Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Colon

Dosen Pembimbing: Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp.KMB

Oleh: kelompok 

A. Kholiq (19301001)
Alfina Septiana Putri (19301002)
Allivia Safitri (19301003)
Yoli Novita (19301043)
Putri wahyuni (19301028)
Lilis rahmawati (19301016)
Rahmi Rahmadhani (19301030)
Isromi Bayyinatil Khodria (19301015)
Ollivia Efrialis (193010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI 
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Colon
bisa terselesaikan. Disini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Sri
Yanti, M.Kep, Sp.KMB yang telah memberikan bimbingannya dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan
dengan penyakit Ca Colon . Oleh karena itu, penulis mengharap kan kritik dan saran yang
mendukung, demi lebih sempurnanya makalah ini. Akhir kata, penulis hanya berharap
agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 24 Mei 2021

Tim penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.....................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar belakang..........................................................................................
B. Rumusan masalah
C. Tujuan......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
A. Defenisi Ca Colon....................................................................................
B. Etiologi Ca Colon....................................................................................
C. Anatomi fisisologi Ca Colon
D. Manifestasi Ca Colon...............................................................................
E. Komplikasi Ca Colon...............................................................................
F. Penatalaksaan medis dan keperawatan Ca Colon....................................
G. Pemeriksaan penunjang/ diagnostic Ca Colon.........................................
H. Asuhan keperawatan Ca Colon ( pengkajian, diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul rencana intervensi keperawatan ).............................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karsinoma kolon ( ca colon ) adalah suatu bentuk keganasan dari masa
abnormal/ neoplasma yang muncul dari jaringan ephitel kolon (Haryono, 2010).

Kanker kolorektal ditunjukkan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan

rektum (Penzzoli dkk, 2007).

Ca Colon merupakan salah satu penyakit kanker dengan prevalensi

kejadian yang cukup tinggi. Hal tersebut didukung oleh data dari Globocan (2012)

yang menyatakan bahwa insiden kejadian kanker kolorektal diseluruh dunia

menempati urutan ketiga yaitu 9,7% atau sebanyak 1.360 jiwa dari 100.000

penduduk. Dan menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian

terbesar diseluruh dunia yaitu 8,5% atau 694 jiwa dari 100.000 penduduk. Di

Indonesia sendiri angka kejadian Ca Colon menempati urutan ketiga terbanyak

menurut Depkes dengan jumlah kasus 1,8 dalam 100.000 penduduk ( Haryono,

2012). Setidaknya pada setiap tahunnya sekitar 1.666 orang meninggal akibat

kanker kolorektal (Rahmianti, 2013).

Tingginya angka kejadian Ca Colon diperlukan penatalaksanaan yang

tepat untuk mengatasinya. Penatalaksanaan pada kanker kolon terdiri dari

penatalaksanaan medis, bedah dan keperawatan. Penatalaksanaan bedah dilakukan

tergantung tingkat penyebaran dan lokasi tumor itu sendiri. Menurut Gravante et

al (2016) menyatakan bahwa salah satu tindakan pembedahan yang dapat

dilakukan pada kanker kolon yaitu dengan tindakan hemicolectomy.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengkaji tentang “Bagaimana
Asuhan Keperawatan pada pasien ca colon ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Colon
2. Tujuan khusus
1. Untuk mendeskripsikan definisi ca colon
2. Untuk mendeskripsikan anatomi fisiologi
3. Untuk mendeskripsikan etiologi
4. Untuk mendeskripsikan manifestasi klinis
5. Untuk mendeskripsikan patolofisiologi
6. Untuk mendeskripsikan komplikasi
7. Untuk mendeskripsikan tentang penatalaksanan medis
8. Untuk mendeskripsikan tentang pemeriksaan penunjang
9. Untuk mendeskripsikan tentang ASKEP

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kanker kolon suatu bentuk keganasan dari masa abnormal /


neoplasma yang muncul dari jaringan ephitel dari kolon (Haryono, 2010).

