J., Mirzapoiazova T., Mimbetsatriev N.,
Sammani S., Gerhold LM, LaRiviere PJ, Chen CT, Garcia JG, Salgia R., Moss
J., Singleton Pa. The new role of your opium receptor in the development of
lung cancer: research lab // h. Anal -2011. -112 (3). -r. 558-67 - 10.1213 /
ane.0b013e31820568af.
Ovechkin AM, Sviridov SV. Pain and post-management pain: sophisticated
// emergency treatment. - 2011-p. 20-31 shaprinsky ev ultrasonic cellular change
dynamic after right colic artery binding. - 2014. -2 (25). - r. 14-9.
The American cancer society. Collating cancer fact & fact 2014-2016.
Atlanta: American cancer society, 2014. 32 things.
Ukraine's national cancer registration bulletin. - 2015

Anda mungkin juga menyukai