Kanker kolorektal ditunjukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon

dan rektum. Kolon dan rectum adalah bagian dari usus besar pada sistem

pencernaan yang disebut traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon

berada di bagian proksimal usus besar dan rektum dibagian distal sekitar 5

- 7 cm diatas anus. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran

pencernaan atau saluran gastrointestinal di mana fungsinya adalah untuk

menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak

berguna (Penzzoli dkk, 2007).

Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang muncul

pada jaringan ephitelial dari colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal

adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip adenoma (Wijaya

dan Putri, 2013).


B. Anatomi Fisiologi

Diyono (2013).

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon

melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan

rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon

melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya

sering disebut dengan "kolon kiri".

C. Etiologi

Adapun beberapa faktor yang menpengaruhi kejadian kanker


kolorektal menurut (Soebachman, 2011) yaitu :
1. Usia

Risiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia.


Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60 - 70 tahun. Jarang
sekali ada penderita kanker kolon yang usianya dibawah 50. Kalaupun
ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker
kolonjuga

2. Polip

Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika


polip ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan
penghilangan tersebut akan bisa mengurangi risiko terjadinya kanker
kolon di kemudian hari.
3. Riwayat kanker

Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon


( bahkan pernah dirawat untuk kanker kolon ) berisiko tinggi terkena
kanker kolon lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap
kanker ovarium ( indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara
juga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolon.
4. Faktor keturunan / genetika

Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada


keluarga dekat. Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP (
Familial Adenomatous Polyposis ) atau polip adenomatosa familial
memiliki risiko 100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40
tahun bila FPA-nya tidak diobati. Penyakit lain dalam keluarga adalah
HNPCC ( Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer ), yakni
penyakit kanker kolorektal nonpolip yang menurun dalam keluarga,
atau sindrom Lynch.
5. Penyakit kolitis ( radang kolon ) ulseratif yang tidak diobati.

6. Kebiasaan merokok.

Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker


kolon dibandingkan dengan yang bukan perokok.
7. Kebiasan makan
Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan
sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut
meningkatkan risiko terjadinya kanker kolon. Mengapa? Sebab daging
merah ( sapi dan kambing ) banyak mengandung zat besi. Jika sering
mengonsumsi daging merah berarti akan kelebihan zat besi.
8. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna,
apalagi jika pewarnanya adalah pewarna nonmakanan.

D. Manifestasi klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus, tempat kenker berlokasi, gejala paling menonjol
adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah
gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang
tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan
keletihan. Gejala yang saling berhubungan dengan lesi sebelah kanan
adalah nyeri dangkal abdomen dan melena. Gejala yang sering
berhubungan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan
obstruksi (nyeri abdomen dan kram, oenipisan feses, konstipasi, dan
distensi. Serta adanya
darah merah Segar dalam feses. Gejala yang berhubungan dengan lesi
rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defeksi, konstipasi
dan diare bergantian, serta feses berdarah.

1. Kanker kolon kanan


 Isi kolon berupa cairan
 Obstruksi
 Melena
 Nyeri dangkal abdomen
 Anemia
 Mucus jarang terlihat
 Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba,
tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami
perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigastrium.

2. Kanker kolon kiri dan rectum


 Cenderung menyebabkan perubahan defekasi
 Diare
 Nyeri kejang
 Kembung
 Sering timbul gangguan obstruksi
 Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita
 Mucus ataupun darah segar sering terlihat pada feses.
 Anemia
 Keinginan defekasi atau sering berkemih.
 Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah
evakuasi
feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).

E. Patofisiologi

Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari

lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi

ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam

struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan

menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) Japaries, 2013.

Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi


penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus

serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan

abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relativ baik

bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan,

dan jauh lebih jelek telah terjadi mestatase ke kelenjr limfe (Japaries,

2013).

Menurut Diyono (2013), tingakatan kanker kolorektal dari duke

sebagai berikut :

1. Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan

kolon).
2. Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.

3. Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.

4. Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ

lain.

Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat

tumbuh secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini

melalui beberapa cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam

lapisan dinding usus sampai keserosa dan lemak mesentrik, lalu sel

kanker tersebut akanmengenai organ disekitarnya. Adapun penyebaran

yang lebih luas lagi didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem

sirkulasi. Bila sel tersebut masuk melalui sistem sirkulasi, maka sel kanker

tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metastase ke orgab

paru-paru. Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal, kuli, tulang, dan otak.

Sel kanker pu dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat akan

dilakukan reseksi tumor (Diyono, 2013).

Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip

adenoma jenis villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis

adenoma ini, hanya jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan

menjadi premaligna. Jenis tubular berstruktur seperti bola dan bertangkai,

sedangkan jenis villous berstuktur tonjolan seperti jari-jari tangan dan

tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh menyerupai bunga kol didalam

kolon sehingga massa tesebut akan menekan dinding mukosa kolon.

Penekanan yang terus-menerus ini akan mengalami lesi-lesi ulserasi yang


akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan, maka

obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma

tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas

(ascendens dan transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini

dikarenakan isi ( feses masih mempunyai konsentrasi air cukup) masih

dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuaikan

dengan lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila adenoma

tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen yang sempit

(descendens atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak

dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian

obstruksi tersebut dapat menjadi total atau parsial (Diyono, 2013).

F. Komplikasi
Komplikasi dari kanker kolon dapat berupa obstruksi saluran cerna,
perdarahan saluran cerna, dan perforasi. Selain itu, komplikasi lain juga
dapat bervariasi tergantung organ yang terkena metastasis. Beberapa
contoh metastasis yang sering terjadi pada kanker kolorektal adalah
metastasis hepar, paru, dan tulang.

Komplikasi pascabedah dapat berupa perdarahan, infeksi, dan kebocoran


anastomosis, sedangkan komplikasi pascakemoterapi dapat berupa
toksisitas dengan gejala seperti anemia, leukopenia, neutropenia,
trombositopenia, gangguan jantung, alopesia, sindrom kolinergik, atau
neuropati.

G. Penatalaksaan medis

1) Pembedahan

Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas

diterima sebagai penangan kuratif untuk kanker kolorektal.


Pembedahan kuratif untuk kaker kolorektal. Pembedahan kuratif harus

mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal regional

lymphadenektomi sementara mempertahankan fungsi dari kolon

sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor dengan minimum

margin 5 cm bebas tumor (Casciato, 2004).

Menurut Haryono (2012), pembedahan merupakan tindakan

primer pada kira-kira 75% pasien dengan kanker kolorektal.


Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliative. Kanker yang

terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolosotomi

laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru

dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada

beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalan

membuat keputusan dikolon massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi

usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B

serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker

kolon D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative.

Apabila tumor telah menyebar dan mencangkup struktur vital

sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan.

2) Terapi Radiasi

Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan

menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.

Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal

radiasi dan internal radiasi. Pemilihan cara radiasi diberikan

tergantung pada tipe dan stadium dari kanker (Henry Ford, 2006).

3) Kemotherapi

Kemoterapi dalam bahasa inggris (chemotherapy) adalah

penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Kemoterapi adalah

penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan

modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat

sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker.


Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker

sebelum operasi, merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah

operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah. Kemoterapi

Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat

sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-

sel kanker.

Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk

menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan

sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak

selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang

lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan

menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk

bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah

ciri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah

besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di

sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat

kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping.

Tujuan pemberian kemoterapi : Pengobatan, Mengurangi

massa tumor selain pembedahan atau radiasi, Meningkatkan

kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup, Mengurangi

komplikasi akibat metastase. Kemoterapi dapat diberikan dengan cara

Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan

cara Diminum (tablet/kapsul).


H. Pemeriksaan penunjang

Menurut Casciato (2004) ada beberapa macam pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon yaitu :

1. Biopsi

Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat

penting jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan

dilakukanya biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna (Casciato,

2004).

2. Carsinoembrionik Antigen (CEA) Screening

CEA adalah sebuah glikopretein yang terdapat pada permukaan

sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai

marker serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk

mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu

insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening

kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun

berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai CEA

berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari

penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun

konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen.

Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring

berkelanjutan setelah pembedahan (Casciato, 2004).


Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA,

namun tes ini sering diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini.

Tes CEA sebelum opersai sangat berguna sebagai faktor prognosa

dan apakah tumor primer berhubungan dengan meningkatnya nilai

CEA. Peningkatan nilai CEA preoperatif berguna untuk identifikasi

awal dari dari metastase karena sel tumor yang bermetastase sering

mengakibatkan naiknya nilai CEA (Casciato, 2004).

3. Digital Rectal Examination

Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,posterior,

dan anterior, serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba

dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian

anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong

douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm

merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah

lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh

jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang tidak dapat

begitu saja diabaikan (Schwartz, 2005).

4. Barium Enema

Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double

kontras varium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam

mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan

bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat

biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang


tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan

jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang

telah di eksisi. Risiko perforasi dengan menggunakan barium eneme sangat

rendah, yaitu sebesar 0,02% jika terdapat kemungkinan perforasi, maka

sebuah kontras larut air harus digunakan dari pada barium enema. Barium

peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius yang dapat

mengakibatkan berbagai infeksi dan peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya

sebuah kontras larut air tidak dapat menunjukan detail yang penting untuk

menunjukam lesi kecil pada mukosa kolon (Schwartz, 2005).

I. Asuhan Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan lapisan kulit.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer dan sekunder.

NO Dx keperawatan NOC NIC

1 Nyeri akut Setelah Setelah Pain Management:


dilakukan
berhubungan dilakukan 1. kaji nyeri
tindakan
dengan agen keperawatan secara
keperawatan
komprehensi
injuri fisik. 2x24 jam 2x24 jam
f.
diharapkan
diharapkan nyeri 2. observasi non
nyeri
berkurang verbal dari
berkurang
ketidaknyam
dengan jriteria dengan
ana
kriteria hasil:
hasil : 3. ajarkan
1. Vital teknik
sign relaksasi
dalam nafas dalam
batas 4. monitor vital
sign
normal
5. anjurkan
2. Mampu
mengontrol untuk
nyeri
istiraha
Melaporkan
6. kolaborasi
bahwa nyeri
medis dalam
berkurang pemberian
analgetik

2. Kerusakan Setelah dilkukan baik, dengan 1. anjurkan untuk


integritas jaringan tindakan kriteria hasil: 2. memakai
berhubungan keperawatan
1. Tidak ada pakaian
dengan kerusakan
nekrosis
lapisan kulit. selama 2x24 jam longgar.
2. Perfusi
jaga kulit
diharapkan jaringan
normal agar tetap
jaringan dan Menunjukan
bersih.
kulit proses 3. observasi luka
4. ajarkan
penyembuhan
kepada
jaringan
keluarga
tentang luka
dan
5. perawatan luka
bantu mobilisasi

pasien
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan

ephitelial dari colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang

berkembang dari polip adenoma

Kanker kolon suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang

muncul dari jaringan ephitel dari kolon (Haryono, 2010). Kanker kolorektal ditunjukan

pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rectum adalah

bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut traktus gastrointestinal.

Lebih jelasnya kolon berada di bagian proksimal usus besar dan rektum dibagian distal

sekitar 5- 7 cm diatas anus. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran

pencernaan atau saluran gastrointestinal di mana fungsinya adalah untuk menghasilkan

energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna

B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam edisi IV jilid I. FKUI : Jakarta

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2. Jakarta:

EGC

Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC

Elsevier. Terjemahan oleh Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing

Outcomes Classification (NOC). Edisi kelima. CV. Mocomedia.

Jurnal WHO 2008. Tentang Kanker Usus

Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes

Classification (NOC). 5th Edition. Singapore

Prayuda hendi, Muhammad. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ca Colon.

Lustupdate 13 november 2011


KASUS CA COLON

Seorang pasien laki-laki usia 18 tahun dirawat diruang Bedah Umum/BU dengan keluhan nyeri
area perut seperti dicubit-cubit, nyeri sejak kemo hari pertama, makin terasa bila sedang tidak
beraktifitas, hilang kalau tidur. Sejak kelas 2 SD, pasien biasa makan mie 6-8x/hari ditambah
saus cabe tanpa nasi dan minum minuman penguat dan susu kental manis 3 gelas. Agustus 2004
pasien susah BAB selasa 3 hari dan muntah pada hari ke-4. Pasien dibawa ortu ke RS terdekat
dan dirujuk ke RSHS dan didiagnosa kanker rectum dan dioperasi awal September 2014 dibuat
lubang kolostomi dan dikemoterapi. Pasien berkata tidak tahu mengapa harus dibuat kantong dan
berharap bisa BAB lewat anus lagi. Pasien berkata tidak ada keluarga yg berpenyakit sama.
Pasien bercita-cita ingin jadi sarjana namun putus sekolah sejak sakit, pasien merasa malu
dengan adanya kotoran yg keluar dari perut, berkata ini adalah cobaan dari Tuhan. Pemeriksaan
fisik: TD 110/70mmHg, N78x/mnt, RR 19x/mnt. T 36,6 C, nyeri 5(10), BB 41kg. TB 168cm,
merasa celana makin longgar, rambut pendek bersih, mata cekung, konjungtiva anemis, pupil
isokor, tidak ada PCH, KGB tidka teraba, pembesaran tiroid tidak ada, kerongkongan simetris,
bentuk dan gerakan dada simetris, tampak bekas jahitan LE diabdomen, terpasang kolostomy
bag, kulit tampak kemerahan disekitar colostomi, keluaran kuning encer, BU 6x/mnt, tidak ada
edema ekstremitas, kulit hangat, CRT 2detik, terpasang IV line, ada bekas tattoo ditangan kiri,
kekuatan otot 5/5. Pemeriksaan diagnostic: HB 10.3 gr/dl, Ht 31%, lekosit 15.800/mm3, eritrosit
3,83 juta/ul, trombosit 454/mm3. Sedang menjalani kemo siklus ke-4 dengan obat 5FU 630 mg,
leucovorine 28mg, obat pre-medikasi: ondansentron 1 x 2ml IV, ranitidine 1x 2 ml IV,
dexametason 1 x 1 ml IV.
MCP kasus

1 Nyeri akut b.d agen injuri


fisik.

Ds:

 Pasien mengeluh nyeri


area perut seperti 2. Kerusakan
dicubit-cubit integritas jaringan b.d kerusakan
 nyeri sejak kemo hari lapisan kulit.
pertama
Ds:
 Pasien mengatakan
makin terasa bila sedang  Pasien mengatakan BAB
tidak beraktifitas, hilang melalui lubang colostomy di
kalau tidur perut
Do: Do:
 TD 110/70mmHg,  tampak bekas jahitan LE
 N78x/mnt diabdomen,
 RR 19x/mnt  terpasang kolostomy bag
 T 36,6 C
kulit tampak kemerahan disekitar
 nyeri 5(10
colostomi, keluaran kuning encer
 tampak bekas jahitan LE
diabdomen
 terpasang kolostomy
bag, kulit tampak
kemerahan disekitar
colostomy

MD : CA Kolon

KA:

- Muntah
- Perut terasa nyeri, keram, kembung
- Tubuh mudah lelah
- Berat badan turun tampa sebab yang jelas
- Diare Atau konstipasi
- Buang air besar yang terasa tidak tuntas
- Darah pada tinja
- Mual

Anda mungkin juga menyukai